RAHASIA TIGA HATI - Aku LelahDunia seolah berhenti seketika itu. Bertemu dua insan yang pernah disakitinya. Bre terpaku di tempat untuk beberapa saat, dadanya bergemuruh. Setelah itu menghampiri dan meraih tangan Pak Rosyam. Digenggamnya erat lantas diciumnya. "Maafkan saya, Pak." Suara Bre serak karena menahan sebak.Pak Rosyam tersenyum seraya menepuk bahunya. "Tidak apa-apa, Nak Bre. Semua sudah berlalu. Apa kabarmu?"Bre mengangkat wajah lalu tersenyum getir. Tidak sanggup menjawab pertanyaan itu, karena sebenarnya dia sangat hancur sekali. Jika masih ada kesempatan, ia ingin memperbaiki semuanya. Menjadikan mereka orang-orang istimewa yang akan dibelanya mati-matian. Namun waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali. Yang kembali hanya kesempatan, itu pun jika ada. Tapi rasanya mustahil sekali bagi Bre."Livia." Bre mengulurkan tangan pada Livia. Hatinya tambah sesak. Ingin rasanya menarik tubuh itu dan didekapnya erat. Membawanya terbang menjauh dari siapapun dan tidak peduli
Sementara mobil Bre melaju dengan kecepatan tinggi karena sadar sudah terlambat datang ke sidang terakhirnya. Berulangkali pengacaranya menelepon.Untungnya dia sampai di pengadilan tepat waktu. Pak Eko langsung mengajaknya masuk ke dalam. Di sana Agatha di dampingi pengacara dan sang ayah sudah duduk menunggu.Bre menangkupkan kedua tangan dan menghadap ke semua orang sebagai permintaan maaf karena datang paling terakhir dan tidak ada keluarga yang mendampingi.Suasana hening dan tegang, meski di luar banyak wartawan. Sebab sidang perceraian ini sifatnya private. Tidak boleh orang di luar anggota keluarga bisa masuk dan mengikuti sidang. Apa yang akhirnya wartawan ketahui, karena mereka mencari info sendiri.Semua urutan sidang perceraian dibacakan dan dibilang lancar oleh majlis hakim. Termasuk kehadiran saksi di sidang kedua, juga bisa diajak bekerjasama dengan baik. Hingga tiba saatnya Bre mengucapkan ikrar talak. Dan dipastikan tidak ada masa iddah bagi Agatha karena selama menik
Ponsel Alan berdering. Ada panggilan masuk dari Adi. Dijawabnya panggilan dan mereka berbincang-bincang sejenak."Sayang, Adi datang agak telat karena mertuanya barusan nyampe. Nggak mungkin kalau langsung ditinggal ke sini. Sabar, ya. Setengah jam lagi dia dan Mini otw.""Oke. Nggak apa-apa.""Mas saja yang motoin kamu." Alan mengangkat kamera dan mengarahkan pada sang istri. Spontan Livia mengambil pose meski hanya memakai kaus suaminya dan rambut yang diikat sekenanya. Untuk bawahan mengenakan hot pant yang sudah tidak bisa ditarik resletingnya karena tidak muat lagi di bagian pinggang. Untung tertutup oleh kaus yang juga ketat di bagian pinggangnya.Begini saja Livia terlihat sangat cantik. Logika apa yang bisa menjelaskan bahwa istrinya sungguh menarik meski perutnya membuncit, dada membusung, pipi chubby, dan timbunan lemak menumpuk di panggulnya. Standar kecantikan perempuan dengan pinggang ramping, perut rata, pipi tirus, sudah kalah oleh pesona ibu hamil yang pintar berganti
RAHASIA TIGA HATI - Ancaman"Ada apa?" Tanpa kata sapaan Bre menjawab telepon dari Irma. Sebenarnya malas berurusan dengan wanita satu ini. Tapi jika tidak dijawab, pasti akan terus mengganggunya."Bre, kakakmu di mana?" Suara Irma serak."Telepon saja ke nomernya. Tanya dia ada di mana?""Sejak kemarin teleponku nggak dijawab. Kudatangi rumahnya juga nggak ada.""Aku nggak tahu. Sudah dulu, aku ada urusan lain.""Tunggu. Titip pesen ke dia suruh nemui aku. Penting. Kalau nggak, aku akan melompat dari apartemen ini.""Apa maksudmu mengancam begitu?" "Aku hamil dan kakakmu nggak mau tanggungjawab. Dia menghilang nggak bisa dihubungi." Irma tersedu. Bre terdiam. Cerita apalagi ini. Kepalanya terasa tambah berat. Membuat bebannya semakin menumpuk saja."Nggak ada urusannya denganku. Aku nggak mau tahu tentang permasalahan kalian. Selesaikan sendiri. Kalau harus bertanggungjawab, aku hanya punya tanggungjawab pada anak-anak Mas Ferry dengan Mbak Kenny. Jelas mereka lahir dalam pernikah
Dahi Ferry mengernyit guna memahami ucapan Bre. Akhirnya paham juga kalau yang dimaksud sang adik ular betina adalah Irma."Untuk apa dia menelponmu?""Nyariin kamu mau minta tanggungjawab. Kenapa Mas menghindar setelah dia hamil. Lupa dengan apa yang kalian lakukan berdua? Sampai tega mengkhianati Mbak Kenny dan anak-anak."Ferry menghisap rokoknya kuat-kuat dan mengembuskan perlahan. "Belum tentu dia hamil anakku.""Apa maksudnya?" Bre tidak mengerti."Dia tidak hanya tidur denganku. Aku nggak pernah menemuinya lagi setelah kupergoki dia di apartemen bersama lelaki lain seminggu yang lalu."Bre tersenyum sinis. "Baguslah, perempuan seperti itu yang akhirnya membuat Mas kehilangan Mbak Kenny dan anak-anak.""Apa bedanya denganmu." Ferry menatap penuh ejekan pada sang adik."Ya, kuakui aku memang brengs*k. Tapi sesalku untuk diriku sendiri tanpa melibatkan perasaan anak-anak." Bre mencondongkan tubuh dan menatap tajam pada kakaknya. "Mas, jangan lupakan. Kalau aku seperti ini juga kar
RAHASIA TIGA HATI - Usai Sidang Meski riasannya cukup lengkap di wajah Irma, tapi tidak bisa menutupi rona pucatnya. Tubuhnya yang dulu s*ksi, padat berisi, kini tampak kurus."Aku hamil anaknya Ferry." Perempuan itu menghampiri Kenny yang duduk di samping ruang sidang bersama Nina.Sebisa mungkin Kenny menyembunyikan rasa kagetnya. Kembali rasa sakit menusuk lagi tepat di ulu hati. Rupanya mereka sudah tidak bisa terkontrol. Sudah kelewatan. Jadi maksud kedatangan Irma di sidang terakhirnya hari ini, hanya untuk mengumumkan kalau dia dihamili Ferry. Sungguh tak tahu malu. Hamil di luar nikah, tapi begitu bangga.Nina juga diam walaupun tak kalah kaget. Diliriknya sekilas perempuan yang tidak tahu malu itu. Bisa-bisanya datang ke sidang perceraian Kenny dan dengan bangganya bilang kalau dia hamil anak Ferry."Awal tahun depan bayi kami lahir," lanjut Irma ketika Kenny masih diam."Itu bukan urusanku," jawab Kenny singkat."Ferry akan terhibur walaupun dia dibenci anak-anakmu. Ini, d
Irma bungkam. Saking bingungnya menghadapi kehamilan, sampai tidak bisa berpikir secara jernih. Bisanya hanya mengancam setelah mendapatkan penolakan dari Ferry. Ia lupa bagaimana jika orang tuanya tahu, terlebih keluarga besarnya. "Katakan pada mereka dan akan kubongkar rahasiamu juga. Biar keluargamu tahu apa yang kamu lakukan di luar sana." Ancaman Ferry membuat Irma tidak berkutik. Hampir dua mingguan ini dia seperti orang gila dan sering tidak masuk kerja."Harusnya aku tidak terlena lagi denganmu, sampai aku kehilangan istri dan anak-anakku. Kupikir kamu sudah berubah. Ternyata lebih parah. Sekali saja kau bicara pada media, maka akan kubongkar semuanya." Ferry pergi meninggalkan Irma karena pengacaranya sudah melambaikan tangan ke arahnya .Lelaki itu menarik napas dalam-dalam sebelum memasuki ruang sidang. Ini akhir hubungan pernikahannya dengan Kenny. Dan akan menjadi titik balik, bagaimana ia akan menjalani hidup setelah ini."Kenapa Irma ada di sini? Kamu yang mengajaknya?
Bertahan, dirinya yang tersiksa. Denyut nadinya, debaran di dada, pikiran, hanya bercerita bagaimana ia menyesali telah kehilangan belahan hati. "Livia, tahukah kau apa yang kurasakan saat ini?" Jiwa Bre kembali terkapar.Bu Rika dan Bre menoleh saat pintu kembali terbuka. Masuk Ferry dalam keadaan kusut. Ingin rasanya Bre menampar sang kakak sekali saja, biar tahu kalau dirinya terlalu banyak menanggung permasalahan perusahaan sendirian. Namun Bre memiliki pergi dari ruangan. "Beneran perempuan itu hamil?" tanya Bu Rika menahan geram pada putra sulungnya."Belum tentu itu anakku, Ma.""Kamu benar-benar ingin membuat mamamu sinting, Fer. Sudah tahu bagaimana perempuan itu, bagaimana dulu ia menduakanmu, kok bisa-bisanya kamu kembali sama dia!" Bu Rika marah."Mama nggak sudi kamu menikahinya. Bisnis kita sudah dihancurkan oleh keluarga mereka, biar keluarga Wawan hancur oleh anak-anaknya." Bu Rika bangkit dari duduknya. "Mama mau istirahat. Sakit kepala mikirin kasusmu."Tinggallah