Sesuai yg dikatakan Devana, kini Raka pun berhenti disebuah pusat perbelanjaan, untuk membeli makanan camilan dan beberapa keperluan yg lain yg memang sudah menipis, kini Devana pun memasuki supermarket tentu saja dengan Raka yg mengekori seperti bodyguard. Devana pun memasukan beberapa camilan yg biasa dia Raka konsumsi juga beberapa buah-buahan segar.
"Hubby mau apalagi camilannya?” tanya Devana sambil mengambil beberapa bungkus kripik dan Biskuit.
"Sepertinya itu sudah cukup,” jawab Raka setelah melihat banyak bungkusan, minuman dan buah-buahan sudah tersimpan ditroli belanjaan mereka.
"Ya sudah, kita bayar kalau gitu,” ujar Devana lalu mereka pun menuju kasir yang memang saat itu sedang lengah jarang pembeli jadi tidak harus mengantri. Setelah membayar semuanya, Raka pun membawa barang belanjaan nya menuju ke tempat kendaraannya terparkir.
"Lain kali kita jangan belanja disini hubby.
Kini Devana dan Raka pun sudah di dalam mobil, untuk pulang. Devana tampak melihat keluar jendela mobil yang ada disampingnya, sebenarnya Devana masih sangat rindu kepada kedua orang tuanya, melihat kesedihan Devana, tangan Raka pun terulur dengan sebelah tangan yg masih memegang stir. "Kenapa, hm?” tanya Raka berpura-pura tidak mengetahui apa yang Devana pikirkan. Devana pun menatap Raka karena tersadar dari lamunannya. "Tidak hubby, tidak apa-apa I'm fine Hubby,” Jawab Devana lalu bersandar kepundak Raka dan memeluk sebelah tangan suaminya. "Tapi dari tadi aku lihat, kamu ngelamun aja sayang kenapa?Jujur saja sama aku,” ujar Raka dengan nada lembut. "Hubby jangan marah ya, sebenarnya Deva masih kangen Mommy dan daddy,” jawab Devana dengan manja, membuat Raka tersenyum. "Baiklah kita akan menginap nanti pas Wekeend, jadi kamu jangan sedih lagi ya sayang,” ucap Raka sambil menatap jal
Matahari pun kini telah menujukan sinar mentarinya yg hangat, tampak dua insan tengah menikmati sarapan paginya.Devana yang kini terus tersenyum karena mengingat kejadian semalam yang sangat indah, makan malam pertamanya dengan sang suami yang berakhir sangat indah, tidak pernah terbayang sedikit pun olehnya bahwa Raka akan memperlakukannya semanis itu, kini tidak ada penyesalan sedikit pun karena sudah menikah dengan pria yang lebih dewasa darinya."Sayang kenapa pagi-pagi sudah melamun?” tanya Raka. Yang melihat istrinya itu terdiam dengan senyuman yang tak luntur dari bibirnya."Sayang...!" Panggil Raka lagi sambil memegang tangan Devana yg terus mengaduk-ngaduk nasi gorengnya."Hemm..., kenapa Hubby?” Mendengar Raka memanggilnya, Devana malah balik bertanya. yg mulai tersadar dari lamunannya, lalu menatap Raka dengan tatapan bingungnya."Dari tadi kamu cuma ngacak-ngacak n
Pelajaran telah usai, bel istirahat pun berbunyi, kini semua penghuni kampus itu pun antusias menyambutnya karena bisa mengistirahatkan otaknya dan juga bisa mengisi perutnya yg sudah berdemo, begitu pun dengan Devana dan Mita. "Deva mau pesan apa?” tanya Mita yg akan memesan makanan, untuk makan siang mereka. "Emm.. Aku mau pesan Bakso aja, tapi jangan pedes ya, kasih kecap saja dan sausnya dikit aja terus teh manis anget aja minumannya," Jawan Devana sambil memamerkan giginya. "Siap bosqiu " Seru Mita lalu melangkah menuju tempat konter makanan untuk memesan makanan. Ting tiba-tiba notip pesan masuk diponsel Devana, membuat Devana tersenyum, saat membaca pesan dari suaminya. @MyHubby Sayang awas ya jangan makan sembarangan, kalau mau makan bakso jangan pake sambal dan minumnya yg anget-anget ya. &nb
Satu jam pun berlalu akhirnya Raka dan Devana pun tiba di Apartemen mereka. Setelah di dalam apartemen, Devana pun langsung menuju dapur karena merasa haus, sedang Raka kini tengah duduk diruang Televisi."Sayang bawakan aku jus orange ya,” teriak Raka pada Devana yang kini berada di dapur. Lalu Raka membuka laptopnya untuk kembali mengerjakan yg tadi sempat tertunda dikampus."Iya hubby,” sahut Devana dari arah dapur. Devana pun menyiapkan dua gelas minuman dingin dan satu piring kukis coklat kesukaannya dan Raka, sebenarnya sih kesukaan Raka hanya saat Devana mencicipinya, dia pun jadi ketagihan dan selalu menyetok lebih banyak kukis coklat yg kini menjadi makanan pavoritnya bersama sang suami. Kini Devana pun menghampiri suaminya di ruang Telivisi dengan membawa minuman dingin dan kukis coklat pesanan sang suami." Wah enak nih,” ucap Raka saat sang istri membawakan pesanannya, lalu Raka pun mengambil
Matahari pun telah menampakan sinarnya, namun kedua pasangan suami istri itu masih terlelap dalam tidurnya, dan masih setia bersembunyi dibawah selimutnya yang tebal dan hangat. Tapi, beberapa menit kemudian Devana terbangun dari tidur lelapnya, meski enggan bangun karena dekapan hangat sang suami, tapi dia harus bangun dan menyiapkan sarapan untuknya dan suaminya. Devana pun mulai melepaskan dekapan tangan Raka, namun kini berbalik menjadi menghadap wajah Raka yang masih terlelap. Devana pun tersenyum melihat wajah teduh suaminya saat tidur. "Suamiku memang sangat tampan, beruntungnya aku menikah dengannya," Ucap batin Devana sambil tersenyum lalu mengecup bibirnya sekilas dan pelan karena tidak ingin membuatnya terbangun, Devana pun bangun lalu memasuki kamar mandi dalam keadaan Naked, karena aktivitasnya semalam yang berakhir dini hari. Setelah selesai bersiap dan terlihat cantik dengan dre
Setelah sampai di Supermarket yang tak jauh dari Apartemen mereka cuma beberapa meter saja, Devana pun mengambil beberapa bungkus kripik dan camilan lainnya. Sementara Raka tentu saja dia mengikuti Devana dibelakangnya dengan mendorong troli untuk menampung belanjaan yang sedang Devana pilih."Hubby biskuit coklat stok kita cuma tinggal satu bungkus, kita beli lagi ya beberapa bungkus gimana? Jadi sepulang dari study tour dari bali kita ga usah kelabakan beli camilan, sekalian juga stok makanan yg lainnya,” ucap Devana antusias."Terserah kamu saja sayang. Atur aja kamu kan nyonyanya," Goda Raka dengan senyuman manisnya pada sang istri."Issh.. Orang serius malah ngegombal, jangan manis-manis senyumnya hubby nanti ada yg lihat bisa bahaya. Cukup Deva aja yang lihat senyuman manis seorang Raka hehe,” ujar Devana sambil nyengir ke arah Raka."Iya My Little Wife apa sih yang nggak buat kamu,&rdquo
Malam pun kini berganti pagi. Devana baru saja terbangun dari tidurnya, dia merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku saat bangun tidur, Devana yang tengah terduduk pun menatap kesamping dan dia tersenyum miris, ternyata tempat tidur di sampingnya masih terlihat Rapih, lalu semalam Suaminya itu tidur dimana? tak mau berpikir yang tidak-tidak, Devana pun turun dari ranjangnya dan saat menatap wajahnya dicermin dikamar mandi Devana terkejut karena matanya membengkak."Astaga mataku, aku harus gimana ini? Apa aku coba kompres pake air es saja," Ucap Devana sambil membersihkan dirinya, setelah beberapa menit akhirnya Devana pun sudah selesai mandi dan dia pun bersiap-siap. Namun tiba-tiba dia merasa bingung karena tidak menemukan Laks dimana pun saat dia mencari keberadaan suaminya itu."Mas Raka kemana ya? Segitu marahnya kah dia sama aku? sampai pergi pun dia tidak memberi tahu aku,” Ucap Devana lirih setelah mencarinya tak kunjung k
Didalam pesawat Mita duduk dengan sang ketua kelas yaitu Kevin. Sedangkan Devana duduk bersama Ares untung saja Raka tidak melihat itu, dan Raka jangan ditanya sudah pasti dia duduk bersama Amira.Saat pesawat lepas landas Devana hanya menatap keluar jendela pesawat, tanpa memperdulikan ucapan Ares, dia sedang berpikir bagai mana dengan rumah tangganya, melihat Raka yang cuek dan seakan tidak peduli lagi padanya membuat Devana takut. Devana pun memejamkan matanya dengan hati yang gelisah karena memikirkan segala sesuatu yang bisa saja terjadi, Ares yang sadar sedari tadi tidak mendapat respon dari Devana atas ucapannya, menoleh kearah Devana dan menatap Devana yang sudah tertidur.Ares pun tersenyum akhirnya dia bisa melihat wajah cantik dan teduh Devana saat tertidur."Kamu memang cantik Ra, apalagi saat tidur seperti ini terlihat natural dan wajah teduhmu saat tidur membuatku semakin mengagumi kecantikanmu, Aku mencintai
Keesokan paginya. Seperti biasa Naila pergi ke kamar Nadira. Dengan tugas rutinnya membangunkan adik kesayangannya itu. Yang memang sangat malas untuk bangun pagi. Namun sesampainya dikamar Nadira. Naila membulatkan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ternyata kini Nadira sudah Rapih dan terlihat sangat cantik dengan mak'up tipinya. Sehingga kelihatan cantik natural."Pagi, Kak Naila," Sapa Nadira. Sambil mengambil tas dan tersenyum pada kakaknya itu."Ini Kakak tidak sedang bermimpi kan?" Tanya Naila. Masih menatap adiknya yang kini sudah rapih dan cantik. Seakan tidak percaya dan menganggap yang dia lihat hanyalah mimpi saja."Ayo lah, Kak. Jangan kaget kayak gitu. Dira nyoba bangun pagi sendiri. Jadi mulai besok kakak gak usah repot-repot bangunin Dira lagi ya Kakakku sayang. " Nadira pun tersenyum manis pada sang kakak."Baguslah kalau gitu. Ini baru adik kesayangan Kakak, seneng deh kalau kamu mau berubah meski sedikit-sedikit gak apa-apa, Dek. Nanti tinggal
Shelly keluar dr ruangan CEO. Namun, dia menatap Nadira dengan tatapan sendu, membuat Nadira semakin bertanya-tanya."Gimana Kak, apa Kakak diterima?" Tanya Nadira. Dengan perasaan waswas namun dia sangat penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Shelly."Tidak. Katanya aku kurang pas jadi sekertarisnya. Kau tau dia bos yang sangat dingin dan tidak berperasaan. bahkan saat interview dia asyik memgotak ngatik laptopnya saja. Tanpa melihatku. Sebnrnya aku sedih tidak bisa berkerja disini. Tapi kalau melihat bos nya seperti itu, aku bersyukur tidak diterima disini. Karena bisa-bisa aku nanti stres kelamaan sama orang kayak gitu." Ucap Shelly. Dan membuat Nadira sedikit brigidik ngeri mendngr ucapan Shelly. Belum sempat menjawab perkataan Shelly. Kini Nadira sudah dipanggil untuk memasuki ruangan. Dengan bekal semangat yang diberikan oleh Shelly. Nadira pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan calon bosnya itu.Tok.... Tok.... Tok.... Tok....Nadira pun mengetuk pintu ruangan itu.
Dipagi hari yg cerah, cahayanya pun seakan memaksa memasuki celah gordeng kamar seorang gadis, yg kini masih setia dengan tidur lelapnya, seakan enggan untukmu mbuka matanya indahnya, dipagi yg cerah. "Ya Allah Dira. Bangun dong, Dek. lihat sudah jam berapa ini! Bukannya kamu hari ini kamu ada interview, diperusahaan impianmu, Dek? Bukannya kamu pengen banget masuk ke perusahaan itu sayang?" Devana pun membuka selimut yang menutupi tubuh putrinya itu."Ah Kak Naila. Aku masih ngantuk nih, 10 menit lagi ya. Oh ya emang ini jam berapa, Kak?" Tanya Nadira. Sambil kembali menarik selimut yang sempat terbuka dan kini ia menutup rapat kemabali tubuhnya dengan selimut. "Jam 07.30. Sayang," Jawab Naila. Sambil membuka gordeng dan jendela kamar adiknya itu. "What...!" Teriak Nadira. Dia terperanjat dari tempat tidurnya dan menatap jam dinding yang berada disudut kamarnya. "Hmm, baru sadar ya sayang! Kamu ini ya. Kakak kan sudah bilang berapa kali, belajar bangun pagi! Kalau terus malas-m
Nathan dan Kayla kini tengah duduk disofa dikamar mereka. Dan terlihat Nathan tengah berbicara serius pada Kayla. Yang ditanggapi dengan serius juga oleh wanita hamil itu."Tapi kamu jangan marah. Dan jangan tinggalin aku." Nathan terlihat ketakutan dalam ucapannya. Dia ingin tak ada lagi rahasia yang dirinya tutupi dari Kayla."Emang ada apa, Nat?" Tanya Kayla dengan wajah penasarannya. Ternyata ada begitu banyak luka dibalik sikap dingin dan sok tak acuh Nathan. Sebuah misteri yang belum Kayla ketahui."Kamu janji nggak bakalan ninggalin aku kan setelah ini? Kamu mau janji aku kan, Kay?"Kayla pun mengangguk dan membuat Nathan tersenyum meski sangat tipis.Natha beranjak dari duduknya. Dia membimbing Kayla berdiri dan menarik tangan Istrinya itu untuk keluar dari kamar mereka."Aku mau dibawa kemana, Nat?"Nathan tidak menjawab pertanyaan Kayla. Langkahnya terhenti di depan pintu ruangan sebelah kamarnya. Di ruangan yang sangat Nathan tutupi dari siapa pun.Dengan perlahan Nathan me
"Wahh. pemandangannya bagus banget, aku suka, Nat." Seru Kayla saat menginjakkan kakinya di pantai. "Bagus kan, kamu suka?" Tanya Nathan. Kayla mengangguk dan tersenyum manis. Lalu dia memeluk tubuh Kayla dari belakang,. Dengan tangan yang meraba-raba sesuatu. "Kenapa?" Tanya Kayla saat Nathan mengusap perut wanit itu berkali-kali. "Kok gak nendang-nendang sih, Kay? kemarin aku baca google kalau bayinya bakal gerak-gerak gitu!""Ah kamu ini ternyata lebih oon dari aku ya, Nat. Ya iyalah belum gerak, kandungan ku kan masih baru beberapa minggu. Dasar kamu ini ada-ada aja!" Mendengar ucapan sang istri bukanya marah. Nathan malah tertawa dengan sikapnya yang sedikit bodoh. "Woy! Kok ninggalin sih?" Pekik seseorang di belakang mereka. Nathan mendengus kesal dan melepaskan pelukan mesranya dari tubuh Kayla. "Lo minggir deh. Bareng Bang Cris apa bareng Reyhan aja sana. Jangan ngintilin gue mulu," Ujar Nathan sambil mendengus kesal. "Gue nggak ada temennya tau. Mereka sibuk sama paca
Nathan dan Kayla kini sudah ada dirumah sakit. Perempuan itu sempat kaget saat tahu dia malah dibawa ke rumah sakit, padahal dia menyangka kalau akan diajak jalan-jalan oleh suaminya itu.Dan kini mereka sudah berada di ruangan dokter kandungan."Hasilnya gimana, Dok?" Nathan bertanya dengan antusias di hadapan sang dokter. Dokter kandungan yang saat ini didatanginya bersama sang istri. Sang dokter pun kemudian mengangguk. Lalu tersenyum pada kedua pasangan muda dihadapannya itu."Selamat ya istri anda hamil. Kandungannya baru memasuki minggu ke dua,” Ucap sang dokter. Lalu dia pun pada sepasang calon orang tua muda itu."Apa? Ha-hamil, Dok?” Kayla bertanya wanita itu seakan tidak percaya dengan apa yang dokter itu katakan. Matanya kini sudah berkaca-kaca karena dia begitu sangat bahagia dengan kabar kehamilannya."Kamu denger kan, sayang? Sekarang disini ada anak kita. Penerus keluarga kita." Bisik Nathan lembut. Dia mengelus perut Kayla dengan kasih sayang. Wanita itu pun menganggu
"Aduh, Kayla. Lo mau nyari apaan sih? kaki gue pegel tau."Kayla memutar bola matanya dengan malas mendengar gerutuan Dania yang kini berjalan di sampingnya."Gue capek," keluh Dania lagi. Sambil menatap Kayla."Gue bingung nih, Dan. Besok kan Nathan ulang tahun." keluh Teja frustasi. Dia sudah berkeliling capai-capai ,tapi tak dapat apa yang ia inginkan."Kenapa nggak bilang dari tadi? Gue kan bisa bantu, dari tadi juga muter-muter kagak jelas," Protes Dania. Dia pun menarik tangan Kayla kuat, Membawa Kayla memasuki sebuah toko jam tangan."Kita mau ngapain, Dan?" Tanya Kayla dengan polosnya. Dania menepuk dahinya pelan, punya sahabat kok gebleknya kabangetan."Kita mau demo, Kayla!" Dania menjawab seenaknya."Hah! Demo, buat apa?" pekik Kayla keheranan."Lo pilih deh jam tangannya. Gue yakin, kalau lo yang ngasih Nathan bakal suka," Sahut Dania. Kayla pun diam namun netranya menyusuri jam-jam yang ada di etalase.*****Dengan gerakan pelan,wanita itu memindahkan tangan Nathan yang
"Bukan gitu sayang, aku bener-bener nggak tahu kenapa dia bisa ada disini. Kamu jangan marah dong, sayang." Kalau sudah begini Nathan juga yang pusing menghadapi sikap Kayla."Gimana aku gak marah coba? Kamu dicium sama dia, didepan aku! Dia pake ngatain aku simpanan kamu segala, kan itu ngeselin banget, Nathan." Kayla mendengus kesal karena merasa tidak dihargai oleh gadis itu. Padahal dia itu istri Nathan Garis bawahi! Istri Nathan, dan dia itu istri sah bukan istri siri.“Iya-iya sayang. Kamu boleh marah. Tapi jangan ke aku dong sayang marahnya. Aku kan gak salah.” Tangan Nathan menggenggam erat tangan Kayla yang berada di pangkuan perempuan itu.“Terus harus marah ke siapa dong? Kalau kamu nggak salah, siapa yang salah? Aku!" Bentak Kayla. Dan lagi-lagi Nathan lah yang kena.“Oke, yang salah aku. Udah nggak usah ngambek ya? Aku capek sayang.” Nathan kali ini memilih mengalah karena mengalah adalah pilihan yang tepat untuk saat ini.“Katanya tadi nggak salah. Sekarang ngaku salah.
Suasana kantin yang begitu ramai membuat Dania mengelus dada. Gadis itu menatap wanita di hadapannya. Kayla, perempuan itu sedang duduk manis sambil menscroll ponselnya tidak perduli dengan suara bising oleh penghuni kantin."Eh, Kay. Katanya ada anak baru," Dania memecah keterdiamannya dan membahas topik ini dengan Kayla."Oh."Nathan mendengus kesal. Respon Kayla tidak pernah sesuai harapannya. Dia menjawab dengan hanya ber Oh ria saja."Lo ngapain sih, Kay? Sebel gue sama lo, dicuekin itu nggak enak tau.""Iya deh maaf, emang siapa orangnya?" Kayla tidak kuasa melihat Dania yang begitu kesal akibat ulahnya."Kabarnya sih masih pindahan dari Bandung, cantik loh, Kay." Dania berkata dengan antusias. Sedangkan Kayla hanya manggut-manggut saja. Baginya itu tidak terlalu penting. You know lah Kayla kan orangnya kelewat jutek.Dania kembali terdiam. Tidak lama pesanan mereka pun datang. Yaitu bakso dan es jeruk kesukaan Kayla."Buset lo, Kay. Lo makan bakso sama sambel apa sambel sama b