Setelah sampai di Supermarket yang tak jauh dari Apartemen mereka cuma beberapa meter saja, Devana pun mengambil beberapa bungkus kripik dan camilan lainnya. Sementara Raka tentu saja dia mengikuti Devana dibelakangnya dengan mendorong troli untuk menampung belanjaan yang sedang Devana pilih.
"Hubby biskuit coklat stok kita cuma tinggal satu bungkus, kita beli lagi ya beberapa bungkus gimana? Jadi sepulang dari study tour dari bali kita ga usah kelabakan beli camilan, sekalian juga stok makanan yg lainnya,” ucap Devana antusias.
"Terserah kamu saja sayang. Atur aja kamu kan nyonyanya," Goda Raka dengan senyuman manisnya pada sang istri.
"Issh.. Orang serius malah ngegombal, jangan manis-manis senyumnya hubby nanti ada yg lihat bisa bahaya. Cukup Deva aja yang lihat senyuman manis seorang Raka hehe,” ujar Devana sambil nyengir ke arah Raka.
"Iya My Little Wife apa sih yang nggak buat kamu,&rdquo
Malam pun kini berganti pagi. Devana baru saja terbangun dari tidurnya, dia merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku saat bangun tidur, Devana yang tengah terduduk pun menatap kesamping dan dia tersenyum miris, ternyata tempat tidur di sampingnya masih terlihat Rapih, lalu semalam Suaminya itu tidur dimana? tak mau berpikir yang tidak-tidak, Devana pun turun dari ranjangnya dan saat menatap wajahnya dicermin dikamar mandi Devana terkejut karena matanya membengkak."Astaga mataku, aku harus gimana ini? Apa aku coba kompres pake air es saja," Ucap Devana sambil membersihkan dirinya, setelah beberapa menit akhirnya Devana pun sudah selesai mandi dan dia pun bersiap-siap. Namun tiba-tiba dia merasa bingung karena tidak menemukan Laks dimana pun saat dia mencari keberadaan suaminya itu."Mas Raka kemana ya? Segitu marahnya kah dia sama aku? sampai pergi pun dia tidak memberi tahu aku,” Ucap Devana lirih setelah mencarinya tak kunjung k
Didalam pesawat Mita duduk dengan sang ketua kelas yaitu Kevin. Sedangkan Devana duduk bersama Ares untung saja Raka tidak melihat itu, dan Raka jangan ditanya sudah pasti dia duduk bersama Amira.Saat pesawat lepas landas Devana hanya menatap keluar jendela pesawat, tanpa memperdulikan ucapan Ares, dia sedang berpikir bagai mana dengan rumah tangganya, melihat Raka yang cuek dan seakan tidak peduli lagi padanya membuat Devana takut. Devana pun memejamkan matanya dengan hati yang gelisah karena memikirkan segala sesuatu yang bisa saja terjadi, Ares yang sadar sedari tadi tidak mendapat respon dari Devana atas ucapannya, menoleh kearah Devana dan menatap Devana yang sudah tertidur.Ares pun tersenyum akhirnya dia bisa melihat wajah cantik dan teduh Devana saat tertidur."Kamu memang cantik Ra, apalagi saat tidur seperti ini terlihat natural dan wajah teduhmu saat tidur membuatku semakin mengagumi kecantikanmu, Aku mencintai
Setelah seharian berlayar kini para mahasiswa dan beberapa dosennya pun kembali ke penginapan untuk beristirahat, tentu saja mereka sangat menikmati keindahan alam dialam terbuka menikmati udara laut, setelah sampai ke hotel tempat mereka menginap semua pun kembali ke kamar masing-masing begitu juga dengan Mita dan Devana."Deva, gimana keadaan kamu?" Tanya Anita yang satu kamar dengannya."Sudah baikan kok Nit," Jawab Devana yang kini tengah berbaring di tempat tidurnya."Syukurlah kalau udah baikan, aku tadi kaget banget pas Mita teriak-teriak, kirain ada apa," Ucap Anita yang kini duduk ditepi ranjang yang Devana tiduri."Iya aku juga panik saat denger Mita teriak-teriak, untung pak Raka dengan cepat nolongin kamu. Ra," Sambung Pita, yang tiduran disamping Alia, karena dikamar mereka terdapat dua ranjang yang lumayan besar, jadi satu ranjang dua orang, Devana dengan Mita, sedang Pita dengan Alia.
Tiga hari pun sudah berlalu, mereka semua pun sudah lumayan senang dengan mengunjungi beberapa tempat di bali. Dan tepat hari ini mereka semua sudah berkumpul untuk kembali ke Jakarta. Karena waktu yang diberikan pihak kampus mereka sudah habis untuk berlibur. Setelah melakukan penerbangan bebrapa jam, kini seluruh mahasiswa yang di dampingi Raka, Arjun, Roni dan Amara juga Mita pun sudah tiba di bandara Soekarno Hatta, dan bus jemputan mereka pun sudah terparkir didepan lobby Bandara. Setelah mereka siap didalam bus mereka pun kini dibawa menuju kampus mereka. Akhirnya setelah satu jam lebih semua mahasiswa pun sampai dikampus yang sudah mulai ramai oleh para mahasiswa lain yang tidak mengikuti study tour. Ares kini tampak menghampiri Devana yang tengah sibuk mengeluarkan koper dan beberapa oleh-oleh dari bagasi bus, karena selama di bali Ares tidak sempat mengajak Devana jalan berdua karena berbeda hotel dan berbeda rombongan.
Setelah istrihat yang benar-benar istirahat. Devana dan Raka pun kini sedang diperjalanan menuju rumah Orang tua Raka, sesekali Devana terdengar bersenandung, dan sesekali menatap 6 Paperbag yang ia bawa, mendengar Devana bersenandung. Raka pun hanya tersenyum dia senang karena Istrinya terlihat sangat bahagia. "Suaramu bagus sayang, mulai hari ini dan seterusnya kamu harus rajin menyanyi untukku saat pergi kekampus dan pulang dari kampus, apalagi saat dikamar," Ujar Raka. Dengan senyumannya "Iiiihh... Hubby, bikin aku malu aja deh." Devana pun berhenti bernyanyi dan kini dia terlihat malu-malu setelah mendengar ucapan suaminya. "Kenapa harus malu. Aku kan suamimu sandiri sayang, saat kamu mendesah dibawahku kamu tidak malu," Goda Raka. Yang terdengar sedikit vulgar. "Hubby...! Dasar otak mesum," Teriak Devana. Dengan wajah merah meronanya dan kini menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Rak
Setelah pulang dari rumah orang tua Raka. Kini Devana dan Raka pun menuju Rumah orang tua Devana untuk mengantarkan oleh-oleh dari Bali sekaligus menginap disana. Sesuai janji Raka pada Devana sebelum berangkat Study tour dulu. Rencananya mereka akan menginap hari minggu tapi karena hari minggu Devana dan Raka harus ke Bandung, jadi Raka memutuskan malam ini juga untuk menginap dirumah orang tua Devana, kini Devana dan Raka pun sudah sampai dirumah mommy dan daddy devana setelah menempuh perjalanan hampir dua jam. "Wah kita sampai jam 21.00. Kita Mas, kira-kira mommy dan daddy udah tidur belum ya?" Tanya Devana. Pada Raka yang kini sudah memarkirkan mobilnya dihalaman rumah megah Devana. "Entahlah, ayo kita masuk sayang," Jawab Raka. Sambil membuka pintu mobilnya dan setelah itu, dia menggandeng tangan Devana yang kini tengah berdiri di depan mobilnya. "Aaaa... Putriku!" Seru Ana setengah berteriak, sa
Kini Devana, Raka, Devan dan Ana sudah berada di ruang keluarga. Teh hangat dan camilan pun sudah tersedia, begitu juga dengan papan catur yang sudah menantang menantu dan ayah mertua itu."Mommy mau pegang siapa yang jadi juara?" Bisik Devana. Bertanya kepada mommy nya, namun bisikan itu masih terdengar oleh Raka dan juga Devan."Mommy pegang Raka deh," Jawab Ana sambil menatap putra menantunya itu."Lah kok Mommy malah pegang Mas Raka sih, bukan Daddy?" Devana memprotes. Karena dia merasa kasian pada Daddynya. Dan karena tentu saja Devana pasti mendukung suaminya."Karena Mommy tau, Daddy mu pasti kalah oleh suamimu Ra, dari dulu kan daddy payah dalam bermain catur, sekarang sosoan nantangin suamimu, yang mommy yakin jago dalam main catur " Jawab Nakusha sambil terkekeh"Mommy. Daddy denger loh Mommy ngomong apa, oke lah gak masalah kalau Mommy gak mau kasih semangat buat Daddy. Dad akan memberi semangat buat diri Daddy&nb
Devana dan Raka pun kini tengah berada diruang makan, meski sudah terlambat untuk sarapan, tapi mereka tampak tidak peduli karena perutnya merasa lapar, mereka pun menikmati makanan yabg disajikan oleh mommy nya"Daddy udah berangkat kerja, Mom?" Tanya Devana. Sambil memakan makanannya, begitu juga dengan Raka."Sudah tadi jam 08.00. Kalian sih bangunnya kesiangan padahal Daddy kalian ingin sarapan bareng kalian," Jawab Ana. Sambil menatap anak dan menantunya yang sangat lahap memakan makanannya."Kalian doyan atau kelaperan sih? Makan kok sampe segitunya?" tanya Ana dengan kekehannya karena merasa lucu dengan Devana dan Raka yang melahap makannya dengan begitu semangat."Hehe kami laper mom. Biasa habis olahraga malam, Iya kan sayang?" Raka menjawab tanpa merasa malu sedikit pun pada ibu mertuanya. Sedang Devana yang ditanya oleh Raka. Kini dia tersipu malu karena suaminya yabg berkata terlalu jujur
Keesokan paginya. Seperti biasa Naila pergi ke kamar Nadira. Dengan tugas rutinnya membangunkan adik kesayangannya itu. Yang memang sangat malas untuk bangun pagi. Namun sesampainya dikamar Nadira. Naila membulatkan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ternyata kini Nadira sudah Rapih dan terlihat sangat cantik dengan mak'up tipinya. Sehingga kelihatan cantik natural."Pagi, Kak Naila," Sapa Nadira. Sambil mengambil tas dan tersenyum pada kakaknya itu."Ini Kakak tidak sedang bermimpi kan?" Tanya Naila. Masih menatap adiknya yang kini sudah rapih dan cantik. Seakan tidak percaya dan menganggap yang dia lihat hanyalah mimpi saja."Ayo lah, Kak. Jangan kaget kayak gitu. Dira nyoba bangun pagi sendiri. Jadi mulai besok kakak gak usah repot-repot bangunin Dira lagi ya Kakakku sayang. " Nadira pun tersenyum manis pada sang kakak."Baguslah kalau gitu. Ini baru adik kesayangan Kakak, seneng deh kalau kamu mau berubah meski sedikit-sedikit gak apa-apa, Dek. Nanti tinggal
Shelly keluar dr ruangan CEO. Namun, dia menatap Nadira dengan tatapan sendu, membuat Nadira semakin bertanya-tanya."Gimana Kak, apa Kakak diterima?" Tanya Nadira. Dengan perasaan waswas namun dia sangat penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Shelly."Tidak. Katanya aku kurang pas jadi sekertarisnya. Kau tau dia bos yang sangat dingin dan tidak berperasaan. bahkan saat interview dia asyik memgotak ngatik laptopnya saja. Tanpa melihatku. Sebnrnya aku sedih tidak bisa berkerja disini. Tapi kalau melihat bos nya seperti itu, aku bersyukur tidak diterima disini. Karena bisa-bisa aku nanti stres kelamaan sama orang kayak gitu." Ucap Shelly. Dan membuat Nadira sedikit brigidik ngeri mendngr ucapan Shelly. Belum sempat menjawab perkataan Shelly. Kini Nadira sudah dipanggil untuk memasuki ruangan. Dengan bekal semangat yang diberikan oleh Shelly. Nadira pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan calon bosnya itu.Tok.... Tok.... Tok.... Tok....Nadira pun mengetuk pintu ruangan itu.
Dipagi hari yg cerah, cahayanya pun seakan memaksa memasuki celah gordeng kamar seorang gadis, yg kini masih setia dengan tidur lelapnya, seakan enggan untukmu mbuka matanya indahnya, dipagi yg cerah. "Ya Allah Dira. Bangun dong, Dek. lihat sudah jam berapa ini! Bukannya kamu hari ini kamu ada interview, diperusahaan impianmu, Dek? Bukannya kamu pengen banget masuk ke perusahaan itu sayang?" Devana pun membuka selimut yang menutupi tubuh putrinya itu."Ah Kak Naila. Aku masih ngantuk nih, 10 menit lagi ya. Oh ya emang ini jam berapa, Kak?" Tanya Nadira. Sambil kembali menarik selimut yang sempat terbuka dan kini ia menutup rapat kemabali tubuhnya dengan selimut. "Jam 07.30. Sayang," Jawab Naila. Sambil membuka gordeng dan jendela kamar adiknya itu. "What...!" Teriak Nadira. Dia terperanjat dari tempat tidurnya dan menatap jam dinding yang berada disudut kamarnya. "Hmm, baru sadar ya sayang! Kamu ini ya. Kakak kan sudah bilang berapa kali, belajar bangun pagi! Kalau terus malas-m
Nathan dan Kayla kini tengah duduk disofa dikamar mereka. Dan terlihat Nathan tengah berbicara serius pada Kayla. Yang ditanggapi dengan serius juga oleh wanita hamil itu."Tapi kamu jangan marah. Dan jangan tinggalin aku." Nathan terlihat ketakutan dalam ucapannya. Dia ingin tak ada lagi rahasia yang dirinya tutupi dari Kayla."Emang ada apa, Nat?" Tanya Kayla dengan wajah penasarannya. Ternyata ada begitu banyak luka dibalik sikap dingin dan sok tak acuh Nathan. Sebuah misteri yang belum Kayla ketahui."Kamu janji nggak bakalan ninggalin aku kan setelah ini? Kamu mau janji aku kan, Kay?"Kayla pun mengangguk dan membuat Nathan tersenyum meski sangat tipis.Natha beranjak dari duduknya. Dia membimbing Kayla berdiri dan menarik tangan Istrinya itu untuk keluar dari kamar mereka."Aku mau dibawa kemana, Nat?"Nathan tidak menjawab pertanyaan Kayla. Langkahnya terhenti di depan pintu ruangan sebelah kamarnya. Di ruangan yang sangat Nathan tutupi dari siapa pun.Dengan perlahan Nathan me
"Wahh. pemandangannya bagus banget, aku suka, Nat." Seru Kayla saat menginjakkan kakinya di pantai. "Bagus kan, kamu suka?" Tanya Nathan. Kayla mengangguk dan tersenyum manis. Lalu dia memeluk tubuh Kayla dari belakang,. Dengan tangan yang meraba-raba sesuatu. "Kenapa?" Tanya Kayla saat Nathan mengusap perut wanit itu berkali-kali. "Kok gak nendang-nendang sih, Kay? kemarin aku baca google kalau bayinya bakal gerak-gerak gitu!""Ah kamu ini ternyata lebih oon dari aku ya, Nat. Ya iyalah belum gerak, kandungan ku kan masih baru beberapa minggu. Dasar kamu ini ada-ada aja!" Mendengar ucapan sang istri bukanya marah. Nathan malah tertawa dengan sikapnya yang sedikit bodoh. "Woy! Kok ninggalin sih?" Pekik seseorang di belakang mereka. Nathan mendengus kesal dan melepaskan pelukan mesranya dari tubuh Kayla. "Lo minggir deh. Bareng Bang Cris apa bareng Reyhan aja sana. Jangan ngintilin gue mulu," Ujar Nathan sambil mendengus kesal. "Gue nggak ada temennya tau. Mereka sibuk sama paca
Nathan dan Kayla kini sudah ada dirumah sakit. Perempuan itu sempat kaget saat tahu dia malah dibawa ke rumah sakit, padahal dia menyangka kalau akan diajak jalan-jalan oleh suaminya itu.Dan kini mereka sudah berada di ruangan dokter kandungan."Hasilnya gimana, Dok?" Nathan bertanya dengan antusias di hadapan sang dokter. Dokter kandungan yang saat ini didatanginya bersama sang istri. Sang dokter pun kemudian mengangguk. Lalu tersenyum pada kedua pasangan muda dihadapannya itu."Selamat ya istri anda hamil. Kandungannya baru memasuki minggu ke dua,” Ucap sang dokter. Lalu dia pun pada sepasang calon orang tua muda itu."Apa? Ha-hamil, Dok?” Kayla bertanya wanita itu seakan tidak percaya dengan apa yang dokter itu katakan. Matanya kini sudah berkaca-kaca karena dia begitu sangat bahagia dengan kabar kehamilannya."Kamu denger kan, sayang? Sekarang disini ada anak kita. Penerus keluarga kita." Bisik Nathan lembut. Dia mengelus perut Kayla dengan kasih sayang. Wanita itu pun menganggu
"Aduh, Kayla. Lo mau nyari apaan sih? kaki gue pegel tau."Kayla memutar bola matanya dengan malas mendengar gerutuan Dania yang kini berjalan di sampingnya."Gue capek," keluh Dania lagi. Sambil menatap Kayla."Gue bingung nih, Dan. Besok kan Nathan ulang tahun." keluh Teja frustasi. Dia sudah berkeliling capai-capai ,tapi tak dapat apa yang ia inginkan."Kenapa nggak bilang dari tadi? Gue kan bisa bantu, dari tadi juga muter-muter kagak jelas," Protes Dania. Dia pun menarik tangan Kayla kuat, Membawa Kayla memasuki sebuah toko jam tangan."Kita mau ngapain, Dan?" Tanya Kayla dengan polosnya. Dania menepuk dahinya pelan, punya sahabat kok gebleknya kabangetan."Kita mau demo, Kayla!" Dania menjawab seenaknya."Hah! Demo, buat apa?" pekik Kayla keheranan."Lo pilih deh jam tangannya. Gue yakin, kalau lo yang ngasih Nathan bakal suka," Sahut Dania. Kayla pun diam namun netranya menyusuri jam-jam yang ada di etalase.*****Dengan gerakan pelan,wanita itu memindahkan tangan Nathan yang
"Bukan gitu sayang, aku bener-bener nggak tahu kenapa dia bisa ada disini. Kamu jangan marah dong, sayang." Kalau sudah begini Nathan juga yang pusing menghadapi sikap Kayla."Gimana aku gak marah coba? Kamu dicium sama dia, didepan aku! Dia pake ngatain aku simpanan kamu segala, kan itu ngeselin banget, Nathan." Kayla mendengus kesal karena merasa tidak dihargai oleh gadis itu. Padahal dia itu istri Nathan Garis bawahi! Istri Nathan, dan dia itu istri sah bukan istri siri.“Iya-iya sayang. Kamu boleh marah. Tapi jangan ke aku dong sayang marahnya. Aku kan gak salah.” Tangan Nathan menggenggam erat tangan Kayla yang berada di pangkuan perempuan itu.“Terus harus marah ke siapa dong? Kalau kamu nggak salah, siapa yang salah? Aku!" Bentak Kayla. Dan lagi-lagi Nathan lah yang kena.“Oke, yang salah aku. Udah nggak usah ngambek ya? Aku capek sayang.” Nathan kali ini memilih mengalah karena mengalah adalah pilihan yang tepat untuk saat ini.“Katanya tadi nggak salah. Sekarang ngaku salah.
Suasana kantin yang begitu ramai membuat Dania mengelus dada. Gadis itu menatap wanita di hadapannya. Kayla, perempuan itu sedang duduk manis sambil menscroll ponselnya tidak perduli dengan suara bising oleh penghuni kantin."Eh, Kay. Katanya ada anak baru," Dania memecah keterdiamannya dan membahas topik ini dengan Kayla."Oh."Nathan mendengus kesal. Respon Kayla tidak pernah sesuai harapannya. Dia menjawab dengan hanya ber Oh ria saja."Lo ngapain sih, Kay? Sebel gue sama lo, dicuekin itu nggak enak tau.""Iya deh maaf, emang siapa orangnya?" Kayla tidak kuasa melihat Dania yang begitu kesal akibat ulahnya."Kabarnya sih masih pindahan dari Bandung, cantik loh, Kay." Dania berkata dengan antusias. Sedangkan Kayla hanya manggut-manggut saja. Baginya itu tidak terlalu penting. You know lah Kayla kan orangnya kelewat jutek.Dania kembali terdiam. Tidak lama pesanan mereka pun datang. Yaitu bakso dan es jeruk kesukaan Kayla."Buset lo, Kay. Lo makan bakso sama sambel apa sambel sama b