Terasa lama tidak menghirup udara segar di Kota Hunan. Reyhan berdiri di halaman kost lalu menghadap ke atas agar mendapatkan sinar Ultra.
Dalam hati terasa hampa nan jauh dari sang istri. Ingin rasanya kembali ke masa lalu dan jatuh cinta lagi. Tapi waktu berputar sangat cepat, sehingga tak terasa banyak hal yang di lewati, membuat dia sadar dan terbangun dari mimpi. Meski sakit yang di lalui istri, Reyhan berharap Gebriella selalu setia menanti.
"Eeeehhhh... Gak ada aktivitas sekarang yah?" Kata Ipul yang muncul dari belakang Rwyhan, membuat Reyhan jaget dan berhenti untuk menikmati suasana di kostnya yang lama.
Tanpa menjawab, Reyhan langsung masuk ke dalam kamar. Sementara Lola yang melihat dari depan pintu kamarnya, tertawa kecut seolah merasa jijik melihat tingkah Reyhan yang langsung meninggalkan Ipul.
"Yuk Bro... Mending kita pergi secepatnya dari pada melihat wajah palsu mendiang Tuan Levrawnch." Ajak Lola kepada Ipul.
"Wajah palsu?? Hahah
Setelah sampai di kost Reyhan, Pak Harsono melihat Bu' Malini yang sedang menggunting bunga bunganya di halaman kost. "Permisi Bu'... Saya Rektor Universitas L Harvhard." Kata Pak Harsono pada Bu' Malini dengan sangat sopan. Karena Bu' Malini sudah terlihat tua. Umurnya sudah 62 tahun. "Oh iya Pak... Ayo masuk di dalam rumah dulu." "Ah, tidak usah repot repot Bu'. Saya kesini untuk mencari anak kost yang bernama Reyhan. Apakah dia ada??" Tanya Pak Harsono. "Oh, Reyhannnn??? Dia baru saja tiba kemaren sore. Tapi tadi saya sempat lihat dia keluar, Pak... Saya juga tidak tahu dia keluar kemana." Jelas Bu' Malini pada Rektor. "Oh iya Bu'... Nggak apa apa. Nanti besok saya akan mencoba datang lagi untuk mencari Reyhan. Tapi, kalau bisa saya titip pesan saja ke Ibu'. Jika Reyhan datang, tolong bilang kalau saya Pak Harsono kesini mencarinya." Jelas Pak Harsono. "Oh iya, bisa bisa. Nanti saya akan sampaikan." Balas Bu' Malini. P
15 Menit kemudian, Reyhan dan teman temannya terdiam dari canda dan tawa mereka. Mereka saling melihat antara satu dengan yang lainnya. Hingga akhirnya mereka semuanya melihat ke wajah Haikal, dan Adi bertanya pada Haikal seolah dia dan teman temannya baru saja menyadari bahwa ada hal penting yang telah di sampaikan oleh Haikal tadi. Namun sejak dari tadi mereka seperti telah mengabaikan pemberitahuan Haikal. Mereka akhirnya tersadar dan bertanya pada Haikal secara bersamaan, "APPPPPAAAAA????" "Uuummmmpppp, taaaaadi... Saya membaca koran Tuan." Jawab Haikal gugup melihat ekspresi Adi dan teman temannya. "Wah, gawat Bro!! Kita harus segera melihat berita apa lagi kali ini yang akan menimpah Reyhan." Jelas Reno. "Iya, benar Tuan. Lebih baik Tuan Tuan segera membaca sebelum terlambat untuk mengetahui semuanya." Kata Haikal lagi. Reyhan dan teman temannyapun ke ruang kerja. Sampai di ruangan, wajah wajah karyawan terlihat pada murung semua. Mereka
Marsyalinda merasa kecewa dan sangat sedih tanpa tahu apa yang seharusnya membuat dia diam termangu hingga meneteskan air mata tanpa sebab. Tangannya gemetar, seolah merasa sangat kesal. Dia merasa bingung dengan perasaannya saat ini. Ingin rasanya dia menemui Reyhan dan bertanya tentangnya yang hilang selama ini. Namun hatinya berbeda dengan kemauannya. Sehingga diapun hanya mampu marah pada diri sendiri dan bertanya, "Kenapa sampai saat ini aku masih tak tega melihat kehidupanmu, Rey...?? Apa hatiku begitu kebal hingga tak bisa melupakanmu??" Tiba tiba terdengar suara Bram dari luar memanggil namanya. Marsyalinda kaget, lalu mengambil dua lembar tissu. Dia membashu pipi yang penuh dengan air mata, dan memakai bedak agar tidak ketahuan oleh ayahnya kalau dia baru saja kembali menjadi wanita yang lemah akibat lelaki yang sudah lama menjadi tujuan mereka. "Marsyaaaa...!!" "Iya Pi... Tunggu sebentar..." Jawab Marsya. Marsyalinda akhirnya membuka pintu.
Marsyalinda menyimpan semua berkas berkas itu di dalam lemarinya. Diapun bersiap untuk keluar mencari Reyhan dan berencana akan memantau Reyhan dari kejauhan.Sementara Bernand saat ini tengah menyusun rencana baru. Dia berharap Bram akan segera mengetahuinya. Agar dia mendapatkan bantuan penuh untuk membalas dendamnya pada keluarga Levrawnch Britama, terutama untuk membangkrutkan perusahaan mantan istrinya itu.Berbeda dengan Jayen dan juga Pevita yang saat ini sedang berada di Negara Guardan. Perusahaan CRB saat ini sedang meningkat pesat di bawah kendali Direktur Jayen. Jayen sangat tegas dan bijaksana. Para pemilik saham juga sedikit takut padanya. Terlebih para karyawan yang bekerja di perusahaan terkenal itu.Sementara Pevita yang kini sudah menjadi sombong, sangat jarang memberikan kabar pada teman temannya di Kota Hunan. Padahal teman temannya sangat menanti kabar darinya."Ver, kamukan sudah mau menikah... Apa Pevita sudah mengetahuinya??" Tanya
Marsyalinda sedang menunggu Reyhan di depan kost Ibu' Malini. Dia terus memantau dari dalam mobilnya dengan menggunakan masker, topi dan kacamata hitam. Namun sampai saat ini Marsyalinda tak kunjung melihat Reyhan. "Apakah benar disini adalah kost dia yang dulu?? Tapi sesuai dengan alamat yang di tulis Bernand dalam surat itu, dia tinggal di kost ini." Gumam Marsyalinda dalam hati sembari melihat ke arah kost Ibuk Malini. Sementara Ibuk Malini, mencurigai mobil Marsyalinda yang sudah dari tadi bolak balik di depan rumahnya yang tersambung dengan kost kostan itu. Ibuk Malini makin penasaran dan melihat mobil itu dari kaca riben yang ada di dalam rumahnya. "Kenapa mobil itu di parkir di depan kostan ini? Apakah dia adalah salah satu penjahat yang juga ikut mengincar Reyhan??" Kata Ibuk Malini bertanya tanya dalam hatinya. Hingga Ibuk Malini menekan layar handphonenya, lalu melakukan panggilan telepon untuk Reyhan. Akan tetapi, Reyhan tidak pernah mengan
Melihat Lenia begitu panik, Bram secepatnya mendekati Lenia dan mengambil handphone Lenia yang jatuh di lantai.Bram melihat berita Ariska di layar handphone Lenia, namun dengan sigapnya Lenia mengambil handphonenya dari tangan Bram."Terimakasih Direktur Bram. Aku pikir Direktur Bram adalah lelaki lain, sehingga aku begitu kaget. Tapi hatiku merasa tenang ketika mengetahui bahwa pemilik suara itu ternyata adalah Direktur Bram sendiri. Hehehe..." Kata Lenia mengalihkan situasi yang sedikit menegangkan."Benarkah, Direktur Eliza??" Tanya Bram."Tentu saja, Direktur Bram. Buat apa aku berbohong pada Direktur Bram yang selama ini selalu setia melindungiku??" Ucap Lenia sambil mengelus pipi Bram dengan jari jemarinya.Direktur Bram tertawa kecil sambil memegang tangan Lenia. "Apakah tidak ada yang kamu sembunyikan dariku, Direktur Eliza???""Apakah menurut Direktur Bram aku telah menyembunyikan sesuatu darimu, Direktur Bram?? Justru aku akan men
Rana terus mencari tahu tentang keluarga Levrawnch Britama yang saat ini masih menjadi musuh besar Opanya, Bram. Rana bahkan menulis nama-nama dan menyimpan foto-foto keluarga Levrawnch Britama."Jika memang kematian orang tuaku di sebabkan oleh keluarga Levrawnch, maka aku akan membalas semua perbuatan mereka." Kata Rana dengan pelan sambil menyimpan buku dan foto foto keluarga Levrawnch Britama.Setelah selesai, Rana lalu melanjutkan perkataannya dengan penuh emosi. "Tenanglah Tante Marsya dan Opa, aku akan membantu kalian untuk membereskan dendam kalian yang selama ini terpendam."Rana terlihat penuh semangat dengan emosional yang menggebu gebu. Saat ini dia yakin dan percaya pada isi hatinya, bahwa yang telah membunuh kedua orang tuanya adalah keluarga Levrawnch Britama.Tiba tiba Rana kaget dengan ketukan pintu kamarnya. Dia yakin bahwa pemilik suara itu adalah Opanya yang tengah membawa dispo 5 cc yang di isi dengan obat. Rana lalu membuka pintu kam
"Tuan Mudah... Tuan Mudah...!!""Iya Nyonya Oma... Ali sedang berada di kamar Mami..." Teriak Ali menjawab panggilan Nyonya Levrawnch."Hmmppp... Dari kecil hingga besar, Tuan Muda Levrawnch tidak pernah berubah. Makanpun harus di panggil berkali kali. Ayo Tuan Mudah, turun kebawah untuk makan bersama. Ajak Mami juga." Balas Nyonya Levrawnch pada cucunya.Ali tidak menjawab perkataan Omanya itu. Dia langsung mengetuk pintu kamar mandi hingga membuat Gebriella kaget dan langsung mengelap air mata bahagianya.Gebriella berencana untuk menyembunyikan kabar bahagia ini pada semuanya sebelum suaminya datang dan tahu tentang kehamilannya terlebih dahulu. Gebriella lalu keluar dan langsung mengajak Ali turun ke tangga menuju ruang makan."Apa Mami baik baik saja??" Tanya Ali."Tentu saja Mami sangat baik, Nak... Ayo, kita turun dan makan." Balas Gebriella sambil memegang tangan Ali.Di meja makan, Gebriella merasa mual terus. Tak sampai 5 me