"Nia, kenapa?" Nick merasa ada yang salah, karena sepagian ini Nia bawaannya lebih banyak diem.Sepanjang malam yang mereka lalui sih tetap sama, tetap PANAS! Akan tetapi kenapa pagi ini tiba-tiba raut wajah Nia aneh.Nick melihat Nia mengangkat wajahnya, memandang Nick tanpa mengatakan satu kalimat pun.Kini Nick merendahkan badannya dan memposisikan tubuhnya sejajar dengan istrinya yang sedang duduk di sofa."Say it." Kalimat Nick terdengar seperti perintah yang santai, padahal dalam hati Nick sedang merapal doa, semoga semua baik-baik saja. "Kangen Nico," bisik Kania.Seketika Nick menarik nafas panjang, lega rasanya. Tadinya dia mengira ada sesuatu yang salah hingga Nia ngambek.Nick langsung berdiri dan mengambil ponselnya. Sambil menunggu panggilannya diangkat, Nick menekan tombol speaker lalu membelai rambut istrinya dengan tangannya yang bebas. "Bisa nggak...lain kali kalau kangen langsung ngomong aja? Biar nggak bikin suaminya cemas?" Kania mendongak. "Maaf." Bersam
Mood Kania langsung kembali normal begitu berhasil melihat anak sulungnya."Janji ya, lain kali langsung ngomong kalau lagi kangen, biar suaminya nggak kebingungan." "Sorry, Hon."Kania langsung merajuk, mengalungkan kedua lengannya di leher suaminya tercinta, mengecup bibir Nick, lalu melepaskan belitannya di leher Nick.'Tumben...' pikir Nick, 'biasanya istriku seperti ratu python, membelit dengan kedua tangan dan kakinya! Nggak langsung dilepas.'"Lagian kalau kangen sama anaknya, kan cium bapaknya, sama aja kan, cuma versi dewasa yang tersedia." Nick berusaha mengembalikan mood istrinya ke seratus persen. Sebenarnya Nick juga maklum, karena istrinya sedang hamil muda, bisa jadi moodnya naik turun. Mendengar ucapan suaminya, Kania tampak sedang berpikir keras.Akan tetapi setelah beberapa saat tidak ada tanggapan apapun. Fix! Berarti memang lagi moody, bawaan baby. Nick berusaha memikirkan cara mengisi bulan madu keenam mereka yang bisa mengembalikan emosi ibu hamil. Nick d
Di pagi buta, Nick menggeliat lalu mengurung istrinya. "Karena ini hari terakhir, jadi tidak ada yang turun dari tempat tidur." "Hmm." "Sayangg, deal ya?!"Nick menunggu respon istrinya, lalu teringat lah Nick karakter sleeping beauty istrinya. "Okay, bobok dulu, nanti kita bahas lagi." Nick berguling lalu menuju ke kamar mandi. Begitu kembali dari kamar mandi, ponselnya berdering. Bergegas Nick mengambil ponselnya dan melihat si penelepon. Nomor asing! Lagi! Kalau kemarin panggilan telepon dari nomor asing, hari ini nomor yang sama itu mengirimkan pesan. Nick membuka pesan yang dikirim.Terbaca : be careful! Nick menggelengkan kepala, lalu segera menelepon Tommy."Bos?" "Tom, ada lagi nomor asing yang masuk, kini disertai pesan 'be careful' jadi kalian jaga Nico! Jangan sampai lengah! Lipat gandakan penjagaan." "Ok, tolong kirim nomor itu padaku, siapa tahu orang kita yang di dinas intelejen bisa mencari tahu sesuatu." "Sudah aku kirim, kabari perkembangan yang kalian d
Selesai sarapan Nick langsung menelepon Marc. "Marc, apa sudah bisa diketahui siapa yang menyusup ke dalam perusahaan kita?" "Belum Nick, ada banyak orang yang mulai kita tandai tapi pastinya siapakah orangnya masih belum ada bukti yang cukup, jadi kita harus lebih berhati hati bukan?" "Ok, kalau begitu aku tunggu hasilnya, semoga ada kabar baik." "Btw...apa kabar iparku yang jelita?""Baik, dia lagi..." Nick tidak dapat melanjutkan kalimatnya karena dia melihat Kania setengah berlari masuk ke kamar mandi. "Marc, sorry..aku lihat istriku dulu." Terdengar tawa Marc mengalun di udara. Marc mengira Nick yang sedang kasmaran jadi nggak bisa jauh-jauh dari istrinya. Padahal yang sebenarnya adalah Nick terkejut saat melihat Kania berlari-lari menuju ke kamar mandi. "Ok, silahkan menuju nirwana, sampai jumpa di bumi." Marc mengakhiri kalimatnya dengan nada ceria tanpa dia tahu keadaan yang sebenarnya. Begitu ponselnya ditutup, seketika Nick berlari mendapatkan istrinya. "Sayang.
"Jadi apa yang di rasa?" Nick berusaha tenang walau dia tahu susah untuk mengikis kecemasannya jika itu menyangkut istrinya, wanita yang paling dia cinta. Nick langsung memeluk pinggang Nia sambil bersandar di dinding. "Rasa aman!" jawab Nia, tangannya naik turun membelai dada Nick, belaian sayang.Nick menghela nafas dengan lega.Mereka bertukar pandang untuk waktu yang lama....Lalu Kania melanjutkan dengan suara lirih."Aku merasa tenang walau apapun yang terjadi disekitarku, karena aku tahu ada seorang pria yang sangat bisa kuandalkan, pilar kokoh tempat aku bersandar."Di akhir kalimatnya Kania pun membenamkan wajahnya di leher Nick yang langsung merengkuhnya kuat-kuat sambil mengecup bahu dan leher Kania lalu berdiam di sana. Setelah beberapa saat, Nick menarik kepalanya tanpa melepaskan pelukannya.Kembali mereka berpandangan.Seulas senyum terbit di bibir Kania. "Mendadak diam?"Reaksi Nick mencium dahi istrinya, lalu menggendong dan membawa Kania kembali ke ranjang mereka.
"Diagnosanya apa Dok?" Itu kalimat pertama yang Nick ucapkan sejak mereka sampai di rumah sakit. Bahkan saat Kania bertanya kenapa mereka bisa tidak pakai antri, Nick hanya memandang sambil terus menggandeng tangan Kania dan langsung menuju ke ruang dokter.Kini Kania telah berbaring di salah satu bilik, dan baru selesai diperiksa dokter."Sebenarnya mual dan muntah itu adalah mekanisme pelindung yang menandakan bahwa tubuh sedang diserang kuman atau racun atau gangguan hormonal seperti saat menstruasi ataupun saat hamil." "Istri saya memang sedang hamil, Dok."Nick menegaskan walau pun dia tahu dari hasil pemeriksaan, dokter itu pasti sudah tahu. "Biasa mual saja atau sampai muntah?" "Tidak pernah mual, apalagi muntah, Dok! Sama sekali nggak."Mendengar jawaban Nick, dokter itu terdiam sejenak. "Baik, sejauh ini janinnya aman aman saja, jadi coba kita periksa darah, biar kita bisa tahu ada apa di sana." Kania yang merasa diabaikan berusaha menarik perhatian Nick dengan menyent
"Aku ingin dia mengalami apa yang lebih dahulu sudah ku alami, betapa sakitnya hati yang terabaikan." Instruksi yang disampaikan dengan penuh kebencian. "Noted," jawab suara bariton seorang pria. "Aku ulang sekali lagi jangan sampai ada yang terluka aku hanya ingin mereka merasakan sakitnya kehilangan orang yang mereka cintai, paham?" "Paham." "Kalau tidak ada pertanyaan kalian boleh lanjutkan aktivitas kalian, ingat saja bahwa kali ini harus berhasil, jadi masing-masing harus fokus dengan tugasnya, tidak usah ngurusi tugas orang lain, itu bagianku, kali ini aku tidak mentoleransi kegagalan!""Siap, Bos." "Sampaikan anak buahmu, hukumanku diluar bayangan orang normal, jadi pastikan terlaksana, pastikan saja tugas individu kalian beres, otomatis tujuan tim ini kita bentuk juga pasti tercapai dan kalian akan bisa mendapatkan bonusnya.""Terima kasih, Bos." "Oke, kalian boleh bubar." **Di rumah sakit, Nick sedang keluar mencari kopi ketika Kania kedatangan seorang suster. K
"Sebenarnya ada apa, Sayang?" Nick mengamati istrinya yang tidak langsung menjawab. "Nia rasanya nggak nyaman aja di sini, Hon." Kania kebingungan harus menyampaikan apa karena belum tentu Nick bisa mengerti tentang ketakutannya melihat sosok suster yang memeriksanya tadi, suster yang mendatangkan perasaan ganjil di hatinya.Kania tahu, sangat masuk akal jika seorang suster berubah jutek mungkin karena lelah diserbu pasien, atau mungkin mereka punya masalah pribadi yang cukup berat bagaimanapun mereka masih manusia biasa, akan tetapi suster yang terakhir ini beda, Kania merasa hatinya sangat resah..seakan ada hal yang nggak pada tempatnya!Jadi untuk sementara Kania tidak menceritakan yang sebenarnya.Kania mulai memasang ancang-ancang apa yang akan dikatakannya jika Nick menolak.Ternyata Nick mengiyakan tanpa pertanyaan."Ok, Sayang. Tunggu sebentar aku urus dulu.""Hon, bisa nggak suruh Tommy aja? Atau sekretarismu?"Nick memandang dengan kening berkerut, benar benar Nick be