Home / Lain / RENDEZVOUS / 00. RENDEZVOUS

Share

RENDEZVOUS
RENDEZVOUS
Author: mochachash88

00. RENDEZVOUS

Author: mochachash88
last update Last Updated: 2021-05-31 20:55:40

RENDEZVOUS

Pagi ini, setelah Kanza menunggu selama 2 tahun, akhirnya Kanza bisa menginjakkan kakinya di sebuah Instansi Pemerintahan yang sudah lama Kanza mimpikan. Kanza belajar banyak bahwa hidup tidak lancar seperti angan-angan yang ia sudah rencanakan. Dulu ia harus menunda kuliah selama setahun, karena tidak beruntung dan mungkin kurang usaha. Di tahun berikutnya ternyata Kanza kuliah di Universitas dan jurusan yang tidak Kanza inginkan. Kanza akhirnya pasrah, mungkin ini jalan yang terbaik di berikan oleh yang diatas.

Kanza berdoa, setidaknya Kanza harus mendapat kerja setelah lulus. Namun ternyata menjadi fresh graduate itu susah. Setahun Kanza manfaatkan untuk belajar tes masuk beasiswa melanjutkan studi S2 sambil bekerja. Mengasah skill, namun sebelum tes S2 Kanza juga belajar untuk tes masuk CPNS. Dan ternyata di tahun berikutnya Kanza lulus tes CPNS dan diterima di Instansi Pemerintahan bidang Kebencanaan.

Kanza berjalan kikuk saat memasuki gedung, ia terkagum-kagum dengan interior gedung. Sebenarnya karena ia masih tak percaya di terima di Instansi tersebut.

"Permisi, untuk ruang dengan kode GF78 lantai berapa ya?" tanya Kanza pada seseorang di lobi.

"Mbak nya baru? Saya dengar hari ini pegawai baru akan masuk dalam keluarga kami." Ucap pegawai wanita tersebut dengan sangat ramah.

Kanza mengangguk tersenyum, "Iya saya pegawai baru."

"Baik saya antar ke ruang bapak kepala Tim kami. Mari."

Kanza tersenyum lebar seraya mengikuti wanita tersebut dengan hati yang gembira, semoga ia bisa betah. Tidak, dia harus betah. Apalagi ia mendengar kata 'keluarga' yang artinya mereka semua keluarga, dan saling menghargai. Sesampai di depan pintu ruangan Kepala Tim, Kanza langsung dipersilahkan masuk dengan sangat ramah. Sambutan yang di berikan Kepala Tim sangat hangat. Kanza lantas dipersilahkan duduk.

"Selamat datang di keluarga besar kami. Oh ya nama saya Burhan. Biasanya pegawai di sini manggil saya Babah hehe. Katanya saya seperti bapak pelindung mereka." Ucap pria paruh baya dengan berumur sekitar 55 tahun.

Dia adalah Burhan, Kepala Tim di bidang yang Kanza pilih. Kanza pikir, Burhan memang sangat ramah dan hangat tak heran jika julukan Babah memang cocok untuk Burhan.

"Saya Kanza Syafira panggil saja Kanza. Senang bertemu dengan bapak dan mohon bimbingannya." Kanza memperkenalkan dirinya, setidaknya ia mulai sedikit nyaman bertemu dengan Burhan.

"Semoga betah ya. Oh iya, karena sistem kerja di sini dibagi tiap tim, maka kamu akan bergabung dengan Tim Cirrus. Sebentar saya panggilkan Ketua Tim Cirrus."

Kanza sedikit mengernyit, ternyata masih di bagi per-tim. Pantas saja cara kerja mereka benar-benar teratur dan runtut apalagi ketika berita perkiraan tentang bencana keluar di media.

"Tolong ke ruangan saya." Ujar Burhan pada telepon duduk yang terletak pada meja kerjanya. Setelah itu ia kembali ke sofa dimana ia tadi duduk bersama Kanza. Baru saja mau duduk pintu ruangan nya sudah di ketuk dan Burhan tahu siapa yang mengetuk.

"Langsung masuk Al." Ujar Burhan.

Pandangan Kanza menatap arah pintu masuk. Tiba-tiba perasaannya menjadi gugup. Dalam hati ia berdoa semoga ketua timnya seperti Burhan, yang baik dan hangat. Sesaat orang yang di panggil "Al" itu lantas masuk. Dilihatnya presensi pria bertubuh jankung, kulit lumayan putih bersih, berkumis tipis, masih muda. Kanza menebak kira-kira berumur 30-an. Namun yang Kanza rasa sepertinya ia tidak dalam tim yang baik. Kanza melihat wajah datar calon ketua timnya saja sudah merinding. Sepertinya galak.

"Silahkan duduk Al." Pria itu hanya menunduk sejenak tanpa mengucapkan sepatah kata dan langsung duduk.

Kanza mengernyit, masih menatap lamat calon ketua tim Kanza yang duduk di seberangnya. Ia seperti tidak pernah melihat tapi kenapa tidak asing, dimana ya, ia tak ingat. Mungkin perasaannya saja.

"Kanza, ini Abian Adalvino. Dia adalah Ketua Tim Cirrus, dimana nanti Kanza akan bergabung di Cirrus." Jelas Burhan memperkenalkan Abian pada Kanza.

"Saya Kanza mohon bimbingannya, Pak." Ujar Kanza membungkuk sejenak. Namun sekelebat nama seperti tak asing. Otaknya lagi-lagi berpikir keras memutar segala ingatan tapi ia masih tak punya clue. Kanza benar-benar yakin jika nama ini tidak asing lagi pula ini nama yang jarang.

"Baik kalian bisa meneruskan pekerjaan kalian. Abian, bimbing Kanza dengan baik. Dia keluarga kita sekarang." Abian mengangguk atas pesan dari Burhan lantas mereka berdua keluar ruangan.

"Ikut saya." Ucapan yang datar terkesan tegas.

Tak ingin berlama-lama Kanza langsung mengikuti langkah Abian yang terkesan sangat cepat mereka menuju sebuah ruangan yang terletak di bawah ruangan Burhan tadi.

"Kamu sudah bisa apa saja?" tanya Abian sambil berjalan diikuti oleh Kanza yang sedikit tak bisa menyambangi langkah Abian.

"Maaf?"

Kanza benar-benar tidak paham apa yang di maksud Abian. Namun Abian tidak mengulangi pertanyaannya, ada dengusan halus yang membuat nyali Kanza semakin ciut.

Masuk di ruangan Cirrus, nyali Kanza benar-benar semakin ciut. Di dalam ruangan ini, hanya kesunyian dan keyboard yang sahut-sahutan. Mereka benar-benar fokus ke pekerjaan mereka masing-masing. Sekitar 15 orang di dalam ruangan.

"Mohon perhatiannya." Abian bersuara terdengar sangat lantang. Hingga semua benar-benar kompak menghentikan aktivitas mereka dan langsung berdiri dan berbalik.

"Terima kasih. Langsung saja, kita mempunyai keluarga baru, silahkan perkenalkan diri."

Kanza membasahi bibir bawahnya yang terasa kering, ia gugup bukan main, "Saya Kanza Syafira. Mohon bimbingannya untuk ke depannya." Ucap Kanza menunduk sejenak memberi hormat dan respon mereka hanya sunyi. Membuat Kanza kikuk sendiri, bahkan wajah mereka tak sehangat saat pegawai lobi dan Burhan menyambutnya.

"Karena masih baru, kamu bisa mengerjakan apa saja. Dengan artian, kamu membantu mereka saat mereka butuh. Paham?" Kanza mengangguk cepat.

"Ya sudah. Bu Nuri, bisa melanjutkan menjelaskan lebih tentang apa yang kamu kerjakan." Lanjut Abian yang kini pergi ke ruang kerjanya di pojok ruangan. Dan Nuri yang tadi di beri pesan oleh Abian langsung menghampiri Kanza.

"Maaf mbak ruangan ini memang selalu seperti ini. Tapi mbak Kanza bakal betah kok. Oh ya mari saya jelaskan."

Kanza hanya mengangguk tersenyum kikuk, pasalnya ia benar-benar seperti asing.  Ayo semangat Kanza!

Kanza mencoba tersenyum dan semangat. Walaupun nanti pekerjaannya berat, ia harus kuat. Bisa karena terbiasa.

"Kanza..."

"Kanza tolong foto kopikan..."

"Mbak Kanza tolong..."

"Ini mbak Kanza tolong taruh disitu..."

"Mbak..."

"Kanza..."

"Mbak..."

-Welcome to New World, Kanza-

Kanza menghembuskan nafas lega, jam istirahat sudah tiba. Dia bisa duduk di kursi setelah sibuk beberapa jam mondar-mandir tak henti. Belum lagi kena marah dengan Abian. Jika mengingat Abian marah membuat Kanza merinding. Baru satu hari dia sudah sangat menahan hati untuk tidak mengeluarkan unek-unek. Memang bekerja itu tidak sesuai ekspektasi dia, dan ternyata malah jauh lebih gila dari yang ia pikirkan.

"Mbak Kanza, mbak Kanza mau pesan apa kita mau pesan makanan." Tawar Nuri tiba-tiba, Kanza tersenyum mendengar Nuri menawarkan di meja kerjanya.

"Terima kasih bu Nuri. Tapi saya bawa bekal. Saya ke luar dulu ya Bu." Kanza pamit kepada Nuri yang masih menjaga senyumnya, tak lupa menenteng totebag berisi bekal makanan dan membawanya keluar. Kanza ingin mencari udara segar. Baru dua hari ia sudah merasa hari-harinya berat.

"Hmm pasti butuh waktu sendiri." Gumam Nuri memandang tubuh Kanza yang berjalan gontai keluar ruangan dengan iba.

"Pak Abian bener-bener ngeri." Timbrung Rena tiba-tiba.Rena merupakan salah satu anggota tim Cirrus yang umurnya dibawah Nuri 2 tahu. Ia sudah mempunyai dua anak. Rata-rata anggota Cirrus berumur 30-an ke atas. Dan Kanza lah yang paling muda. Tak heran jika yang lain terlihat sangat dewasa membimbing Kanza dengan sabar, kecuali satu orang yang sedang mereka bicarakan di ruangan pojok sana.

"Beruntung saya masuk belum ada Pak Abian. Ternyata jiwa-jiwa lulusan teknik masih ada." Ucap Rena yang kini duduk menunggui Nuri untuk keluar ruangan.

"Sepertinya bukan jiwa teknik. Kepribadiannya aja yang terlalu kaku. Ya udah yuk." Ajak Nuri meninggalkan ruangan.

Ruangan kosong hanya tinggal Abian yang masih betah di ruangan nya. Abian menghela nafas, ia menyandarkan punggungnya ke kursi seraya tangannya ia bawa mengusap wajahnya. Banyak sekali yang ia pikirkan, dan Abian memang sudah kebal dengan omongan tentang dirinya.

---

Kanza menyandarkan punggungnya yang terasa pegal di bangku tempat para pegawai beristirahat. Tepat di utara dimana ruangan Kanza berada. Ia memilih menenangkan dan memperbaiki mood dengan makan bekalnya. Sedari awal ia bekerja, pikirannya terusik oleh satu hal. Ia mencoba memutar memori usangnya, tetapi nihil. Melintas di benaknya untuk membuka ponsel, berselancar ke media sosial sebentar. Beberapa kali ia mencari di i*******m atau pun twitter, tapi nama yang ia cari tetap tidak ada. Lantas otak cemerlangnya berselancar di pencarian internet.

"Gotcha!" seru Kanza pelan.

Jarinya terus mencari dengan cepat beriringan dengan matanya. Kanza menutup mulutnya lantaran terkejut bukan main, beberapa kali ia keluar masuk ke media sosialnya hanya untuk memastikan. Setelah benar-benar pasti, Kanza masih speechless dengan apa yang ia temukan.

"Woahh... Pantesan kayak gak asing. Ternyata dia Tentor gue pas lomba dulu di SMA." Gumam Kanza kini memijit pelan pangkal hidungnya.

Abian Adalvino. Seorang alumni dari Universitas Swasta ternama di Malang dari jurusan Teknik Geologi. Banyak prestasi yang ia capai ketika masih menjadi mahasiswa, tak heran jika mesin pencarian di Internet mencatat nama beserta pencapaian nya. Kanza benar-benar pusing sekarang, bagaimana bisa ia bertemu kembali dengan coach yang sangat ia benci pada saat itu. Pantas saja, Kanza seperti dejavu ketika mendengar beberapa ucapan yang dingin menusuk mengenai tepat ulu hatinya. Astaga, ia sepertinya harus bersabar. Kenapa harus bertemu lagi setelah sepuluh tahun. Tapi sedikit curang karena wajah dan perawakan Abian berubah sedikitpun. Hanya garis rahangnya yang semakin tegas.

Tak ingin berlama-lama ia kembali ke ruangan meletakkan tempat makan dan bersiap untuk pekerjaan selanjutnya. Dan sampai di ruang masih sepi, belum ada satupun orang yang masuk. Kecuali Abian yang masih betah di ruang kerjanya. Kanza mendengus, ia sepertinya harus siap mental menghadapi ketua tim yang perfeksionis. Setelah beberapa saat, Kanza melihat Abian yang bergegas keluar ruangan dengan wajah yang sama datarnya seperti 10 tahun yang lalu. Judes, dingin sok keren. Kanza bisa melihat bahwa Abian tidak berubah sedikitpun.

"Kamu ikut saya." Ucap Abian tiba-tiba menghampiri Kanza yang baru ingin duduk.

"Saya?" tanya Kanza memastikan tidak salah dengar.

Abian mengernyit, "Memang siapa lagi? Setan?"

Lihat? Kanza menduga jawaban sengak dari Abian.

"Bawa alat tulis kamu." Lanjut Abian berlalu meninggalkan Kanza. Dengan cepat Kanza langsung mengambil alat tulis tak lupa ponselnya. Sepertinya ia akan menjadi asisten Abian sehari ini.

Sembari berjalan, mata Kanza tak henti-hentinya menatap dan mengamati sekitar. Dua hari bekerja ia belum sempat berkeliling, dan hari ini walaupun sebentar ia bisa melihat sisi lain gedung yang menurutnya luar biasa. Ia terkagum-kagum jujur saja. Ia jadi merasa seperti Mahasiswa yang tengah melakukan Kunjungan Industri, sayangnya harus bersama Mantan Coach nya dulu.

Berjalan beberapa menit, Abian dan Kanza sampai di ruang rapat kode B.5. Disitu terdapat ruangan yang cukup besar di isi anggota yang sepertinya senior-senior masuk di ruang tersebut. Dengan terkagum-kagum Kanza tetap mengikuti langkah Abian yang masuk menuju tempat duduk yang sudah di sediakan. Gedung rapat ini semacam gedung untuk rapat besar dimana para atasan mulai dari Kepala bidang dan Ketua Tim mengikuti rapat yang sering diadakan satu bulan sekali.

Masih melihat sekeliling Abian dan Kanza berhenti pada kursi barisan nomer 5. Disitu Abian menyapa beberapa orang sejenak diikuti dengan Kanza yang tersenyum menyapa.

"Duduk." Perintah Abian singkat langsung diikuti Kanza di sampingnya.

"Pak kenapa saya diajak ke sini?" tanya Kanza masih melihat sekeliling yang cukup ramai pegawai berdatangan.

"Cuma kamu yang nganggur." Jawab Abian singkat padat dan jelas.

Kanza mendengus pelan, "Saya liat rata-rata yang datang para atasan makanya saya bingung, Pak." Gerutu Kanza kini membuka buku catatannya mengingat instruksi bahwa acara akan segera di mulai.

Abian hanya melirik saja tak ada niatan untuk menjawab perkataan Kanza.

"Pak kalau saya tidur gimana?" tanya Kanza tiba-tiba membuat Abian menoleh.

"Keluar dari tim saya." Ketus Abian langsung kembali menoleh memandang lurus ke depan selepas mengatakan hal tersebut.

Kanza menghembuskan nafas kasar, bagaimana lagi. Perutnya sekarang sudah kenyang, dan duduk mendengarkan rapat yang baru pertama kali ia dengar. Mengikuti seminar saja ia terkantuk-kantuk, apalagi mengikuti rapat besar seperti ini.

Tak mau ambil pusing Kanza langsung mengeluarkan ponselnya, merekam suara pembicara agar nanti ketika ia ketinggalan untuk mencatat setidaknya ia mempunyai rekamannya. Perlu di ingat, Kanza tidak se jenius Abian ia tidak bisa langsung mencerna tanpa ia pelajari lagi. Namun jika dipikir-pikir, Kanza bisa beristirahat tak harus kesana kemari mondar-mandir dimintai tolong atau membantu yang lain. Setidaknya kakinya bisa istirahat, karena Kanza sudah merasa jika kakinya sepertinya lecet.

"Pak boleh tanya tidak?" tanya Kanza, Abian hanya melirik dan mengangguk pelan.

"Saya boleh tidak pakai sepatu kets besok? Kalau pake sepatu resmi kayak gini saya gak bisa gerak leluasa."

Abian melirik sejenak kaki Kanza, "Terserah. Yang penting pas masuk gedung pakai sepatu resmi."

"Terima kasih, Pak!! Yes!" Kanza bersorak pelan, setidaknya kakinya bisa bernafas saat besok ia harus kembali sibuk atas perintah ketua tim di sampingnya.

—To be continued—

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Puan Pasifica
ceritanya bagus, penulisannya rapi, alurnya simpel n natural
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • RENDEZVOUS   01. RENDEZVOUS - Sama dan Monoton

    Kanza menghela nafas berat menatap langit yang terang. Sudah dua minggu lamanya Kanza bekerja sangat keras berakhir dengan Kanza berdiri di depan pintu masuk gedung. Menunggu ojek online untuk pulang Kanza menatap ponselnya, sekilas menilik jam. Lagi-lagi pulang terakhir pada pukul 19.30.Kanza melihat map pada aplikasi ojek online. Tapi tak kunjung jalan, apakah macet? Kanza pun tidak tahu. Baru beberapa saat, tiba-tiba chat masuk dari pesan bapak ojek online nya. Dan tiba-tiba pesanan dibatalkan oleh sana. Kanza menghela nafas kasar. Padahal ia lelah tapi ia harus jalan sedikit jauh untuk mencari angkutan umum atau jika kepepet mau tak mau ia naik taxi. Sebenarnya Kanza tak

    Last Updated : 2021-06-01
  • RENDEZVOUS   02. RENDEZVOUS - "e-mail Usang"

    Kalau dipikir-pikir, Kanza itu memang anak yang cukup bar-bar saat sekolah. Bukti jelasnya itu sudah ada pada Abian. Bahkan dia ingat siapa Kanza, murid bimbingan olimpiade saat SMA. Ya, Abian tidak heran sih saat itu hanya saja, kok ada ya yang seperti Kanza naik meja, julid, dan menggosip tentang Abian dan segala keburukannya. Sebenarnya lucu kalau dipikir ulang. Wajar, Abian itu sangat dingin orangnya. Tapi banyak fans nya, saat murid bimbinganya dibimbing bukan benci malah senang dengan Abian yang seperti itu. Ya, kecuali si Kanza tadi, makanya Abian langsung ingat saat Kanza memperkenalkan dirinya pertama kali, melihat perawakannya juga tidak berubah dari dulu.Abian membuka iseng media sosialnya, pertama media sosial dengan logo burung tapi tidak begitu menarik lalu beralih ke ask.fm nya. Ia sudah lupa kata sandinya apa, tapi gampang mencari ask.fm nya, tinggal menulis Abian Adalvino ask.fm di Search engine. Langsung mun

    Last Updated : 2021-06-02
  • RENDEZVOUS   03. RENDEZVOUS - Sisi Berbeda

    Abian turun dari lantai dua, setelah mendapatkan pesan beruntun dari temannya, ia bergegas mengganti pakaiannya. Saras yang sedang menonton tv di ruang tengah pun mengernyit heran melihat penampilan kakaknya itu tengah rapi berbalut kemeja kotak merah dan kaos hitam di dalamnya. Tidak lupa celana jeans, dan tas yang disampirkan dipundak."Mas mau kemana? Dandan kayak anak muda gitu?" tanya Saras meneliti penampilan Abian yang sangat santai, apalagi rambutnya disisir tidak terlalu rapi seperti saat akan ke kantor."Busking. Mau ikut?"Saras sontak berdiri, "Sumpah? Mauuuu ikutt.""Ya udah sana ganti baju."Saras langsung mengangguk, ia mematikan televisi dan langsung bergegas naik menuju kamarnya. Cukup 10 menitan Saras keluar dengan memakai sweater warna beige dan jeans juga tas selempang kecil. Ia sangat bersemangat malam ini."Mas beneran mau busking? Sama anak Band Mas?" tanya Saras mengekori Abian yang kin

    Last Updated : 2021-06-05
  • RENDEZVOUS   04. RENDEZVOUS - Sisi Berbeda (2)

    warning! Harsh word! . Karena lapar setelah menonton acara musik itu, Jihan dan Kanza memutuskan untuk singgah di kafe dekat disitu sebentar. Sembari mengobrol banyak hal. Jihan dan Kanza duduk di salah satu meja kosong, sudah malam tapi masih cukup ramai. "Za? Lo masih diet?" tanya Jihan kini melahap nasi goreng telur yang ia pesan. Kanza dan Jihan sama-sama memesan menu yang sama, untuk makan yaitu nasi goreng telur satu pedas untuk Jihan dan satu pedasnya sedang untuk Kanza, kentang goreng satu dan minumnya greentea. Kanza menyeruput minum sejenak, "Lo pikir?" Jihan terkekeh pelan, "Ya gak salah sih tante Rina nitipin lo ke gue." "Gue udah susah-susah diet eh ketemu lo mana bisa gue diet." Timpal Kanza kini ikut tertawa kecil begitu pula dengan Jihan. "You know me so well Za." Kanza kembali melahap makanannya dengan tenang, "Adik lo udah isi?" tanya Kanza tiba-tiba membuat

    Last Updated : 2021-06-07
  • RENDEZVOUS   05. RENDEZVOUS - Yang Banyak Tingkah

    "Lagi nunggu ojol?" tanya Abian yang keluar dari gedung. Kanza langsung menoleh cepat, jika di pikir-pikir apa Abian selalu pulang paling akhir, sudah jalan tiga minggu Kanza pulang akhir tapi ternyata Abian yang pulang akhir."Iya." Jawab Kanza singkat."Batalin aja.""Hah?!"Abian menatap Kanza dengan ekspresi datarnya, "Batalin aja ojolnya. Kamu pulang sama saya." Lanjut Abian seenaknya."T-tapi...""Orang ojolnya dari tadi gak jalan-jalan." Abian menunjuk dengan dagunya, melihat ponsel Kanza menyala dan terlihat bahwa ojol yang Kanza pesan masih belum jalan.Kanza menoleh bingung pada ponselnya, tapikan Kanza tidak mau pulang dengan Abian. Dia berusaha menghindar dari Abian, tapi setelah dirasa, Abian seperti balas dendam kepada dirinya."Kelamaan mikir, keburu di tutup gerbangnya." Ucap Abian meninggalkan Kanza

    Last Updated : 2021-06-08
  • RENDEZVOUS   06. RENDEZVOUS - Diet

    "Kamu disana malah gendutan ya pantes aja gak nikah-nikah.""Za kurangin ngemil lo, leher lo ada dua gitu.""Yang udah kerja pasti banyak duit. Tambah gemuk aja.""Ihh kak Kanza tambah gemuk nek!!""Di jaga tubuhmu. Jangan banyak jajan, jangan banyak ngemil, kalo kamu gemuk susah yang suka sama kamu. Gak nikah-nikah nanti." Sejak 5 hari setelah Kanza video call dengan keluarga besar yang sedang berkumpul di rumah neneknya ia berubah menjadi murung. Niat ingin melepas rindu, dengan mungkin dibumbui pujian karena ia berhasil bekerja di yang ia cita-citakan, malah berakhir dengan unt

    Last Updated : 2021-06-09
  • RENDEZVOUS   07. RENDEZVOUS - Abian bisa menyesal?

    "Gak makan siang?" tanya Abian saat masuk ke ruangan dan kini berhenti di samping meja Kanza. Kanza menoleh sejenak lalu menggeleng ia kembali menatap monitor komputernya. Semenjak kejadian 2 hari yang lalu dimana ia pingsan, Kanza lebih pendiam. Kanza tahu jika Abian yang membawa ke klinik bersama Bu Nuri, dan ia juga tahu jika mereka berdua tidak ember penyebab Kanza pingsan. Hanya saja mood Kanza tidak kunjung membaik ditambah keluarga besarnya yang semakin kemari semakin menyebalkan. "Ayo saya temenin makan. Saya gak mau liat anggota tim saya pingsan lagi." Ucap Abian terkesan tegas dan datar. "Makasih Pak sebelumnya, tapi saya gak bakal pingsan lagi." Jawab Kanza. Abian mendengus, "Saya gak mau ada anggota yang ngrepotin saya

    Last Updated : 2021-06-12
  • RENDEZVOUS   08. RENDEZVOUS - Cara Baikan

    Abian bingung harus bagaimana menghadapi wanita yang marah terhadapnya. Baru kali ini ia merasa pusing sendiri dengan sikap orang yang marah terhadapnya. Biasanya ia akan cuek dan tidak mempedulikan karena semua yang ia katakan, ia utarakan itu lebih dari logis. Maka dari itu lawan bicara sering kalah telak jika berdebat dengannya. Tapi kenapa ia sekarang menjadi kepikiran ketika beberapa hari lalu Kanza marah padanya, sampai-sampai berani melempar buku menimbulkan suara nyaring. Apa ia terkena Karma karena mulutnya sering kelewat tajam hingga sekarang marahnya Kanza membuat Abian uring-uringan dan moodnya ikut buruk. Satu lagi, ajakan keluar kemarin ditolak mentah-mentah oleh Kanza. Padahal ini merupakan pertama kali Abian sampai mendatangi rumah seseorang untuk minta maaf dan menebus kesalahannya. Hari ini pun Abian melihat Kanza ha

    Last Updated : 2021-06-17

Latest chapter

  • RENDEZVOUS   41. RENDEZVOUS - Beri saya waktu

    Dua minggu lamanya Kanza benar-benar mengabaikan pesan dari Abian, dan sudah terhitung satu minggu terakhir Abian tidak mengubungi Kanza lagi setelah ia mengirim pesan yang terakhir untuk menjelaskan alasan apa yang terjadi. Suasana menjadi sangat kacau, banyak sekali rumor yang tidak masuk akal termasuk menyangkut dirinya. Kanza sudah tidak peduli dengan semua orang, karena semua orang itu palsu, bermuka dua dan tidak dapat dipercaya. Yang tidak bisa ia pikirkan sebenarnya Kanza harus menunggu apa? Dan lagi Abian pindah tim? Benar-benar pria gila. Kanza membereskan barangnya untuk segera pulang karena jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Harinya sama, sama-sama melelahkan bagi Kanza. "Kanza mau pulang?" tanya Samuel, Ketua Tim Kanza yang akhir-akhir ini mendekati Kanza. Bukan ada maksud apa-apa menurutnya semua yang menjadi anggotanya menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya ingin lebih dekat dengan anggotanya. Entah sekedar menawari untuk pulang bersama atau mencoba meng

  • RENDEZVOUS   40. RENDEZVOUS - Adore You

    From : Bapak Abian YTH Kamu gak mau liat keadaan saya? Tanggung jawab punggung saya sakit. . Kanza menghembuskan nafas lelah, jujur memang ia tidak bisa mengunjungi Abian kemarin dikarenakan shift. Dan sekarang ia sedang menuju rumah sakit tentu saja mengunjungi Abian meski dengan perasaan yang campur aduk. Ia tidak tahu apakah nanti bisa mengendalikan emosinya atau malah akan menangis keras, yang jelas pikiran Kanza masih kacau. Tentang keterangan Abian tidak masuk yaitu dengan alasan salah otot sehingga pinggang Abian cedera. Abian tidak memberitahu bahwa ia kena insiden yang tidak perlu ia sebutkan, yang ada malah menjadi berita yang tidak-tidak. Menerima pesan tadi Kanza sudah berdiri di depan pintu ruang inap Abian, ia sudah berdiri selama kurang 15 menit. Entah mengapa ia harus menyiapkan dirinya, mungkin karena merasa bersalah mendalam. Bahkan ia masih ingat detail bagaimana kejadian itu, rasanya begitu sesak mengingatnya. Kanza menggelengkan kep

  • RENDEZVOUS   39. RENDEZVOUS - Denial?

    Lorong rumah sakit nampak cukup sepi. Setelah kejadian tadi, Kanza hanya terdiam di depan kamar rawat setelah membersihkan diri tadi. Wajah Kanza masih terlihat bengkak sedikit pucat, tangannya juga masih bergetar. Ia masih terlalu kaget dengan kejadian ini, menyesali segalanya. Di dalam kamar rawat ada Saras yang masih menunggui kakaknya itu siuman, sedangkan Seno mengurus Panca di kantor polisi. Penyerangan akan memberatkan tuntutannya. Drrt drrt Suara getar ponsel Kanza terdengar, ia mengeluarkan ponsel dari saku. Ada panggilan masuk dari Jihan membuat seketika ia menghela nafas berat sebelum menerima. Cukup lama ia hanya memandang kosong layar ponsel bercantumkan nama Jihan tiba-tiba Saras keluar dengan tergesa dan sontak membuat Kanza otomatis langsung berdiri. "Mbak, mbak kenapa belum pulang?" tanya Saras cukup ketus. Saras masih belum bisa berpikir rasional sekarang, ia masih syok juga atas kejadian yang menimpa kakaknya. "Pak Abi

  • RENDEZVOUS   38. RENDEZVOUS - Takdir

    Setelah Seno berbincang dengan Abian hanya sekitar 10 menit, Abian langsung mengirimkan pesan ke Kanza untuk mengirimkan lokasinya sekarang juga. Boleh jadi sekarang ia bertemu dengan Panca. Kira-kira ini obrolan sebelum Abian menancapkan gas motor menuju lokasi yang Kanza kirimkan. "Lo denger gue gak sih, Al?" Abian melirik sejenak, "Denger.""Terus kenapa lo malah main hp?"Tidak menanggapi pertanyaan Seno, Abian kembali mengecek pesan masuk dari Kanza tetapi nihil."Al?!" Seno emosi sendiri karena Abian sedari tadi seperti tidak memperhatikan ia bicara.Abian menghela nafas kasar, "Gue tahu. Gue tahu dari lama, lo pikir gue gak mastiin Kanza balik sesuai permintaan lo? Makanya gue lagi—"Suara notifikasi masuk ke dalam ponsel milik Abian. Kanza mengirimkan lokasi yang tidak jauh dari Kafe Seno. Tidak menghiraukan Seno yang tengah mengomel panjang, Abian langsung mengambil kunci motor dan langsung bergegas menuju lokasi meninggalkan Seno yang men

  • RENDEZVOUS   37. RENDEZVOUS - Afraid

    Kanza membuka matanya terkejut ketika mimpi buruk itu seolah ingin menangkapnya. Peluh berjatuhan, nafasnya tersenggal. Ia lantas mendudukkan dirinya mencoba menetralkan nafas, tangan Kanza meraih ponsel guna melihat pukul berapa sekarang. Masih pukul 3 pagi. Kanza mengambil gelas disamping meja dan meminum sekali tandas.Akhir-akhir ini ia merasa gelisah, bahkan ia sering mimpi buruk kejadian itu terulang lagi. Tapi sebelum-sebelumnya ia menyangkal jika hanya pikirannya saja yang penuh. Kanza menghela nafas lalu kembali merebahkan dirinya. Ia menatap langit-langit menerawang jauh memikirkan kondisinya. Ia merasa baik-baik saja, tapi terkadang ia merasa sangat kacau. Kanza sedikit takut jika ia harus menemui psikolog karena kondisi psikis yang akibatnya berdampak pada kondisi perut. Sejak kejadian itu, perut Kanza menjadi sangat sensitif, dari sering melilit atau paling parah yaitu kram. Padahal ia sudah cek ke dokter dan tidak ada apa-apa. Dokter hanya bilang itu dikarenakan

  • RENDEZVOUS   36. RENDEZVOUS - Candy and Chocolate

    Kanza tersenyum cerah ketika tidak sengaja tadi melihat sekelompok mahasiswa di ruang sebelah setelah ia dari kamar mandi. Ia langsung bergegas menuju ruangannya untuk bersiap menyambutnya. Dibanding harus terlihat seperti orang yang keren saat bekerja, Kanza justru malah ingin berinteraksi dengan mereka tapi tidak bisa karena hanya dia saja yang merasa begitu yang lain begitu fokus dengan pekerjaan mereka. Tentang Nata, mereka sama sekali tidak bertegur sama semenjak kemarin. Masa bodoh, Kanza tidak peduli. "Selamat siang semuanya," suara Bapak Humas Instansi menyapa semua orang di ruangan Cirrus. Sontak semuanya menoleh dan membalas sapaan dari Bambang si Humas yang membawa kelompok mahasiswa tersebut. Abian yang tadinya di dalam ruangannya lantas keluar menghampiri Bambang untuk menyambut mereka. Kanza tersenyum cerah ketika melihat para Mahasiswa di luar, beberapa anak mengintip dan tersenyum ke arahnya. "Baik semuanya, karena ada sekitar 7 orang

  • RENDEZVOUS   35. RENDEZVOUS - Seorang Nata

    Obrolan kemarin sore baik Abian dan Kanza mulai menjaga jarak, bahkan hanya bertegur sapa singkat dan bekerja sesuai dengan jadwalnya. Gosip tentang Kanza pun belum mereda, masih banyak yang menyinggung jadwal shift yang ditetapkan. Mungkin prinsip Kanza sekarang ia akan bekerja dan dibayar lalu pulang, tidak mencampuri urusan lain ataupun ikut nongkrong apapun. Dia akan biasa tidak akan terlalu dekat dengan rekan kantor karena tidak ada yang dapat dipercaya.Ia harus fokus kembali tujuan awal yaitu mencari uang untuk adiknya sekolah dan dirinya. Hanya itu. Ia harus mengingat jika ada orang yang perlu ia bahagiakan yaitu keluarganya.Agaknya beberapa kali Abian mencuri pandang ke arah dimana Kanza bekerja. Wanita itu tengah fokus dengan dahi yang berkerut, rambut pendek sebahu yang ia kucir satu menyisakan beberapa helai anak rambut, gurat wajahnya yang terlihat lelah dan sepertinya bertambah kurus. Pipi chubby saat pertama kali ia kemari berkurang.Abian menghe

  • RENDEZVOUS   34. RENDEZVOUS - Professionalitas

    Mungkin bagi Kanza, menjadi anak perempuan pertema sekaligus cucu pertama yang bisa memenuhi permintaan mendiang Kakeknya itu adalah hal yang luar biasa. Beban ia langsung terangkat begitu saja sehingga pundaknya menjadi ringan. Bagi Kanza itu semua dilakukan dengan mudah, tidak banyak mengeluh dan mengiyakan perkataan orang tua.Lalu bagaimana cara dia bertahan dan menjadi kuat?Pura-pura adalah jawabannya. Kanza terbiasa berpura-pura untuk menjadi lebih kuat disaat dia pada titik terendah. Dia juga terbiasa berpura-pura untuk baik-baik saja karena ia yakin besok akan baik-baik saja, padahal pikirannya berbanding terbalik. Kanza selalu menekan kelelahan secara psikisnya hanya dengan tidur karena ia percaya dengan begitu ketika bangun ia bisa kembali berlindung dalam kata 'pura-pura', seolah tidak terjadi apa-apa.Seolah menutup telinganya rapat, Kanza keluar dari bilik kamar mandi setelah beberapa orang tadi pergi. Kanza menghela nafas berat, topik

  • RENDEZVOUS   33. RENDEZVOUS - Maybe If

    Mungkin jika saat itu tidak berakhir, maka kedua insan itu masih merasakan bagaimana letupan-letupan rasa bahagia dalam hati mereka. Menciptakan banyak kenangan dari masa ke masa. Namun keadaan yang memaksa mereka untuk berhenti, berhenti mencintai satu sama lain sehingga meninggalkan sebuah kenangan yang tidak berarti dan hanya terasa seperti luka tidak mengering. Bersikap layaknya tidak terjadi apa-apa bahkan menjaga jarak merupakan yang mereka sekarang. Sebuah formalitas membingkai setiap pertemuan mereka. Dan terus sampai begitu. Apakah bisa seperti dulu? Mungkinkah? Entahlah. Wanita berparas cantik itu tersenyum ketika seorang pria berseragam pegawai itu berjalan menghampiri dirinya di luar ruangan. Dari dulu sampai sekarang menurutnya pria itu tidak berubah, paras dingin, langkah tegap, penampilan rapi selalu menjadi kesukaannya. Mungkin jika dulu ia bisa melihat senyum tipis terpatri pada wajah tegas pria itu sekarang tidak. Senyum yang jujur saja ia rindukan menghila

DMCA.com Protection Status