"Kau akan tahu apa maksudku, aku akan menunjukkannya padamu sekarang juga."Nia tersenyum lalu berdiri. Melihat Nia berdiri, otomatis Nick pun berdiri, akan tetapi dengan lambaian tangannya Nia menyuruh Nick kembali duduk di tempatnyaNia menghampiri sudut life music, tempat seorang pemain piano dan pemain biola menghibur pengunjung restaurant. Kania pun nampak berbincang, lalu memutar badannya dan menghadap pengunjung yang memang tidak banyak karena restaurant ini sangat eklusif dan mahal. "Aku ingin...saat kau mendengar alunan piano dan biola yang berpadu dengan aroma lautan dan deburan ombak, maka kau akan tahu...hatiku hanya untukmu!" Kania berkata dengan suara begitu lembut tapi dengan tatapan sepanas api, hanya untuk suaminya tercinta. Nick merasa sekelilingnya mengabur, hanya ada dia dan istrinya yang sedang menyatakan cinta dengan caranya sendiri.Nick masih bertanya-tanya apa yang akan Kania lakukan ketika Kania mulai bernyanyi. Selesai bernyanyi semua orang berdiri dan
Selesai makan malam mereka berdua kembali ke kamar. Nick menyarankan mereka menonton televisi. "Memangnya ada sinyal, ya?" Kania bergumam sambil memandang sekeliling.Nick tersenyum melihat istrinya.Memang dari awal pertemuan mereka, saat Nia setengah sadar pun refleknya saat merespon sangat menghibur."Sayang, kok senyum senyum?" "Tadi nanya apa?" "Nah...kan? Nggak perhatian sama istrinya.""Justru karena cuma ada bayangan istriku makanya nggak konsen!" "Alasan pasti, emang apa yang lagi dipikir, Nick?" "Aku lagi mengingat-ingat saat pertama kali kita bertemu."Kania sontak memanyunkan bibirnya saat mendengar perkataan Nick."Saat aku di labrak habis-habisan sama kekasihmu itu?" Nick menggeleng."Eh..jangan salah, dia bukan kekasihku, kekasihku cuma ada satu, one and only, Kania Saraswati!" "Gomballl, pasti banyak." "Swear! Kalau pacar, teman ngedate banyak, tapi kalau yang namanya kekasih cuma ada satu." Kania mendengarkan dengan tangan kanan menangkup wajahnya. "Ohh, ja
Nick terbangun lalu melihat ponselnya, baru jam tiga pagi, Nick merasa puas dengan hidupnya. Hidup yang tadinya sepi...Sunyi...Seorang diri...Kini dia memiliki seorang pewaris, bukan hanya satu tapi akan menjadi dua.Nick meletakkan kepalanya di perut istrinya, tempat bayi mereka yang kedua sedang tumbuh dengan tenang.Kehamilan ke dua yang sangat membawa kebahagiaan. Samar, Nick merasa Kania menggeliat, Nick tetap pada posisi semula, mengamati istrinya yang sedang meregangkan tangan dan kakinya. Nick menunggu Kania membuka mata ternyata kembali Kania bergerak lalu diam dan menutup mata. Astagaa..Bidadariku...Nick pun bangun dan masuk ke kamar mandi. Kembali dari kamar mandi Nick terkejut mendapati istrinya sedang menunggu dengan mata setengah terbuka. 'tubuh seksi istriku sungguh sangat mengundang,' batin Nick."Masih pagi, tidur lagi aja." "Kita di mana?" tanya Nia sambil kembali menutup matanya. Nampaknya Kania masih setengah melayang."Kita...ada di...SINI!" Kania ter
Mengabaikan telepon yang berdering, Nick kembali memusatkan perhatian pada tubuh lembut dan hangat yang sedang menggelinjang di bawah tubuhnya. "Sayang?""Hm?" "Teleponmu...b-bunyi." Dengan susah payah Nia berusaha mengatakan hal yang sudah jelas, sepertinya gairah menurunkan kemampuan verbalnya. "Kau mengira aku akan membagi perhatianku disaat tubuh hangat istriku sedang berada di bawahku seperti ini?" "Aku mengharapkan kau mengabaikannya...tapi bagaimana jika itu penting?" Hanya sepersekian detik Nick mencondongkan badan dan melihat layar ponselnya "Nomor asing!" "Oh.." Hanya itu yang Nia katakan, sepertinya dia merasa lega mendengar jawaban Nick. "Saat aku berada di dalammu, aku merasakan darah di bibirku dan api membara di bawah permukaan kulitku, tidak ada yang bisa kupikirkan selain menuju puncak kenikmatan bersamamu." Nick merasa Kania makin menggoyangkan pinggulnya dalam gerakan memutar, gerakan melingkar yang sukses membuat Nick tenggelam lebih dalam hingga ke pangk
Selagi Nick menelepon, Nia yang memang sudah tidak lagi mengantuk turun dari tempat tidur, pergi ke powder room sambil membawa ponselnya.Kania menghitung perbedaan waktu, di Indonesia sudah jam 9 pagi, segera Kania menelepon dan menunggu. Telepon di angkat tapi tidak ada salam yang terdengar. "Nia?""Bella?" Suara Nia dan Bella terlontar di waktu yang bersamaan. "Bell, apaan sih terima telepon kok diem?" "Beneran ini Nia?" "Astagaaa, nanya lagi." "Kaniaaaa Saraswati i miss youuu...""Terlambat!" Kania berusaha menjawab walau teriakan Bella sukses membuat tawanya meledak. Setelah tawanya mereda, Kania pun bersiap-siap menimpali ocehan Bella."Nia, kemana si Zeus? Dewa Yunani-mu itu? Kok kamu bisa kembali ke bumi?" Kembali Bella bertanya dengan gayanya yang biasa, blak-blakkan! "Zeus-ku lagi mengurus bisnisnya, jadi aku berjalan-jalan ke bumi, tapi waktuku nggak banyak, jadi mari kita bahas hal yang penting-penting saja, ok?" "Ok, ibunda ratu langsung saja bertanya tentang
Kania kebingungan melihat Nick bersandar di dinding dengan tangan bersedekap di dada.'udah sejak kapan suami aku berdiri di situ, astagaaa....malunya!'"Hon..ey, s-sudah sejak kapan di sana?"Walau sudah berusaha mengendalikan dirinya Kania masih tergagap-gagap.Mendengar panggilan istrinya, Nick maju dengan langkah perlahan. Begitu sudah dekat, Nick berhenti...memandang, lalu meraih pinggang istrinya. "Nick..Hon (baca: Han) emm, itu tadi gara-gara Bella mancing-mancing terus, jadinya Nia cerita...tapi...ehm_"Perkataan Kania terpotong saat bibir Nick melahap bibirnya. Kania merespon ciuman suaminya dengan ragu-ragu karena sampai saat ini Nick masih belum mengeluarkan sepatah kata pun.Akan tetapi karena rayuan bibir dan lidah Nick , akhirnya Kania pun mulai merespon dan segala keraguannya lenyap terbawa angin.Mereka berciuman dengan mesra.Nick tidak pernah melepaskan tangannya dari pinggang Kania, hingga tubuh mereka melekat erat dari atas sampai bawah.Nick hanya menar
"Nia, kenapa?" Nick merasa ada yang salah, karena sepagian ini Nia bawaannya lebih banyak diem.Sepanjang malam yang mereka lalui sih tetap sama, tetap PANAS! Akan tetapi kenapa pagi ini tiba-tiba raut wajah Nia aneh.Nick melihat Nia mengangkat wajahnya, memandang Nick tanpa mengatakan satu kalimat pun.Kini Nick merendahkan badannya dan memposisikan tubuhnya sejajar dengan istrinya yang sedang duduk di sofa."Say it." Kalimat Nick terdengar seperti perintah yang santai, padahal dalam hati Nick sedang merapal doa, semoga semua baik-baik saja. "Kangen Nico," bisik Kania.Seketika Nick menarik nafas panjang, lega rasanya. Tadinya dia mengira ada sesuatu yang salah hingga Nia ngambek.Nick langsung berdiri dan mengambil ponselnya. Sambil menunggu panggilannya diangkat, Nick menekan tombol speaker lalu membelai rambut istrinya dengan tangannya yang bebas. "Bisa nggak...lain kali kalau kangen langsung ngomong aja? Biar nggak bikin suaminya cemas?" Kania mendongak. "Maaf." Bersam
Mood Kania langsung kembali normal begitu berhasil melihat anak sulungnya."Janji ya, lain kali langsung ngomong kalau lagi kangen, biar suaminya nggak kebingungan." "Sorry, Hon."Kania langsung merajuk, mengalungkan kedua lengannya di leher suaminya tercinta, mengecup bibir Nick, lalu melepaskan belitannya di leher Nick.'Tumben...' pikir Nick, 'biasanya istriku seperti ratu python, membelit dengan kedua tangan dan kakinya! Nggak langsung dilepas.'"Lagian kalau kangen sama anaknya, kan cium bapaknya, sama aja kan, cuma versi dewasa yang tersedia." Nick berusaha mengembalikan mood istrinya ke seratus persen. Sebenarnya Nick juga maklum, karena istrinya sedang hamil muda, bisa jadi moodnya naik turun. Mendengar ucapan suaminya, Kania tampak sedang berpikir keras.Akan tetapi setelah beberapa saat tidak ada tanggapan apapun. Fix! Berarti memang lagi moody, bawaan baby. Nick berusaha memikirkan cara mengisi bulan madu keenam mereka yang bisa mengembalikan emosi ibu hamil. Nick d