Home / Romansa / RATU YANG DINGIN / Bab 5. Siasat Prabu

Share

Bab 5. Siasat Prabu

Author: putrizakh 11
last update Last Updated: 2021-04-29 09:10:27

Kebaikan Ajeng memberi kepada rakyat jelata sudah tersebar luas keseluruh penjuru kota bahkan sampai kepada Prabu Lakeswara Lingga.

"Siapa wanita ini?!!" Teriak Prabu begitu murka, karena sudah kehilangan muka kepada seluruh penjabat pemerintahan.

"Di-dia, adalah Putri Jendral." Jawab Mangkubumi gelagapan, sambil tersungkur dibawah kaki Prabu.

"Apa?! Bukankah wanita itu selalu mengurung diri!!" Teriak Prabu semangkin murka, ia membuang seluruh kertas laporan keuangan dari atas meja sampai berhamburan.

"Lebih baik aku cabut saja gelar kebangsawanan Wajendra, sekalian posisinya sebagai Jendral akan kuhapuskan!!!"

"Jangan, Prabu ku. Jika Prabu melakukan hal itu, seluruh rakyat akan memberontak kepadamu setelah semua pengorbanan yang Jendral lakukan terhadap kerajaan selama ini... Maaf jika hamba terlalu lancang mengatakannya." Lugas Mangkubumi

"Kau benar, Mangkubumi. Lebih baik awasi saja kediaman Jendral, suruh beberapa prajurit bawahanmu. Ingat! Jangan sampai diketahui oleh Jendral!!" Titah Prabu Lakeswara Lingga.

"Siap, hamba laksanakan Prabu."

***

Dalam beberapa hari ini Ajeng menyibukkan diri dengan membaca sejarah kerjaan sebelum Prabu Lakeswara Lingga memimpin. Prabu terdahulu sangat begitu peduli dengan rakyat, berbeda dengan Prabu Lakeswara Lingga yang hanya peduli dengan peraturan. Hal itu sangat begitu ditentang oleh para tetua, tetapi ia bersih kuku untuk tetap melakukan pendapatnya.

Prabu Lakeswara Lingga juga turun kemedan perang dalam melawan kerjaan lain, ia selalu menang dalam bantuan Jendral dan anak anaknya, sehingga ia ditakuti oleh beberapa kerjaan. Prabu Lakeswara Lingga masih berumur 25 tahun, sangat begitu muda untuk menduduki sebuah taktah. Beliau mendapatkan dukungan penuh dari Gusti Kanjeng Ratu secara langsung.

Walaupun sebuah pertumpahan darah terjadi dalam memperebutkan posisi Prabu, setelah Prabu Sri Lingga meninggal.

"Nona, Tuan Besar sudah kembali. Beliau, sedang berada di aula sekarang ini." Kata Dayang

"Kenapa, kau baru memberitahuku sekarang?! Seaturannya aku bisa menyambut Ayah sedari tadi." Ajeng begitu kesal melihat Dayang yang terlambat menyampaikan kabar.

"Maafkan, hamba Nona." Seketika dayang pun bersujud dibawah kaki Ajeng, sambil memohon untuk dimaafkan.

"Maafkan hamba, Nona."

"Tolong, maafkan Hamba."

"Bangunlah, jangan lakukan hal seperti ini." 

"Terimakasih Nona, kau sangat baik hati sekarang ini." Ucap Dayang begitu jujur.

"Sekarang ini? Sebenarnya seperti apa diriku yang dulu?" Tanya Ajeng berusaha mencari tahu tentang diri pemilik tubuh sebelumnya.

"An-anda memang terkenal sangat pendiam dan dingin, jarang mau berbicara... Tetapi sekali anda marah kepada kami, anda tidak akan segan-segan untuk memenjarakan kami selama 1 minggu diruang bawa tanah tanpa memberi makanan ataupun minuman sedikit pun." Ungkap Dayang tertegun, karena takut.

"Haa? Ap-apa aku pernah melakukan hal kejam seperti itu?!!" Teriak Ajeng merasa tidak percaya.

"I-iya, bahkan ada beberapa dayang yang mati karena menerima hukuman dari anda. Namun hal ini, disembunyikan oleh Tuan Besar."

Setelah mendengar ungkapan langsung dari dayang, Tubun Ajeng bergemetar dengan hebat karena takut. Jendral melihat gerak gerik Putri nya yang aneh langsung bertanya.

"Apa ada masalah selama Ayah pergi?" Tanya Jendral melembutkan nada bicaranya.

"Tidak ada Ayah, seluruh prajurit dan dayang juga memperlakukan ku dengan baik." Jawab Ajeng bersikap normal.

"Baiklah, untuk hal itu Ayah akan memberikan hadiah kepada mereka nanti." Tambah Jendral sambil tersenyum.

"Lakukan saja menurut hati Ayah, aku hanya akan mendukung." Balas Ajeng 

Begitu perbincangan mereka selesai, Ajeng memutuskan untuk kembali keruangan nya.

"Ternyata, pemilik tubuh ini seorang pembunuh berdarah dingin. Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Tanya Ajeng pada diri sendiri.

"Kau harus tenang, kali ini bukan untuk Ajeng. Melainkan untukmu Casandra, kau pasti bisa melewati semua ini." Ia mencoba menguatkan diri sendiri, padahal masih rapuh.

***

"Sanjaya, apa ada masalah besar  sampai kau datang langsung keruangan pribadiku?!" Sentak Wajendra

"Maaf Tuan ku, tapi hal ini sangat begitu penting untuk anda ketahui." Ungkap Sanjaya, bersujud dibawa kaki Wajendra karena takut mendapat hukuman.

"Berdirilah, katakan dengan jelas."

Sanjaya berdiri, namun dalam posisi kepala tertunduk. "Tuanku, saat anda pergi menerima panggilan dari  Prabu. Nona pergi ke pasar senja ditemani oleh Rahadi Byakta dan lainnya tetapi..."

"Tetapi apa?! Katakan dengan jelas, jangan membuatku menunggu!!"

"Tetapi, Nona memberikan Kepeng kepada setiap rakyat jelata yang ia lewati. Bahkan Nona juga menolong seorang anak petani menyelamatkan nyawa Ibu nya. Hal ini diketahui oleh Prabu, dia marah besar Tuan ku... Apa yang harus hamba lakukan?"

Sejenak Wajendra tertegun menatap kearah luar jendela, "Kau tidak perlu melakukan apapun, lakukan saja pekerjaanmu seperti biasa. Urusan ini biar aku yang menyelesaikan."

"Baiklah, hamba akan melakukan sesuai perkataan Tuan. Saya pamit undur diri."

Sanjaya adalah prajurit bayangan, ia bertugas sebagai penyampai pesan atau berita bagi Jendral. Tidak banyak informasi yang bisa digali tentang hidupnya, karena dia bukan orang sembarangan.

"Hebat, ternyata anaku sudah banyak berubah. Aku terharu karena dia sudah mulai memperhatikan orang lain, tidak seperti dirinya yang dulu jarang mau terbuka. Terimakasih, Yang Maha Kuasa." 

---------------------------------------------------------------

Tetap dukung aku yah, terimakasih🙏

Note:

-Mangkubumi: Tangan kanan raja/orang kepercayaan raja.

-Prajurit Bayang: Orang penyampai informasi.

-Gusti Kanjeng Ratu: Ibu Ratu/Permaisuri.

Related chapters

  • RATU YANG DINGIN   Bab 6. Serang Dari Prabu!

    Hari ini keluarga besar Wajendra menerima sebuah undangan khusus dari Prabu Lakeswara Lingga, untuk menghadiri sebuah festival megah sebagai bentuk kemenangan mereka dalam perang beberapa waktu lalu. (Sebelum Casandra sadar dari kematiannya.)"Ayah, apa ada sebelum konspirasi dalam festival ini?" Desis Dewandaru."Entah, tapi Ayah rasa kita hanya perlu waspada kepada Prabu sekarang ini." Kata Jendral, dalam keadaan tenang. Kota kecil"Jadi bagaimana apakah kita akan menghadiri festival ini?" Sambung Cakara."Tentu saja, jika tidak hadir salah satu dari kalian yang akan menerima hukuman bukan Ayah. Begitu lah peraturan Prabu!" Tukas Jendral"Baiklah, malam ini kita akan bersiap siap untuk berangkat menuju Bhumi." Tambah Cakara, beranjak dari tempat duduknya."Tetapi bagaimana dengan Ajeng, apa ia harus kita bawa juga?" Tambah Dewandaru, mengerutkan alis matanya."Sudah perintah Prabu untuk membawa seluruh anggota keluarga, jadi tidak mungkin

    Last Updated : 2021-04-30
  • RATU YANG DINGIN   Eps 5. Bab

    Hubungan ini terlalu berat untuk diperjuangkan, kenapa? Yah, karena kamu adalah bintang sedangkan aku hanya tanah. Sampai kapan pun tidak akan pernah bisa bertemu apalagi bersatu.Mungkin akan lebih baik jika kita berdua tidak pernah bertemu, ataupun saling bertukar senyum. Semua ini hanya akan menyakiti perasaan kita saja, bukan kita tapi aku. Yah, aku lah yang paling tersakiti disini.Tapi berkat dirimu juga lah aku tahu, mana yang serius dan mana yang cuman bercanda doang. Pada akhirnya aku sampai di titik ini, sedang berusaha melupakan semua tentang dirimu jadi tolong jangan pernah kembali lagi, yah ganteng."Laras, apa tugasmu sudah selesai?"Ada begitu banyak orang yang peduli kepadanya, tapi dia berusaha untuk menjauh dari mereka semua. Seakan ia tidak ingin mengenal siapapun di dunia ini."Maya, Lo kenapa sih baik banget sama sih Laras? Padahal dia gak pernah tuh ngomongin Lo."Ada orang yang terlihat baik dari depan tapi mun

    Last Updated : 2023-06-05
  • RATU YANG DINGIN   Bab 1. Penolakan Hadiah

    Sepulang dari kampus Casandra menyempatkan diri untuk mampir ke toko pakaian demi membeli sebuah hadiah kecil untuk sang Ayah, yang sedang berulang tahun hari ini.Ia melirik kearah dasi kupu-kupu yang begitu keren dan elegan jika dikenakan tapi ia merasa infil, jika sang Ayah mengenakan dasi itu kekantor pasti akan menjadi bahan tertawaan.Akhirnya Casandra memilih sebuah dasi formal berwarna hitam, menurutnya dasi itu akan cocok jika digunakan dengan kemeja yang sering dikenakan Tuan Kusuma."Terimakasih Nona, selamat datang kembali." Ucap pelayan toko begitu ramah."Sama sama..."Casandra berlari menuju tempat penungguan bus, dan langsung naik ketika ada sebuah bus yang berhenti."Semoga, Ayah suka dengan hadiah kecilku ini." Gumam Casandra dalam hati.Ibu Casandra sudah meninggal saat dia berumur 14 tahun, penyebab kematian Ibu nya masih belum bisa dipastikan sekarang ini. Apakah karena sakit atau keracunan. Semenjak saat itu lah,

    Last Updated : 2021-04-25
  • RATU YANG DINGIN   Bab 2. Kecelakaan Maut!

    Kemana ia harus pergi sekarang? Tuan Kusuma tidak pernah mengenalkan Casandra kepada sanak saudara, makanya tidak memiliki orang terdekat kecuali Ayahnya. Selama berada dikampus dia juga tidak pernah memiliki teman, karena susah untuk bergaul."Argh! Kemana aku harus pergi !!!" Teriak Casandra begitu kencang, tanpa memperdulikan penggunaan jalan saat melihat kearahnya.Matanya yang kabur karena tidak mengerti bahwa tidak ada gangguan, ia tidak menyadari bahwa dari belakang ada sebuah truk melaju kencang. Supir truk sudah memberi kl

    Last Updated : 2021-04-26
  • RATU YANG DINGIN   Bab 3. Zaman Yang Berbeda

    Sekarang sudah hampir 1 minggu, tubuh Ajeng sudah mulai pulih perlahan-lahan, dia sudah mulai bisa menggerakkan seluruh tubuhnya."Bosan sekali, kenapa didalam ruangan ini terlalu banyak buku sastra ketimbang novel!" Ajeng berdecak kesal, menatap seluruh rak buku.Diluar ruangan terdengar suara kedua Kakaknya sedang ribut, "Pasti mereka akan datang kemari..." Ajeng langsung membuka pintu ruangannya, dan tersenyum manis menyambut mereka berdua."Wah, tiap hari kau semangkin tambah cantik Dik jika tersenyum." Goda Cakara, berpangku tangan melirik Ajeng."Lupakan, apa kakak tidak ingin masuk?" Tanya Ajeng"Tentu saja kami ingin masuk." Sahut mereka berdua serentak, tanpa berpikir untuk bersamaan dari awal.Didalam ruangan Dewandaru dan Cakara duduk saling berhadapan, sementara Ajeng sedang menyajikan segelas teh untuk mereka bertiga nikmati."Ada apa gerangan Kakak kemari?" Tanya Ajeng, langsung keintinya saja."Ternyata kau paham j

    Last Updated : 2021-04-27
  • RATU YANG DINGIN   Bab 4. Membantu Orang Lain

    Ia menghampiri para rakyat jelata, tanpa diminta oleh mereka Ajeng langsung membagikan setiap keping secara merata."Sungguh mulia hatimu nak, belum pernah ada seorang bangsawan turun secara langsung untuk memberi kepada rakyat seperti kami, terimakasih." Kata seorang Kakek tua memuji kebaikan Ajeng Adiwidya."Jangan berterimakasih kepadaku, melainkan kepada yang Maha Kuasa." Balas Ajeng sambil tersenyum menatap pria tua yang sudah tidak berdaya itu."Terimakasih, Nona.""Terimakasih, Nona.""Terimakasih, Nona."Ada begitu banyak kata terimakasih yang Ajeng dengar dari setiap rakyat yang ia beri, bahkan ada sebagian dari mereka sampai menangis karena melihat perlakukan Ajeng begitu baik."Dengan Kepeng tadi kalian bisa membeli makanan, minuman, dan pakaian yang layak. Jangan tinggal dipinggiran seperti ini, ini terlalu berbahaya apalagi disaat ada kuda atau tandu yang lewat kalian bisa celaka, terutama untuk anak kecil itu tidak baik.

    Last Updated : 2021-04-28

Latest chapter

  • RATU YANG DINGIN   Eps 5. Bab

    Hubungan ini terlalu berat untuk diperjuangkan, kenapa? Yah, karena kamu adalah bintang sedangkan aku hanya tanah. Sampai kapan pun tidak akan pernah bisa bertemu apalagi bersatu.Mungkin akan lebih baik jika kita berdua tidak pernah bertemu, ataupun saling bertukar senyum. Semua ini hanya akan menyakiti perasaan kita saja, bukan kita tapi aku. Yah, aku lah yang paling tersakiti disini.Tapi berkat dirimu juga lah aku tahu, mana yang serius dan mana yang cuman bercanda doang. Pada akhirnya aku sampai di titik ini, sedang berusaha melupakan semua tentang dirimu jadi tolong jangan pernah kembali lagi, yah ganteng."Laras, apa tugasmu sudah selesai?"Ada begitu banyak orang yang peduli kepadanya, tapi dia berusaha untuk menjauh dari mereka semua. Seakan ia tidak ingin mengenal siapapun di dunia ini."Maya, Lo kenapa sih baik banget sama sih Laras? Padahal dia gak pernah tuh ngomongin Lo."Ada orang yang terlihat baik dari depan tapi mun

  • RATU YANG DINGIN   Bab 6. Serang Dari Prabu!

    Hari ini keluarga besar Wajendra menerima sebuah undangan khusus dari Prabu Lakeswara Lingga, untuk menghadiri sebuah festival megah sebagai bentuk kemenangan mereka dalam perang beberapa waktu lalu. (Sebelum Casandra sadar dari kematiannya.)"Ayah, apa ada sebelum konspirasi dalam festival ini?" Desis Dewandaru."Entah, tapi Ayah rasa kita hanya perlu waspada kepada Prabu sekarang ini." Kata Jendral, dalam keadaan tenang. Kota kecil"Jadi bagaimana apakah kita akan menghadiri festival ini?" Sambung Cakara."Tentu saja, jika tidak hadir salah satu dari kalian yang akan menerima hukuman bukan Ayah. Begitu lah peraturan Prabu!" Tukas Jendral"Baiklah, malam ini kita akan bersiap siap untuk berangkat menuju Bhumi." Tambah Cakara, beranjak dari tempat duduknya."Tetapi bagaimana dengan Ajeng, apa ia harus kita bawa juga?" Tambah Dewandaru, mengerutkan alis matanya."Sudah perintah Prabu untuk membawa seluruh anggota keluarga, jadi tidak mungkin

  • RATU YANG DINGIN   Bab 5. Siasat Prabu

    Kebaikan Ajeng memberi kepada rakyat jelata sudah tersebar luas keseluruh penjuru kota bahkan sampai kepada Prabu Lakeswara Lingga."Siapa wanita ini?!!" Teriak Prabu begitu murka, karena sudah kehilangan muka kepada seluruh penjabat pemerintahan."Di-dia, adalah Putri Jendral." Jawab Mangkubumi gelagapan, sambil tersungkur dibawah kaki Prabu."Apa?! Bukankah wanita itu selalu mengurung diri!!" Teriak Prabu semangkin murka, ia membuang seluruh kertas laporan keuangan dari atas meja sampai berhamburan."Lebih baik aku cabut saja gelar kebangsawanan Wajendra, sekalian posisinya sebagai Jendral akan kuhapuskan!!!""Jangan, Prabu ku. Jika Prabu melakukan hal itu, seluruh rakyat akan memberontak kepadamu setelah semua pengorbanan yang Jendral lakukan terhadap kerajaan selama ini... Maaf jika hamba terlalu lancang mengatakannya." Lugas Mangkubumi"Kau benar, Mangkubumi. Lebih baik awasi saja kediaman Jendral, suruh beberapa prajurit bawahanmu. Ing

  • RATU YANG DINGIN   Bab 4. Membantu Orang Lain

    Ia menghampiri para rakyat jelata, tanpa diminta oleh mereka Ajeng langsung membagikan setiap keping secara merata."Sungguh mulia hatimu nak, belum pernah ada seorang bangsawan turun secara langsung untuk memberi kepada rakyat seperti kami, terimakasih." Kata seorang Kakek tua memuji kebaikan Ajeng Adiwidya."Jangan berterimakasih kepadaku, melainkan kepada yang Maha Kuasa." Balas Ajeng sambil tersenyum menatap pria tua yang sudah tidak berdaya itu."Terimakasih, Nona.""Terimakasih, Nona.""Terimakasih, Nona."Ada begitu banyak kata terimakasih yang Ajeng dengar dari setiap rakyat yang ia beri, bahkan ada sebagian dari mereka sampai menangis karena melihat perlakukan Ajeng begitu baik."Dengan Kepeng tadi kalian bisa membeli makanan, minuman, dan pakaian yang layak. Jangan tinggal dipinggiran seperti ini, ini terlalu berbahaya apalagi disaat ada kuda atau tandu yang lewat kalian bisa celaka, terutama untuk anak kecil itu tidak baik.

  • RATU YANG DINGIN   Bab 3. Zaman Yang Berbeda

    Sekarang sudah hampir 1 minggu, tubuh Ajeng sudah mulai pulih perlahan-lahan, dia sudah mulai bisa menggerakkan seluruh tubuhnya."Bosan sekali, kenapa didalam ruangan ini terlalu banyak buku sastra ketimbang novel!" Ajeng berdecak kesal, menatap seluruh rak buku.Diluar ruangan terdengar suara kedua Kakaknya sedang ribut, "Pasti mereka akan datang kemari..." Ajeng langsung membuka pintu ruangannya, dan tersenyum manis menyambut mereka berdua."Wah, tiap hari kau semangkin tambah cantik Dik jika tersenyum." Goda Cakara, berpangku tangan melirik Ajeng."Lupakan, apa kakak tidak ingin masuk?" Tanya Ajeng"Tentu saja kami ingin masuk." Sahut mereka berdua serentak, tanpa berpikir untuk bersamaan dari awal.Didalam ruangan Dewandaru dan Cakara duduk saling berhadapan, sementara Ajeng sedang menyajikan segelas teh untuk mereka bertiga nikmati."Ada apa gerangan Kakak kemari?" Tanya Ajeng, langsung keintinya saja."Ternyata kau paham j

  • RATU YANG DINGIN   Bab 2. Kecelakaan Maut!

    Kemana ia harus pergi sekarang? Tuan Kusuma tidak pernah mengenalkan Casandra kepada sanak saudara, makanya tidak memiliki orang terdekat kecuali Ayahnya. Selama berada dikampus dia juga tidak pernah memiliki teman, karena susah untuk bergaul."Argh! Kemana aku harus pergi !!!" Teriak Casandra begitu kencang, tanpa memperdulikan penggunaan jalan saat melihat kearahnya.Matanya yang kabur karena tidak mengerti bahwa tidak ada gangguan, ia tidak menyadari bahwa dari belakang ada sebuah truk melaju kencang. Supir truk sudah memberi kl

  • RATU YANG DINGIN   Bab 1. Penolakan Hadiah

    Sepulang dari kampus Casandra menyempatkan diri untuk mampir ke toko pakaian demi membeli sebuah hadiah kecil untuk sang Ayah, yang sedang berulang tahun hari ini.Ia melirik kearah dasi kupu-kupu yang begitu keren dan elegan jika dikenakan tapi ia merasa infil, jika sang Ayah mengenakan dasi itu kekantor pasti akan menjadi bahan tertawaan.Akhirnya Casandra memilih sebuah dasi formal berwarna hitam, menurutnya dasi itu akan cocok jika digunakan dengan kemeja yang sering dikenakan Tuan Kusuma."Terimakasih Nona, selamat datang kembali." Ucap pelayan toko begitu ramah."Sama sama..."Casandra berlari menuju tempat penungguan bus, dan langsung naik ketika ada sebuah bus yang berhenti."Semoga, Ayah suka dengan hadiah kecilku ini." Gumam Casandra dalam hati.Ibu Casandra sudah meninggal saat dia berumur 14 tahun, penyebab kematian Ibu nya masih belum bisa dipastikan sekarang ini. Apakah karena sakit atau keracunan. Semenjak saat itu lah,

DMCA.com Protection Status