Home / Romansa / RATU YANG DINGIN / Bab 2. Kecelakaan Maut!

Share

Bab 2. Kecelakaan Maut!

Author: putrizakh 11
last update Last Updated: 2021-04-26 08:17:28

Kemana ia harus pergi sekarang? Tuan Kusuma tidak pernah mengenalkan Casandra kepada sanak saudara, makanya tidak memiliki orang terdekat kecuali Ayahnya. Selama berada dikampus dia juga tidak pernah memiliki teman, karena susah untuk bergaul.

"Argh! Kemana aku harus pergi !!!" Teriak Casandra begitu kencang, tanpa memperdulikan penggunaan jalan saat melihat kearahnya.

Matanya yang kabur karena tidak mengerti bahwa tidak ada gangguan, ia tidak menyadari bahwa dari belakang ada sebuah truk melaju kencang. Supir truk sudah memberi klakson beberapa kali, namun tidak didengar oleh Casandra.

"Nak, awas!" Teriak seorang pria berusaha untuk menyelamatkan Casandra, tapi sayang semua itu sia sia karena truk lebih cepat dari pada langkah pria tua yang ingin menyelamatkan Casandra.

Brugg...

Tubuh Casandra terpental jauh dari tempat awal ia berjalan, kepalanya mengeluarkan darah dan seluruh pandangannya mulai kabur. Sebelum matanya tertutup ia melihat ada begitu banyak orang mengerumuni nya, pendengarannya juga sudah mulai samar samar.

"Hei, selamat tinggal tahun 2019. Terimakasih atas 19 tahun yang sudah kau berikan untukku, walaupun hanya perlakuan buruk yang kudapat." 

Mata Casandra sudah tertutup, bahkan dia sudah tidak dapat mendengar suara apapun lagi sekarang ini. 

***

Argh!

Tiba tiba Casandra berteriak, napasnya tersengal sengal seperti habis lari maraton. Ia meraba seluruh bagian tubuhnya yang masih mulus tanpa darah dan luka.

"Tidak, tadi ada sebuah truk yang menabrakku. Tapi kenapa aku bisa berada ditempat tidur kuno sekarang ini?!!" Tanya Casandra dalam hati, sambil memperhatikan seluruh ruangan tempat ia berada.

Dari luar terdengar suara riuh, dan ada isakan tangis juga. "Putriku, kau sudah sadar?!" Seorang pria bertubuh kekar memeluk erat tubuh Casandra, dibelakangnya berdiri dua orang pria tampan seumuran dengan Casandra juga.

"Ah, siapa kalian?" Tanya Casandra karena benar benar tidak tahu, bisa saja ketiga pria ini sedang melakukan penipuan kepada dirinya.

"Aku Ayahmu, Jenderal Wajendra Adhinatha." Jawab pria bertubuh kekar itu, sembari melepaskan pelukannya.

"Jendral?!" 

"Iya, nak."

"Tahun berapa sekarang?" Tanya Casandra lagi.

"1270 bulan kelima, masa pemerintahan Prabu Lakeswara Lingga." Jelas pria seumuran Casandra yang belum diketahui namanya itu.

Gadis itu langsung terdiam, ia memastikan sekelilingnya dengan lebih teliti "Ternyata benar, aku hidup lagi. Namun, ditahun dan zaman yang berbeda. Haruskah aku bersyukur sekarang? Ah, tentu saja aku harus bersyukur mungkin dikehidupan ini aku akan menerima perlakuan baik."

"Apa kau mengingat nama kami berdua?" Timbrung salah satu pria lagi.

"Tidak..." Jawab Casandra

Kedua pria itu pun saling bertatapan, entah karena kesal atau kasihan kepada ingatan adiknya.

"Aku Putra pertama Tuan Wajendra, Dewandaru Adhinatha. Lebih tepatnya lagi, kakak pertama kalian berdua." Jelas Dewandaru, berusaha tersenyum dengan wajah kejamnya.

"Hei, jangan tampilkan senyuman terpaksamu aku kesal melihatnya." Timbrung salah satunya lagi, Casandra masih belum mengetahui nama pria itu.

"Hahahaha, kalian lucu sekali." Casandra tertawa melihat tingkah keduanya, yang ia rasa itu sangat lucu untuk ditertawakan.

"Nak..." Tuan Wajendra dan kedua Putranya kaget, saat melihat Casandra tertawa begitu senang.

"Ada apa? Apa aku salah, karena tertawa?" 

"Tidak salah, Ayah hanya terharu baru kali ini Ayah merasa hubungan kita terasa sangat begitu hangat." Beberapa buliran air mata Tuan Wajendra jatuh keatas kasur.

"Tuan, tolong jangan menangis." Casandra memegang kedua belah pipi Wajendra, walaupun masih sangat begitu asing untuknya.

"Jangan panggil Tuan, aku ayahmu nak." Kata Tuan Wajendra 

"Baiklah Ayah, mulai kedepannya jangan menangis lagi untuk Putrimu ini, oke." Kata Casandra mengembangkan senyuman manis.

"Baiklah Putriku..."

Mereka semua pergi meninggalkan Casandra agar bisa beristirahat lebih lagi, demi memulihkan ingatannya yang hilang menurut pemikiran mereka.

***

Hari sudah tampak senja, setelah tabib selesai memeriksa keadaan Casandra seorang dayang langsung datang untuk membersihkan tubuhnya.

"Nona, mari aku bantu." Ujar Dayang tersebut, sambil membantu Casandra untuk berdiri.

"Terimakasih, siapa namamu?" Tanya Casandra 

"Dewi, Nona." Jawabnya begitu singkat.

"Kau tahukan bahwa aku lupa ingatan?" Kata Casandra lagi

"Iya, saya tahu Nona."

"Ceritakan kepadaku, bagaimana bisa aku sampai kehilangan ingatanku seperti ini." Madah Casandra, seraya melepaskan tusuk konde dari kepala.

"Ba-baiklah, Nona jika kau meminta."

Dayang itu pun mulai menceritakan dari awal apa yang terjadi, pemilik tubuh ini bernama Ajeng Adiwidya ia terkenal sangat pendiam dan jarang mau berbicara ataupun tersenyum kepada orang lain bahkan keluarganya sendiri. Dia lebih memilih untuk menyendiri, diruangan ataupun dipinggir kolam ikan hias.

Ajeng Adiwidya sering menyendiri karena Tuan Wajendra tidak pernah ada waktu luang untuk dihabiskan bersama, karena terlalu sibuk dengan urusan pemerintahan bersama dengan kedua kakaknya. Disaat hari ulang tahunnya, Tuan Wajendra sama sekali tidak mengingat hari itu. Ajeng Adiwidya tampak kesal, jadi ia berlari kearah tepian kolam namun karena licin akibat lumut dia kehilangan keseimbangan tubuhnya hingga terjatuh kedalam kolam. Tidak disangka, kepalanya menghantam keras bagian bawah kolam membuatnya kehilangan begitu banyak darah berserta ingatan nya juga. Para dayang dan pengawal langsung berusaha menyelamatkan Ajeng Adiwidya, tapi sayang sekali Ajeng Adiwidya kehilangan ingatannya.

"Ajeng bukan hilang ingatan, tetapi yang ada didalam tubuhnya adalah orang lain." Gumam Casandra

"Maksudnya, Nona?"

"Ah, tidak ada." Bantah Casandra

"Mari Nona, saya bantu." Kata Dayang membantu Casandra untuk masuk kedalam bak mandi yang terbuat dari batu indah.

"Ajeng Adiwidya, terimakasih meminjamkan tubuhmu untuk ku. Kedepannya aku akan berusaha untuk memperlakukan orang lain dengan baik, jangan khawatir aku juga akan menjaga Ayahmu." Batin Casandra.

Mulai kedepannya nama gadis itu akan berubah menjadi, Ajeng Adiwidya putri kecil dari Tuan Wajendra Adhinatha. 

Tolong dukung aku terus yah 🙏🙂

Related chapters

  • RATU YANG DINGIN   Bab 3. Zaman Yang Berbeda

    Sekarang sudah hampir 1 minggu, tubuh Ajeng sudah mulai pulih perlahan-lahan, dia sudah mulai bisa menggerakkan seluruh tubuhnya."Bosan sekali, kenapa didalam ruangan ini terlalu banyak buku sastra ketimbang novel!" Ajeng berdecak kesal, menatap seluruh rak buku.Diluar ruangan terdengar suara kedua Kakaknya sedang ribut, "Pasti mereka akan datang kemari..." Ajeng langsung membuka pintu ruangannya, dan tersenyum manis menyambut mereka berdua."Wah, tiap hari kau semangkin tambah cantik Dik jika tersenyum." Goda Cakara, berpangku tangan melirik Ajeng."Lupakan, apa kakak tidak ingin masuk?" Tanya Ajeng"Tentu saja kami ingin masuk." Sahut mereka berdua serentak, tanpa berpikir untuk bersamaan dari awal.Didalam ruangan Dewandaru dan Cakara duduk saling berhadapan, sementara Ajeng sedang menyajikan segelas teh untuk mereka bertiga nikmati."Ada apa gerangan Kakak kemari?" Tanya Ajeng, langsung keintinya saja."Ternyata kau paham j

    Last Updated : 2021-04-27
  • RATU YANG DINGIN   Bab 4. Membantu Orang Lain

    Ia menghampiri para rakyat jelata, tanpa diminta oleh mereka Ajeng langsung membagikan setiap keping secara merata."Sungguh mulia hatimu nak, belum pernah ada seorang bangsawan turun secara langsung untuk memberi kepada rakyat seperti kami, terimakasih." Kata seorang Kakek tua memuji kebaikan Ajeng Adiwidya."Jangan berterimakasih kepadaku, melainkan kepada yang Maha Kuasa." Balas Ajeng sambil tersenyum menatap pria tua yang sudah tidak berdaya itu."Terimakasih, Nona.""Terimakasih, Nona.""Terimakasih, Nona."Ada begitu banyak kata terimakasih yang Ajeng dengar dari setiap rakyat yang ia beri, bahkan ada sebagian dari mereka sampai menangis karena melihat perlakukan Ajeng begitu baik."Dengan Kepeng tadi kalian bisa membeli makanan, minuman, dan pakaian yang layak. Jangan tinggal dipinggiran seperti ini, ini terlalu berbahaya apalagi disaat ada kuda atau tandu yang lewat kalian bisa celaka, terutama untuk anak kecil itu tidak baik.

    Last Updated : 2021-04-28
  • RATU YANG DINGIN   Bab 5. Siasat Prabu

    Kebaikan Ajeng memberi kepada rakyat jelata sudah tersebar luas keseluruh penjuru kota bahkan sampai kepada Prabu Lakeswara Lingga."Siapa wanita ini?!!" Teriak Prabu begitu murka, karena sudah kehilangan muka kepada seluruh penjabat pemerintahan."Di-dia, adalah Putri Jendral." Jawab Mangkubumi gelagapan, sambil tersungkur dibawah kaki Prabu."Apa?! Bukankah wanita itu selalu mengurung diri!!" Teriak Prabu semangkin murka, ia membuang seluruh kertas laporan keuangan dari atas meja sampai berhamburan."Lebih baik aku cabut saja gelar kebangsawanan Wajendra, sekalian posisinya sebagai Jendral akan kuhapuskan!!!""Jangan, Prabu ku. Jika Prabu melakukan hal itu, seluruh rakyat akan memberontak kepadamu setelah semua pengorbanan yang Jendral lakukan terhadap kerajaan selama ini... Maaf jika hamba terlalu lancang mengatakannya." Lugas Mangkubumi"Kau benar, Mangkubumi. Lebih baik awasi saja kediaman Jendral, suruh beberapa prajurit bawahanmu. Ing

    Last Updated : 2021-04-29
  • RATU YANG DINGIN   Bab 6. Serang Dari Prabu!

    Hari ini keluarga besar Wajendra menerima sebuah undangan khusus dari Prabu Lakeswara Lingga, untuk menghadiri sebuah festival megah sebagai bentuk kemenangan mereka dalam perang beberapa waktu lalu. (Sebelum Casandra sadar dari kematiannya.)"Ayah, apa ada sebelum konspirasi dalam festival ini?" Desis Dewandaru."Entah, tapi Ayah rasa kita hanya perlu waspada kepada Prabu sekarang ini." Kata Jendral, dalam keadaan tenang. Kota kecil"Jadi bagaimana apakah kita akan menghadiri festival ini?" Sambung Cakara."Tentu saja, jika tidak hadir salah satu dari kalian yang akan menerima hukuman bukan Ayah. Begitu lah peraturan Prabu!" Tukas Jendral"Baiklah, malam ini kita akan bersiap siap untuk berangkat menuju Bhumi." Tambah Cakara, beranjak dari tempat duduknya."Tetapi bagaimana dengan Ajeng, apa ia harus kita bawa juga?" Tambah Dewandaru, mengerutkan alis matanya."Sudah perintah Prabu untuk membawa seluruh anggota keluarga, jadi tidak mungkin

    Last Updated : 2021-04-30
  • RATU YANG DINGIN   Eps 5. Bab

    Hubungan ini terlalu berat untuk diperjuangkan, kenapa? Yah, karena kamu adalah bintang sedangkan aku hanya tanah. Sampai kapan pun tidak akan pernah bisa bertemu apalagi bersatu.Mungkin akan lebih baik jika kita berdua tidak pernah bertemu, ataupun saling bertukar senyum. Semua ini hanya akan menyakiti perasaan kita saja, bukan kita tapi aku. Yah, aku lah yang paling tersakiti disini.Tapi berkat dirimu juga lah aku tahu, mana yang serius dan mana yang cuman bercanda doang. Pada akhirnya aku sampai di titik ini, sedang berusaha melupakan semua tentang dirimu jadi tolong jangan pernah kembali lagi, yah ganteng."Laras, apa tugasmu sudah selesai?"Ada begitu banyak orang yang peduli kepadanya, tapi dia berusaha untuk menjauh dari mereka semua. Seakan ia tidak ingin mengenal siapapun di dunia ini."Maya, Lo kenapa sih baik banget sama sih Laras? Padahal dia gak pernah tuh ngomongin Lo."Ada orang yang terlihat baik dari depan tapi mun

    Last Updated : 2023-06-05
  • RATU YANG DINGIN   Bab 1. Penolakan Hadiah

    Sepulang dari kampus Casandra menyempatkan diri untuk mampir ke toko pakaian demi membeli sebuah hadiah kecil untuk sang Ayah, yang sedang berulang tahun hari ini.Ia melirik kearah dasi kupu-kupu yang begitu keren dan elegan jika dikenakan tapi ia merasa infil, jika sang Ayah mengenakan dasi itu kekantor pasti akan menjadi bahan tertawaan.Akhirnya Casandra memilih sebuah dasi formal berwarna hitam, menurutnya dasi itu akan cocok jika digunakan dengan kemeja yang sering dikenakan Tuan Kusuma."Terimakasih Nona, selamat datang kembali." Ucap pelayan toko begitu ramah."Sama sama..."Casandra berlari menuju tempat penungguan bus, dan langsung naik ketika ada sebuah bus yang berhenti."Semoga, Ayah suka dengan hadiah kecilku ini." Gumam Casandra dalam hati.Ibu Casandra sudah meninggal saat dia berumur 14 tahun, penyebab kematian Ibu nya masih belum bisa dipastikan sekarang ini. Apakah karena sakit atau keracunan. Semenjak saat itu lah,

    Last Updated : 2021-04-25

Latest chapter

  • RATU YANG DINGIN   Eps 5. Bab

    Hubungan ini terlalu berat untuk diperjuangkan, kenapa? Yah, karena kamu adalah bintang sedangkan aku hanya tanah. Sampai kapan pun tidak akan pernah bisa bertemu apalagi bersatu.Mungkin akan lebih baik jika kita berdua tidak pernah bertemu, ataupun saling bertukar senyum. Semua ini hanya akan menyakiti perasaan kita saja, bukan kita tapi aku. Yah, aku lah yang paling tersakiti disini.Tapi berkat dirimu juga lah aku tahu, mana yang serius dan mana yang cuman bercanda doang. Pada akhirnya aku sampai di titik ini, sedang berusaha melupakan semua tentang dirimu jadi tolong jangan pernah kembali lagi, yah ganteng."Laras, apa tugasmu sudah selesai?"Ada begitu banyak orang yang peduli kepadanya, tapi dia berusaha untuk menjauh dari mereka semua. Seakan ia tidak ingin mengenal siapapun di dunia ini."Maya, Lo kenapa sih baik banget sama sih Laras? Padahal dia gak pernah tuh ngomongin Lo."Ada orang yang terlihat baik dari depan tapi mun

  • RATU YANG DINGIN   Bab 6. Serang Dari Prabu!

    Hari ini keluarga besar Wajendra menerima sebuah undangan khusus dari Prabu Lakeswara Lingga, untuk menghadiri sebuah festival megah sebagai bentuk kemenangan mereka dalam perang beberapa waktu lalu. (Sebelum Casandra sadar dari kematiannya.)"Ayah, apa ada sebelum konspirasi dalam festival ini?" Desis Dewandaru."Entah, tapi Ayah rasa kita hanya perlu waspada kepada Prabu sekarang ini." Kata Jendral, dalam keadaan tenang. Kota kecil"Jadi bagaimana apakah kita akan menghadiri festival ini?" Sambung Cakara."Tentu saja, jika tidak hadir salah satu dari kalian yang akan menerima hukuman bukan Ayah. Begitu lah peraturan Prabu!" Tukas Jendral"Baiklah, malam ini kita akan bersiap siap untuk berangkat menuju Bhumi." Tambah Cakara, beranjak dari tempat duduknya."Tetapi bagaimana dengan Ajeng, apa ia harus kita bawa juga?" Tambah Dewandaru, mengerutkan alis matanya."Sudah perintah Prabu untuk membawa seluruh anggota keluarga, jadi tidak mungkin

  • RATU YANG DINGIN   Bab 5. Siasat Prabu

    Kebaikan Ajeng memberi kepada rakyat jelata sudah tersebar luas keseluruh penjuru kota bahkan sampai kepada Prabu Lakeswara Lingga."Siapa wanita ini?!!" Teriak Prabu begitu murka, karena sudah kehilangan muka kepada seluruh penjabat pemerintahan."Di-dia, adalah Putri Jendral." Jawab Mangkubumi gelagapan, sambil tersungkur dibawah kaki Prabu."Apa?! Bukankah wanita itu selalu mengurung diri!!" Teriak Prabu semangkin murka, ia membuang seluruh kertas laporan keuangan dari atas meja sampai berhamburan."Lebih baik aku cabut saja gelar kebangsawanan Wajendra, sekalian posisinya sebagai Jendral akan kuhapuskan!!!""Jangan, Prabu ku. Jika Prabu melakukan hal itu, seluruh rakyat akan memberontak kepadamu setelah semua pengorbanan yang Jendral lakukan terhadap kerajaan selama ini... Maaf jika hamba terlalu lancang mengatakannya." Lugas Mangkubumi"Kau benar, Mangkubumi. Lebih baik awasi saja kediaman Jendral, suruh beberapa prajurit bawahanmu. Ing

  • RATU YANG DINGIN   Bab 4. Membantu Orang Lain

    Ia menghampiri para rakyat jelata, tanpa diminta oleh mereka Ajeng langsung membagikan setiap keping secara merata."Sungguh mulia hatimu nak, belum pernah ada seorang bangsawan turun secara langsung untuk memberi kepada rakyat seperti kami, terimakasih." Kata seorang Kakek tua memuji kebaikan Ajeng Adiwidya."Jangan berterimakasih kepadaku, melainkan kepada yang Maha Kuasa." Balas Ajeng sambil tersenyum menatap pria tua yang sudah tidak berdaya itu."Terimakasih, Nona.""Terimakasih, Nona.""Terimakasih, Nona."Ada begitu banyak kata terimakasih yang Ajeng dengar dari setiap rakyat yang ia beri, bahkan ada sebagian dari mereka sampai menangis karena melihat perlakukan Ajeng begitu baik."Dengan Kepeng tadi kalian bisa membeli makanan, minuman, dan pakaian yang layak. Jangan tinggal dipinggiran seperti ini, ini terlalu berbahaya apalagi disaat ada kuda atau tandu yang lewat kalian bisa celaka, terutama untuk anak kecil itu tidak baik.

  • RATU YANG DINGIN   Bab 3. Zaman Yang Berbeda

    Sekarang sudah hampir 1 minggu, tubuh Ajeng sudah mulai pulih perlahan-lahan, dia sudah mulai bisa menggerakkan seluruh tubuhnya."Bosan sekali, kenapa didalam ruangan ini terlalu banyak buku sastra ketimbang novel!" Ajeng berdecak kesal, menatap seluruh rak buku.Diluar ruangan terdengar suara kedua Kakaknya sedang ribut, "Pasti mereka akan datang kemari..." Ajeng langsung membuka pintu ruangannya, dan tersenyum manis menyambut mereka berdua."Wah, tiap hari kau semangkin tambah cantik Dik jika tersenyum." Goda Cakara, berpangku tangan melirik Ajeng."Lupakan, apa kakak tidak ingin masuk?" Tanya Ajeng"Tentu saja kami ingin masuk." Sahut mereka berdua serentak, tanpa berpikir untuk bersamaan dari awal.Didalam ruangan Dewandaru dan Cakara duduk saling berhadapan, sementara Ajeng sedang menyajikan segelas teh untuk mereka bertiga nikmati."Ada apa gerangan Kakak kemari?" Tanya Ajeng, langsung keintinya saja."Ternyata kau paham j

  • RATU YANG DINGIN   Bab 2. Kecelakaan Maut!

    Kemana ia harus pergi sekarang? Tuan Kusuma tidak pernah mengenalkan Casandra kepada sanak saudara, makanya tidak memiliki orang terdekat kecuali Ayahnya. Selama berada dikampus dia juga tidak pernah memiliki teman, karena susah untuk bergaul."Argh! Kemana aku harus pergi !!!" Teriak Casandra begitu kencang, tanpa memperdulikan penggunaan jalan saat melihat kearahnya.Matanya yang kabur karena tidak mengerti bahwa tidak ada gangguan, ia tidak menyadari bahwa dari belakang ada sebuah truk melaju kencang. Supir truk sudah memberi kl

  • RATU YANG DINGIN   Bab 1. Penolakan Hadiah

    Sepulang dari kampus Casandra menyempatkan diri untuk mampir ke toko pakaian demi membeli sebuah hadiah kecil untuk sang Ayah, yang sedang berulang tahun hari ini.Ia melirik kearah dasi kupu-kupu yang begitu keren dan elegan jika dikenakan tapi ia merasa infil, jika sang Ayah mengenakan dasi itu kekantor pasti akan menjadi bahan tertawaan.Akhirnya Casandra memilih sebuah dasi formal berwarna hitam, menurutnya dasi itu akan cocok jika digunakan dengan kemeja yang sering dikenakan Tuan Kusuma."Terimakasih Nona, selamat datang kembali." Ucap pelayan toko begitu ramah."Sama sama..."Casandra berlari menuju tempat penungguan bus, dan langsung naik ketika ada sebuah bus yang berhenti."Semoga, Ayah suka dengan hadiah kecilku ini." Gumam Casandra dalam hati.Ibu Casandra sudah meninggal saat dia berumur 14 tahun, penyebab kematian Ibu nya masih belum bisa dipastikan sekarang ini. Apakah karena sakit atau keracunan. Semenjak saat itu lah,

DMCA.com Protection Status