Nia meraih pinggang Nick, membelai dengan jemari mungilnya, Nick membalas dengan menggerakkan jemarinya dari pinggul menyusuri pinggang hingga ke kancing kemeja Nia paling atas.Nia tersenyum senang dan berusaha untuk menyembunyikannya tapi gagal.Nick sama sekali tidak tahu bagaimana wajahnya tapi dia membayangkan matanya melebar dan mulutnya terbuka."Asal kau tahu," bisik Nia, "kau tidak perlu melakukan apapun padaku.""Asal kau tahu," balas Nick dengan sama pelannya, "saat ini mustahil bagiku untuk menahan kedua tanganku untuk tetap diam tanpa menyentuhmu.""Berjanjilah, kau akan menjaga tanganmu, aku ingin mencurahakn perhatianku untuk membahagiakanmu dengan kedua tanganku, bibirku dan mulutku, jadi tetaplah diam agar tidak mengalihkan perhatianku." Nia mengatakan apa yang ada di pikirannya, dia ingin percobaan pertamanya berhasil, supaya dia lebih berani mencoba hal yang baru dikemudian hari."Kau membunuhku, Sayang."Nick mengerang
"Nick, bangun yuk.""Ini baru hari ketiga, hari ketiga BULAN MADU kita, Sayang! Jadi biarkan kita menuruti keinginan hati, kalau mau bangun siang, ya siang aja, terserah.""Kalau bangun pagi ya...pagi aja!""Kalau pengennya di ranjang terus ya..kenapa nggak?" "Seperti sekarang?" "Sekarang?"Terdengar tawa lembut tapi parau. Tubuh Nick terasa berat dan lemas pasca badai percintaan mereka tadi malam yang begitu luar biasa.Kepuasan yang dirasakannya tanpa jeda sedetik pun. Nick menindih dan menutupi tubuh istrinya disertai kecupan-kecupan keras dan dalam sementara kedua tangannya mulai masuk ke bawah selimut dan mulai memainkan tubuh hangat istrinya.Setelah belaian dan sentuhan yang memabukkan, yang dituntun oleh naluri untuk memuaskan istrinya, segera Nick mulai memandu mereka, kali ini dalam keadaan belum sadar seratus persen, Nia berusaha mengimbangi Nick. Nick terperangah dengan ketergesaan itu.Aroma istrinya, kehalusan kulit Nia di bawah sentuhan tangannya dan hangatnya
Hari keempat bulan madu mereka, pagi-pagi sekali Nick telah bangun, kemudian menyiapkan sarapan buat Kania. Nick memesan biskuit, walaupun selama mereka bersama Nick tak sekalipun mendapati istrinya mual dengan kehamilannya. Lalu Nick pun memesan roti bakar dan juice jeruk kesukaan Kania. Setelah semuanya siap, barulah Nick beranjak membangunkan istrinya. "Sayang, bangun yuk, sarapan sudah siap." Nia menggeliat dengan kedua tangan terangkat ke atas. 'aduhaiii...istriku diam saja nggak bergerak, aku bisa bergairah, apalagi kalau tubuh seksinya meliuk-liuk di depanku begini,' kata Nick dalam hati. "Sayang, bangun yuk." Nick pun merebahkan badannya di samping istrinya, lalu mulai meraba dengan niat membangunkan. Nampaknya Kania merasakan remasan tangan Nick karena perlahan dia membuka matanya. "Nick, lagi ngapain?" tanyanya parau."Suara bangun tidurmu sangat seksi, Sayang." "Sebenarnya ini masih tidur, tapi karena ada yang pegang-pegang jadinya kebangun!""Niatku awalnya han
Mereka pun bersiap-siap lalu berjalan keluar dengan bergandengan tangan. Segera Nick menuju tempat persewaan boat yang ditata melingkar di pinggir pantai. "Sayang, boat-nya tinggal dua, nggak bisa dapat yang baru dong."Nia berceloteh melihat sisa boat yang sedikit berbeda dengan kemaren saat mereka datang, masih ada banyak sekali boat yang berjajar di pantai. "Sir, kami mau sewa boat, ada?" Nick bertanya pada penjaga. "Sorry, Tuan. Hari ini sudah tersewa semua.""Dua yang itu?" Nia bertanya sambil menunjuk dua boat yang masih parkir."Sorry, Mom! Itu tidak layak jalan, jadi tidak kami sewakan." Nick memandang ke sekitar pantai."Di mana lagi kami bisa menemukan tempat persewaan boat yang lain?" "Tempat persewaan kami adalah yang paling besar, jadi kalau kami habis biasanya yang lain sudah lebih dahulu habis, Tuan." "Baiklah, ada pilihan apalagi wisata air di sini?" "Snorkeling? Atau berjalan di air? Bermalam dengan hiu?"Kania menggigit bibirnya mendengar penjelasan si penja
Setelah seharian menghabiskan kegiatan di luar ruangan, Nia merasa kelelahan.Walau hatinya bahagia tapi tubuhnya butuh bersantai."Nick, udah selesai kan?" Nick memandang istrinya."Mau balik ke kantor?" Tanpa sadar Nick bertanya, yang sukses membuat Kania tertawa, barulah Nick menyadari kesalahannya. "Mau balik ke hotel?"Kania mengangguk. "Ayo." Nick menggandeng Kania. Tidak tergesa-gesa karena ingin menikmati pemandangan yang memang luar biasa indah.Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan orang yang sedang menawarkan kerajinan lokal yaitu tenun tikar. Nia yang tertarik segera menghentikan langkahnya."Ini namanya apa Pak?" "Thunduu Kunaa, Non. Ini kerajinan lokal kami yang paling terkenal, membawa keuntungan, rejeki dan kebahagiaan, syaratnya diduduki bersamaan dalam satu tikar ."Nick mendengar penjelasan si penjual segera membeli satu tikar, lalu mengucapkan terima kasih. "Nick, buat apa tikarnya? Nanti malam mau duduk di pantai?" Nick menggeleng. "Lalu, buat apa
"Sayang, udah selesai gantinya?" "Belum, Nick." Nampak Nick menarik nafas panjang. Nick ingin jadi orang normal yang keluar dan berbaur dengan orang banyak, berbaur dengan masyarakat sekitar.Akan tetapi kalau dia masuk ke lemari built-in dan mendapati Nia belum berpakaian lengkap, maka cita-citanya yang mulia akan gugur! Dia akan memilih menghabiskan waktu dengan istri jelitanya di kamar tanpa ada orang lain. "Sayang...butuh bantuan?" "...nggg...enggak kok, udah mau selesai." 'syukurlah,' kata Nick dalam hati. Tak lama terdengar bunyi langkah kaki istrinya mendekat. "Hai, maaf ya Nick." "Nggak apa-apa, Sayang!"Nick berusaha bertahan di tempatnya, akan tetapi saat dia menatap mata indah istrinya, Nick melihat Kania sedang tersenyum hangat tapi ragu-ragu dan malu, tanpa sadar Nick pun melangkah maju. "Sayang? Kenapa?" Bola mata Nia membulat. "Kok tahu?" Kania bertanya dengan heran. "Tahu dong! Kenapa sebenarnya? Sepertinya ragu-ragu juga malu, coba ceritain." "Nick, ka
Mereka menempati Honeymoon Suite yang luar biasa indahnya.Tiba-tiba Kania berjinjit dan berbisik di telinga Nick. "Jadi, malam ini kita nggak bercinta?" Nick mengangkat keningnya."Tetep bercinta dong! Kenapa nggak?""Terbuka begini?""Cuma ada ikan kecil, terumbu karang, hiu, kan nggak apa-apa!""Kalau ada petugas yang kasih makan ikan?" Nick tertawa sambil mencubit hidung kekasihnya. "Ini kan lautan, kalau kasih makan juga paling dari atas aja kan?""Kalau petugas patroli?" "Berarti keberuntungan seumur hidup sudah dia ambil semua malam ini!" "Ahhhh...nggak mau, malu ah." Nick berencana untuk menceritakan tentang layar penutup kaca jika mereka menginginkan privasi di kamar tidur mereka, tapi Nick menundanya, senang hatinya melihat istrinya merona karena malu.Setelah puas berkeliling, Nick mengajak Nia pergi ke restaurant bawah laut yang tidak jauh dari suite mereka. "Ini kita lagi di bawah laut kan?" tanya Nia heran."Yap." "Tapi kok kayak lagi jalan di mall gitu, tadi s
"Kau akan tahu apa maksudku, aku akan menunjukkannya padamu sekarang juga."Nia tersenyum lalu berdiri. Melihat Nia berdiri, otomatis Nick pun berdiri, akan tetapi dengan lambaian tangannya Nia menyuruh Nick kembali duduk di tempatnyaNia menghampiri sudut life music, tempat seorang pemain piano dan pemain biola menghibur pengunjung restaurant. Kania pun nampak berbincang, lalu memutar badannya dan menghadap pengunjung yang memang tidak banyak karena restaurant ini sangat eklusif dan mahal. "Aku ingin...saat kau mendengar alunan piano dan biola yang berpadu dengan aroma lautan dan deburan ombak, maka kau akan tahu...hatiku hanya untukmu!" Kania berkata dengan suara begitu lembut tapi dengan tatapan sepanas api, hanya untuk suaminya tercinta. Nick merasa sekelilingnya mengabur, hanya ada dia dan istrinya yang sedang menyatakan cinta dengan caranya sendiri.Nick masih bertanya-tanya apa yang akan Kania lakukan ketika Kania mulai bernyanyi. Selesai bernyanyi semua orang berdiri dan
Kania melihat wajah Tora, lalu menunduk menatap ponsel Tora, nampak dua orang anak manusia yang sedang bercinta. Keduanya asing bagi Kania! Akan tetapi masih sambil menunduk Kania menyusun rencana. "Mana ada tubuh sexy, tubuh over weight aja di bilang seksi!" gerutu Kania. Tora terkejut hingga lupa menutup mulutnya.."Kau tidak menangis?" Lucu sekali raut wajah Tora.Reaksi Kania hanyalah mengangkat keningnya lebih tinggi."Sudah kubilang bahwa suamiku adalah pria paling setia, dia memiliki semua kriteria yang diinginkan seorang wanita pada diri seorang pria."Kania sengaja membuat panas hingga Tora tak lagi bisa berpikir dengan otaknya."Sudah kaya, tampan, seksi, pintarrr lagi.""Diam," desis Tora."Seorang pria yang bisa menaklukkan dunia akan dengan mudah membuat ribuan wanita tunduk di kakinya, tanpa rayuan, tanpa ancaman." Kania meneruskan dengan sengaja."DIAM!" bentak Tora dengan raut wajah bengis. "Pria yang percaya diri adalah pria yang tahu kualitas dirinya, tidak men
Nick mengangkat tangannya dan siap menggedor pintu kamar ketika sesuatu menghentikannya. Tawa istrinya! Tawa! 'apakah perkiraannya salah? Mereka memang sedang berbisnis?' Kalimat berikutnya menjawab pertanyaan Nick. "Suamiku pria yang paling bisa dipercaya, kau tunjukkan foto dia sedang bercinta pun aku akan bilang itu rekayasa!"Segera Nick berbalik dengan wajah heran dan memberi isyarat kepada Tommy untuk melakukan sesuatu. Tommy mengacungkan jempolnya, Nick heran melihat ketenangan sahabatnya. Kembali Nick menghadap pintu dan menempelkan telinganya lebih dekat. **Kania melihat Tora mendekatinya. Kania beringsut akan tetapi Tora makin mendekati hingga parfumnya tercium oleh Kania. Parfum lembut yang aneh karena menguar setelah bercampur keringat seorang pria. Seaneh pemakainya. "Sejak awal kita bertemu kau sudah merendahkan ku dengan lagak bangsawanmu! Lalu makin hari kau makin membuatku marah karena kau membuat mereka semua mulai berani melawanku!""Tanda tanya besar ba
Nick sampai di kantor Kania. Bergegas Nick menuju ruang Kania hanya untuk mendapati ruangan itu kosong. Nick melihat sekeliling. 'fix! Nia keluar kantor karena tas dan semua barang-barang pribadinya tidak ada di sini.' Nick berkata dalam hati setelah melihat sekitar. Nick langsung mencari sekretaris Kania. "Kemana Ibu pergi?" "Ibu pergi dengan klien lama yang memang sudah janjian dari kemarin itu, Pak." Nick ingat cerita Kania bahwa beberapa hari terakhir dia sedang sibuk mempersiapkan penyambutan klien besar yang tadinya sudah tidak menjalin kerja sama dengan mereka karena perusahaannya vakum akan tetapi kini telah kembali. Nick masih ingat binar di mata istrinya, betapa Kania sangat bahagia karena dengan perjanjian baru ini mereka akan mendapatkan laba yang berlipatganda. Sebenarnya ini bukan melulu tentang uang, tapi Kania ingin mengembalikan kondisi perusahaan ayahnya kembali ke posisi semula, jadi perusahaan sehat yang bisa menopang hidup ratusan karyawan beserta keluar
Kania memandang Mrs Brenda sambil bertanya dalam hati. 'seharusnya basa basi nggak sampai sedalam ini kan? Pakai nanya nama anak segala!' "Namanya Nico, Mrs Brenda." "Kamu sayang sama Nico?" 'pertanyaan nggak penting!' Ingin rasanya Kania menghardik Mrs Brenda. "Kenapa Mrs Brenda?" Nampak Mrs Brenda mendongak akan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. "Yah...hanya ingin tahu saja." Kania hanya mengangguk samar tanpa menjawab pertanyaan Mrs Brenda. Tanpa terasa mereka telah sampai di parkir bawah tanah. Mereka keluar dan berjalan dengan Mrs Brenda yang memimpin di depan. Lalu Kania sadar bahwa mereka sedang berada di hotel bukan kantor! Sedang mereka berjalan terjadi keributan. Ada seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Si ibu kerepotan dengan barang bawaannya dan juga sibuk menenangkan bayinya yang sedang menangis kencang. Kania mengamati dan sedang berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menolong si ibu ketika dia merasa tangan M
"Selamat siang, mari silahkan masuk." Sambil mempersilahkan wanita itu masuk Kania berjalan menyongsong kliennya. Mereka berjabat tangan. Kania mencatat dalam hati bahwa wanita itu hanya sekilas memandang wajahnya lalu melihat ke sekeliling ruang kerja Kania. 'mungkin wanita ini mengukur kredibilitas perusahaan Kania melalui kondisi dan perabot kantor pemilik,' batin Kania. "Mari silahkan duduk Mrs Brenda, senang bisa bertemu dengan Anda hari ini." Merasa namanya di panggil Mrs Brenda memandang Kania lalu menganggukkan kepalanya. "Kemana orang-orangmu?" Kania sejenak berpikir bagaimana cara menjawab tanpa membuat wanita tua ini tersinggung. "Maaf, bukankah pesan yang sekretaris Anda kirim mengatakan agar sebaiknya kita hanya bertemu berdua saja?" Wanita tua itu tersenyum. Senyum formalitas, catat Kania dalam hati."Aku hanya ingin memastikan kau sudah melakukan apa yang aku inginkan," jawab Mrs Brenda.Kania mengangguk. "Baik, kalau ada yang ingin Anda tanyakan seputar pr
Nick meraih tengkuk istrinya lalu mulai memimpin mereka berdua. "Aku terus memikirkan ini sejak dokter bilang kau sudah boleh beraktivitas normal," bisik Nick dengan bibir basah yang merambah ke mana-mana. Nick membelai kulit istrinya yang sangat lembut dan membiarkan jemarinya meluncur turun ke leher, lalu ke tulang selangkanya. Nick mencium denyut nadi di leher Kania dan merasakan detak itu di lidahnya.Mereka setara dalam gairah."Aku ingin kau telanjang," gumam Nick yang tidak lagi ingin membuang waktu langsung menarik turun blouse Kania yang ternyata memang belum terkancing dengan sempurna."Aku terlalu merindukanmu.." gumam Nick.Mereka saling memandang."Me too. Jadi, apa yang kau tunggu, Hon? Pleaseee,"Nick tersenyum mendengar rengekkan Kania.."Kalau hanya untuk aku, sudah sedari tadi aku akan langsung masuk, berdiam di sana, menikmati kenikmatan luar biasa yang tak pernah gagal kau tawarkan." "Tapi?""Aku harus membayar hutangku dulu, betapa istriku yang murah hati su
"Satu minggu, Pak." Nick membiarkan pria itu mengerjakan tugasnya sampai selesai. "Catat di kertas, taruh di meja." Setelah melakukan persis yang Nick perintahkan, pemuda itu segera berlalu dari hadapan Nick. Nick langsung mengangkat telepon dan kembali memanggil Tommy."Siap Bos?" "Kenapa ada OB baru di sini?" "Memang vendor kita akan ganti orang baru kalau yang lama sudah menjelang habis masa kontrak, Nick." "Telepon mereka, suruh sediakan orang-orang yang sudah bekerja minimal 1 tahun, jangan pernah kirim orang baru apapun kondisinya atau kita akan cari vendor lain." Tommy mengangguk.'ini serius!' batin Tommy."Memangnya kenapa dengan OB yang kamu panggil tadi, Bos?" "Sebenarnya aku mau panggil teknisi tapi demi kepraktisan aku suruh OB aja, toh tidak membutuhkan keakuratan, hanya bayangan garis besarnya saja tapi ternyata orang yang datang asing, dengan kondisi kita saat ini, usahakan tidak ada orang baru, menutup kemungkinan mereka menyusup dengan mudahnya ke kantor ki
Akhirnya Nick kembali ke kantor dengan senyum lebar di bibirnya.Nick membuka ruang pertemuan dan mendapati ada Tommy yang sedang bersama dengan klien mereka."Mohon maaf pertemuan kita terganggu karena istri saya butuh bantuan." Itulah kalimat pertama yang Nick ucapkan. Nampak klien yang tua menatap Nick tajam lalu mulai menjawab."Tadinya saya kesal karena harus menunggu, padahal kami klien penting dan kami datang dari jauh, jadi tadi saya nyaris memutuskan bahwa saya akan mengakhiri hubungan bisnis di antara kita." Nick hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun karena dia tahu bahwa masih ada yang akan di ungkapkan oleh kliennya itu. "Akan tetapi di saat-saat terakhir setelah saya mendengar bahwa kau mengabaikan kami karena harus mengurus sesuatu yang berhubungan dengan istrimu akhirnya...saya putuskan untuk menunggumu." Nick mengangguk seakan ingin mengucapkan terima kasih melalui anggukkan kepalanya."Kau tidak ingin bertanya apa yang membuat saya memutuskan menunggumu
Nick berusaha melepaskan bibirnya untuk ciuman yang kesekian kali. "Udah pamit yang ketiga kali," gumam Kania setengah meledek suami sayang.Nick tersipu malu. "Berat ninggalin istri tercinta," jawab Nick sambil berjalan ke pintu. "Tumben rajin banget ngantor, ini udah jam berapa, Hon?" Nick berhenti lalu menatap lembut kekasih hatinya. "Kalau mereka belum terlanjur menunggu ya aku nggak bakalan ninggalin istriku...apalagi kalau mulai merajuk gini." Kania menggigit bibirnya lalu bertanya dengan raut wajah mulai serius."Menunggu? Jadi yang meeting penting hari ini..belum beres?" Nick kembali mendekat dan tanpa menyentuh Nick mengecup bahu Kania. "Aku melompat dan meninggalkan mereka begitu kau menutup teleponku! Ingat Sayang, hukuman untuk itu belum terbayar." "Maafkan Nia bikin kacau sampai pertemuan penting jadi terganggu, kalau nanti mereka marah dan batal gimana, Hon?" "Nggak mungkin batal, karena di awal aku sudah sempat menjamu mereka dengan baik, jadi mereka tahu ba