Saat ini Reyhan sudah sampai di depan kost tempat dia kuliah dulu. Dia kembali menanyakan kamar kost kosong dan ingin tinggal di kost itu. Sedangkan Jhon, akan terus memantau Reyhan dari kejauhan dan mengurus semua urusan yang nantinya akan di perintahkan oleh Reyhan.
"Aaa...apakkkkah, ini Tuan Levrawnch Britama???" Tanya pemilik kost kaget melihat Reyhan yang kini sudah berhadapan dengannya.
"Bu', jadi Ibu' benar benar sudah melupakan saya? Saya Reyhan, yang dulu ngekost disini juga." Jawab Reyhan pada Ibu' Malini sebagai pemilik kost tersebut.
"Ah iya, saya mengerti. Tapi bukankah Reyhan adalah mendiang Tuan Levrawnch Britama??" Tanya Ibu' Malini masih tidak percaya.
"Banyak yang berkata seperti itu Bu', tapi saya menaungi hidup saya sendiri. Tidak seperti Tuan Levrawnch yang punya segalanya. Hhmmppp..." Jawab Reyhan lagi.
"Ah sudahlah... Gak usah di pikirin pertanyaan saya. Mau Reyhan adalah Reyhan atau mendiang Tuan Levrawnch Britama, Reyhan te
Terasa lama tidak menghirup udara segar di Kota Hunan. Reyhan berdiri di halaman kost lalu menghadap ke atas agar mendapatkan sinar Ultra.Dalam hati terasa hampa nan jauh dari sang istri. Ingin rasanya kembali ke masa lalu dan jatuh cinta lagi. Tapi waktu berputar sangat cepat, sehingga tak terasa banyak hal yang di lewati, membuat dia sadar dan terbangun dari mimpi. Meski sakit yang di lalui istri, Reyhan berharap Gebriella selalu setia menanti."Eeeehhhh... Gak ada aktivitas sekarang yah?" Kata Ipul yang muncul dari belakang Rwyhan, membuat Reyhan jaget dan berhenti untuk menikmati suasana di kostnya yang lama.Tanpa menjawab, Reyhan langsung masuk ke dalam kamar. Sementara Lola yang melihat dari depan pintu kamarnya, tertawa kecut seolah merasa jijik melihat tingkah Reyhan yang langsung meninggalkan Ipul."Yuk Bro... Mending kita pergi secepatnya dari pada melihat wajah palsu mendiang Tuan Levrawnch." Ajak Lola kepada Ipul."Wajah palsu?? Hahah
Setelah sampai di kost Reyhan, Pak Harsono melihat Bu' Malini yang sedang menggunting bunga bunganya di halaman kost. "Permisi Bu'... Saya Rektor Universitas L Harvhard." Kata Pak Harsono pada Bu' Malini dengan sangat sopan. Karena Bu' Malini sudah terlihat tua. Umurnya sudah 62 tahun. "Oh iya Pak... Ayo masuk di dalam rumah dulu." "Ah, tidak usah repot repot Bu'. Saya kesini untuk mencari anak kost yang bernama Reyhan. Apakah dia ada??" Tanya Pak Harsono. "Oh, Reyhannnn??? Dia baru saja tiba kemaren sore. Tapi tadi saya sempat lihat dia keluar, Pak... Saya juga tidak tahu dia keluar kemana." Jelas Bu' Malini pada Rektor. "Oh iya Bu'... Nggak apa apa. Nanti besok saya akan mencoba datang lagi untuk mencari Reyhan. Tapi, kalau bisa saya titip pesan saja ke Ibu'. Jika Reyhan datang, tolong bilang kalau saya Pak Harsono kesini mencarinya." Jelas Pak Harsono. "Oh iya, bisa bisa. Nanti saya akan sampaikan." Balas Bu' Malini. P
15 Menit kemudian, Reyhan dan teman temannya terdiam dari canda dan tawa mereka. Mereka saling melihat antara satu dengan yang lainnya. Hingga akhirnya mereka semuanya melihat ke wajah Haikal, dan Adi bertanya pada Haikal seolah dia dan teman temannya baru saja menyadari bahwa ada hal penting yang telah di sampaikan oleh Haikal tadi. Namun sejak dari tadi mereka seperti telah mengabaikan pemberitahuan Haikal. Mereka akhirnya tersadar dan bertanya pada Haikal secara bersamaan, "APPPPPAAAAA????" "Uuummmmpppp, taaaaadi... Saya membaca koran Tuan." Jawab Haikal gugup melihat ekspresi Adi dan teman temannya. "Wah, gawat Bro!! Kita harus segera melihat berita apa lagi kali ini yang akan menimpah Reyhan." Jelas Reno. "Iya, benar Tuan. Lebih baik Tuan Tuan segera membaca sebelum terlambat untuk mengetahui semuanya." Kata Haikal lagi. Reyhan dan teman temannyapun ke ruang kerja. Sampai di ruangan, wajah wajah karyawan terlihat pada murung semua. Mereka
Marsyalinda merasa kecewa dan sangat sedih tanpa tahu apa yang seharusnya membuat dia diam termangu hingga meneteskan air mata tanpa sebab. Tangannya gemetar, seolah merasa sangat kesal. Dia merasa bingung dengan perasaannya saat ini. Ingin rasanya dia menemui Reyhan dan bertanya tentangnya yang hilang selama ini. Namun hatinya berbeda dengan kemauannya. Sehingga diapun hanya mampu marah pada diri sendiri dan bertanya, "Kenapa sampai saat ini aku masih tak tega melihat kehidupanmu, Rey...?? Apa hatiku begitu kebal hingga tak bisa melupakanmu??" Tiba tiba terdengar suara Bram dari luar memanggil namanya. Marsyalinda kaget, lalu mengambil dua lembar tissu. Dia membashu pipi yang penuh dengan air mata, dan memakai bedak agar tidak ketahuan oleh ayahnya kalau dia baru saja kembali menjadi wanita yang lemah akibat lelaki yang sudah lama menjadi tujuan mereka. "Marsyaaaa...!!" "Iya Pi... Tunggu sebentar..." Jawab Marsya. Marsyalinda akhirnya membuka pintu.
Marsyalinda menyimpan semua berkas berkas itu di dalam lemarinya. Diapun bersiap untuk keluar mencari Reyhan dan berencana akan memantau Reyhan dari kejauhan.Sementara Bernand saat ini tengah menyusun rencana baru. Dia berharap Bram akan segera mengetahuinya. Agar dia mendapatkan bantuan penuh untuk membalas dendamnya pada keluarga Levrawnch Britama, terutama untuk membangkrutkan perusahaan mantan istrinya itu.Berbeda dengan Jayen dan juga Pevita yang saat ini sedang berada di Negara Guardan. Perusahaan CRB saat ini sedang meningkat pesat di bawah kendali Direktur Jayen. Jayen sangat tegas dan bijaksana. Para pemilik saham juga sedikit takut padanya. Terlebih para karyawan yang bekerja di perusahaan terkenal itu.Sementara Pevita yang kini sudah menjadi sombong, sangat jarang memberikan kabar pada teman temannya di Kota Hunan. Padahal teman temannya sangat menanti kabar darinya."Ver, kamukan sudah mau menikah... Apa Pevita sudah mengetahuinya??" Tanya
Marsyalinda sedang menunggu Reyhan di depan kost Ibu' Malini. Dia terus memantau dari dalam mobilnya dengan menggunakan masker, topi dan kacamata hitam. Namun sampai saat ini Marsyalinda tak kunjung melihat Reyhan. "Apakah benar disini adalah kost dia yang dulu?? Tapi sesuai dengan alamat yang di tulis Bernand dalam surat itu, dia tinggal di kost ini." Gumam Marsyalinda dalam hati sembari melihat ke arah kost Ibuk Malini. Sementara Ibuk Malini, mencurigai mobil Marsyalinda yang sudah dari tadi bolak balik di depan rumahnya yang tersambung dengan kost kostan itu. Ibuk Malini makin penasaran dan melihat mobil itu dari kaca riben yang ada di dalam rumahnya. "Kenapa mobil itu di parkir di depan kostan ini? Apakah dia adalah salah satu penjahat yang juga ikut mengincar Reyhan??" Kata Ibuk Malini bertanya tanya dalam hatinya. Hingga Ibuk Malini menekan layar handphonenya, lalu melakukan panggilan telepon untuk Reyhan. Akan tetapi, Reyhan tidak pernah mengan
Melihat Lenia begitu panik, Bram secepatnya mendekati Lenia dan mengambil handphone Lenia yang jatuh di lantai.Bram melihat berita Ariska di layar handphone Lenia, namun dengan sigapnya Lenia mengambil handphonenya dari tangan Bram."Terimakasih Direktur Bram. Aku pikir Direktur Bram adalah lelaki lain, sehingga aku begitu kaget. Tapi hatiku merasa tenang ketika mengetahui bahwa pemilik suara itu ternyata adalah Direktur Bram sendiri. Hehehe..." Kata Lenia mengalihkan situasi yang sedikit menegangkan."Benarkah, Direktur Eliza??" Tanya Bram."Tentu saja, Direktur Bram. Buat apa aku berbohong pada Direktur Bram yang selama ini selalu setia melindungiku??" Ucap Lenia sambil mengelus pipi Bram dengan jari jemarinya.Direktur Bram tertawa kecil sambil memegang tangan Lenia. "Apakah tidak ada yang kamu sembunyikan dariku, Direktur Eliza???""Apakah menurut Direktur Bram aku telah menyembunyikan sesuatu darimu, Direktur Bram?? Justru aku akan men
Rana terus mencari tahu tentang keluarga Levrawnch Britama yang saat ini masih menjadi musuh besar Opanya, Bram. Rana bahkan menulis nama-nama dan menyimpan foto-foto keluarga Levrawnch Britama."Jika memang kematian orang tuaku di sebabkan oleh keluarga Levrawnch, maka aku akan membalas semua perbuatan mereka." Kata Rana dengan pelan sambil menyimpan buku dan foto foto keluarga Levrawnch Britama.Setelah selesai, Rana lalu melanjutkan perkataannya dengan penuh emosi. "Tenanglah Tante Marsya dan Opa, aku akan membantu kalian untuk membereskan dendam kalian yang selama ini terpendam."Rana terlihat penuh semangat dengan emosional yang menggebu gebu. Saat ini dia yakin dan percaya pada isi hatinya, bahwa yang telah membunuh kedua orang tuanya adalah keluarga Levrawnch Britama.Tiba tiba Rana kaget dengan ketukan pintu kamarnya. Dia yakin bahwa pemilik suara itu adalah Opanya yang tengah membawa dispo 5 cc yang di isi dengan obat. Rana lalu membuka pintu kam
Setelah memasangkan cincin ke jari manis Maminya, mereka merasa bingung karena semua orang berlari ke arah depan jalan raya.Saking penasaran, Yulia bertanya pada salah satu bapak bapak yang juga ikut berlari ke depan jalan raya. "Pak, ada apa itu?? Apa yang terjadi di depan jalan itu??""Lecelakan, Non." Jawab bapak itu."Siapa yang celaka, Pak??" Tanya Yusuf."Katanya, Nona Marsyalinda berlari keluar jalan dan tertabrak mobil, Non. Kata mereka juga Nona Marsya tidak bernafas lagi." Jawab bapak itu lalu bergegas pergi.Yulia langsung berlari mengikuti bapak itu dengan begitu cepat dan berkata dalam hati, "Tanteeee... Maafkan aku."Lenia dan Yusufpun berjalancepat ke tempat kejadian itu. Setelah sampai, terlihat Yudha yang sedang menggendong Marsyalinda dan membawanya ke dalam ambulance.Semua keluarga Levrawnchpun menuju ke Rumah Sakit The L Medika. Namun sayangnya, setelah sampai di Rumah Sakit, Marsyalinda tidak sempat tertol
Air mata bercucuran tiada henti. Tangisan para tamu tak kalah dengan kesedihan keluarga Levrawnch. Meski menu makanan tiada henti di layani pada setiap individu yang datang, namun rasa sedih mendalam menutupi rasa dahaga mereka saat ini.Host 3 : "Itulah ucapan dari sang istri tercinta Tuan Levrawnch yang membuat kita semua yang hadir di sini merasa sedih."Host 1 : "Sedih banget. Namun masih ada lagi yang akan kita dengar, yaitu tentang kronologis keluarga Levrawnch Britama yang akan di sampaikan langsung oleh Nyonya Levrawnch Britama."👏👏👏Nyonya Levrawnch berjalan menuju kursi yang di taru di atas panggung. Meski begitu, Nyonya Levrawnch malah berdiri untuk menyampaikan hal tersebut dan menjadikan tempat duduk itu sebagai persiapan ketika dia merasa lelah berdiri."Pasti semuanya sudah kenal saya. Benar nggak??" Tanya Nyonya Levrawnch."KENAAAALLLL..." Sontak mereka semua."Baikah, terimakasih sudah datang maupun yang sudah menonton di
======== Sore hari tiba. Semua para Koki dan pelayan tengah sibuk di rumah baru Nyonya Levrawnch Britama. Ada begitu banyak penjemput tamu yang menggunakan gaun berwarna biru dan juga setelan jass yang sama berwarna hitam. Di kursi paling depan terlihat begitu banyak pengusaha pengusaha dan para direktur, serta pemilik saham yang sedang duduk bercerita dan bergunda ria. Sementara keluarga besar Levrawnch Britama, keluarga besar Debora serta keluarga besar Oscandra, semuanya memakai pakaian putih dan setelan jass berwarna hitam. Tak hanya itu, bahkan Marsyalinda, keluarga Yudha, teman teman Reyhan serta para pembantu juga serentak memakai pakaian putih dan hitam. "Sayang, kamu cantik banget hari ini." Kata Yudha pada Marsyalinda. "Terimakasih, sayang. Terimakasih sudah menemani aku, sudah melindungi dan memotivasi aku. Aku akan berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi." Jawab Marsyalinda dengan mata yang berbinar menyimpan 1000 tetes
1 Bulan Kemudian. "Nak... Coba kamu lihat awan itu, indah bukan??" Tanya Gebriella pada Ali yang sedang duduk bersama di teras atas sambil membicarakan masa depan mereka. "Iya Mi... Sangat indah..." Jawab Ali. "Mami ingat waktu masa dulu saat melihat matahari mulai terbit dan awan putih mulai tebal. Waktu itu, Papi kamu bercerita soal dia yang sedang sibuk mencari Mami di Kota Naung. Tapi begitu ketemu, sepi terasa ramai. Malampun terlihat terang." Kata Gebriella sambil menikmati indahnya matahari terbit. "Terus, Mi...??" Tanya Ali. "Terus, setelah sekian lama terpisah, Papi dan Mami baru bertemu kembali di bukit bunga Kota Naung. Papi mencari mami di sana. Dia sangat setia juga sangat romantis. Tiap hari Papi datang ke rumah Mami yang kecil demi mengambil hati Oma dan juga Opa, hingga akhirnya Oma dan Opapun setuju. Lalu, Mami ikut papi ke Kota Hunan dan menghadapi cobaan bersama. Hehehe... Mami masih ingat, dulu Papi kamu sangat tegas. Dia h
Sampai di lokasi shooting, semua orang menyambut Gebriella dengan hidangan dari berbagai macam menu makanan. Mereka semua terlihat sangat bahagia. Tidak hanya itu, di sana juga ada banyak penggemar yang datang dan menyiapkan hadia serta ucapan ucapan yang memotivasi Gebriella. "Terimakasih semuanya... Terimakasih karena Gebbylover's masih setia menunggu saya dan selama ini masih mendukung saya. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih banyak untuk semua penggemar yang ada di sini maupun yang sedang menonton acara perdana live saya di luar sana." Kata Gebriella dengan menggunakan mike, lalu menyapa semua para aktor lama maupun aktor baru. Gebriella juga menyapa semua TIM medianTV maupun para produser dan grup kameramen yang hadir. Gebriella terlihat begitu bahagia. Sekejap melupakan suaminya yang hilang, meski bersifat sementara, tapi bagi Gebriella suasana saat ini lumayan menghiburnya. "Hallo Gebby, selamat datang kembali. Hehehe..." Ucap Andi. "Hallo juga Kak A
"Nak... Apa kamu sudah mengingat semuanya??" Tanya Lenia pada Yulia."Tidak, aku tidak mengingat apa apa. Hanya mencoba memanggilmu dengan kata, Mami saja." Jawab Yulia."Tidak apa apa, Nak... Ingatlah pelan pelan. Tidak usah buru buru." Kata Lenia sambil mengusap usap kepalanya."Tolong tinggalkan aku sendiri. Aku mau tidur. Kepalaku mulai terasa sakit. Mungkin karena aku terus berusaha untuk mengingat semua masa laluku." Perintah Yulia.Lenia lalu memakaikan selimut pada Yulia, anaknya. Setelah itu mereka semua keluar dari kamar Yulia.Yulia berbaring terlentang sambil menutup matanya dan mencoba mengingat semua hal yang terjadi padanya."Ternyata Papi dan Mamiku adalah orang kaya. Tapi kenapa mereka tidak mencariku?? Apa dulu mereka tidak sayang padaku?? Lalu, di mana Papiku?? Kenapa dia tidak pernah datang menjengukku?? Kenapa Marsyalinda dan lelaki tua itu memanfaatkan aku untuk membunuh keluargaku sendiri?? Apa sebenarnya yang terjadi?
Dokter Willy yang baru saja sampai, merasa heran melihat ekspresi wajah Lenia dan teman temannya."Nona Levrawnch..." Panggil dokter Willy membuat Lenia kaget dari pandangannya ke arah Marsyalinda dengan tatapan yang penuh emosi."Nona Lerawnch!!" Panggil dokter Willy lagi."Iya dok. Gimana keadaan Yulia, dok!!" Tanya Lenia spontan."Masih sama seperti dengan kemaren. Saya melihat Nona Levrawnch seperti kebingungan melihat ke arah pintu keluar sana. Makanya saya langsung medekati Nona Levrawnch kesini. Oh iya, Nona Lerawnch, saya akan mel...!!" Kata dokter terputus dengan suara suster yang memanggil namanya."Dokter Willy, pasien atas nama Rana telah pingsan." Teriak suster tersebut."Pingsan?? Di mana dia??" Sontak Lenia dan dokter Willy kaget."Di depan Paviliun ruangan mawar, dok..." Jawab Suster jaga itu."Ayo kita lihat Yulia dulu, Nona Levrawnch." Ajak dokter Willy lalu berlari menuju ke arah Rana yang sedang di angkat ol
1 BULAN KEMUDIANWaktu berputar begitu cepat, sehingga tak terasa hari demi hari dengan penuh tantangan dan rintangan kian bisa terlewatkan.Keluarga Levrawnch Britama untuk sementara waktu tinggal di Villa Reyhan yang berada di Villa L Green.Kenangan yang sudah terlewatkan masih mengiris hati dengan rasa rindu yang tak terlampiaskan. Tapi Gebriella yang baru saja sembuh, tetap semangat dan hanya fokus pada masa depan anaknya, Ali. Saat ini Alipun telah resmi di gelar sebagai Tuan Muda Levrawnch Britama. Diapun mengikuti sekolah privat di Villa untuk sementara waktu, karena menghindari kejahatan di luar sana yang tak terduga.Tiba tiba terdengar suara Bi' Ina yang masih setia tinggal di Villa Reyhan sejak dahulu kala. BI' ina sudah terlihat tua. Oleh sebab itu, Bi' Ina kini hanya di jadikan sebagai pengawas para pembantu di kediaman keluarga Levrawnch Britama."Nyonya Gebby, sarapannya sudah siap. Semuanya sudah berkumpul di ruang makan. Apa makan
Lenia bersama keluarganya berkumpul di ruangan pasien tempat Rana di rawat.Suasana terlihat bgitu mengharukan. Air mata kerinduan bercucuran di pipi. Rasa kangen dan kekhawatiran yang selama ini terpendam, kini bisa terluapkan. Lenia memegang tangan Rana, sampai akhirnya Ranapun terbangun dan kebingungan setelah melihat ada begitu banyak orang yang sedang berkumpul di kamarnya."Siapa kalian??" Tanya Rana membuat Nyonya Levrawnch terpukul dengan pertanyaan itu."Dokter Willy, apa kejadian barusan membuat Yulia lupa ingatan??" Tanya Nyonya Levrawnch pada dokter pribadi mereka sekaligus Direktur Rumah Sakit The L Medika."Saat ini, Non Yulia belum bisa mengingat apa apa. Karena sebelumnya dia sudah memang lupa ingatan. Namun karena dia telah mengkonsumsi obat pelambat ingatan secara terus menerus, akhirnya ingatannya lebih susah lagi untuk di kembalikan. Mungkin Nona dan juga Nyonya Levrawnch harus lebih sabar lagi selama bertahun tahun untuk menunggu inga