002. HANDSOME MAN AGILITY
FRNR00150
Belum sempat aku menyelesaikan ucapan ku, Hendery langsung saja menubrukkan diri ku ke dada bidangnya. Tidak terlalu sakit, hanya saja ketika mendongak begini, wajah kami hampir tidak memiliki jarak.
"Bagaimana jika dirumah mu saja"
Plakk!
"Awhh, astaga kekuatan mu benar-benar" kata lelaki itu sembari mengelus lengannya pelan, aku menatap kedua nata Hendery dalam. Ku rasa ia sedang menjilat ludah sendiri, setelah tadi mengejek ku bertindak mesum.
"Percepat jalan mu, aku tidak suka menunggu" ucap ku, kaki ku perlahan berjalan meninggalkan dirinya yang masih setia meredakan rasa panas di lengannya.
Perjalan kami dari hutan menuju desa tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya perlu berjalan tujuh menit sebelum menemukan sungai perbatasan hutan dan desa.
"Kita akan melewati jembatan kayu itu? Yang benar saja!"
"Dari kota menuju hutan aku hanya perlu melewati gerbang, apalagi jembatan itu terlihat rapuh, aku tidak bisa berenang asal kau tau!" lanjut Hendery, aku memutar bola mata ku malas. Lelaki ini terlalu banyak bicara.
"Kalau kau tidak mau melewatinya, kembalilah ke kota, lagi pula jembatan ini tidak benar-benar rapuh dan lagi sungai yang kita lewati kedalamannya hanya sebatas perut" ucap ku, langkah ku perlahan berjalan mendekati jembatan. Lalu aku memutar tubuh ku untuk melihat keberadaan Hendery.
"Oh kau mau kembali ke kota, ya? Selamat tinggal"
"Hey! Tidak begitu" aku menatap Hendery datar, salahkan lelaki itu yang berdiam diri di tempat yang sama. Berniat kabur tidak sih?
"Lelaki macam apa yang tidak berani melewati sungai ini?"
"Pikirkan saja! Aku tidak bisa berenang, air di sungai ini alirannya deras sekali, meskipun sebatas perut aku bisa saja terseret arus, lalu bagaimana jika aku hanyut sampai lautan???!!"
"Lautan? Bagaimana jika samudra?? Wah tidak bisa! Aku adalah pria tampan, tidak lucu bila masuk berita" astaga, lelaki ini tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.
"Kalau memang kau pria tampan coba buktikan" kata ku, lelaki itu mulai tertarik dengan ucapan ku dan melangkahkan satu kakinya maju mendekat ke arah ku. Tidak mengapa, itu lebih baik karena ia telah mencoba.
"Maksud mu aku harus mengikuti kontes? Asal kau tau, aku selalu menjadi juara kontes-"
"Bukan itu, astaga"
"Yang ku maksud adalah dengan melewati jembatan ini, jika kau benar-benar seorang pria tampan, kau harus melewati jembatan ini, baru aku akan mengakui mu" jawab ku, gerah sekali menjelaskan secara rinci mengenai hal ini.
"Apa tidak ada yang lain?"
"Nanti akan ku pikirkan"
Seakan haus akan pujian, Hendery langsung tergerak melakukan ucapan ku. Entahlah, aku tidak menyangka saja, ku kira ia sama seperti bangsawan lain yang tidak menyukai hal kotor dan takut dengan arus sungai yang deras.
"Kau tidak ikut?" tanya Hendery pelan, lelaki itu menggiring tubuhnya untuk melihat ke arah ku yang berada di belakangnya.
"Aku akan menemani mu, tapi tidak di depan"
Lelaki itu kembali jalan menyusurin jembatan yang sudah tua sekali, aku ingat, jembatan ini adalah saksi bisu kegiatan keluarga ku selama di hutan. Ibu yang sedang berlari melewati jembatan sembari membawa bekal makanan karena aku lupa untuk membawanya sebelum mencari dedaunan.
tuk
"Aku sudah sampai!!" kata Hendery setelah ia loncat dari ujung jembatan.
"Sekarang aku tampan, kan? Aku sudah melewatinya" Hendery menatap ku riang, sama sekali tidak ada wajah ketakutan seperti tadi. Andai ada kamera disini, pasti aku sudah mengabadikan wajahnya yang cukup untuk membuat tikus keluar dari rumah.
"Ayah ku jauh lebih tampan, karena bisa melewati ini lebih dari satu kali" kata ku, Hendery mendengus tidak suka. Aku tidak menyangka ia menjadi sedikit cemburu.
"Mau aku lakukan berapa banyak agar kau mengakui ku?" tanyanya.
"Sudahlah, hari mulai gelap, kita harus sampai rumah sebelum malam" jawab ku, malas sekali menganggapi pertanyaannya tadi. Mungkin ia bercanda.
"Kenapa jika malam?"
"Tentu saja karena lebih ramai malam hari, aku tidak mau ada yang mengetahui diri mu selain aku" ucap ku, sepertinya aku tidak akan melanjutkan rencana untuk memberi tau Paman John. Beliau pasti akan melakukan sesuatu seperti saat kedatangan kekasih Channie dari kota. Sungguh, aku tidak akan melupakan kejadian yang membuat ku satu kasur dengan perempuan banyak mulut seperti Channie. Berisik sekali.
---
"Desa mu sunyi sekali"
"Hust!"
Aku menarik Hendery untuk terus di belakang ku saat aku mendapati Bibi Regina berjalan membawa sekantong sayuran, beliau pasti habis menutup tokonya. Sebenarnya saat ini adalah waktu makan malam, jadi masyarakat sedang bersiap mengisi perut untuk kegiatan pukul sepuluh nanti, saat lampu nyala.
Setelah memastikan Bibi Regina masuk ke dalam rumah, mata ku seketika melirik rumah Paman John. Dari jendela terlihat cahaya kecil, sepertinya keluarga Paman John sedang mempersiapkan makan malam. Ini adalah waktu yang pas untuk masuk ke dalam rumah.
"Berjagalah, jika ada yang melihat kau harus memberi tau ku atau setidaknya bersembunyi" kata ku di beri anggukan oleh Hendery. Tumben lelaki ini menjadi penurut.
Saat aku sedang berupaya membuka pintu rumah setelah kami melewati pagar rumah, aku sedikit sulit menemukan kunci. Padahal aku ingat sekali telah menyimpannya dengan baik di dalam saku.
"Hey-hey ada wanita di situ!" ucapan Hendery sontak membuat ku menengok sekitar dan jalan ataupun gang-gang bersudut.
"Aku hanya bercanda"
Aku mendengus kesal, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk bercanda. Apalagi pemadaman lampu yang selalu terjadi di desa pada saat jam segini, beruntung aku tidak sendiri.
"Cepat masuk!"
Hendery terdiam saat kami telah sampai di ruang tamu dalam rumah. Entahlah, aku tidak bisa menyebutnya ruang tamu juga, sebab meja besar di ruangan ini diisi banyak buah yang telah ku susun rapi. Dan lagi, ada kursi berjejer, ruangan ini juga tempat untuk ku makan. Jangan lupa ada dapur di sudut ruangan.
"Aku tau, ini tidak seperti rumah mu di kota, tapi aku harap kau bisa nyaman tinggal disini" kata ku, aku berjalan menuju atas nakas untuk meletakkan keranjang dan mengeluarkan isinya sebelum menata dedaunan itu di sebuah kotak yang selalu ku siapkan di atas nakas.
"Itu bukan masalah yang besar, jadi makan apa kita malam ini?" tidak sopan sekali, bangsawan yang satu ini. Tidak sama dengan gosip yang selalu di beritakan oleh Nyonya Rain.
Setelah menyalakan lilin, aku segera membawa lilin itu di tengah meja sebelum duduk di hadapan Hendery. Semakin jelas saja melihat wajah itu.
"Kau ingin makan ikan atau daging? Aku juga ada sayuran kalau kau ingin tau" tanya ku sembari beranjak dari kursi dan berjalan menuju dapur.
"Aku suka apa aja, oiya, ini apa?" aku menengok ke arah Hendery, lelaki itu sedang memegang sebuah roti yang ku buat beberapa hari ini.
"Jangan makan itu! Itu roti ada banyak campuran" kata ku, tapi lelaki itu sepertinya tidak mendengar ku. Aku hanya bisa membeberkan wajah datar ku sembari memberinya caci maki dalam hati.
"Jika ada sesuatu nanti malam, jangan menyalahkan ku, ya"
"Ini enak sekali, aku jadi ingin tau masakan mu" bahkan ia tidak mendengarkan ku.
Aku mengeryitkan dahi, hampir seminggu setiap pagi aku memakan itu dan rasanya benar-benar tidak enak. Lalu, ia memakan itu dengan hikmat, bahkan rotinya hampir habis.
"Kata mu tadi ini campuran, isinya apa? Sepertinya kau memberi ku obat pengenyang perut, ya? Aku merasa seperti kuat dan segar sekali hahaha" aku tersenyum kecut mendengar perkataan Hendery.
Lelaki ini sungguh tidak merasakan apapun sama sekali, ia seolah menikmati sentuhan dan sahutan dari lidahnya saat merasakan roti itu.
"Kau bersungguh-sungguh ingin mengetahuinya?"
"Eum, ini menggunakan tepung gandum jenis apa?" tanya lelaki itu, aku menggeleng pelan. Sembari membawa apel yang telah ku potong dan kupas, aku berjalan menuju kursi sampingnya.
Saat aku duduk, lelaki itu sama sekali tidak melepas pandangannya ke arah ku. Jantung ku gugup untuk menyatakan kebenaran ini, takut saja bila ia mengetahui hal itu.
"Itu dari gandum biasa, ada isian yang tidak begitu ku suka, aku menyebutnya obat karena banyak sekali kandungan kafein di situ, apalagi ada gandum yang meningkatkan energi, jadi wajar saja jika kau merasa tidak mengantuk" jelas ku, lelaki itu mengeryitkan. Aku memang sengaja membelitkan perkataan ku.
"Eum itu isinya.."
Kopi" jawab ku, aku tidak tega melihatnya dengan wajah penuh tanya begitu.
"Aaa kopi, pertama kali aku merasakan roti ini" kata Hendery, lelaki itu lagi-lagi memakan roti itu lagi setelah mengambilnya dari atas piring.
"Pertama kali juga aku melihat lelaki perjaka menyukai kopi, di desa hanya beberapa yang menyukai kopi, seperti paman John dan Tuan Jayden" jawab ku, aku jadi teringat kedekatan mereka saat melewati rumah ku hanya ingin meminta dibuatkan dua gelas kopi sembari duduk di ladang belakang desa.
"Padahal di kota sangat terkenal dengan kopi, tapi sepertinya ucapan mu benar, aku pernah mengajak Tuan Teil untuk ikut meminum kopi bersama ku, beliau langsung menolak keras hahaha"
Aku meringis kecil mendengarnya, Ayah memang terkenal membenci minuman itu. Mungkin karena tidak bisa tidur dua hari setelah ku buatkan.
"Jika di kota banyak yang meminun kopi, apa mereka sesibuk itu sampai tidak ada waktu untuk tidur?" tanya ku, Hendery memelankan kunyahan. Lalu ia meminun segelas air yang telah ku siapkan sejak tadi di atas meja.
"Tidak, kopi di kota bisa diatur kafeinnya agar tidak mempengaruhi kesehatan tubuh"
"Lagipula di kota meminun kopi hanya pagi hari, itu pun dibutuhkan untuk menyegarkan tubuh" lanjut Hendery, aku semakin mengerti ucapan Paman John. Beliau sering sekali menceritakan betapa modern sekali di kota, banyak ilmuwan yang menemukan berbagai cara yang mudah untuk hidup.
"Tunggu sebentar"
Hendery menatap ku dengan mata bulatnya, seakan terkejut dengan sesuatu yang datang tiba-tiba. Aku jadi ikut terkejut sendiri, padahal tadi aku hanya diam saja.
"Jangan bilang kau tidak menakar kafein di dalam kopi ini?" aku kira ia melupakan pertanyaan itu. Sepertinya ia begitu pintar dan tanggap.
"Maafkan aku, Hendery, kami tidak begitu menyukai kopi, karena kami belum sepaham itu dalam penggunaannya" jelas ku, Hendery langsung menjatuhkan roti itu ke atas meja. Entahlah, aku tidak tau apa ini kesalahan ku sepenuhnya atau tidak.
"Tapi ini salah mu juga, aku sudah bilang untuk tidak memakannya tadi" lanjut ku, tentu saja aku harus membela diriku sendiri
003. THE PRINCE'S LIESFRNR00150Lelaki itu berdiri di bawah rembulan, meski sekarang ia berada di dalam ruangan. Tidak menolak juga bila cahaya bulan masuk melalui celah jendela. Beberapa saat lalu, Varose memberinya sepasang pakaian. Ia tersenyum menyadari perhatian gadis itu.Meski tempat yang ia tinggali tidak begitu besar seperti rumahnya di kota, tapi ia sudah merasa nyaman dengan ruangan ini."Hendery, ini selimut untuk mu tidur, maaf, ya, hanya ada satu kamar di rumah"Kau bisa menggunakan kasur ku, aku akan tidur di kasur orang tua ku, jika ada yang ingin kau butuhkan bangunkan aku saja" lanjut Varose, tanpa mendengar jawaban lawan bicaranya.Hendery tersenyum kecil melihat Varose telah terlelap di kasur sampingnya, sepertinya ia harus memberi banyak ucapan terimakasih kepada Varose. Ia bisa sampai disini dengan selamat juga karenanya, apalagi tujuannya kemari menjadi lebih mu
004. BeatFRNR00150Rencana ku menuju perpustakaan Bibi Chitta menjadi sedikit lebih lambat, bahkan wanita tadi sempat mempertanyakan keterlambatan ku."Ini bukunya, beruntung Chanie mengingatkan ku untuk meminjamkannya kepada mu" ucap Bibi Chitta, aku hanya bisa tersenyum, pikiran ku sedikit kalut siang ini."Kau bisa duduk di sana, sudah ditunggu oleh Channie""Terimakasih, Bibi" jawab ku, kaki ku berjalan meninggalkan wanita itu menyusuri lorong rak buku.Pemasukan buku di desa tidak begitu banyak, tapi beruntungnya Bibi Chitta memiliki ketertarikan yang tidak jauh berbeda dengan Ibu dan Ayah. Apalagi Paman Johnny juga suka mengoleksi berbagai macam buku pengetahuan."Varose!"Senyum ku mengembang saat melihat Channie mengangkat tangannya dari kursi tempat ia duduk, tumben sekali gadis itu datang lebih awal. Biasanya pukul segini ia masih bergelut dengan mainannya di t
005. PRINCE'S WORRIESFRNR00150"Lalu, kau menyuruh ku menikahi Raja?" tanya ku, badan ku menghadap Hendery sembari meletakkan semangkok makanan di atas meja. *"Tidak perlu, yang kau bantu itu aku, nikahi aku saja" aku sedikit terkejut dengan ucapan Hendery yang membuat jantung ku langsung berdebar. Bisa-bisanya kalimat seperti keluar dengan lancar dari mulutnya."Kau! Astaga.. " aku menyentuh dada ku, rasanya jantung berdegup kencang saat di goda oleh lelaki begini ya. Jadi, inikah yang di rasakan oleh Channie saat di goda oleh bangsawan kaya dulu? Gadis itu beruntung sekali."Ku pukul kau kalau berani menggoda ku lagi" ancam ku sebelum berlari memasuki kamar mandi.---Hendery tersenyum melihat tingkah Varose yang sedang berlari memasuki kamar mandi, gadis itu selalu saja memiliki cara yang aneh dan lan
006. TOUCHING THE HEART OF THE FUTURE QUEENFRUSERR001570Aku dan Hendery sedang menikmati makan malam di tengah rembulan setelah aku membuka lukanya yang mulai membaik, bagus, lelaki itu bisa pergi setelah semua urusannya selesai. Arloji ku sedang menunjukkan pukul tujuh malam, tentu saja pukul segini listrik tidak nyala dengan rata, hanya sebagian rumah. Sepertinya desa sebelah sudah menyala.Tapi, suasana malam ini sedikit romantis. Entahla, padahal kemarin malam juga tidak jauh berbeda. Hanya tiga lilin yang menyala, di atas nakas, dapur, dan atas meja."Apa listrik akan terus begini?" tanya Hendery membuka topik, ku tatap dirinya sedikit malu. Aku tidak tau, tapi sejak tadi hati ku berdegup kencang saat menatapnya."Listrik akan bergilir, sedari kecil desa kami melewati jam-jam seperti ini" jawab ku, perasaan ku mengatakan bila dirinya akan menjadi calon Raja selanjutnya. S
007. THE CONFUSION OF THE LITTLE GIRL AND THE CAPTURE OF HANDSOME PRINCEFRNR00150Aku termenung melihat wajah yang sedang tertidur nyenyak itu, mata indah yang di hiasi alis tajam, hidung mancung tegap itu terlihat menggemaskan di mata ku, jangan lupa rahangnya yang tegas. Mungkin, aku bisa lupa diri jika tidak mengingat sedang berhadapan dengan siapa sekarang.Pagi ini, ku hitung telah tiga hari Hendery telah menginap, tapi rasa kagum ku baru sadar saat ini. Aku memang sadar sebelumnya bila dirinya tampan, tapi tidak sampai mengunci tatapan ku kepada setiap inci wajahnya. Apa ketampanan seorang juga anugerah? Tidak jauh berbeda dengan cinta."Lanjutkan, aku menikmati tatapan mu" aku langsung menarik tubuh ku berdiri dan mundur beberapa langkah dengan cepat.Dug!"Awhh" rintih ku tidak sengaja setelah lengan kaki ku terbentur ujung kasur milik orang tua ku
008. THE PAIN WILL BE FELT WHEN TEH MELT HAS FALLEN ON THE TOE OF THE SHOEFNR00150"Dia bilang bukan hari ini" lirih Vara sebelum berbalik untuk membuka pintu yang terkunci.Tapi, gadis itu kalah cepat dengan Nyonya Taena, wanita itu langsung menarik Varose hingga tanpa sadar punggung gadis itu menubruk dadanya dan langsung ia peluk dari belakang sembari membekap mulut gadis itu."Tidak sekarang, Varose, Channie, ambil sapu tangan dan tali" ucap Bibi Chitta, Channie tidak mendengar penuh perkataan ibunya. Gadis itu masih terpaku dengan keadaan saat ini, ia masih tidak mengert
009. PRISONER OF MISS FRNR00150 Kereta Kerajaan berjalan beriringan dengan beberapa pengawal di sisinya, para lelaki itu saling terdiam tanpa ada yang ingin membuka suara. Termasuk sang Pangeran yang telah duduk di dalam kereta yang kini sedang mencoba untuk menghalau rasa sesak di dada, seolah ia di tenggelamkan oleh ribuan kenyataan bila dirinya belum tentu bisa menemui gadis idamannya itu. Kegiatan sang Pangeran tidak luput oleh perasaan bersalah dari salah satu kepercayaannya yang kini hanya bisa menatap sang Pangeran dari jendela yang terbuka di sisi kereta. Ksatria Luke, seorang yang di beri kepercayaan penuh oleh Pangeran. Tapi, sepertinya kali ini Pangeran hanya bisa berdehem sembari memikirkan nasibnya nanti setelah sampai Kerajaan. Dragg! Luke turun dari kuda yang menemaninya hingga separuh jalan itu, ia memberikan kedua tali yan
010. THE GIRL WHO IS ALWAYS A JEWEL IN THE EYES OF THE PRINCEFNR00150TCASH!Luke menatap tusuk panah yang telah tertancap di papan yang bergelantungan di tengah pohon. Sangat sempurna. Tapi Luke masih belum percaya, hanya dengan satu kesalahan Hendery saja hampir membuatnya mengatai Pangeran itu bodoh."Bagaimana bisa saat itu panahan mu meleset?" bisik Luke, ia melirik beberapa tempat yang perlu mereka waspadai. Sesungguhnya, tidak ada tempat aman di dalam Istana ini untuk mereka berbicara berdua."Mungkin ada yang memberi anggur kepada kuda yang ku bawa" jawab Hendery dengan asal, Luke kian menatap datar sangat Pangeran."Buka mata mu, perlu ku pukul supaya kau sadar?" Luke bermonolog pelan kepada dirinya sendiri. Hendery sontak terkekeh mendengar hal itu, ia mengerti Luke sangat takut dengan aturan Kerajaan yang sangat menjaga keluarga Istana den
016. SOUR FROM NOSTALGIAFRNR00150Channie memutar tubuhku untuk memusatkan seluruh perhatianku kepadanya, gadis ini memberikan tatapan sinis seolah diriku kapan saja bisa termakan oleh tatapan itu. Ku ulang memori beberapa saat lalu, mungkin saja ada sesuatu yang terlewat sehingga Channie menyimpan amarah kepadaku. Namun, pikiranku seketika buntu sesaat setelah menyadari banyak yang menatap kami sembari berbisik. Ku yakin Channie juga merasakan hal itu."Kau bodoh atau bagaimana?" bisik Channie yang membuat aku berpikir sesaat. Suara gadis ini sangat kecil sekali tiba-tiba."Memangnya aku kenapa?""Kau menerima ajakan Pangeran untuk menonton Teater itu sama saja kau menerima ajakan kencan darinya." jawaban Channie membuatku terkejut, aku pertama kali hidup di Kota dan belum sepaham arti kencan ataupun hal yang berbau asing seperti itu. Kemudian, aku terpikirkan sesuatu sebe
015. A JOURNEYFRNR00150Setiap pagi, Varose selalu melakukan rutinitas yang sangat menenangkan. Jika di rumah, ia akan mengawalinya dengan secangkir air dan beberapa roti yang telah ia siapkan untuk setiap pagi sembari menikmati cuaca dan indahnya pagi hari. Namun, hari ini sangat berbeda. Rutinitas yang awalnya begitu menyenangkan dengan kesendirian, kini berganti membangunkan beruang yang sedang berhibernasi."Channie! Bangun kau, kau tidak tau, ya, organisasi Siswa itu menuduh ku yang tidak-tidak!" dengan menggebu-gebu, Varose menarik tangan sekuat tenaga supaya Channie tidak terlambat. Hari ini adalah hari yang begitu spesial dan juga memuakkan.Spesial karena akademi mengadakan pameran di balai kota dan memuakkan karena Varose harus mendengar gosip tentang dirinya di lorong ketika sedang menyambut pagi hari."Kau ini! Se memuakkan apapun m
014. THE REASON FOR THE BURNING HEART BEAT FRNR00150 Degupan jantungku masih abnormal bersama kecemasan yang melingkup pikiranku, mengingat beberapa saat lalu seseorang kembali melalui perantara yang menurutku mereka memiliki keterikatan. Adik pangeran? Hubungan mereka sangat kuat sekali, tapi kenapa dirinya tidak pernah memberi tau kenyataan itu? Batinku bergejolak. Namun, aku segera menepuk kedua pipiku, sepertinya aku mulai gila untuk tidak melihat status yang sedang kupegang. "Sadarlah, Varose! Kau bukan siapa-siap
013. COMEBACK EVEN THOUGHT NOT THE SAME FRNR00150 Aku melepaskan sepatu dan kaitan pakaian yang begitu erat ini, untung saja kasur di asrama ini begitu empuk hingga dapat menampung badanku yang remuk. Aku melirik Channie yang kini tengah meletakkan tubuhnya di atas lantai, terlihat aneh memang. Tapi, gadis itu sering memiliki kebiasaan yang buruk, salah satunya seperti itu. Pikiran ku benar-benar lelah, kukira mendaftar jalur undangan itu akan mudah. Ternyata sama saja, kami harus melakukan tes untuk penentuan kelas dan dimana jurusan yang akan kami tempuh.
012. NEW COLOUR FOR HEARTFRNR00150Sudah tiga buku telah selesai ku baca hari ini, sepertinya aku mulai lelah. Beberapa saat lalu mataku terasa sedikit berkunang-kunang, padahal buku disini sangat bagus dan memiliki kualitas tulisan yang gampang dicerna. Selain itu banyak sekali ilmu pengetahuan mengenai kesehatan yang belum aku ketahui. Aku juga banyak belajar dari pengalaman orang lain di buku ini, termasuk lengkap bagiku."Hey, makanlah, gadis rajin! Kau terlalu bersemangat membaca buku" aku menoleh kearah sumber suara dari pintu. Senyumku mengembang saat gadis itu
011. HEARTWARMING JOURNEY FNR00150 "Itu memang tujuan ku"Hendery kembali menatap pemandangan kota dari tempatnya berdiri, sangat bersyukur dirinya telah mendapatkan kehidupan yang penuh nikmat. Mungkin untuk mempertahankan kakinya yang berdiri kokoh ini memerlukan begitu banyak perjuangan. "Rencana ku selanjutnya adalah.." seketika Hendery mengingat kembali wajah gadis yang selama ini selalu membuatnya tidak bisa tidur dengan tenang, sikap dan kenangan yang membekas hampir membuat indra Hendery seakan tertuju oleh gadis itu. Tanpa disadari, tatapan Hendery sedikit mengabur ketika kumpulan air itu memenuhi indra penglihatannya. "Menuntaskan kerinduan ku" lanjut&
010. THE GIRL WHO IS ALWAYS A JEWEL IN THE EYES OF THE PRINCEFNR00150TCASH!Luke menatap tusuk panah yang telah tertancap di papan yang bergelantungan di tengah pohon. Sangat sempurna. Tapi Luke masih belum percaya, hanya dengan satu kesalahan Hendery saja hampir membuatnya mengatai Pangeran itu bodoh."Bagaimana bisa saat itu panahan mu meleset?" bisik Luke, ia melirik beberapa tempat yang perlu mereka waspadai. Sesungguhnya, tidak ada tempat aman di dalam Istana ini untuk mereka berbicara berdua."Mungkin ada yang memberi anggur kepada kuda yang ku bawa" jawab Hendery dengan asal, Luke kian menatap datar sangat Pangeran."Buka mata mu, perlu ku pukul supaya kau sadar?" Luke bermonolog pelan kepada dirinya sendiri. Hendery sontak terkekeh mendengar hal itu, ia mengerti Luke sangat takut dengan aturan Kerajaan yang sangat menjaga keluarga Istana den
009. PRISONER OF MISS FRNR00150 Kereta Kerajaan berjalan beriringan dengan beberapa pengawal di sisinya, para lelaki itu saling terdiam tanpa ada yang ingin membuka suara. Termasuk sang Pangeran yang telah duduk di dalam kereta yang kini sedang mencoba untuk menghalau rasa sesak di dada, seolah ia di tenggelamkan oleh ribuan kenyataan bila dirinya belum tentu bisa menemui gadis idamannya itu. Kegiatan sang Pangeran tidak luput oleh perasaan bersalah dari salah satu kepercayaannya yang kini hanya bisa menatap sang Pangeran dari jendela yang terbuka di sisi kereta. Ksatria Luke, seorang yang di beri kepercayaan penuh oleh Pangeran. Tapi, sepertinya kali ini Pangeran hanya bisa berdehem sembari memikirkan nasibnya nanti setelah sampai Kerajaan. Dragg! Luke turun dari kuda yang menemaninya hingga separuh jalan itu, ia memberikan kedua tali yan
008. THE PAIN WILL BE FELT WHEN TEH MELT HAS FALLEN ON THE TOE OF THE SHOEFNR00150"Dia bilang bukan hari ini" lirih Vara sebelum berbalik untuk membuka pintu yang terkunci.Tapi, gadis itu kalah cepat dengan Nyonya Taena, wanita itu langsung menarik Varose hingga tanpa sadar punggung gadis itu menubruk dadanya dan langsung ia peluk dari belakang sembari membekap mulut gadis itu."Tidak sekarang, Varose, Channie, ambil sapu tangan dan tali" ucap Bibi Chitta, Channie tidak mendengar penuh perkataan ibunya. Gadis itu masih terpaku dengan keadaan saat ini, ia masih tidak mengert