Hari-hari Pun berlalu dengan cepat, akhirnya hari pernikahan Devana dan Raka pun telah tiba. Sesuai dengan syarat yang Devana dan Raka ajukan yaitu sebuah pernikahan sederhana tanpa Resepsi dan hanya dihadiri oleh keluarga dan sanak saudara saja. Tentu tanpa satu pun orang-orang dari kampus mereka yang tahu. Karena Raka dan Devana benar-benar ingin merahasiakan pernikahan mereka.
Pernikahan pun berjalan dengan khidmat semuanya pun lancar tanpa hambatan. kini Devana benar-benar sudah menjadi nyonya Raka Aditya Prayoga. Seorang dosen killer, mamun menjadi idola para mahasiswinya dan rekan sesama Dosen-dosen wanita dikampus tempat dia mengajar. beberapa wejangan pun telah diberikan oleh orang tua Devana dan Raka, serta kakek dan nenek mereka.
"Sekarang putri Mommy ini sudah menjadi seorang istri. Mommy berharap kamu akan menjadi istri yang baik dan menuruti perintah suamimu sayang, kamu juga harus belajar bersikap dewasa, buang sikap egois dan manjamu itu, ingatlah sekarang Deva sudah menjadi seorang istri." Anna pun memeluk dan mengelus punggung putrinya yang kini sudah dalam pelukannya. Devana pun mengangguk sambil terisak dalam pelukan sang Ibu tercinta, membuat sang mommy ikut menitikan air mata karena akan kehilangan sosok putrinya yang akan diboyong suaminya ke rumah baru Devana. lebih tepatnya apartemen milik Raka, yang selama 5 tahun dia tempati karena ingin mandiri, semenjak dia mulai mengajar di Universitas.
"Daddy titip putri Daddy ya, Nak. Tolong jaga dia, bimbing dia dalam hal apapun, jika dia bersikap manja dan egois tolong maklumi dan ajari dia menjadi wanita yang dewasa, karena itulah tujuan Daddy menikahkan putri Daddy dengan kamu. Untuk membuatnya bersikap dewasa dan menjadi perempuan yang bisa diandalkan. Jadi Daddy mohon, jangan berbuat kasar padanya. Karena dia putri Daddy satu-satunya, kebahagiaan dia adalah kebahagiaan Daddy, jadi Dad titip dia ya, Nak Raka."
Setelah berpesan menitipkan putrinya pada Raka. Devan pun memeluk Raka dengan mata yang berkaca-kaca.
"Iya Dad, Raka pasti akan menjaga Deva dan membahagiakan dia. Jadi Dad gak usah khawatir. Raka akan menjaga dan melindungi Devana. Seperti Daddy dan Mommy menjaga dan melindunginya selama ini,” Ucap Raka lalu mengeratkan pelukannya pada sang ayah mertua.
Setelah berpamitan dengan keluarganya juga keluarga Devana. Raka pun mengajak Devana untuk pulang ke apartemen mereka, sedangkan ayah dan bunda Raka, mengantar nenek dan kakek Raka untuk pulang setelah memberi restu pada pasangan pengantin baru itu. Ratih dan Radit pun sudah setuju prihal keinginan Raka untuk tinggal di apartemennya sendiri bersama istrinya.
Kini Raka pun membawa Devana ke apartemennya, tentu saja tidak lupa dengan barang-barang dan beberapa bajunya. Devana membawa sebagian barangnya, dibantu oleh Raka yang kini sudah berstatus sebagai suaminya. Devana sudah menyiapkan mental untuk menghadapi suami yang adalah dosen killer pembimbingnya itu. Devana menghela nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya seolah melepas sedikit beban, karena harus menjadi istri seorang dosen. dan jujur dia sedikit stres karena kesibukannya untuk mengurus skripsinya. Dia kini juga harus bersikap seperti seorang istri yang harus melayani sang suami.
Setelah melakukan perjalanan beberapa jam dalam keheningan, akhirnya Devana dan Raka pun sampai di apartement milik Raka, yang kini akan menjadi tempat tinggal Devana yang baru. Raka pun mengajak Devana masuk dengan membawa koper milik Devana. Pria yang Gentle bukan karena tidak membiarkan sang istri keberatan membawa koper yang lumayan besar itu.
"Masuklah!" Perintah Raka setelah membuka pintu apartemennya dengar SIM cardnya. Devana pun masuk meski dengan tagu-ragu. Namun, dia terperangah saat melihat didalam apartemen yang terlihat rapi dan dekorasi yang menakjubkan untuk seorang pria. Disana juga terdapat perpustakaan kecil, yang langsung menarik perhatian Devana, dan gadis itu pun menuju tempat rak-rak buku yang tertata Rapih.
"Wah ternyata Bapak mengoleksi beberapa novel Romance juga ya?” tanya Devana yang kini tengah melihat-lihat buku yang berada dirak buku yang tersusun Rapih.
"Ternyata dia beda banget ya, saat di kampus dan dirumah, hemm..., apa dia punya kepribadian ganda?" batin Devana yang kini melihat Raka sedang duduk disofa dekat rak buku-buku yang berjejer dan tersusun sangat Rapih.
"Jangan berpikir yang aneh-aneh, karena aku tidak memiliki kepribadian ganda. Hanya saat di kampus aku ingin membuat para mahasiswaku disiplin dan bisa menghargai dan menggunakan waktu dengan baik, itu juga demi kesuksesan mereka kelak.”
Raka seperti cenayang yang bisa menebak apa yang Devana pikirkan.
"Eh, ke-kenapa bapak bisa tahu apa yang aku pikirkan? Eh. Ups...."
Kini Devana bicara dengan gugup, sambil pura-pura melihat-lihat buku yang berada dihadapannya itu.
"Sudahlah jangan dibahas, aku akan belanja stok makanan dulu. Apa kau mau sesuatu? biar aku belikan sekalian."
Raka menatap Devana membuat Devana kembali gugup karena kembali ditatap oleh Raka.
"A-aku ingin makan mie instan," Sahut Devana yang kini masih terlihat gugup.
"Tidak baik kalau terlalu sering makan mie instan. Aku akan belikan kamu makanan yang lain saja,” ucap Raka menolak keinginan Devana.
"Dasar pria aneh tadi nanya mau apa? tapi aku bilang mau mie dia sendiri yang menolak,” Gerutu Devan sambil mengerucutkan bibirnya karena kesal keinginannya tidak terpenuhi.
"Jangan merajuk, itu juga demi kesehatanmu, terlalu banyak makanan mie instan tidak baik untuk kesehatan usus dan lambungmu,” ucap Raka sambil beranjak dari duduknya. Namun sebelum melangkah pergi, Raka pun mendekati Devana yang masih asyik melihat-lihat novel milik Raka.
"Kamu beresin baju dan barang-barang kamu. Kamarnya ada diujung sana," tunjuk Raka pada sebuah pintu, memang hanya ada satu pintu dipojok yang tidak jauh dari ruang televisi.
"Hanya ada satu kamar. Jadi kita akan tidur satu kamar lalu akan terjadi sesuatu nantinya. tapi kalau kamu keberatan, kamu boleh tidur diruang televisi kebetulan disana ada sofa,” bisik Raka tepat didekat telinga Devana. bisikan Raka yang tepat didekat telinga Devana, membuat Devana menegang. Karena jarak yang begitu dekat dengan Raka membuat jantung Devana berdetak lebih cepat seperti habis lari maraton.
"Ba-biklah a-aku akan membereskan baju ku dulu." Devana lalu bergegas pergi menuju kamar untuk menghindari Raka, saat Raka melihat Devana pergi dengan membawa kopernya menuju kamar. Raka hanya terkekeh karena melihat kegugupan istrinya yang terlihat sangat menggemaskan.
"Dasar gadis manja,” gumam Raka. Lalu dia pergi keluar dari apartemennya menuju pusat perbelanjaan, untuk membeli stok makanan yang sudah menipis. Tentu saja setalah menggoda istri manjanya itu, dia pun pergi dengan senyuman yang sulit diartikan. Entah apa yang terjadi pada Raka. Karena dibibirnya terukir senyuman meski hanya senyuman tipis.
Sedangkan dikamar Devana lagi-lagi dibuat kagum dengan dekorasi kamar yang sangat indah dengan suasana dan warna abu-abu dan putih juga aroma mint yg begitu sejuk dan menenangkan. Devana pun memejamkan mata sambil menghirup aroma mint yang diyakini wangi kesukaan Raka suaminya. Namun, tiba-tiba Devana kembali membuka matanya dan mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
"Ya Tuhan, kenapa aku jadi gugup begini saat dekat-dekat dengan pak Raka. kenapa jantung ku berdegup tak beraturan. tidak Deva tidak mungkin lo jatuh cin-“
“Aarrgghh...! Ini benar-benar gila," Teriak Devana sambil mengacak rambutnya. Setelah membereskan bajunya ke lemari yang besar yang berada dikamar itu, dia pun meletakan barang-barang perlengkapan mak'upnya dimeja rias disamping ranjang king size milik Raka. Tapi betapa terkejutnya dia, saat dia melihat rambutnya yang berantakan karena ulahnya sendiri.
"Astaga rambutku! kenapa jadi seperti ini?” Lagi-lagi Devana yang terkejut kembali berteriak untung saja Raka tidak ada, jadi meski Devana berteriak kencang pun tidak akan ada yang memarahi atau memprotesnya, karena apartemen milik Raka kedap suara. Lalu dia mengambil sisir dan kembali menyisir rambutnya agar rapi, sebelum Raka kembali. Setelah selesai merapihkan semuanya, Devana pun kembali ke perpustakaan mini milik Raka. Lalu dia mengambil satu novel. Setelah itu Devana pun duduk di sofa dan membaca novel. Sambil menunggu dosen killer, eh suaminya pulang dari pusat perbelanjaan yang membeli kebutuhan dapur dan juga beberapa stok makanan yang sudah mau habis.
Saat Raka pulang, Devana tengah asyik dengan novelnya. Raka pun langsung menuju dapur untuk membereskan barang belanjaannya ke dalam kulkas, setelah selesai manata makanan dikulkas Raka menghampiri Devana yang sedang asik membaca Novel sehingga dia tidak menyadari kedatangan Raka yang kini menghampiri nya. Cup tiba-tiba Raka mengecup kening Devana. Dan itu membuat Devana terkejut dia pun refleks menutup mulutnya yang menganga karena keterkejutan nya atas sikap Raka padanya yang tiba-tiba mengecup keningnya, namun dengan santai Raka duduk disamping Devana tanpa rasa canggung sedikit pun. "Baca apa?” Tanya Raka. Sambil melihat kearah novel yang Devana pegang. "Ba-baca ini," Jawab Devana menujukan buku yang dia pegang, tentu saja dengan rasa gugupnya. Sementara Raka hanya mengangguk setelah melihat judul novel yang Devana baca. "Suka Novelnya?” tanya Raka lagi sambil menyandarkan kepalanya
"Deva, apa yang kamu katakan barusan? Kamu tahu itu bukan perbuatan main-main, kamu harus benar-benar siap dengan konsekuensinya,” ucap Raka sambil menatap Devana lekat."Tapi aku sudah siap Mas. Mommy pernah bilangkalau seorang istri tidak akan sempurna sebelum menyerahkan mahkota berharganya pada suaminya, lalu mengandung dan melahirkan seorang anak, kata mommy disitu lah kesempurnaan seorang istri," Ucap Devana yg kali ini dengan berani menatap Raka."Ta-tapi kamu tau kan, it-itu akan sakit sayang, apa kamu siap menahan rasa sakitnya?” Tanya Raka. Kali ini dia lah yang dibuat gugup oleh istri kecilnya itu. Karena keinginan Devana yang tiba-tiba dan berani itu."Mas Raka sayang, tadi kan aku sudah bilang aku siap apapun konsekuensi yang aku terima. Sesakit apa pun itu, aku akan menerimanya," Jawab Devana dengan mantap. Tanpa ragu sedikit pun, membuat Raka terkekeh dengan kelakuan mahasiswinya yang kini
Malam pun kini telah berganti pagi. Cahaya pun menyelinap lewat celah gorden kamar yanh sedikit terbuka. Seakan ingin mengusik kenyaman dua insan yang masih terlelap dalam tidurnya, Devana ysng merasa terusik karena deru nafas yang menghembus di ceruk lehernya, akhirnya dia pun membuka mata nya, lalu menatap Pria yang kini tengah tidur disampingnya. Devana pun tersenyum kala mengingat permainan panas mereka yang berhenti saat dini hari tadi."Kenapa menatapku seperti itu sayang?” Tanya Raka yang kini tersenyum pada istrinya. Devana."Ti-idak, Aww...." Devana merasakan sakit di area intinya, saat dia akan beranjak dari tempat tidur."Kenapa sayang? Apa ada yang sakit?” Tanya Raka. Sambil menatap Devana yang meringis kesakitan, Devana pun mengangguk malu dengan menundukkan wajahnya."Dimana yang sakit?" Tanya Raka lagi, lalu Devana pun menunjuk kearah bawah miliknya. Raka pun tersenyum, bukan apa
Devana sudah mendingan. Rasa sakit dibagian intinya pun sudah sedikit menghilang.Dia melihat kearah jam dinding yang berada di sudut kamarnya. Jam sudah menujukan pukul 11.35. Dia pun tersenyum lalu bangun dari tempat tidurnya, dan menuju dapur dia ingin membuatkan sesuatu, untuk suaminya, Raka. Yang sebentar lagi akan pulang, Devana pun segera menyiapkan bahan untuk membuat nasi goreng, untung saja dia sempat belajar memasak beberapa bahan makanan termasuk membuat nasi goreng, kini Devana pun tengah konsentrasi memasak nasi goreng, untuk menyambut kepulangan sang suaminya. Namun, tiba-tiba dia terusik karena merasa ada sepasang tangan yang melingkar diperutnya."Masak apa sayang? Mencium dari aromanya. Sepertinya sangat lezat," ucap Raka yang baru saja pulang, namun saat mencium bau masakan dari dapur, dia pun langsung menuju dapur dan melihat istri kecilnya sedang memasak."Sedang masak nasi goreng hubby. Tapi ternyata
Devana kini sedang berjalan menuju kampusnya. Setelah turun dari mobil Raka di halte tadi, sesuai perjanjian semalam. Dengan senyuman yang mengembang, Devana berjalan menyusuri jalan sambil sesekali mengingat saat tadi sarapan yang baginya terasa sangat romantis saat bersama Raka. Mereka berdua saling suap-suapan dengan nasi goreng satu piring berdua."Hey Cantik, kok jalan sih? Terus sendirian lagi," ucap seorang pria dengan motor besarnya, yang berhenti tepat dihadapan Devana saat ingin memasuki gerbang kampus."Memang apa urusan mu hah?! memang kita kenal gitu?" sahut Devana ketus, lalu Pria itu pun membuka helmnya dan langsung tersenyum."Masa gak kenal sama gue," jawabnya sambil tersenyum pada Devana."Ya elah Ares. Gue kira siapa, minggir ah lo sono! Buang waktu gue aja," ketus Devana sambil mengibas-mengibaskan tangannya meminta Ares memindahkan motor yang menghalangi jalannya."Lah
Raka baru saja kembali dari toilet setelah bersolo karier akibat ulah istri kecilnya, Devana. membuat Raka sedikit kesal dengan tingkah istri kecilnya itu. "Awas saja nanti kamu Devana," Umpat Raka dalam hatinya dengan raut wajah kesalnya karena kenakalan istrinya. Membuat dia harus berurusan dengan toilet. "Pak Raka, kenapa kok wajahnya kayak kesel gitu?” Tanya Amira, entah kapan ada disampingnya, membuat Raka terkejut lalu menoleh kearah sumber suara itu dengan wajah terkejutnya. "Eh, Bu Amira se-sejak kapan ibu ada disini?” Tanya Raka, yang kini terus berjalan ditemani oleh Bu Amira. "Sejak Pak Raka berjalan sambil ngelamun dan sedikit menggerutu tidak jelas. Ngomong apa sih Pak? Apa gara-gara ulah anak-anak ya pak? mereka emang gitu Pak suka bikin ribut cari masalah mulu,” Jawab Amira sambil masih setia mengikuti Raka dengan senyuman melebar. "Oh gitu, gak kok Bu cuma saya lagi kesel aja sama orang rumah,” jawab Raka sambil ses
Raka memperhatikan Devana yang masih fokus menuyusun bukunya, sambil bergumam entah apa yang dia bicarakan, membuat Raka gemas dan dengan sigap Raka langsung menarik pinggang Devana dan mendudukkannya dipangkuannya membuat Devans terkesiap saat sudah ada dipangkuan Raka."Hubby apa yang kamu Lakukan? Lepaskan! Aku sedang merapikan buku-buku yang berantakan," ujar Devana, dia pun berusaha memberontak minta dilepaskan, namun bukannya melepaskannya Raka malah mengeratkan pelukannya ke pinggang Devana lalu menopangkan dagunya kebahu Devana."Diam sayang, biarkan seperti ini sebentar saja. Beri suamimu ini Energi, jangan marah ya sayang. Kamu tahu, aku bersikap seperti itu terpaksa, karena tidak ingin yg lain curiga demi kebaikan kita, dan soal Bu Amira, aku tidak tertarik sama sekali padanya sayang, karena aku sudah punya istri yang sangat cantik dan manis," Ucap Raka dengan sesekali mengecup pundak Devana."Aku tidak marah hu
Sesuai yg dikatakan Devana, kini Raka pun berhenti disebuah pusat perbelanjaan, untuk membeli makanan camilan dan beberapa keperluan yg lain yg memang sudah menipis, kini Devana pun memasuki supermarket tentu saja dengan Raka yg mengekori seperti bodyguard. Devana pun memasukan beberapa camilan yg biasa dia Raka konsumsi juga beberapa buah-buahan segar."Hubby mau apalagi camilannya?” tanya Devana sambil mengambil beberapa bungkus kripik dan Biskuit."Sepertinya itu sudah cukup,” jawab Raka setelah melihat banyak bungkusan, minuman dan buah-buahan sudah tersimpan ditroli belanjaan mereka."Ya sudah, kita bayar kalau gitu,” ujar Devana lalu mereka pun menuju kasir yang memang saat itu sedang lengah jarang pembeli jadi tidak harus mengantri. Setelah membayar semuanya, Raka pun membawa barang belanjaan nya menuju ke tempat kendaraannya terparkir."Lain kali kita jangan belanja disini hubby.
Keesokan paginya. Seperti biasa Naila pergi ke kamar Nadira. Dengan tugas rutinnya membangunkan adik kesayangannya itu. Yang memang sangat malas untuk bangun pagi. Namun sesampainya dikamar Nadira. Naila membulatkan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ternyata kini Nadira sudah Rapih dan terlihat sangat cantik dengan mak'up tipinya. Sehingga kelihatan cantik natural."Pagi, Kak Naila," Sapa Nadira. Sambil mengambil tas dan tersenyum pada kakaknya itu."Ini Kakak tidak sedang bermimpi kan?" Tanya Naila. Masih menatap adiknya yang kini sudah rapih dan cantik. Seakan tidak percaya dan menganggap yang dia lihat hanyalah mimpi saja."Ayo lah, Kak. Jangan kaget kayak gitu. Dira nyoba bangun pagi sendiri. Jadi mulai besok kakak gak usah repot-repot bangunin Dira lagi ya Kakakku sayang. " Nadira pun tersenyum manis pada sang kakak."Baguslah kalau gitu. Ini baru adik kesayangan Kakak, seneng deh kalau kamu mau berubah meski sedikit-sedikit gak apa-apa, Dek. Nanti tinggal
Shelly keluar dr ruangan CEO. Namun, dia menatap Nadira dengan tatapan sendu, membuat Nadira semakin bertanya-tanya."Gimana Kak, apa Kakak diterima?" Tanya Nadira. Dengan perasaan waswas namun dia sangat penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Shelly."Tidak. Katanya aku kurang pas jadi sekertarisnya. Kau tau dia bos yang sangat dingin dan tidak berperasaan. bahkan saat interview dia asyik memgotak ngatik laptopnya saja. Tanpa melihatku. Sebnrnya aku sedih tidak bisa berkerja disini. Tapi kalau melihat bos nya seperti itu, aku bersyukur tidak diterima disini. Karena bisa-bisa aku nanti stres kelamaan sama orang kayak gitu." Ucap Shelly. Dan membuat Nadira sedikit brigidik ngeri mendngr ucapan Shelly. Belum sempat menjawab perkataan Shelly. Kini Nadira sudah dipanggil untuk memasuki ruangan. Dengan bekal semangat yang diberikan oleh Shelly. Nadira pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan calon bosnya itu.Tok.... Tok.... Tok.... Tok....Nadira pun mengetuk pintu ruangan itu.
Dipagi hari yg cerah, cahayanya pun seakan memaksa memasuki celah gordeng kamar seorang gadis, yg kini masih setia dengan tidur lelapnya, seakan enggan untukmu mbuka matanya indahnya, dipagi yg cerah. "Ya Allah Dira. Bangun dong, Dek. lihat sudah jam berapa ini! Bukannya kamu hari ini kamu ada interview, diperusahaan impianmu, Dek? Bukannya kamu pengen banget masuk ke perusahaan itu sayang?" Devana pun membuka selimut yang menutupi tubuh putrinya itu."Ah Kak Naila. Aku masih ngantuk nih, 10 menit lagi ya. Oh ya emang ini jam berapa, Kak?" Tanya Nadira. Sambil kembali menarik selimut yang sempat terbuka dan kini ia menutup rapat kemabali tubuhnya dengan selimut. "Jam 07.30. Sayang," Jawab Naila. Sambil membuka gordeng dan jendela kamar adiknya itu. "What...!" Teriak Nadira. Dia terperanjat dari tempat tidurnya dan menatap jam dinding yang berada disudut kamarnya. "Hmm, baru sadar ya sayang! Kamu ini ya. Kakak kan sudah bilang berapa kali, belajar bangun pagi! Kalau terus malas-m
Nathan dan Kayla kini tengah duduk disofa dikamar mereka. Dan terlihat Nathan tengah berbicara serius pada Kayla. Yang ditanggapi dengan serius juga oleh wanita hamil itu."Tapi kamu jangan marah. Dan jangan tinggalin aku." Nathan terlihat ketakutan dalam ucapannya. Dia ingin tak ada lagi rahasia yang dirinya tutupi dari Kayla."Emang ada apa, Nat?" Tanya Kayla dengan wajah penasarannya. Ternyata ada begitu banyak luka dibalik sikap dingin dan sok tak acuh Nathan. Sebuah misteri yang belum Kayla ketahui."Kamu janji nggak bakalan ninggalin aku kan setelah ini? Kamu mau janji aku kan, Kay?"Kayla pun mengangguk dan membuat Nathan tersenyum meski sangat tipis.Natha beranjak dari duduknya. Dia membimbing Kayla berdiri dan menarik tangan Istrinya itu untuk keluar dari kamar mereka."Aku mau dibawa kemana, Nat?"Nathan tidak menjawab pertanyaan Kayla. Langkahnya terhenti di depan pintu ruangan sebelah kamarnya. Di ruangan yang sangat Nathan tutupi dari siapa pun.Dengan perlahan Nathan me
"Wahh. pemandangannya bagus banget, aku suka, Nat." Seru Kayla saat menginjakkan kakinya di pantai. "Bagus kan, kamu suka?" Tanya Nathan. Kayla mengangguk dan tersenyum manis. Lalu dia memeluk tubuh Kayla dari belakang,. Dengan tangan yang meraba-raba sesuatu. "Kenapa?" Tanya Kayla saat Nathan mengusap perut wanit itu berkali-kali. "Kok gak nendang-nendang sih, Kay? kemarin aku baca google kalau bayinya bakal gerak-gerak gitu!""Ah kamu ini ternyata lebih oon dari aku ya, Nat. Ya iyalah belum gerak, kandungan ku kan masih baru beberapa minggu. Dasar kamu ini ada-ada aja!" Mendengar ucapan sang istri bukanya marah. Nathan malah tertawa dengan sikapnya yang sedikit bodoh. "Woy! Kok ninggalin sih?" Pekik seseorang di belakang mereka. Nathan mendengus kesal dan melepaskan pelukan mesranya dari tubuh Kayla. "Lo minggir deh. Bareng Bang Cris apa bareng Reyhan aja sana. Jangan ngintilin gue mulu," Ujar Nathan sambil mendengus kesal. "Gue nggak ada temennya tau. Mereka sibuk sama paca
Nathan dan Kayla kini sudah ada dirumah sakit. Perempuan itu sempat kaget saat tahu dia malah dibawa ke rumah sakit, padahal dia menyangka kalau akan diajak jalan-jalan oleh suaminya itu.Dan kini mereka sudah berada di ruangan dokter kandungan."Hasilnya gimana, Dok?" Nathan bertanya dengan antusias di hadapan sang dokter. Dokter kandungan yang saat ini didatanginya bersama sang istri. Sang dokter pun kemudian mengangguk. Lalu tersenyum pada kedua pasangan muda dihadapannya itu."Selamat ya istri anda hamil. Kandungannya baru memasuki minggu ke dua,” Ucap sang dokter. Lalu dia pun pada sepasang calon orang tua muda itu."Apa? Ha-hamil, Dok?” Kayla bertanya wanita itu seakan tidak percaya dengan apa yang dokter itu katakan. Matanya kini sudah berkaca-kaca karena dia begitu sangat bahagia dengan kabar kehamilannya."Kamu denger kan, sayang? Sekarang disini ada anak kita. Penerus keluarga kita." Bisik Nathan lembut. Dia mengelus perut Kayla dengan kasih sayang. Wanita itu pun menganggu
"Aduh, Kayla. Lo mau nyari apaan sih? kaki gue pegel tau."Kayla memutar bola matanya dengan malas mendengar gerutuan Dania yang kini berjalan di sampingnya."Gue capek," keluh Dania lagi. Sambil menatap Kayla."Gue bingung nih, Dan. Besok kan Nathan ulang tahun." keluh Teja frustasi. Dia sudah berkeliling capai-capai ,tapi tak dapat apa yang ia inginkan."Kenapa nggak bilang dari tadi? Gue kan bisa bantu, dari tadi juga muter-muter kagak jelas," Protes Dania. Dia pun menarik tangan Kayla kuat, Membawa Kayla memasuki sebuah toko jam tangan."Kita mau ngapain, Dan?" Tanya Kayla dengan polosnya. Dania menepuk dahinya pelan, punya sahabat kok gebleknya kabangetan."Kita mau demo, Kayla!" Dania menjawab seenaknya."Hah! Demo, buat apa?" pekik Kayla keheranan."Lo pilih deh jam tangannya. Gue yakin, kalau lo yang ngasih Nathan bakal suka," Sahut Dania. Kayla pun diam namun netranya menyusuri jam-jam yang ada di etalase.*****Dengan gerakan pelan,wanita itu memindahkan tangan Nathan yang
"Bukan gitu sayang, aku bener-bener nggak tahu kenapa dia bisa ada disini. Kamu jangan marah dong, sayang." Kalau sudah begini Nathan juga yang pusing menghadapi sikap Kayla."Gimana aku gak marah coba? Kamu dicium sama dia, didepan aku! Dia pake ngatain aku simpanan kamu segala, kan itu ngeselin banget, Nathan." Kayla mendengus kesal karena merasa tidak dihargai oleh gadis itu. Padahal dia itu istri Nathan Garis bawahi! Istri Nathan, dan dia itu istri sah bukan istri siri.“Iya-iya sayang. Kamu boleh marah. Tapi jangan ke aku dong sayang marahnya. Aku kan gak salah.” Tangan Nathan menggenggam erat tangan Kayla yang berada di pangkuan perempuan itu.“Terus harus marah ke siapa dong? Kalau kamu nggak salah, siapa yang salah? Aku!" Bentak Kayla. Dan lagi-lagi Nathan lah yang kena.“Oke, yang salah aku. Udah nggak usah ngambek ya? Aku capek sayang.” Nathan kali ini memilih mengalah karena mengalah adalah pilihan yang tepat untuk saat ini.“Katanya tadi nggak salah. Sekarang ngaku salah.
Suasana kantin yang begitu ramai membuat Dania mengelus dada. Gadis itu menatap wanita di hadapannya. Kayla, perempuan itu sedang duduk manis sambil menscroll ponselnya tidak perduli dengan suara bising oleh penghuni kantin."Eh, Kay. Katanya ada anak baru," Dania memecah keterdiamannya dan membahas topik ini dengan Kayla."Oh."Nathan mendengus kesal. Respon Kayla tidak pernah sesuai harapannya. Dia menjawab dengan hanya ber Oh ria saja."Lo ngapain sih, Kay? Sebel gue sama lo, dicuekin itu nggak enak tau.""Iya deh maaf, emang siapa orangnya?" Kayla tidak kuasa melihat Dania yang begitu kesal akibat ulahnya."Kabarnya sih masih pindahan dari Bandung, cantik loh, Kay." Dania berkata dengan antusias. Sedangkan Kayla hanya manggut-manggut saja. Baginya itu tidak terlalu penting. You know lah Kayla kan orangnya kelewat jutek.Dania kembali terdiam. Tidak lama pesanan mereka pun datang. Yaitu bakso dan es jeruk kesukaan Kayla."Buset lo, Kay. Lo makan bakso sama sambel apa sambel sama b