Mengabaikan telepon yang berdering, Nick kembali memusatkan perhatian pada tubuh lembut dan hangat yang sedang menggelinjang di bawah tubuhnya. "Sayang?""Hm?" "Teleponmu...b-bunyi." Dengan susah payah Nia berusaha mengatakan hal yang sudah jelas, sepertinya gairah menurunkan kemampuan verbalnya. "Kau mengira aku akan membagi perhatianku disaat tubuh hangat istriku sedang berada di bawahku seperti ini?" "Aku mengharapkan kau mengabaikannya...tapi bagaimana jika itu penting?" Hanya sepersekian detik Nick mencondongkan badan dan melihat layar ponselnya "Nomor asing!" "Oh.." Hanya itu yang Nia katakan, sepertinya dia merasa lega mendengar jawaban Nick. "Saat aku berada di dalammu, aku merasakan darah di bibirku dan api membara di bawah permukaan kulitku, tidak ada yang bisa kupikirkan selain menuju puncak kenikmatan bersamamu." Nick merasa Kania makin menggoyangkan pinggulnya dalam gerakan memutar, gerakan melingkar yang sukses membuat Nick tenggelam lebih dalam hingga ke pangk
Selagi Nick menelepon, Nia yang memang sudah tidak lagi mengantuk turun dari tempat tidur, pergi ke powder room sambil membawa ponselnya.Kania menghitung perbedaan waktu, di Indonesia sudah jam 9 pagi, segera Kania menelepon dan menunggu. Telepon di angkat tapi tidak ada salam yang terdengar. "Nia?""Bella?" Suara Nia dan Bella terlontar di waktu yang bersamaan. "Bell, apaan sih terima telepon kok diem?" "Beneran ini Nia?" "Astagaaa, nanya lagi." "Kaniaaaa Saraswati i miss youuu...""Terlambat!" Kania berusaha menjawab walau teriakan Bella sukses membuat tawanya meledak. Setelah tawanya mereda, Kania pun bersiap-siap menimpali ocehan Bella."Nia, kemana si Zeus? Dewa Yunani-mu itu? Kok kamu bisa kembali ke bumi?" Kembali Bella bertanya dengan gayanya yang biasa, blak-blakkan! "Zeus-ku lagi mengurus bisnisnya, jadi aku berjalan-jalan ke bumi, tapi waktuku nggak banyak, jadi mari kita bahas hal yang penting-penting saja, ok?" "Ok, ibunda ratu langsung saja bertanya tentang
Kania kebingungan melihat Nick bersandar di dinding dengan tangan bersedekap di dada.'udah sejak kapan suami aku berdiri di situ, astagaaa....malunya!'"Hon..ey, s-sudah sejak kapan di sana?"Walau sudah berusaha mengendalikan dirinya Kania masih tergagap-gagap.Mendengar panggilan istrinya, Nick maju dengan langkah perlahan. Begitu sudah dekat, Nick berhenti...memandang, lalu meraih pinggang istrinya. "Nick..Hon (baca: Han) emm, itu tadi gara-gara Bella mancing-mancing terus, jadinya Nia cerita...tapi...ehm_"Perkataan Kania terpotong saat bibir Nick melahap bibirnya. Kania merespon ciuman suaminya dengan ragu-ragu karena sampai saat ini Nick masih belum mengeluarkan sepatah kata pun.Akan tetapi karena rayuan bibir dan lidah Nick , akhirnya Kania pun mulai merespon dan segala keraguannya lenyap terbawa angin.Mereka berciuman dengan mesra.Nick tidak pernah melepaskan tangannya dari pinggang Kania, hingga tubuh mereka melekat erat dari atas sampai bawah.Nick hanya menar
"Nia, kenapa?" Nick merasa ada yang salah, karena sepagian ini Nia bawaannya lebih banyak diem.Sepanjang malam yang mereka lalui sih tetap sama, tetap PANAS! Akan tetapi kenapa pagi ini tiba-tiba raut wajah Nia aneh.Nick melihat Nia mengangkat wajahnya, memandang Nick tanpa mengatakan satu kalimat pun.Kini Nick merendahkan badannya dan memposisikan tubuhnya sejajar dengan istrinya yang sedang duduk di sofa."Say it." Kalimat Nick terdengar seperti perintah yang santai, padahal dalam hati Nick sedang merapal doa, semoga semua baik-baik saja. "Kangen Nico," bisik Kania.Seketika Nick menarik nafas panjang, lega rasanya. Tadinya dia mengira ada sesuatu yang salah hingga Nia ngambek.Nick langsung berdiri dan mengambil ponselnya. Sambil menunggu panggilannya diangkat, Nick menekan tombol speaker lalu membelai rambut istrinya dengan tangannya yang bebas. "Bisa nggak...lain kali kalau kangen langsung ngomong aja? Biar nggak bikin suaminya cemas?" Kania mendongak. "Maaf." Bersam
Mood Kania langsung kembali normal begitu berhasil melihat anak sulungnya."Janji ya, lain kali langsung ngomong kalau lagi kangen, biar suaminya nggak kebingungan." "Sorry, Hon."Kania langsung merajuk, mengalungkan kedua lengannya di leher suaminya tercinta, mengecup bibir Nick, lalu melepaskan belitannya di leher Nick.'Tumben...' pikir Nick, 'biasanya istriku seperti ratu python, membelit dengan kedua tangan dan kakinya! Nggak langsung dilepas.'"Lagian kalau kangen sama anaknya, kan cium bapaknya, sama aja kan, cuma versi dewasa yang tersedia." Nick berusaha mengembalikan mood istrinya ke seratus persen. Sebenarnya Nick juga maklum, karena istrinya sedang hamil muda, bisa jadi moodnya naik turun. Mendengar ucapan suaminya, Kania tampak sedang berpikir keras.Akan tetapi setelah beberapa saat tidak ada tanggapan apapun. Fix! Berarti memang lagi moody, bawaan baby. Nick berusaha memikirkan cara mengisi bulan madu keenam mereka yang bisa mengembalikan emosi ibu hamil. Nick d
Di pagi buta, Nick menggeliat lalu mengurung istrinya. "Karena ini hari terakhir, jadi tidak ada yang turun dari tempat tidur." "Hmm." "Sayangg, deal ya?!"Nick menunggu respon istrinya, lalu teringat lah Nick karakter sleeping beauty istrinya. "Okay, bobok dulu, nanti kita bahas lagi." Nick berguling lalu menuju ke kamar mandi. Begitu kembali dari kamar mandi, ponselnya berdering. Bergegas Nick mengambil ponselnya dan melihat si penelepon. Nomor asing! Lagi! Kalau kemarin panggilan telepon dari nomor asing, hari ini nomor yang sama itu mengirimkan pesan. Nick membuka pesan yang dikirim.Terbaca : be careful! Nick menggelengkan kepala, lalu segera menelepon Tommy."Bos?" "Tom, ada lagi nomor asing yang masuk, kini disertai pesan 'be careful' jadi kalian jaga Nico! Jangan sampai lengah! Lipat gandakan penjagaan." "Ok, tolong kirim nomor itu padaku, siapa tahu orang kita yang di dinas intelejen bisa mencari tahu sesuatu." "Sudah aku kirim, kabari perkembangan yang kalian d
Selesai sarapan Nick langsung menelepon Marc. "Marc, apa sudah bisa diketahui siapa yang menyusup ke dalam perusahaan kita?" "Belum Nick, ada banyak orang yang mulai kita tandai tapi pastinya siapakah orangnya masih belum ada bukti yang cukup, jadi kita harus lebih berhati hati bukan?" "Ok, kalau begitu aku tunggu hasilnya, semoga ada kabar baik." "Btw...apa kabar iparku yang jelita?""Baik, dia lagi..." Nick tidak dapat melanjutkan kalimatnya karena dia melihat Kania setengah berlari masuk ke kamar mandi. "Marc, sorry..aku lihat istriku dulu." Terdengar tawa Marc mengalun di udara. Marc mengira Nick yang sedang kasmaran jadi nggak bisa jauh-jauh dari istrinya. Padahal yang sebenarnya adalah Nick terkejut saat melihat Kania berlari-lari menuju ke kamar mandi. "Ok, silahkan menuju nirwana, sampai jumpa di bumi." Marc mengakhiri kalimatnya dengan nada ceria tanpa dia tahu keadaan yang sebenarnya. Begitu ponselnya ditutup, seketika Nick berlari mendapatkan istrinya. "Sayang.
"Jadi apa yang di rasa?" Nick berusaha tenang walau dia tahu susah untuk mengikis kecemasannya jika itu menyangkut istrinya, wanita yang paling dia cinta. Nick langsung memeluk pinggang Nia sambil bersandar di dinding. "Rasa aman!" jawab Nia, tangannya naik turun membelai dada Nick, belaian sayang.Nick menghela nafas dengan lega.Mereka bertukar pandang untuk waktu yang lama....Lalu Kania melanjutkan dengan suara lirih."Aku merasa tenang walau apapun yang terjadi disekitarku, karena aku tahu ada seorang pria yang sangat bisa kuandalkan, pilar kokoh tempat aku bersandar."Di akhir kalimatnya Kania pun membenamkan wajahnya di leher Nick yang langsung merengkuhnya kuat-kuat sambil mengecup bahu dan leher Kania lalu berdiam di sana. Setelah beberapa saat, Nick menarik kepalanya tanpa melepaskan pelukannya.Kembali mereka berpandangan.Seulas senyum terbit di bibir Kania. "Mendadak diam?"Reaksi Nick mencium dahi istrinya, lalu menggendong dan membawa Kania kembali ke ranjang mereka.
Kania melihat wajah Tora, lalu menunduk menatap ponsel Tora, nampak dua orang anak manusia yang sedang bercinta. Keduanya asing bagi Kania! Akan tetapi masih sambil menunduk Kania menyusun rencana. "Mana ada tubuh sexy, tubuh over weight aja di bilang seksi!" gerutu Kania. Tora terkejut hingga lupa menutup mulutnya.."Kau tidak menangis?" Lucu sekali raut wajah Tora.Reaksi Kania hanyalah mengangkat keningnya lebih tinggi."Sudah kubilang bahwa suamiku adalah pria paling setia, dia memiliki semua kriteria yang diinginkan seorang wanita pada diri seorang pria."Kania sengaja membuat panas hingga Tora tak lagi bisa berpikir dengan otaknya."Sudah kaya, tampan, seksi, pintarrr lagi.""Diam," desis Tora."Seorang pria yang bisa menaklukkan dunia akan dengan mudah membuat ribuan wanita tunduk di kakinya, tanpa rayuan, tanpa ancaman." Kania meneruskan dengan sengaja."DIAM!" bentak Tora dengan raut wajah bengis. "Pria yang percaya diri adalah pria yang tahu kualitas dirinya, tidak men
Nick mengangkat tangannya dan siap menggedor pintu kamar ketika sesuatu menghentikannya. Tawa istrinya! Tawa! 'apakah perkiraannya salah? Mereka memang sedang berbisnis?' Kalimat berikutnya menjawab pertanyaan Nick. "Suamiku pria yang paling bisa dipercaya, kau tunjukkan foto dia sedang bercinta pun aku akan bilang itu rekayasa!"Segera Nick berbalik dengan wajah heran dan memberi isyarat kepada Tommy untuk melakukan sesuatu. Tommy mengacungkan jempolnya, Nick heran melihat ketenangan sahabatnya. Kembali Nick menghadap pintu dan menempelkan telinganya lebih dekat. **Kania melihat Tora mendekatinya. Kania beringsut akan tetapi Tora makin mendekati hingga parfumnya tercium oleh Kania. Parfum lembut yang aneh karena menguar setelah bercampur keringat seorang pria. Seaneh pemakainya. "Sejak awal kita bertemu kau sudah merendahkan ku dengan lagak bangsawanmu! Lalu makin hari kau makin membuatku marah karena kau membuat mereka semua mulai berani melawanku!""Tanda tanya besar ba
Nick sampai di kantor Kania. Bergegas Nick menuju ruang Kania hanya untuk mendapati ruangan itu kosong. Nick melihat sekeliling. 'fix! Nia keluar kantor karena tas dan semua barang-barang pribadinya tidak ada di sini.' Nick berkata dalam hati setelah melihat sekitar. Nick langsung mencari sekretaris Kania. "Kemana Ibu pergi?" "Ibu pergi dengan klien lama yang memang sudah janjian dari kemarin itu, Pak." Nick ingat cerita Kania bahwa beberapa hari terakhir dia sedang sibuk mempersiapkan penyambutan klien besar yang tadinya sudah tidak menjalin kerja sama dengan mereka karena perusahaannya vakum akan tetapi kini telah kembali. Nick masih ingat binar di mata istrinya, betapa Kania sangat bahagia karena dengan perjanjian baru ini mereka akan mendapatkan laba yang berlipatganda. Sebenarnya ini bukan melulu tentang uang, tapi Kania ingin mengembalikan kondisi perusahaan ayahnya kembali ke posisi semula, jadi perusahaan sehat yang bisa menopang hidup ratusan karyawan beserta keluar
Kania memandang Mrs Brenda sambil bertanya dalam hati. 'seharusnya basa basi nggak sampai sedalam ini kan? Pakai nanya nama anak segala!' "Namanya Nico, Mrs Brenda." "Kamu sayang sama Nico?" 'pertanyaan nggak penting!' Ingin rasanya Kania menghardik Mrs Brenda. "Kenapa Mrs Brenda?" Nampak Mrs Brenda mendongak akan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. "Yah...hanya ingin tahu saja." Kania hanya mengangguk samar tanpa menjawab pertanyaan Mrs Brenda. Tanpa terasa mereka telah sampai di parkir bawah tanah. Mereka keluar dan berjalan dengan Mrs Brenda yang memimpin di depan. Lalu Kania sadar bahwa mereka sedang berada di hotel bukan kantor! Sedang mereka berjalan terjadi keributan. Ada seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Si ibu kerepotan dengan barang bawaannya dan juga sibuk menenangkan bayinya yang sedang menangis kencang. Kania mengamati dan sedang berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menolong si ibu ketika dia merasa tangan M
"Selamat siang, mari silahkan masuk." Sambil mempersilahkan wanita itu masuk Kania berjalan menyongsong kliennya. Mereka berjabat tangan. Kania mencatat dalam hati bahwa wanita itu hanya sekilas memandang wajahnya lalu melihat ke sekeliling ruang kerja Kania. 'mungkin wanita ini mengukur kredibilitas perusahaan Kania melalui kondisi dan perabot kantor pemilik,' batin Kania. "Mari silahkan duduk Mrs Brenda, senang bisa bertemu dengan Anda hari ini." Merasa namanya di panggil Mrs Brenda memandang Kania lalu menganggukkan kepalanya. "Kemana orang-orangmu?" Kania sejenak berpikir bagaimana cara menjawab tanpa membuat wanita tua ini tersinggung. "Maaf, bukankah pesan yang sekretaris Anda kirim mengatakan agar sebaiknya kita hanya bertemu berdua saja?" Wanita tua itu tersenyum. Senyum formalitas, catat Kania dalam hati."Aku hanya ingin memastikan kau sudah melakukan apa yang aku inginkan," jawab Mrs Brenda.Kania mengangguk. "Baik, kalau ada yang ingin Anda tanyakan seputar pr
Nick meraih tengkuk istrinya lalu mulai memimpin mereka berdua. "Aku terus memikirkan ini sejak dokter bilang kau sudah boleh beraktivitas normal," bisik Nick dengan bibir basah yang merambah ke mana-mana. Nick membelai kulit istrinya yang sangat lembut dan membiarkan jemarinya meluncur turun ke leher, lalu ke tulang selangkanya. Nick mencium denyut nadi di leher Kania dan merasakan detak itu di lidahnya.Mereka setara dalam gairah."Aku ingin kau telanjang," gumam Nick yang tidak lagi ingin membuang waktu langsung menarik turun blouse Kania yang ternyata memang belum terkancing dengan sempurna."Aku terlalu merindukanmu.." gumam Nick.Mereka saling memandang."Me too. Jadi, apa yang kau tunggu, Hon? Pleaseee,"Nick tersenyum mendengar rengekkan Kania.."Kalau hanya untuk aku, sudah sedari tadi aku akan langsung masuk, berdiam di sana, menikmati kenikmatan luar biasa yang tak pernah gagal kau tawarkan." "Tapi?""Aku harus membayar hutangku dulu, betapa istriku yang murah hati su
"Satu minggu, Pak." Nick membiarkan pria itu mengerjakan tugasnya sampai selesai. "Catat di kertas, taruh di meja." Setelah melakukan persis yang Nick perintahkan, pemuda itu segera berlalu dari hadapan Nick. Nick langsung mengangkat telepon dan kembali memanggil Tommy."Siap Bos?" "Kenapa ada OB baru di sini?" "Memang vendor kita akan ganti orang baru kalau yang lama sudah menjelang habis masa kontrak, Nick." "Telepon mereka, suruh sediakan orang-orang yang sudah bekerja minimal 1 tahun, jangan pernah kirim orang baru apapun kondisinya atau kita akan cari vendor lain." Tommy mengangguk.'ini serius!' batin Tommy."Memangnya kenapa dengan OB yang kamu panggil tadi, Bos?" "Sebenarnya aku mau panggil teknisi tapi demi kepraktisan aku suruh OB aja, toh tidak membutuhkan keakuratan, hanya bayangan garis besarnya saja tapi ternyata orang yang datang asing, dengan kondisi kita saat ini, usahakan tidak ada orang baru, menutup kemungkinan mereka menyusup dengan mudahnya ke kantor ki
Akhirnya Nick kembali ke kantor dengan senyum lebar di bibirnya.Nick membuka ruang pertemuan dan mendapati ada Tommy yang sedang bersama dengan klien mereka."Mohon maaf pertemuan kita terganggu karena istri saya butuh bantuan." Itulah kalimat pertama yang Nick ucapkan. Nampak klien yang tua menatap Nick tajam lalu mulai menjawab."Tadinya saya kesal karena harus menunggu, padahal kami klien penting dan kami datang dari jauh, jadi tadi saya nyaris memutuskan bahwa saya akan mengakhiri hubungan bisnis di antara kita." Nick hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun karena dia tahu bahwa masih ada yang akan di ungkapkan oleh kliennya itu. "Akan tetapi di saat-saat terakhir setelah saya mendengar bahwa kau mengabaikan kami karena harus mengurus sesuatu yang berhubungan dengan istrimu akhirnya...saya putuskan untuk menunggumu." Nick mengangguk seakan ingin mengucapkan terima kasih melalui anggukkan kepalanya."Kau tidak ingin bertanya apa yang membuat saya memutuskan menunggumu
Nick berusaha melepaskan bibirnya untuk ciuman yang kesekian kali. "Udah pamit yang ketiga kali," gumam Kania setengah meledek suami sayang.Nick tersipu malu. "Berat ninggalin istri tercinta," jawab Nick sambil berjalan ke pintu. "Tumben rajin banget ngantor, ini udah jam berapa, Hon?" Nick berhenti lalu menatap lembut kekasih hatinya. "Kalau mereka belum terlanjur menunggu ya aku nggak bakalan ninggalin istriku...apalagi kalau mulai merajuk gini." Kania menggigit bibirnya lalu bertanya dengan raut wajah mulai serius."Menunggu? Jadi yang meeting penting hari ini..belum beres?" Nick kembali mendekat dan tanpa menyentuh Nick mengecup bahu Kania. "Aku melompat dan meninggalkan mereka begitu kau menutup teleponku! Ingat Sayang, hukuman untuk itu belum terbayar." "Maafkan Nia bikin kacau sampai pertemuan penting jadi terganggu, kalau nanti mereka marah dan batal gimana, Hon?" "Nggak mungkin batal, karena di awal aku sudah sempat menjamu mereka dengan baik, jadi mereka tahu ba