Saat Raka pulang, Devana tengah asyik dengan novelnya. Raka pun langsung menuju dapur untuk membereskan barang belanjaannya ke dalam kulkas, setelah selesai manata makanan dikulkas Raka menghampiri Devana yang sedang asik membaca Novel sehingga dia tidak menyadari kedatangan Raka yang kini menghampiri nya.
Cup tiba-tiba Raka mengecup kening Devana. Dan itu membuat Devana terkejut dia pun refleks menutup mulutnya yang menganga karena keterkejutan nya atas sikap Raka padanya yang tiba-tiba mengecup keningnya, namun dengan santai Raka duduk disamping Devana tanpa rasa canggung sedikit pun.
"Baca apa?” Tanya Raka. Sambil melihat kearah novel yang Devana pegang.
"Ba-baca ini," Jawab Devana menujukan buku yang dia pegang, tentu saja dengan rasa gugupnya. Sementara Raka hanya mengangguk setelah melihat judul novel yang Devana baca.
"Suka Novelnya?” tanya Raka lagi sambil menyandarkan kepalanya dikepala Sofa.
"Su-suka, ce-ceritanya bagus. Ini Novel yang rencananya aku mau beli," Jawab Devana masih dalam keadaan gugup.
"Hem, baguslah kalau kamu suka, masih banyak novel yang sengaja aku siapkan untuk kamu. Aku tahu kamu sangat suka baca Novel,” ujar Raka sambil memejamkan matanya dan bersandar ke sandaran Sofa.
"Ja-jadi. Novel-novel ini Bapak siapkan untuk aku? Bapak tahu dari mana kalau aku suka Novel-novel ini?" Tanya Devana yang tak percaya kalau Raka menyiapkan semua novel-novel itu untuknya.
"Mommy kamu yang bilang. Dan dia juga yang memberi daftar novel apa saja yang belum sempat kamu beli karena sibuk dengan kuliahmu, jadi kamu minta tolong mommy untuk membeli novel-novel itu, tapi mommy juga gak sempat jadi beberapa hari yang lalu sebelum kita menikah Mommy minta tolong padaku. Karena kasihan aku akhirnya menolong mommy. Itu juga demi calon istriku, dan aku beli secara online semua buka yang ada dalam daftar pesanan novelmu, dan kemarin itu semua datang jadi aku susun bersama buku-buku milikku," Jawab Raka. Sambil membuka matanya dan kembali duduk lalu menatap Devana yang menatap Raka dengan penuh haru, dia tidak pernah menyangka kalau dosen killernya itu bisa peduli dan bersikap romantis padanya.
"Sudah jangan menatapku seperti itu, sudah tugas seorang suami membahagiakan istrinya. Kalau cuma novel itu masalah gampang, apa kamu masih mau beli Novel yang lainnya lagi? Yang masih belum kamu punya?” Raka yang kini menatap Devana dengan senyuman manisnya. Namun, tiba-tiba berhambur memeluk Raka. Lalu menangis terisak karena merasa sangat terharu atas apa yang sudah Raka lakukan, dan pelukan Devana membuat Raka terkejut tapi langsung membalas pelukan Devana kemudian tersenyum dengan apa yang istri kecilnya lakukan.
"Makasih hiks..., Makasih banget karena sudah membuat aku sangat bahagia. Perhatian yang bapak berikan sangat berharga untukku. Terimakasih banyak Pak,” Ucap Devana sambil terisak dalam pelukan Raka.
"Sudahlah, ini hanya sebagian kecil perhatianku untuk kamu Deva, kamu kan istriku. Orang tua kamu sudah memercayakan kamu padaku. Jadi itu adalah sebuah amanat dari mommy dan daddy kamu. Dan aku akan berusaha memberikan yang terbaik untuk kamu, jadi berhentilah jangan menangis lagi,” Ucap Raka sambil mengelus rambut panjang Devana.
"Iya Pak, makasih ya. Ternyata bapak tidak seperti yang orang-orang bilang. Galak dan sangat disiplin juga dingin," Ujar Devana masih dalam pelukan Raka.
"Hem, itu hanya berlaku saat dikampus, dan kamu bisa tidak kalau dirumah panggil biasa saja jangan panggil bapak, kesannya aku tuh kayak bapak kamu aja," Ucap Raka membuat Devana melepaskan pelukannya dan menatap Raka dengan penuh tanda tanya.
"Lalu Deva harus panggil Pak Raka apa?” tanya Devana dengan wajah polosnya, membuat Raka gemas melihat expresi wajah Devana yg menurutnya sangat menggemaskan.
"Terserah, mau Mas, Kakak atau sayang kalau gak honey Atau hubby juga boleh," Ucap Raka dengan kekehannya saat melihat Devana cengo karena mendengar ucapan Raka. Dan itu membuat Raka merasa semakin gemas karena lagi-lagi melihat ekpresi wajah Devana yang menurutnya lucu.
"Jangan memasang ekpresi begitu sayang, kamu tau dengan ekpresi seperti itu membuatku ingin menciummu saat ini juga," Ucap Raka sengaja menggoda Devana. Dan ucapan Raka sontak membuat mata Devana melotot seperti akan keluar dari tempatnya
"Ma-maksud Bapak apa?" Tanya Devana dengan kembali memasang wajah polosnya, dan itu kembali membuat Raka lagi-lagi terkekeh untuk kesekian kalinya, lalu merangkul pundak Devana dengan senyuman manisnya dan menatapnya intens.
"Oh astaga sudah ku bilang panggil aku dengan sebutan lain Deva. Oh ayolah Deva, aku belum setua itu. Jadi Panggil aku Kakak, sayang, honey atau hubby saat dirumah, kecuali saat dikampus kau baru boleh panggil aku bapak," Ucap Raka sambil mengedipkan matanya membuat jantung Devana kembali berdetak tak beraturan.
"Ya-ya sudah aku panggil Mas saja,” Jawab Devana dengan kegugupannya, dan kini mulai menetralisirkan jantungnya yang selalu berdetak tak beraturan.
“Ya Tuhan ternyata dia sangat tampan jika dilihat sedekat ini," Batin Devana sambil menatap Raka tanpa berkedip sedikit pun.
"Oke, bagus kalau gitu,” ucap Raka yang membuat Devana memalingkan wajahnya kearah lain, saat dia akan ketahuan kalau dia sedang menatap wajah tampan suaminya itu.
"Jadi mulai sekarang saat dirumah kamu panggil aku Mas saja, dan saat dikampus kamu panggil aku seperti biasa yaitu Bapak mengerti sayang?!" Lanjut Raka lalu kembali mengedipkan sebelah matanya membuat Devana semakin gugup dibuatnya.
"Kenapa dia selalu memanggilku sayang, astaga apa dia salah makan hari ini? Kenapa dia selalu bersikap manis padaku," Batin Devana dan kini wajahnya mulai merah merona karena dia kembali medengar ucapan sayang dari suaminya, untung saja Raka tidak melihat wajah merona Devana karena kini wajahnya menunduk tidak menatap wajah Raka.
"Deva ayo kita masak, perutku sepertinya sudah demo ingin diisi,” ajak Raka pada Devana untuk memasak.
"Ba-baik Pak eh, Mas. Maaf aku belum terbiasa hehe," Cicit Devana merasa masih canggung pada suaminya itu.
"It's Oke, tidak masalah nanti juga lama-lama akan terbiasa, ayo sekarang kita masak sesuatu, karena aku sudah sangat lapar," Ajak Raka lalu menggandeng tangan Devana dan membawanya ke dapur.
"Ternyata Mas Raka bawel juga ya kalau dirumah. Tidak seperti saat dikampus Dingin dan bicara pun irit banget seperlunya." Ucap batin Devana sambil tersenyum saat menatap wajah Raka, sebelum akhirnya sampai didapur. Kini Devana dan Raka pun mulai mempersiapkan bahan-bahan yang akan dimasak untuk makan malam mereka karena saking asyiknya mengobrol mereka jadi lupa waktu dan tak terasa sore pun akan menjelang malam. Setelah beberapa menit bergelut di dapur akhirnya, Devana dan Raka pun selesai memasak, mereka berdua pun menyiapkannya dimeja makan tentu saja untuk makan malam mereka berdua. Sangat romantis bukan untuk pasangan pengantin baru itu, meski belum ada rasa cinta yang tumbuh dihati mereka tapi dengan saling menerima itu sudah menjadi awal yang baik untuk membentuk komitmen menuju keharmonisan keluarga kecil mereka. Tidak ada drama surat kontrak pernikahan dan drama lainnya. Mereka akan menjalani semuanya dengan membiarkan mengalir apa adanya.
Setelah menyantap makan malam, akhirnya mereka pun memutuskan untuk istirahat, tentu saja mereka tidur dikamar yang sama dan juga ranjang yang sama, karena memang seperti itu lah suami istri yang sesungguhnya.
"Mas. Mas sedang mengerjakan apa? " Tanya Devana saat melihat Raka fokus mengotak ngatik laptopnya.
"Tugas untuk besok, kamu harus persiapkan materi untuk pelatihan skripsimu karena itulah tugas untuk besok, dan jika hasilnya contohnya bagus tanpa typo, kau bisa langsung fokus pada skripsimu,” ucap Raka sambil kembali fokus pada layar laptopnya.
"Enak juga ya punya suami dosen, jadi udah tahu apa-apa saja tugas untuk kelas nanti,” ucap Devana dengan tersenyum. Namun, tiba-tiba sebuah pensil mendarat dikening Devana.
"Aww sakit Mas," pekik Devana yang langsung mengerucutkan bibirnya
"Jangan asal ngomong, aku tidak akan memberi tahu semua soal untuk ujian nanti, jadi kau harus belajar sendiri sayang. Sudah jangan cemberut ayo tidur, udah malem kamu pasti ngantuk dan cape kan, jadi kita tidur," Ujar Raka lalu menutup dan menaruh laptopnya dinakas, Devana pun mengangguk setelah Raka menutup tubuhnya dengan selimut
"Mas." Devana pun kini menghadap Raka yang sudah memejamkan matanya.
"Hemm...," Sahut Raka masih dengan memejamkan matanya
"Emm..., bukankah malam ini, malam pertama kita," Lanjutannya, yang memberanikan diri mengatakan hal itu.
"Iya, lalu?” Tanya Raka yang masih anteng dengan matanya yang terpejam.
"Apa.. Apa Mas tidak ingin melakukan malam pertama kita?” Tanya balik Devana, mendengar ucapan itu sontak saja langsung membuka matanya dan menatap Devana yang kini tengah menatapnya.
Bersambung
"Deva, apa yang kamu katakan barusan? Kamu tahu itu bukan perbuatan main-main, kamu harus benar-benar siap dengan konsekuensinya,” ucap Raka sambil menatap Devana lekat."Tapi aku sudah siap Mas. Mommy pernah bilangkalau seorang istri tidak akan sempurna sebelum menyerahkan mahkota berharganya pada suaminya, lalu mengandung dan melahirkan seorang anak, kata mommy disitu lah kesempurnaan seorang istri," Ucap Devana yg kali ini dengan berani menatap Raka."Ta-tapi kamu tau kan, it-itu akan sakit sayang, apa kamu siap menahan rasa sakitnya?” Tanya Raka. Kali ini dia lah yang dibuat gugup oleh istri kecilnya itu. Karena keinginan Devana yang tiba-tiba dan berani itu."Mas Raka sayang, tadi kan aku sudah bilang aku siap apapun konsekuensi yang aku terima. Sesakit apa pun itu, aku akan menerimanya," Jawab Devana dengan mantap. Tanpa ragu sedikit pun, membuat Raka terkekeh dengan kelakuan mahasiswinya yang kini
Malam pun kini telah berganti pagi. Cahaya pun menyelinap lewat celah gorden kamar yanh sedikit terbuka. Seakan ingin mengusik kenyaman dua insan yang masih terlelap dalam tidurnya, Devana ysng merasa terusik karena deru nafas yang menghembus di ceruk lehernya, akhirnya dia pun membuka mata nya, lalu menatap Pria yang kini tengah tidur disampingnya. Devana pun tersenyum kala mengingat permainan panas mereka yang berhenti saat dini hari tadi."Kenapa menatapku seperti itu sayang?” Tanya Raka yang kini tersenyum pada istrinya. Devana."Ti-idak, Aww...." Devana merasakan sakit di area intinya, saat dia akan beranjak dari tempat tidur."Kenapa sayang? Apa ada yang sakit?” Tanya Raka. Sambil menatap Devana yang meringis kesakitan, Devana pun mengangguk malu dengan menundukkan wajahnya."Dimana yang sakit?" Tanya Raka lagi, lalu Devana pun menunjuk kearah bawah miliknya. Raka pun tersenyum, bukan apa
Devana sudah mendingan. Rasa sakit dibagian intinya pun sudah sedikit menghilang.Dia melihat kearah jam dinding yang berada di sudut kamarnya. Jam sudah menujukan pukul 11.35. Dia pun tersenyum lalu bangun dari tempat tidurnya, dan menuju dapur dia ingin membuatkan sesuatu, untuk suaminya, Raka. Yang sebentar lagi akan pulang, Devana pun segera menyiapkan bahan untuk membuat nasi goreng, untung saja dia sempat belajar memasak beberapa bahan makanan termasuk membuat nasi goreng, kini Devana pun tengah konsentrasi memasak nasi goreng, untuk menyambut kepulangan sang suaminya. Namun, tiba-tiba dia terusik karena merasa ada sepasang tangan yang melingkar diperutnya."Masak apa sayang? Mencium dari aromanya. Sepertinya sangat lezat," ucap Raka yang baru saja pulang, namun saat mencium bau masakan dari dapur, dia pun langsung menuju dapur dan melihat istri kecilnya sedang memasak."Sedang masak nasi goreng hubby. Tapi ternyata
Devana kini sedang berjalan menuju kampusnya. Setelah turun dari mobil Raka di halte tadi, sesuai perjanjian semalam. Dengan senyuman yang mengembang, Devana berjalan menyusuri jalan sambil sesekali mengingat saat tadi sarapan yang baginya terasa sangat romantis saat bersama Raka. Mereka berdua saling suap-suapan dengan nasi goreng satu piring berdua."Hey Cantik, kok jalan sih? Terus sendirian lagi," ucap seorang pria dengan motor besarnya, yang berhenti tepat dihadapan Devana saat ingin memasuki gerbang kampus."Memang apa urusan mu hah?! memang kita kenal gitu?" sahut Devana ketus, lalu Pria itu pun membuka helmnya dan langsung tersenyum."Masa gak kenal sama gue," jawabnya sambil tersenyum pada Devana."Ya elah Ares. Gue kira siapa, minggir ah lo sono! Buang waktu gue aja," ketus Devana sambil mengibas-mengibaskan tangannya meminta Ares memindahkan motor yang menghalangi jalannya."Lah
Raka baru saja kembali dari toilet setelah bersolo karier akibat ulah istri kecilnya, Devana. membuat Raka sedikit kesal dengan tingkah istri kecilnya itu. "Awas saja nanti kamu Devana," Umpat Raka dalam hatinya dengan raut wajah kesalnya karena kenakalan istrinya. Membuat dia harus berurusan dengan toilet. "Pak Raka, kenapa kok wajahnya kayak kesel gitu?” Tanya Amira, entah kapan ada disampingnya, membuat Raka terkejut lalu menoleh kearah sumber suara itu dengan wajah terkejutnya. "Eh, Bu Amira se-sejak kapan ibu ada disini?” Tanya Raka, yang kini terus berjalan ditemani oleh Bu Amira. "Sejak Pak Raka berjalan sambil ngelamun dan sedikit menggerutu tidak jelas. Ngomong apa sih Pak? Apa gara-gara ulah anak-anak ya pak? mereka emang gitu Pak suka bikin ribut cari masalah mulu,” Jawab Amira sambil masih setia mengikuti Raka dengan senyuman melebar. "Oh gitu, gak kok Bu cuma saya lagi kesel aja sama orang rumah,” jawab Raka sambil ses
Raka memperhatikan Devana yang masih fokus menuyusun bukunya, sambil bergumam entah apa yang dia bicarakan, membuat Raka gemas dan dengan sigap Raka langsung menarik pinggang Devana dan mendudukkannya dipangkuannya membuat Devans terkesiap saat sudah ada dipangkuan Raka."Hubby apa yang kamu Lakukan? Lepaskan! Aku sedang merapikan buku-buku yang berantakan," ujar Devana, dia pun berusaha memberontak minta dilepaskan, namun bukannya melepaskannya Raka malah mengeratkan pelukannya ke pinggang Devana lalu menopangkan dagunya kebahu Devana."Diam sayang, biarkan seperti ini sebentar saja. Beri suamimu ini Energi, jangan marah ya sayang. Kamu tahu, aku bersikap seperti itu terpaksa, karena tidak ingin yg lain curiga demi kebaikan kita, dan soal Bu Amira, aku tidak tertarik sama sekali padanya sayang, karena aku sudah punya istri yang sangat cantik dan manis," Ucap Raka dengan sesekali mengecup pundak Devana."Aku tidak marah hu
Sesuai yg dikatakan Devana, kini Raka pun berhenti disebuah pusat perbelanjaan, untuk membeli makanan camilan dan beberapa keperluan yg lain yg memang sudah menipis, kini Devana pun memasuki supermarket tentu saja dengan Raka yg mengekori seperti bodyguard. Devana pun memasukan beberapa camilan yg biasa dia Raka konsumsi juga beberapa buah-buahan segar."Hubby mau apalagi camilannya?” tanya Devana sambil mengambil beberapa bungkus kripik dan Biskuit."Sepertinya itu sudah cukup,” jawab Raka setelah melihat banyak bungkusan, minuman dan buah-buahan sudah tersimpan ditroli belanjaan mereka."Ya sudah, kita bayar kalau gitu,” ujar Devana lalu mereka pun menuju kasir yang memang saat itu sedang lengah jarang pembeli jadi tidak harus mengantri. Setelah membayar semuanya, Raka pun membawa barang belanjaan nya menuju ke tempat kendaraannya terparkir."Lain kali kita jangan belanja disini hubby.
Kini Devana dan Raka pun sudah di dalam mobil, untuk pulang. Devana tampak melihat keluar jendela mobil yang ada disampingnya, sebenarnya Devana masih sangat rindu kepada kedua orang tuanya, melihat kesedihan Devana, tangan Raka pun terulur dengan sebelah tangan yg masih memegang stir. "Kenapa, hm?” tanya Raka berpura-pura tidak mengetahui apa yang Devana pikirkan. Devana pun menatap Raka karena tersadar dari lamunannya. "Tidak hubby, tidak apa-apa I'm fine Hubby,” Jawab Devana lalu bersandar kepundak Raka dan memeluk sebelah tangan suaminya. "Tapi dari tadi aku lihat, kamu ngelamun aja sayang kenapa?Jujur saja sama aku,” ujar Raka dengan nada lembut. "Hubby jangan marah ya, sebenarnya Deva masih kangen Mommy dan daddy,” jawab Devana dengan manja, membuat Raka tersenyum. "Baiklah kita akan menginap nanti pas Wekeend, jadi kamu jangan sedih lagi ya sayang,” ucap Raka sambil menatap jal
Keesokan paginya. Seperti biasa Naila pergi ke kamar Nadira. Dengan tugas rutinnya membangunkan adik kesayangannya itu. Yang memang sangat malas untuk bangun pagi. Namun sesampainya dikamar Nadira. Naila membulatkan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ternyata kini Nadira sudah Rapih dan terlihat sangat cantik dengan mak'up tipinya. Sehingga kelihatan cantik natural."Pagi, Kak Naila," Sapa Nadira. Sambil mengambil tas dan tersenyum pada kakaknya itu."Ini Kakak tidak sedang bermimpi kan?" Tanya Naila. Masih menatap adiknya yang kini sudah rapih dan cantik. Seakan tidak percaya dan menganggap yang dia lihat hanyalah mimpi saja."Ayo lah, Kak. Jangan kaget kayak gitu. Dira nyoba bangun pagi sendiri. Jadi mulai besok kakak gak usah repot-repot bangunin Dira lagi ya Kakakku sayang. " Nadira pun tersenyum manis pada sang kakak."Baguslah kalau gitu. Ini baru adik kesayangan Kakak, seneng deh kalau kamu mau berubah meski sedikit-sedikit gak apa-apa, Dek. Nanti tinggal
Shelly keluar dr ruangan CEO. Namun, dia menatap Nadira dengan tatapan sendu, membuat Nadira semakin bertanya-tanya."Gimana Kak, apa Kakak diterima?" Tanya Nadira. Dengan perasaan waswas namun dia sangat penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Shelly."Tidak. Katanya aku kurang pas jadi sekertarisnya. Kau tau dia bos yang sangat dingin dan tidak berperasaan. bahkan saat interview dia asyik memgotak ngatik laptopnya saja. Tanpa melihatku. Sebnrnya aku sedih tidak bisa berkerja disini. Tapi kalau melihat bos nya seperti itu, aku bersyukur tidak diterima disini. Karena bisa-bisa aku nanti stres kelamaan sama orang kayak gitu." Ucap Shelly. Dan membuat Nadira sedikit brigidik ngeri mendngr ucapan Shelly. Belum sempat menjawab perkataan Shelly. Kini Nadira sudah dipanggil untuk memasuki ruangan. Dengan bekal semangat yang diberikan oleh Shelly. Nadira pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan calon bosnya itu.Tok.... Tok.... Tok.... Tok....Nadira pun mengetuk pintu ruangan itu.
Dipagi hari yg cerah, cahayanya pun seakan memaksa memasuki celah gordeng kamar seorang gadis, yg kini masih setia dengan tidur lelapnya, seakan enggan untukmu mbuka matanya indahnya, dipagi yg cerah. "Ya Allah Dira. Bangun dong, Dek. lihat sudah jam berapa ini! Bukannya kamu hari ini kamu ada interview, diperusahaan impianmu, Dek? Bukannya kamu pengen banget masuk ke perusahaan itu sayang?" Devana pun membuka selimut yang menutupi tubuh putrinya itu."Ah Kak Naila. Aku masih ngantuk nih, 10 menit lagi ya. Oh ya emang ini jam berapa, Kak?" Tanya Nadira. Sambil kembali menarik selimut yang sempat terbuka dan kini ia menutup rapat kemabali tubuhnya dengan selimut. "Jam 07.30. Sayang," Jawab Naila. Sambil membuka gordeng dan jendela kamar adiknya itu. "What...!" Teriak Nadira. Dia terperanjat dari tempat tidurnya dan menatap jam dinding yang berada disudut kamarnya. "Hmm, baru sadar ya sayang! Kamu ini ya. Kakak kan sudah bilang berapa kali, belajar bangun pagi! Kalau terus malas-m
Nathan dan Kayla kini tengah duduk disofa dikamar mereka. Dan terlihat Nathan tengah berbicara serius pada Kayla. Yang ditanggapi dengan serius juga oleh wanita hamil itu."Tapi kamu jangan marah. Dan jangan tinggalin aku." Nathan terlihat ketakutan dalam ucapannya. Dia ingin tak ada lagi rahasia yang dirinya tutupi dari Kayla."Emang ada apa, Nat?" Tanya Kayla dengan wajah penasarannya. Ternyata ada begitu banyak luka dibalik sikap dingin dan sok tak acuh Nathan. Sebuah misteri yang belum Kayla ketahui."Kamu janji nggak bakalan ninggalin aku kan setelah ini? Kamu mau janji aku kan, Kay?"Kayla pun mengangguk dan membuat Nathan tersenyum meski sangat tipis.Natha beranjak dari duduknya. Dia membimbing Kayla berdiri dan menarik tangan Istrinya itu untuk keluar dari kamar mereka."Aku mau dibawa kemana, Nat?"Nathan tidak menjawab pertanyaan Kayla. Langkahnya terhenti di depan pintu ruangan sebelah kamarnya. Di ruangan yang sangat Nathan tutupi dari siapa pun.Dengan perlahan Nathan me
"Wahh. pemandangannya bagus banget, aku suka, Nat." Seru Kayla saat menginjakkan kakinya di pantai. "Bagus kan, kamu suka?" Tanya Nathan. Kayla mengangguk dan tersenyum manis. Lalu dia memeluk tubuh Kayla dari belakang,. Dengan tangan yang meraba-raba sesuatu. "Kenapa?" Tanya Kayla saat Nathan mengusap perut wanit itu berkali-kali. "Kok gak nendang-nendang sih, Kay? kemarin aku baca google kalau bayinya bakal gerak-gerak gitu!""Ah kamu ini ternyata lebih oon dari aku ya, Nat. Ya iyalah belum gerak, kandungan ku kan masih baru beberapa minggu. Dasar kamu ini ada-ada aja!" Mendengar ucapan sang istri bukanya marah. Nathan malah tertawa dengan sikapnya yang sedikit bodoh. "Woy! Kok ninggalin sih?" Pekik seseorang di belakang mereka. Nathan mendengus kesal dan melepaskan pelukan mesranya dari tubuh Kayla. "Lo minggir deh. Bareng Bang Cris apa bareng Reyhan aja sana. Jangan ngintilin gue mulu," Ujar Nathan sambil mendengus kesal. "Gue nggak ada temennya tau. Mereka sibuk sama paca
Nathan dan Kayla kini sudah ada dirumah sakit. Perempuan itu sempat kaget saat tahu dia malah dibawa ke rumah sakit, padahal dia menyangka kalau akan diajak jalan-jalan oleh suaminya itu.Dan kini mereka sudah berada di ruangan dokter kandungan."Hasilnya gimana, Dok?" Nathan bertanya dengan antusias di hadapan sang dokter. Dokter kandungan yang saat ini didatanginya bersama sang istri. Sang dokter pun kemudian mengangguk. Lalu tersenyum pada kedua pasangan muda dihadapannya itu."Selamat ya istri anda hamil. Kandungannya baru memasuki minggu ke dua,” Ucap sang dokter. Lalu dia pun pada sepasang calon orang tua muda itu."Apa? Ha-hamil, Dok?” Kayla bertanya wanita itu seakan tidak percaya dengan apa yang dokter itu katakan. Matanya kini sudah berkaca-kaca karena dia begitu sangat bahagia dengan kabar kehamilannya."Kamu denger kan, sayang? Sekarang disini ada anak kita. Penerus keluarga kita." Bisik Nathan lembut. Dia mengelus perut Kayla dengan kasih sayang. Wanita itu pun menganggu
"Aduh, Kayla. Lo mau nyari apaan sih? kaki gue pegel tau."Kayla memutar bola matanya dengan malas mendengar gerutuan Dania yang kini berjalan di sampingnya."Gue capek," keluh Dania lagi. Sambil menatap Kayla."Gue bingung nih, Dan. Besok kan Nathan ulang tahun." keluh Teja frustasi. Dia sudah berkeliling capai-capai ,tapi tak dapat apa yang ia inginkan."Kenapa nggak bilang dari tadi? Gue kan bisa bantu, dari tadi juga muter-muter kagak jelas," Protes Dania. Dia pun menarik tangan Kayla kuat, Membawa Kayla memasuki sebuah toko jam tangan."Kita mau ngapain, Dan?" Tanya Kayla dengan polosnya. Dania menepuk dahinya pelan, punya sahabat kok gebleknya kabangetan."Kita mau demo, Kayla!" Dania menjawab seenaknya."Hah! Demo, buat apa?" pekik Kayla keheranan."Lo pilih deh jam tangannya. Gue yakin, kalau lo yang ngasih Nathan bakal suka," Sahut Dania. Kayla pun diam namun netranya menyusuri jam-jam yang ada di etalase.*****Dengan gerakan pelan,wanita itu memindahkan tangan Nathan yang
"Bukan gitu sayang, aku bener-bener nggak tahu kenapa dia bisa ada disini. Kamu jangan marah dong, sayang." Kalau sudah begini Nathan juga yang pusing menghadapi sikap Kayla."Gimana aku gak marah coba? Kamu dicium sama dia, didepan aku! Dia pake ngatain aku simpanan kamu segala, kan itu ngeselin banget, Nathan." Kayla mendengus kesal karena merasa tidak dihargai oleh gadis itu. Padahal dia itu istri Nathan Garis bawahi! Istri Nathan, dan dia itu istri sah bukan istri siri.“Iya-iya sayang. Kamu boleh marah. Tapi jangan ke aku dong sayang marahnya. Aku kan gak salah.” Tangan Nathan menggenggam erat tangan Kayla yang berada di pangkuan perempuan itu.“Terus harus marah ke siapa dong? Kalau kamu nggak salah, siapa yang salah? Aku!" Bentak Kayla. Dan lagi-lagi Nathan lah yang kena.“Oke, yang salah aku. Udah nggak usah ngambek ya? Aku capek sayang.” Nathan kali ini memilih mengalah karena mengalah adalah pilihan yang tepat untuk saat ini.“Katanya tadi nggak salah. Sekarang ngaku salah.
Suasana kantin yang begitu ramai membuat Dania mengelus dada. Gadis itu menatap wanita di hadapannya. Kayla, perempuan itu sedang duduk manis sambil menscroll ponselnya tidak perduli dengan suara bising oleh penghuni kantin."Eh, Kay. Katanya ada anak baru," Dania memecah keterdiamannya dan membahas topik ini dengan Kayla."Oh."Nathan mendengus kesal. Respon Kayla tidak pernah sesuai harapannya. Dia menjawab dengan hanya ber Oh ria saja."Lo ngapain sih, Kay? Sebel gue sama lo, dicuekin itu nggak enak tau.""Iya deh maaf, emang siapa orangnya?" Kayla tidak kuasa melihat Dania yang begitu kesal akibat ulahnya."Kabarnya sih masih pindahan dari Bandung, cantik loh, Kay." Dania berkata dengan antusias. Sedangkan Kayla hanya manggut-manggut saja. Baginya itu tidak terlalu penting. You know lah Kayla kan orangnya kelewat jutek.Dania kembali terdiam. Tidak lama pesanan mereka pun datang. Yaitu bakso dan es jeruk kesukaan Kayla."Buset lo, Kay. Lo makan bakso sama sambel apa sambel sama b