"Kamu sudah paham caranya Odelyn?" Mama bertanya pada Odelyn yang sedari tadi memerhatikan dirinya yang memakaikan popok pada anak Odelyn."Sudah paham, ma. Tapi aku tetap ngerasa aneh gitu." Odelyn bingung bagaimana cara menjelaskan perasaannya mengenai mengganti popok ini. Yang jelas Odelyn merasa aneh ketika dirinya harus mengganti popok yang kotor itu. Tapi disaat yang bersamaan Odelyn juga merasa antusias."Merasa aneh itu wajar saja. Yang gak wajar itu ketika karena kamu merasa aneh kamu gak mau untuk mencoba. Dia adalah anak kamu jadi sudah seharusnya kamu berperan dalam merawatnya kan." Mama terlihat pengertian ketika menanggapi Odelyn yang merasa canggung dan tidak biasa dengan situasi mengganti popok ini."Kalau begitu yang jelas aku harus terus belajar ya, ma?" Entahlah. Saat ini yang jelas Odelyn merasa seperti anak yang baru belajar sesuatu. Yah memang benar sih Odelyn adalah anak mamanya."Iya dong. Kamu harus terus belajar sampai akhirnya bisa merawat anak kamu." "Ma,
"Siapa nama bayi ini?" Odelyn memandangi wajah anaknya yang terlihat sangat lucu. Anak perempuan ini belum punya nama karena Odelyn tak kunjung menemukan nama yang tepat untuk putrinya."Lariesa?" Michael memberikan ide nama itu. Kedatangan Michael ke rumah ini sebenarnya sangat ditentang oleh orang tua Odelyn. Tapi Michael tidak punya pilihan lain selain datang ke rumah ini secara rutin. Kalau ingin memastikan hubungannya dengan Odelyn bisa berjalan dengan lancar tentu saja Michael harus berusaha sekuat tenaga walaupun cercaan dan makian akan selalu mengiringi dirinya."Jangan deh. Aku kurang suka sama namanya karena terlalu apa ya? Terlalu kedengaran kayak nama bangsawan?" Odelyn merasa keberatan dengan nama yang diajukan oleh Michael."Kalau gitu kamu punya saran nama lain?" Berdiskusi soal nama anak seperti ini rupanya sangat menyenangkan. Michael benar-benar bertekad untuk bisa mempertahankan hubungan ini agar tidak sampai kepada perceraian."Kalau—" Ucapan Odelyn tidak selesai k
"Ayah?" Odelyn menatap ayah dengan tidak percaya. Bagaimana mungkin ayah bisa menampar dirinya sendiri?"Kalau kamu gak mau keluar sekarang juga maka saya akan terus melakukan ini." Suara ayah terdengar sangat marah dan perintah dalam kalimatnya itu terdengar mutlak.PLAK, PLAK, PLAK."Ayah, stop!" Odelyn berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan tangan ayah yah tak hentinya menampar dirinya sendiri."Aku mohon stop ayah." Odelyn menangis tersedu-sedu sambil memohon di kaki ayahnya.Michael yang menghadapi situasi ini langsung tahu bahwa kebencian ayah Odelyn pada dirinya sudah mendarah daging.Disaat Odelyn berusaha keras menghentikan ayahnya dan Michael yang hanya terdiam sambil berdiri, mama tiba-tiba datang karena mendengar ada keributan."Ada apa—Ayah?! AYAH, STOP!" Mama segera berusaha menghentikan ayah yang tak henti-hentinya menampar dirinya sendiri. Padahal Odelyn dan mama sudah berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan ayah tapi rasanya ayah sulit sekali untuk dihentikan."K
"Apa?" Wah, apa Odelyn salah dengar? Bisa-bisanya Rega bilang dia ingin melihat anak Odelyn. Odelyn merasa hubungan mereka belum seakrab itu sampai-sampai Rega merasa berhak untuk melihat wajah anak Odelyn."Anak aku masih bayi jadi belum bisa ketemu orang luar." Odelyn menekankan pada kata orang luar. Entah mengapa Odelyn bersikap defensif pada Rega. Rega adalah orang yang harus diwaspadai oleh Odelyn."Ya ampun, Odelyn. Orang luar kata kamu? Aku ini teman masa kecil kamu lho." Wajah Rega yang tengil mulai terlihat pada penglihatan Odelyn. Odelyn yang mendapati tingkah tengil Rega yang seperti itu langsung merasa geli. Seingat Odelyn, Rega bukanlah orang yang seperti ini. Lalu kenapa sekarang Rega jadi seperti ini? Apakah sebenarnya Rega tahu bahwa dirinya sedang didekatkan dengan Odelyn?"Rega, aku mohon jangan begitu ya. Kita memang teman masa kecil dan aku menghargai kenangan itu. Tapi aku rasa kita gak sedekat itu sebagai teman masa kecil dan buatku siapapun yang bukan anggota ke
Maura Lariesa Purnama"Setelah ini tidak ada lagi alasan untuk kamu berkunjung ke rumah saya. Selama ini toleransi yang saya berikan ke kamu sudah sangat cukup. Lalu besok adalah waktu mediasi kalian di persidangan. Odelyn tidak akan datang karena tidak ada lagi yang perlu didiskusikan. Kalau kamu mau datang ya silahkan, tapi karena Odelyn tidak ada kan hanya jadi percuma saja." Ayah memberitahu Michael mengenai hal-hal yang menjadi aturan wajib pada hubungan mereka Michael tidak menjawab dan hanya melihat wajah putrinya. Setelah ini tidak ada alasan untuk bertemu Maura? Tidak, Michael tidak ingin berhenti."Kalau anda tidak membolehkan saya untuk bertemu dengan Odelyn kenapa anda tidak mengantar Maura ke rumah saya saja? Saya adalah ayah dari Maura dan tentu saja saya ingin bertemu dengan Maura dan merawatnya dengan baik. Saya tidak ingin Maura hanya akan mengenal uang yang saya berikan tapi tidak paham mengenai kasih sayang ayahnya. Saya tidak mau anak saya hidup seperti itu." Mich
"Apa kamu serius?" Odelyn membereskan barang-barang yang ada di rumahnya untuk dibawa pergi. Ini memang gila tapi dirinya dan Michael sudah sepakat untuk pergi jauh dari keluarga mereka masing-masing."Meskipun ini semua gila aku tetap pada pendirianku. Aku gak mungkin main-main Odelyn." Michael saat ini sedang menggendong Maura yang masih dalam keadaan tertidur. Michael datang ke rumah ini untuk menjemput Odelyn karena kebetulan orang tua Odelyn sedang pergi ke luar kota untuk suatu pekerjaan. Tentunya kesempatan semacam itu tidak akan disia-siakan oleh Michael."Aku juga lebih gila karena mau-maunya mengikuti ide kamu." Odelyn berkata dengan suara yang sinis. Odelyn benar-benar merasa bahwa yang dia lakukan ini adalah sesuatu yang akan memicu hal buruk lainnya, terutama berkaitan dengan keluarganya sendiri. Tapi berbagai bujuk rayu yang Odelyn katakan rupanya tak ada mempan pada orang tuanya. Orang tuanya juga sudah mengambil langkah keliru dengan melibatkan Maura di dalamnya. Odely
"Hah?" Bukankah mereka sedang berfokus pada pelarian dari keluarga Odelyn. Kenapa sekarang Michael malah mengatakan sesuatu yang berkaitan dengan balas dendam?"Maksud kamu apa Michael?" Odelyn tidak mengerti saat ini Michael mengatakan apa. Harusnya saat ini mereka fokus dalam pelarian bukannya malah membicarakan soal balas dendam."Kamu pikir orang tua Edelyn akan diam saja? Mereka sudah mulai meneror." Wajah Michael langsung menunjukkan ketakutan yang begitu kental."Loh, kata kamu tadi kan mereka gak mungkin balas dendam, Michael. Kata kamu tadi mereka masih punya Laura yang kini sudah ada di penjara sehingga kecil kemungkinan kan mereka mau melakukan balas dendam ini. Kamu bilang pasti mereka memikirkan Laura yang sudah ada di penjara kalau tetap nekat melakukan aksi balas dendam ini." Kenapa ucapan Michael tidak konsisten seperti ini? Tadi Michael bilang orang-orang itu tidak mungkin melakukan balas dendam. Sekarang Michael malah mengatakan bahwa orang-orang itu akan segera meng
Pemandangan di depan mata Odelyn sangatlah tidak terduga. Dua orang asing itu Odelyn mengenalinya sebagai orang tua Edelyn. Wajah mereka sama seperti di foto, seperti wajah orang baik. Nyatanya tampilan wajah itu hanya tipuan semata. Kenyataannya adalah mereka orang yang sangat jahat. Saking jahatnya Odelyn harus terlibat hal-hal gila semenjak menikah dengan Michael. Hal gila kali ini adalah adanya orang tua Odelyn yang bersama dengan orang tua Edelyn. Sebenarnya apa lagi ini? Bukankah orang tua Odelyn sedang bekerja di luar kota? Kenapa sekarang mereka malah bersama dengan orang tua Edelyn?"KELUAR KAMU!" Ayah menggedor pintu mobil tempat Michael menyetir. Odelyn yang duduk di barisan kursi tengah sangat kebingungan harus melakukan apa sekarang ini. Apalagi ini ditambah dengan Maura yang tak berhenti menangis karena gedoran dan bentakan ayah pada pintu mobil."Gakpapa, sayang. Tidur lagi ya." Odelyn berusaha bersuara setenang mungkin agar anaknya bisa merasakan bahwa dia tidak panik.