"Deva...!” Teriak Mita yang berlari mengejar Devana yang kini tengah berjalan dikoridor kampus Mereka.
"Apa Mita sayang," Devana menjawab sambil berhenti dan menatap sahabatnya itu sebentar, lalu memutar bola matanya dengan malas.
"Hufh. Cape banget tahu ngejar lo. bisa gak sih nungguin gue didepan gerbang kampus aja,” Ucap Mita sambil mengatur nafasnya yang masih tidak beraturan.
"Penting gitu?" Devana bertanya sambil memainkan jari kukunya yang cantik karena baru saja diberi cat kuku dengan warna yang ia suka disalon langganannya.
"Yah lo mah gitu Dev, sama sahabat sendiri juga, gak ada rasa solidaritasnya sama sekali." Mita dengan wajah muramnya setengah merajuk pada sahabatnya itu.
"Ya udah sih gak usah dibahas. Baperan banget sih jadi cewek. Mending kantin yuk," ajak Devana sambil berjalan lebih dulu, kemudian disusul oleh Mita yang berdecak kesal, karena ulah Devana. Untung saja Mita sangat menyayangi Devana, jadi dia tidak pernah merasa direndahkan karena sikap-sikap Devana padanya.
"Eh, lo udah denger belum Dev? Katanya Dosen kita yang super killer itu bakalan jadi pembimbing kita loh. Gue sih suka-suka aja, secara dia tuh ganteng, Cool dan hot gitu, bakalan betah gue dikelas,” Ujar Mita sambil cengengesan tidak jelas, sedang Devana hanya memutar bola matanya dengan malas mendengar cerita sahabatnya itu.
"Oh ya, terus gue harus bilang wow gitu?"
"Ya, Ya, terserah lo aja deh. Tapi gue bingung deh sama lo? Apa lo gak tertarik sama sekali sama pak Raka? lo tahu gak pak Raka itu selain jenius, dia juga ganteng, Cool dan hot loh Dev. Gue aja pertama lihat dia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama sama dia. Oh gue tahu sekarang, lo suka sama si Ares ya, Dev? Jadi karena itu lo gak tertarik sama pak Raka iya kan, ngaku lo? Kalau lo suka sama dia, entar gue bilangin deh sama dia. Lo tahu kan si Ares juga suka sama lo." Mita terus berbicara sambil sesekali tersenyum tak jelas pada Devana.
Mendengar ucapan Mita membuat Devana kesal, karena dia memang tidak merasa punya perasaan apapun pada Ares, selain pertemanan saja. Akhirnya mereka pun sampai di kantin dan duduk ditempat biasanya.
"Apaan sih lo! Berisik banget tahu gak. Nih ya Mit, dari pada lo berisik kayak gini, mendingan lo pesen makanan sana! Telinga gue panas denger ocehan gak jelas dari lo yang nyerocos kayak burung beo. Oh ya, punya gue biasa ya jangan pedes-pedes.”
“Aashiap bosqiu...!" Seru Mita tanpa tersinggung sedikit pun dengan ucapan Jihan. Lalu dia pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju tempat pemesanan makanan, karena ingin memesan makanan untuknya dan juga untuk Sahabatnya.
"Andai lo tahu Mit, Dosen killer itu siapa gue. Hufh, tekanan batin gue." Devana berbicara dalam hatinya, sambil memperhatikan Mita yang sedang memesan makanan, dengan kedua tangannya yang menopang dagunya di atas meja. Dia kini Memikirkan kejadian seminggu yang lalu saat kedua orang tuanya berbicara serius padanya.
#Satu minggu yang lalu
"Apa-apaan sih Mom, Dad aku gak mau dijodohin. Mommy sama Daddy tahukan Pak Raka itu siapa? Dia itu dosen dikampus Deva. Mom, Mommy tahu gak? Dia itu dosen super duper killer Mom. Apa Mommy tega kalau putri Mommy satu-satunya ini setiap hari harus kena tekanan batin karena dibentak-bentak dan diomelin terus sama dia."
"Dia belum tua-tua amat Sayang. usianya juga baru 30 tahun, jadi panggil Kakak aja gak usah pake Pak," Sahut Anna dengan sabar sambil tersenyum pada putri semata wayangnya itu yang kini tengah merajuk.
"Tetep aja Mom. Dia lebih tua dari Deva, usia Deva baru 20 tahun jadi jaraknya usia Deva sama dia tuh 10 tahun. Mom," Jawab Deva sambil cemberut tanda protes pada Mommynya.
"Kalau kamu gak mau Daddy jodohin sama Raka, kamu tinggal sama nenek kamu ya mau? Kamu tahu kan. Nenek dan Kakekmu lebih disiplin, melebihi Raka. Mau kamu tinggal disana sampai kamu lulus kuliah?” Tanya Devan yang baru saja bergabung dimeja makan untuk sarapan.
"Ah kalian gak asyik. Masa ngancem gitu sih. Lagian nih ya Dad belum tentu Raka mau dijodohin sama Deva dan yang pasti Deva gak mau nikah muda Mom, Dad."
Devana tetap menolak perjodohannya dengan Raka Aditya putra dari sahabat daddy dan mommynya itu. Dengan alasan Raka pun pasti akan menolak perjodohan mereka.
"Itu terserah kamu sayang. Itu sih kalau kamu masih mau kuliah dan tinggal di kota ini bersama kami. Ya kamu harus terima perjodohan ini, dan kamu harus menikah dengan Raka. Tapi, kalau kamu tetap nolak, ya terpaksa Dad akan kirim kamu ke rumah nenekmu untuk kuliah disana, dan otomatis kamu harus mau tinggal sama Nenek kamu di Prancis sampai lulus kuliah. Tadi kamu bilang Raka gak bakal mau dijodohin sama kamu kan sayang? Kalau soal itu kamu tenang saja, soal Raka kamu gak usah khawatir. Orang tuanya pasti bisa bujuk dia, yang penting kamu mau nikah sama dia. Lagian apa susahnya sih, Nak. Raka itu pinter jenius loh, selain itu dia juga dewasa, tampan dan baik loh, udah mapan lagi. Oh ya satu lagi yang paling penting, dia bisa memberi bimbingan gratis untuk kamu saat kalian sudah menikah nanti, itu kan bagus."
Devan tersenyum melihat putrinya yang kini terdiam. Lalu dia membuka koran dan mulai membacanya untuk mengetahui kabar terbaru tentang negara tercintanya ini. Namun dengan kekehan kecil, karena melihat ekspresi wajah putrinya yang kini terlihat pasrah, dia tahu perjodohan putrinya dengan putra sahabatnya akan berhasil.
"Oke Fine. Deva mau," Sahut Devana dengan penuh pertimbangan meski masih Ragu. Namun, dia masih menekuk wajahnya karena masih merasa kesal pada kedua orang tuanya.
"Mau apa?" tanya Devan dengan senyuman tipisnya.
Devana menoleh dan menatap ayahnya yang masih sibuk membaca koran dengan tatapan kesal.
"Nikah sama bapak Dosen itu lah!” Devana menjawab dengan ketus dan raut wajah datarnya. Karena tidak ingin berakhir di Prancis bersama kakek dan nenekya yang lebih galak dari Dosen killer calon suaminya itu.
Mendengar ucapan sang putri, ibunya pun memberikan nasihat, agar Devana menyebut nama calon suaminya dengan benar dan sopan. "Namanya Raka Aditya Putra, sayang. Dan Deva panggil kakak atau mas Raka ya, jangan bapak apa lagi Om. kamu kira dia itu om-om.“
Anna pun menyentil kening putri manjanya itu saat melihat Devana tidak menghiraukannya. Sedang Devan kembali terkekeh saat melihat putri semata wayangnya yang manja merajuk karena Ibunya menyentil keningnya. Meski sedikit tegas dan tega pada putrinya, tapi Devan sangat menyayanginya meskipun kadang putrinya itu suka membantahnya.
"Aduh sakit Mommy...! Terserah Deva dong mau manggil apa. Udah ah Deva mau jalan dulu udah siang ini, entar Deva telah lagi,” Ucap Devana lalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya, setelah pamit Devana pun meninggalkan kedua orang tuanya yang masih duduk santai di ruang makan.
"Dasar anak itu! Manja sekali dia. Kapan dewasanya sih anakmu itu sayang?" Devan bertanya pada istrinya meskipun Devana kadang suka membantah, dia tetaplah putri kesayangan Devan. Karena Devana adalah putri satu-satunya.
"Anakmu juga loh Mas. Kan Mas yang nanem benihnya haha....”
Tiba-tiba tawa Anna pun menggema diruangan itu, setelah Anna berkata sedikit prontal pada suaminya sambil tertawa, membuat Devan mengerenyit kan dahinya, karena tidak seperti biasanya istrinya seperti itu.
"Iya deh iya, ya udah kalau gitu kita nanem benih lagi yuk sayang mau gak? Biar Devana ada temannya.” tiba-tiba Devan balik menggoda istrinya yang kini melotot pada Devan karena ucapannya.
"Dasar mesum! Udah tua juga," sahut Anna dengan berigidig ngeri karena ucapan Suaminya.
"Tapi suka kan?” Balas Devan sambil terkekeh, dia sangat suka saat melihat raut wajah istrinya merona saat digoda olehnya.
"Udah ah sana berangkat kerja. Gak lihat ini udah jam berapa,” ucap Anna lalu pergi ke dapur sambil membawa piring kotor bekas sarapan suami dan putrinya. Sedang Devan tersenyum dia merasa bahagia mempunyai istri dan juga putri yang selalu membuatnya merasakan kebahagiaan yang belum tentu orang lain merasakannya.
"Terimakasih Tuhan atas nikmat yang engkau berikan padaku."
*****
Sementara itu dikampus Devana tengah berada di kantin kampusnya, dia terlihat sedang melamun entah apa yang Devana pikirkan. Hingga Ares datang dan mengejutkan Devana membuat Devana tersadar dari lamunannya.
"Hey Dev, tumben sendirian?” Tanya Ares, namun tidak ada jawaban dari Devana, sampai tepukan dipundak Devan yang menyadarkan Devana dari lamunannya. Namun bagi Devana itu mengejutkan.
"Ah... Iya ada apa?" Devana balik bertanya lalu menatap Ares dengan tatapan penuh tanda tanya. Karena tadi dia hanya sendiri tidak ada Ares disampingnya.
"Lo kenapa? Pagi-pagi udah ngelamun?” Tanya Ares lagi, yang dijawab gelengan kepala oleh Devana dengan wajah datarnya.
"Lo! Sejak kapan sih disini? Dan malah ngagetin gue lagi.” Devana kini terlihat kesal pada Ares yang tiba-tiba datang dan malah menganggetkannya.
"Sejak lo ngelamun Dev, lo itu kenapa sih Dev pagi-pagi udah ngelamun? Kelihatannya galau, masih pagi ini neng. Jangan ngelamun nanti kesambet setan penunggu kantin ini baru nyaho lo. Kan gak lucu ada mahasiswi cantik kerasukan setan penunggu kantin gara-gara ngelamun karena galau hahaha....” Tawa Ares meledak, membuat Devana memutar bola matanya dengan malas.
Devana dan Mita serta teman-teman yang lain pun kini tengah berada di dalam kelas. Kelas pun sangat ricuh sampai akhirnya seorang dosen perempuan datang memasuki kelas dengan anggunnya, dan saat melihat dosen datang suasa kelas pun berubah menjadi hening."Oke bagus kalian langsung mengerti saat saya masuk kelas. Oh ya sekedar info untuk kalian bahwa hari ini pembimbing kalian Pak Raka Aditya tidak masuk, karena beliau ada urusan keluarga. Jadi sebagai gantinya saya lah yang akan membimbing kalian untuk membahas soal skripsi kalian oke anak-anak,” jelas Amara seorang dosen wanita yang jatuh cinta pada Raka sejak pertama kali melihatnya namun sayangnya Raka tidak suka dan tidak mempunyai perasaan padanya juga tidak peduli dengan perhatian yang Amara selalu berikan padanya."Wah ibu pacaran ya sama pak Raka? Kok Bu Amara tahu semua tentang pak Raka sih?” tanya salah satu mahasiswa yang sengaja menggoda Dosennya itu. Dan suasana k
Rumah Keluarga Erlangga pun kini tengah ramai dengan gelak tawa dari empat sahabat yang kini sudah paruh baya itu, mereka asyik membicarakan tentang masa-masa sekolah dan kuliah mereka dulu dan juga kenakalan-kenakalan saat mereka remaja. Karena semenjak mereka menikah, mereka sudah jarang menghabiskan waktu bersama, apalagi Radit kini sering bolak balik keluar negeri karena harus mengurus perusahaan yang berada disana. Tenttu saja bersama sang istri tercinta Ratih.Dan kali ini Radit menyempatkan datang ke rumah sahabatnya itu, untuk membahas soal pernikahan Putra dengan putri mereka, sedangkan Raka dia memilih fokus pada ponselnya menanyakan soal kelas yang seharusnya di bimbing olehnya hari ini. Karena ditempat itu lah Raka menghabiskan hari-harinya untuk mengajar dan membimbing para mahasiswanya. Setelah hubungannya dengan kekasihnya kandas karena sang kekasih lebih memilih pergi dan mengejar cita-citanya menjadi seorang model terkenal, dan sejak itula
Suana rumah pagi itu terasa sangat sepi saat Devana menuruni anak tangga. Devana yang tidak melihat ibunya, membuatnya memanggil sang ibu dengan sedikit berteriak."Mommy...!” Teriak Devana."Ada apa sayang? Kenapa pagi-pagi sudah teriak-teriak, Mommy belum tuli sayang. Jangan dibiasakan ya, nanti kebiasan didepan suami, kamu teriak-teriak kayak gini itu gak baik, dan juga gak sopan Deva,” Nasihat Anna. Dengan sedikit menceramahi putrinya."Aduh Mom, kenapa malah ceramah sih pagi-pagi. Kalau mau cermah sono ikutan Mamah dedeh aja," Grutu Devana sambil cemberut karena kesal pada mommynya."Hehe maaf sayang. Terus ada apa teriak-teriak pagi-pagi begini?” Tanya Anna sambil merapikan piring dimeja makan bekas sarapan Devan, suaminya."Mom, Dad udah berangkat ya?” Devana balik bertanya sambil sesekali melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya."Udah, baru a
Hari-hari Pun berlalu dengan cepat, akhirnya hari pernikahan Devana dan Raka pun telah tiba. Sesuai dengan syarat yang Devana dan Raka ajukan yaitu sebuah pernikahan sederhana tanpa Resepsi dan hanya dihadiri oleh keluarga dan sanak saudara saja. Tentu tanpa satu pun orang-orang dari kampus mereka yang tahu. Karena Raka dan Devana benar-benar ingin merahasiakan pernikahan mereka.Pernikahan pun berjalan dengan khidmat semuanya pun lancar tanpa hambatan. kini Devana benar-benar sudah menjadi nyonya Raka Aditya Prayoga. Seorang dosen killer, mamun menjadi idola para mahasiswinya dan rekan sesama Dosen-dosen wanita dikampus tempat dia mengajar. beberapa wejangan pun telah diberikan oleh orang tua Devana dan Raka, serta kakek dan nenek mereka."Sekarang putri Mommy ini sudah menjadi seorang istri. Mommy berharap kamu akan menjadi istri yang baik dan menuruti perintah suamimu sayang, kamu juga harus belajar bersikap dewasa, buang sikap egois da
Saat Raka pulang, Devana tengah asyik dengan novelnya. Raka pun langsung menuju dapur untuk membereskan barang belanjaannya ke dalam kulkas, setelah selesai manata makanan dikulkas Raka menghampiri Devana yang sedang asik membaca Novel sehingga dia tidak menyadari kedatangan Raka yang kini menghampiri nya. Cup tiba-tiba Raka mengecup kening Devana. Dan itu membuat Devana terkejut dia pun refleks menutup mulutnya yang menganga karena keterkejutan nya atas sikap Raka padanya yang tiba-tiba mengecup keningnya, namun dengan santai Raka duduk disamping Devana tanpa rasa canggung sedikit pun. "Baca apa?” Tanya Raka. Sambil melihat kearah novel yang Devana pegang. "Ba-baca ini," Jawab Devana menujukan buku yang dia pegang, tentu saja dengan rasa gugupnya. Sementara Raka hanya mengangguk setelah melihat judul novel yang Devana baca. "Suka Novelnya?” tanya Raka lagi sambil menyandarkan kepalanya
"Deva, apa yang kamu katakan barusan? Kamu tahu itu bukan perbuatan main-main, kamu harus benar-benar siap dengan konsekuensinya,” ucap Raka sambil menatap Devana lekat."Tapi aku sudah siap Mas. Mommy pernah bilangkalau seorang istri tidak akan sempurna sebelum menyerahkan mahkota berharganya pada suaminya, lalu mengandung dan melahirkan seorang anak, kata mommy disitu lah kesempurnaan seorang istri," Ucap Devana yg kali ini dengan berani menatap Raka."Ta-tapi kamu tau kan, it-itu akan sakit sayang, apa kamu siap menahan rasa sakitnya?” Tanya Raka. Kali ini dia lah yang dibuat gugup oleh istri kecilnya itu. Karena keinginan Devana yang tiba-tiba dan berani itu."Mas Raka sayang, tadi kan aku sudah bilang aku siap apapun konsekuensi yang aku terima. Sesakit apa pun itu, aku akan menerimanya," Jawab Devana dengan mantap. Tanpa ragu sedikit pun, membuat Raka terkekeh dengan kelakuan mahasiswinya yang kini
Malam pun kini telah berganti pagi. Cahaya pun menyelinap lewat celah gorden kamar yanh sedikit terbuka. Seakan ingin mengusik kenyaman dua insan yang masih terlelap dalam tidurnya, Devana ysng merasa terusik karena deru nafas yang menghembus di ceruk lehernya, akhirnya dia pun membuka mata nya, lalu menatap Pria yang kini tengah tidur disampingnya. Devana pun tersenyum kala mengingat permainan panas mereka yang berhenti saat dini hari tadi."Kenapa menatapku seperti itu sayang?” Tanya Raka yang kini tersenyum pada istrinya. Devana."Ti-idak, Aww...." Devana merasakan sakit di area intinya, saat dia akan beranjak dari tempat tidur."Kenapa sayang? Apa ada yang sakit?” Tanya Raka. Sambil menatap Devana yang meringis kesakitan, Devana pun mengangguk malu dengan menundukkan wajahnya."Dimana yang sakit?" Tanya Raka lagi, lalu Devana pun menunjuk kearah bawah miliknya. Raka pun tersenyum, bukan apa
Devana sudah mendingan. Rasa sakit dibagian intinya pun sudah sedikit menghilang.Dia melihat kearah jam dinding yang berada di sudut kamarnya. Jam sudah menujukan pukul 11.35. Dia pun tersenyum lalu bangun dari tempat tidurnya, dan menuju dapur dia ingin membuatkan sesuatu, untuk suaminya, Raka. Yang sebentar lagi akan pulang, Devana pun segera menyiapkan bahan untuk membuat nasi goreng, untung saja dia sempat belajar memasak beberapa bahan makanan termasuk membuat nasi goreng, kini Devana pun tengah konsentrasi memasak nasi goreng, untuk menyambut kepulangan sang suaminya. Namun, tiba-tiba dia terusik karena merasa ada sepasang tangan yang melingkar diperutnya."Masak apa sayang? Mencium dari aromanya. Sepertinya sangat lezat," ucap Raka yang baru saja pulang, namun saat mencium bau masakan dari dapur, dia pun langsung menuju dapur dan melihat istri kecilnya sedang memasak."Sedang masak nasi goreng hubby. Tapi ternyata
Keesokan paginya. Seperti biasa Naila pergi ke kamar Nadira. Dengan tugas rutinnya membangunkan adik kesayangannya itu. Yang memang sangat malas untuk bangun pagi. Namun sesampainya dikamar Nadira. Naila membulatkan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ternyata kini Nadira sudah Rapih dan terlihat sangat cantik dengan mak'up tipinya. Sehingga kelihatan cantik natural."Pagi, Kak Naila," Sapa Nadira. Sambil mengambil tas dan tersenyum pada kakaknya itu."Ini Kakak tidak sedang bermimpi kan?" Tanya Naila. Masih menatap adiknya yang kini sudah rapih dan cantik. Seakan tidak percaya dan menganggap yang dia lihat hanyalah mimpi saja."Ayo lah, Kak. Jangan kaget kayak gitu. Dira nyoba bangun pagi sendiri. Jadi mulai besok kakak gak usah repot-repot bangunin Dira lagi ya Kakakku sayang. " Nadira pun tersenyum manis pada sang kakak."Baguslah kalau gitu. Ini baru adik kesayangan Kakak, seneng deh kalau kamu mau berubah meski sedikit-sedikit gak apa-apa, Dek. Nanti tinggal
Shelly keluar dr ruangan CEO. Namun, dia menatap Nadira dengan tatapan sendu, membuat Nadira semakin bertanya-tanya."Gimana Kak, apa Kakak diterima?" Tanya Nadira. Dengan perasaan waswas namun dia sangat penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Shelly."Tidak. Katanya aku kurang pas jadi sekertarisnya. Kau tau dia bos yang sangat dingin dan tidak berperasaan. bahkan saat interview dia asyik memgotak ngatik laptopnya saja. Tanpa melihatku. Sebnrnya aku sedih tidak bisa berkerja disini. Tapi kalau melihat bos nya seperti itu, aku bersyukur tidak diterima disini. Karena bisa-bisa aku nanti stres kelamaan sama orang kayak gitu." Ucap Shelly. Dan membuat Nadira sedikit brigidik ngeri mendngr ucapan Shelly. Belum sempat menjawab perkataan Shelly. Kini Nadira sudah dipanggil untuk memasuki ruangan. Dengan bekal semangat yang diberikan oleh Shelly. Nadira pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan calon bosnya itu.Tok.... Tok.... Tok.... Tok....Nadira pun mengetuk pintu ruangan itu.
Dipagi hari yg cerah, cahayanya pun seakan memaksa memasuki celah gordeng kamar seorang gadis, yg kini masih setia dengan tidur lelapnya, seakan enggan untukmu mbuka matanya indahnya, dipagi yg cerah. "Ya Allah Dira. Bangun dong, Dek. lihat sudah jam berapa ini! Bukannya kamu hari ini kamu ada interview, diperusahaan impianmu, Dek? Bukannya kamu pengen banget masuk ke perusahaan itu sayang?" Devana pun membuka selimut yang menutupi tubuh putrinya itu."Ah Kak Naila. Aku masih ngantuk nih, 10 menit lagi ya. Oh ya emang ini jam berapa, Kak?" Tanya Nadira. Sambil kembali menarik selimut yang sempat terbuka dan kini ia menutup rapat kemabali tubuhnya dengan selimut. "Jam 07.30. Sayang," Jawab Naila. Sambil membuka gordeng dan jendela kamar adiknya itu. "What...!" Teriak Nadira. Dia terperanjat dari tempat tidurnya dan menatap jam dinding yang berada disudut kamarnya. "Hmm, baru sadar ya sayang! Kamu ini ya. Kakak kan sudah bilang berapa kali, belajar bangun pagi! Kalau terus malas-m
Nathan dan Kayla kini tengah duduk disofa dikamar mereka. Dan terlihat Nathan tengah berbicara serius pada Kayla. Yang ditanggapi dengan serius juga oleh wanita hamil itu."Tapi kamu jangan marah. Dan jangan tinggalin aku." Nathan terlihat ketakutan dalam ucapannya. Dia ingin tak ada lagi rahasia yang dirinya tutupi dari Kayla."Emang ada apa, Nat?" Tanya Kayla dengan wajah penasarannya. Ternyata ada begitu banyak luka dibalik sikap dingin dan sok tak acuh Nathan. Sebuah misteri yang belum Kayla ketahui."Kamu janji nggak bakalan ninggalin aku kan setelah ini? Kamu mau janji aku kan, Kay?"Kayla pun mengangguk dan membuat Nathan tersenyum meski sangat tipis.Natha beranjak dari duduknya. Dia membimbing Kayla berdiri dan menarik tangan Istrinya itu untuk keluar dari kamar mereka."Aku mau dibawa kemana, Nat?"Nathan tidak menjawab pertanyaan Kayla. Langkahnya terhenti di depan pintu ruangan sebelah kamarnya. Di ruangan yang sangat Nathan tutupi dari siapa pun.Dengan perlahan Nathan me
"Wahh. pemandangannya bagus banget, aku suka, Nat." Seru Kayla saat menginjakkan kakinya di pantai. "Bagus kan, kamu suka?" Tanya Nathan. Kayla mengangguk dan tersenyum manis. Lalu dia memeluk tubuh Kayla dari belakang,. Dengan tangan yang meraba-raba sesuatu. "Kenapa?" Tanya Kayla saat Nathan mengusap perut wanit itu berkali-kali. "Kok gak nendang-nendang sih, Kay? kemarin aku baca google kalau bayinya bakal gerak-gerak gitu!""Ah kamu ini ternyata lebih oon dari aku ya, Nat. Ya iyalah belum gerak, kandungan ku kan masih baru beberapa minggu. Dasar kamu ini ada-ada aja!" Mendengar ucapan sang istri bukanya marah. Nathan malah tertawa dengan sikapnya yang sedikit bodoh. "Woy! Kok ninggalin sih?" Pekik seseorang di belakang mereka. Nathan mendengus kesal dan melepaskan pelukan mesranya dari tubuh Kayla. "Lo minggir deh. Bareng Bang Cris apa bareng Reyhan aja sana. Jangan ngintilin gue mulu," Ujar Nathan sambil mendengus kesal. "Gue nggak ada temennya tau. Mereka sibuk sama paca
Nathan dan Kayla kini sudah ada dirumah sakit. Perempuan itu sempat kaget saat tahu dia malah dibawa ke rumah sakit, padahal dia menyangka kalau akan diajak jalan-jalan oleh suaminya itu.Dan kini mereka sudah berada di ruangan dokter kandungan."Hasilnya gimana, Dok?" Nathan bertanya dengan antusias di hadapan sang dokter. Dokter kandungan yang saat ini didatanginya bersama sang istri. Sang dokter pun kemudian mengangguk. Lalu tersenyum pada kedua pasangan muda dihadapannya itu."Selamat ya istri anda hamil. Kandungannya baru memasuki minggu ke dua,” Ucap sang dokter. Lalu dia pun pada sepasang calon orang tua muda itu."Apa? Ha-hamil, Dok?” Kayla bertanya wanita itu seakan tidak percaya dengan apa yang dokter itu katakan. Matanya kini sudah berkaca-kaca karena dia begitu sangat bahagia dengan kabar kehamilannya."Kamu denger kan, sayang? Sekarang disini ada anak kita. Penerus keluarga kita." Bisik Nathan lembut. Dia mengelus perut Kayla dengan kasih sayang. Wanita itu pun menganggu
"Aduh, Kayla. Lo mau nyari apaan sih? kaki gue pegel tau."Kayla memutar bola matanya dengan malas mendengar gerutuan Dania yang kini berjalan di sampingnya."Gue capek," keluh Dania lagi. Sambil menatap Kayla."Gue bingung nih, Dan. Besok kan Nathan ulang tahun." keluh Teja frustasi. Dia sudah berkeliling capai-capai ,tapi tak dapat apa yang ia inginkan."Kenapa nggak bilang dari tadi? Gue kan bisa bantu, dari tadi juga muter-muter kagak jelas," Protes Dania. Dia pun menarik tangan Kayla kuat, Membawa Kayla memasuki sebuah toko jam tangan."Kita mau ngapain, Dan?" Tanya Kayla dengan polosnya. Dania menepuk dahinya pelan, punya sahabat kok gebleknya kabangetan."Kita mau demo, Kayla!" Dania menjawab seenaknya."Hah! Demo, buat apa?" pekik Kayla keheranan."Lo pilih deh jam tangannya. Gue yakin, kalau lo yang ngasih Nathan bakal suka," Sahut Dania. Kayla pun diam namun netranya menyusuri jam-jam yang ada di etalase.*****Dengan gerakan pelan,wanita itu memindahkan tangan Nathan yang
"Bukan gitu sayang, aku bener-bener nggak tahu kenapa dia bisa ada disini. Kamu jangan marah dong, sayang." Kalau sudah begini Nathan juga yang pusing menghadapi sikap Kayla."Gimana aku gak marah coba? Kamu dicium sama dia, didepan aku! Dia pake ngatain aku simpanan kamu segala, kan itu ngeselin banget, Nathan." Kayla mendengus kesal karena merasa tidak dihargai oleh gadis itu. Padahal dia itu istri Nathan Garis bawahi! Istri Nathan, dan dia itu istri sah bukan istri siri.“Iya-iya sayang. Kamu boleh marah. Tapi jangan ke aku dong sayang marahnya. Aku kan gak salah.” Tangan Nathan menggenggam erat tangan Kayla yang berada di pangkuan perempuan itu.“Terus harus marah ke siapa dong? Kalau kamu nggak salah, siapa yang salah? Aku!" Bentak Kayla. Dan lagi-lagi Nathan lah yang kena.“Oke, yang salah aku. Udah nggak usah ngambek ya? Aku capek sayang.” Nathan kali ini memilih mengalah karena mengalah adalah pilihan yang tepat untuk saat ini.“Katanya tadi nggak salah. Sekarang ngaku salah.
Suasana kantin yang begitu ramai membuat Dania mengelus dada. Gadis itu menatap wanita di hadapannya. Kayla, perempuan itu sedang duduk manis sambil menscroll ponselnya tidak perduli dengan suara bising oleh penghuni kantin."Eh, Kay. Katanya ada anak baru," Dania memecah keterdiamannya dan membahas topik ini dengan Kayla."Oh."Nathan mendengus kesal. Respon Kayla tidak pernah sesuai harapannya. Dia menjawab dengan hanya ber Oh ria saja."Lo ngapain sih, Kay? Sebel gue sama lo, dicuekin itu nggak enak tau.""Iya deh maaf, emang siapa orangnya?" Kayla tidak kuasa melihat Dania yang begitu kesal akibat ulahnya."Kabarnya sih masih pindahan dari Bandung, cantik loh, Kay." Dania berkata dengan antusias. Sedangkan Kayla hanya manggut-manggut saja. Baginya itu tidak terlalu penting. You know lah Kayla kan orangnya kelewat jutek.Dania kembali terdiam. Tidak lama pesanan mereka pun datang. Yaitu bakso dan es jeruk kesukaan Kayla."Buset lo, Kay. Lo makan bakso sama sambel apa sambel sama b