"Deva, apa yang kamu katakan barusan? Kamu tahu itu bukan perbuatan main-main, kamu harus benar-benar siap dengan konsekuensinya,” ucap Raka sambil menatap Devana lekat.
"Tapi aku sudah siap Mas. Mommy pernah bilang kalau seorang istri tidak akan sempurna sebelum menyerahkan mahkota berharganya pada suaminya, lalu mengandung dan melahirkan seorang anak, kata mommy disitu lah kesempurnaan seorang istri," Ucap Devana yg kali ini dengan berani menatap Raka.
"Ta-tapi kamu tau kan, it-itu akan sakit sayang, apa kamu siap menahan rasa sakitnya?” Tanya Raka. Kali ini dia lah yang dibuat gugup oleh istri kecilnya itu. Karena keinginan Devana yang tiba-tiba dan berani itu.
"Mas Raka sayang, tadi kan aku sudah bilang aku siap apapun konsekuensi yang aku terima. Sesakit apa pun itu, aku akan menerimanya," Jawab Devana dengan mantap. Tanpa ragu sedikit pun, membuat Raka terkekeh dengan kelakuan mahasiswinya yang kini telah menjadi istrinya itu.
"Kamu yakin Deva? Kamu bisa merubah keinginanmu sampai kau benar-benar siap melakukannya, aku tidak akan memaksa dan aku akan menunggu sampai kamu siap,” ucap Raka. Mencoba mengubah pemikiran Devana.
"Aku siap Mas, aku benar-benar udah siap. Toh mau nanti atau sekarang sama saja kan? Pasti sama-sama sakit juga,” sahut Devana. Yang kini tersenyum manis pada Raka. Tiba-tiba membuat darah Raka seolah mendidih saat melihat senyum manis istrinya itu, dan rasanya dia ingin segera menerkam istrinya itu.
"Aku bertanya sekali lagi Deva. Apakah kamu benar-benar sudah siap? Karena setelah nanti aku melakukannya, mungkin aku tidak akan berhenti meski kamu memintanya dan merengek sekalipun." Raka kini menatap lekat wajah cantik Istrinya, yang mengangguk sambil mengelus pipinya.
*****
Tanpa menunggu, Raka pun langsung menindih tubuh mungil Devana, lalu dia mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya itu untuk mengecup bibir ranum Devana. Dengan tak sabaran Raka pun langsung mengecup bibir Devana yang baginya terasa sangat manis. Namun ciuman yang semula hanya mengecup kini berubah menjadi lumatan yang menuntut balasan dari Devana.
Karena terbuai oleh Cumbuan Raka, akhirnya Devana pun membalas ciuman panas Raka meski masih sedikit kaku karena ini baginya adalah ciuman pertamanya. Bibirnya Yang selalu dia jaga untuk kekasih halalnya. Mereka pun saling mengecap rasa manis dibibir pasangannya, setelah mendapat respon dari Devana tangan Raka pun mulai berani bergerak, menggerayangi tubuh Devana, lalu dengan cepat Raka melepaskan pakaian yang menempel di tubuh Devana. Tentu saja dengan bantuan Devana, Raka pun membuka baju dengan bibir yang masih asyik berpagutan dan kini ruangan kamar itu pun hanya terdengar suara decapan dan lenguh penuh gairah dari dua insan yang tengah melakukan aktivitas malam pertamanya. Ruangan kamar itu pun menjadi saksi bersejarah bagi Devana karena dia telah memberikan keperawanannya pada suaminya. Raka.
"Aaaah..., Mas pelan...pe-lan. aaahh...." Desah Devana, sedang Raka dia tengah sibuk menikmati tonjolan bulat milik Devana yang menurutnya pas dalam genggamannya, dan sesekali Raka pun memberikan kissmark di dada Devana, dan juga diparut rata Devana membuat Devana semakin gelisah.
Dan desahan pun terus keluar dari mulutnya, karena merasakan sesuatu di daerah intinya, tentu saja karena dengan lihai Raka terus memainkan daerah intim Devana dengan jari tangannya, Raka terus menikmati setiap inci tubuh indah Istrinya itu, dengan gairahnya yang semakin menggebu-gebu.
"Kamu sudah basah sayang. Apa kamu yakin ingin melakukannya sekarang. kamu benar-benar sudah siap?” tanya Raka. Meski sebenarnya dia sudah tidak tahan karena miliknya sudah menegang dibawah sana, yang meminta ingin segara dipuaskan.
"Lakukan Mas! Aku sudah siap mungkin sudah waktunya aku melepaskan sesuatu yang berharga milikku untuk Mas malam ini, " Jawab Devana yang kini sama-sama tengah dalam kabut gairah.
"Baiklah, tapi kalau kamu merasa sakit, kamu boleh cakar punggungku atau gigit bahuku kalau perlu, mungkin dengan cara itu, kamu bisa mengurangi rasa sakitmu nanti, saat aku akan memasukimu,” Ucap Raka. Mendengar ucapan Raka. Devana pun mengangguk dengan senyuman manisnya. Meski dalam hatinya merasa was-was akan rasa sakit yang mungkin akan dia rasakan. Raka pun mulai mencari posisinya untuk menyatukan miliknya dengan milik istrinya, dan setelah mendapatkannya Raka pun langsung menghentak kan miliknya dengan sekali hentakan langsung menerobos penghalang dari inti Devana, dan mereka pun kini benar-benar telah bersatu menjadi suami istri yang sesungguhnya.
"Aaaaaa..., Sa-sakit Mas. hiks... hiks....”
Mendengar teriakan dan tangisan Devana, Raka pun kebingungan. Karena melihat istrinya yang kini telah terisak, tapi miliknya kini sudah terbenam sepenuhnya dimilik Devana, saat merasakan keterdiaman Raka, Devana pun menbuka matanya yang terpejam, lalu dia menatap suaminya yang kini menatapnya penuh ke khawatiran. Melihat itu membuat Devana semakn yakin lalu akhirnya Devana pun memberi izin Raka untuk kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.
"Lanjutkan Mas," Ucap Devana yang kini tengah mengalungkan tangannya dileher Raka dengan memberikan senyumannya. Meski sebenarnya dia merasa sakit dibagian intinya.
"Tapi Deva kamu kesakitan. Kamu yakin sayang?" Tanya Raka yang terlihat khawatir dengan keadaan Devana. Namun, Devana mengangguk meyakinkan Raka bahwa dia tidak apa-apa dan bisa menahan rasa sakitnya.
"Lakukan Mas, aku bisa menahan rasa sakitnya,” ucap Devana dengan memberi senyuman pada Raka.
"Aaaaaa..., Mas Raka...!” Devana kembali berteriak lalu dia mendekap punggung Raka, namun hanya sebentar. Dan saat Raka mulai kembali memaju mundurkan miliknya didalam milik Devana. Devana yang sempat meringis kesakitan.
Akhirnya dia pun bisa menikmati permainan Raka, tentu saja bibir mereka sesekali saling melumat dan mencecap untuk menyalurkan rasa nikmat surga dunia yang mereka rasakan. Raka juga sangat menikmati tubuh indah istri kecilnya itu. Meski bagian punggungnya yang terluka karena bekas cakaran Devana untuk menghilangkan rasa sakitnya tadi. Tapi tanpa lelah mereka terus menikmati malam pertama mereka.
Desahan dan erangan pun terus terdengar diruang itu, seakan menjadi melodi yang terdengar sangat indah ditelinga Raka.
Jujur Raka tidak pernah menduga. Kalau dia akan langsung mendapatkan haknya sebagai seorang suami tepat disaat malam pertama pernikahan mereka. Tanpa harus menunda lagi karena drama belum siapnya sang istri, dengan alasan belum ada cinta diantara mereka. Raka harus berterima kasih pada sang ibu mertuanya karena telah mengajarkan Devana peranan seorang istri yang baik.
Sehingga kini dia dan Devana pun tengah menikmati malam yang bersejarah bagi Devana karena telah melepas kesuciannya pada suaminya. Begitu juga dengan Raka yang ternyata juga baru melepas keperjakannya dengan Devana. Meski Devana tidak tahu hal itu, tapi pasangan suami istri sudah berhasil menjaga mahkota masing-masing. Karena gairah Raka yang menggebu-gebu, mungkin saja mereka tidak akan tidur semalaman malam ini. Karena bisa saja mereka menghabiskan beberapa Ronde di malam pertama mereka yang sangat indah itu.
Bersambung
Malam pun kini telah berganti pagi. Cahaya pun menyelinap lewat celah gorden kamar yanh sedikit terbuka. Seakan ingin mengusik kenyaman dua insan yang masih terlelap dalam tidurnya, Devana ysng merasa terusik karena deru nafas yang menghembus di ceruk lehernya, akhirnya dia pun membuka mata nya, lalu menatap Pria yang kini tengah tidur disampingnya. Devana pun tersenyum kala mengingat permainan panas mereka yang berhenti saat dini hari tadi."Kenapa menatapku seperti itu sayang?” Tanya Raka yang kini tersenyum pada istrinya. Devana."Ti-idak, Aww...." Devana merasakan sakit di area intinya, saat dia akan beranjak dari tempat tidur."Kenapa sayang? Apa ada yang sakit?” Tanya Raka. Sambil menatap Devana yang meringis kesakitan, Devana pun mengangguk malu dengan menundukkan wajahnya."Dimana yang sakit?" Tanya Raka lagi, lalu Devana pun menunjuk kearah bawah miliknya. Raka pun tersenyum, bukan apa
Devana sudah mendingan. Rasa sakit dibagian intinya pun sudah sedikit menghilang.Dia melihat kearah jam dinding yang berada di sudut kamarnya. Jam sudah menujukan pukul 11.35. Dia pun tersenyum lalu bangun dari tempat tidurnya, dan menuju dapur dia ingin membuatkan sesuatu, untuk suaminya, Raka. Yang sebentar lagi akan pulang, Devana pun segera menyiapkan bahan untuk membuat nasi goreng, untung saja dia sempat belajar memasak beberapa bahan makanan termasuk membuat nasi goreng, kini Devana pun tengah konsentrasi memasak nasi goreng, untuk menyambut kepulangan sang suaminya. Namun, tiba-tiba dia terusik karena merasa ada sepasang tangan yang melingkar diperutnya."Masak apa sayang? Mencium dari aromanya. Sepertinya sangat lezat," ucap Raka yang baru saja pulang, namun saat mencium bau masakan dari dapur, dia pun langsung menuju dapur dan melihat istri kecilnya sedang memasak."Sedang masak nasi goreng hubby. Tapi ternyata
Devana kini sedang berjalan menuju kampusnya. Setelah turun dari mobil Raka di halte tadi, sesuai perjanjian semalam. Dengan senyuman yang mengembang, Devana berjalan menyusuri jalan sambil sesekali mengingat saat tadi sarapan yang baginya terasa sangat romantis saat bersama Raka. Mereka berdua saling suap-suapan dengan nasi goreng satu piring berdua."Hey Cantik, kok jalan sih? Terus sendirian lagi," ucap seorang pria dengan motor besarnya, yang berhenti tepat dihadapan Devana saat ingin memasuki gerbang kampus."Memang apa urusan mu hah?! memang kita kenal gitu?" sahut Devana ketus, lalu Pria itu pun membuka helmnya dan langsung tersenyum."Masa gak kenal sama gue," jawabnya sambil tersenyum pada Devana."Ya elah Ares. Gue kira siapa, minggir ah lo sono! Buang waktu gue aja," ketus Devana sambil mengibas-mengibaskan tangannya meminta Ares memindahkan motor yang menghalangi jalannya."Lah
Raka baru saja kembali dari toilet setelah bersolo karier akibat ulah istri kecilnya, Devana. membuat Raka sedikit kesal dengan tingkah istri kecilnya itu. "Awas saja nanti kamu Devana," Umpat Raka dalam hatinya dengan raut wajah kesalnya karena kenakalan istrinya. Membuat dia harus berurusan dengan toilet. "Pak Raka, kenapa kok wajahnya kayak kesel gitu?” Tanya Amira, entah kapan ada disampingnya, membuat Raka terkejut lalu menoleh kearah sumber suara itu dengan wajah terkejutnya. "Eh, Bu Amira se-sejak kapan ibu ada disini?” Tanya Raka, yang kini terus berjalan ditemani oleh Bu Amira. "Sejak Pak Raka berjalan sambil ngelamun dan sedikit menggerutu tidak jelas. Ngomong apa sih Pak? Apa gara-gara ulah anak-anak ya pak? mereka emang gitu Pak suka bikin ribut cari masalah mulu,” Jawab Amira sambil masih setia mengikuti Raka dengan senyuman melebar. "Oh gitu, gak kok Bu cuma saya lagi kesel aja sama orang rumah,” jawab Raka sambil ses
Raka memperhatikan Devana yang masih fokus menuyusun bukunya, sambil bergumam entah apa yang dia bicarakan, membuat Raka gemas dan dengan sigap Raka langsung menarik pinggang Devana dan mendudukkannya dipangkuannya membuat Devans terkesiap saat sudah ada dipangkuan Raka."Hubby apa yang kamu Lakukan? Lepaskan! Aku sedang merapikan buku-buku yang berantakan," ujar Devana, dia pun berusaha memberontak minta dilepaskan, namun bukannya melepaskannya Raka malah mengeratkan pelukannya ke pinggang Devana lalu menopangkan dagunya kebahu Devana."Diam sayang, biarkan seperti ini sebentar saja. Beri suamimu ini Energi, jangan marah ya sayang. Kamu tahu, aku bersikap seperti itu terpaksa, karena tidak ingin yg lain curiga demi kebaikan kita, dan soal Bu Amira, aku tidak tertarik sama sekali padanya sayang, karena aku sudah punya istri yang sangat cantik dan manis," Ucap Raka dengan sesekali mengecup pundak Devana."Aku tidak marah hu
Sesuai yg dikatakan Devana, kini Raka pun berhenti disebuah pusat perbelanjaan, untuk membeli makanan camilan dan beberapa keperluan yg lain yg memang sudah menipis, kini Devana pun memasuki supermarket tentu saja dengan Raka yg mengekori seperti bodyguard. Devana pun memasukan beberapa camilan yg biasa dia Raka konsumsi juga beberapa buah-buahan segar."Hubby mau apalagi camilannya?” tanya Devana sambil mengambil beberapa bungkus kripik dan Biskuit."Sepertinya itu sudah cukup,” jawab Raka setelah melihat banyak bungkusan, minuman dan buah-buahan sudah tersimpan ditroli belanjaan mereka."Ya sudah, kita bayar kalau gitu,” ujar Devana lalu mereka pun menuju kasir yang memang saat itu sedang lengah jarang pembeli jadi tidak harus mengantri. Setelah membayar semuanya, Raka pun membawa barang belanjaan nya menuju ke tempat kendaraannya terparkir."Lain kali kita jangan belanja disini hubby.
Kini Devana dan Raka pun sudah di dalam mobil, untuk pulang. Devana tampak melihat keluar jendela mobil yang ada disampingnya, sebenarnya Devana masih sangat rindu kepada kedua orang tuanya, melihat kesedihan Devana, tangan Raka pun terulur dengan sebelah tangan yg masih memegang stir. "Kenapa, hm?” tanya Raka berpura-pura tidak mengetahui apa yang Devana pikirkan. Devana pun menatap Raka karena tersadar dari lamunannya. "Tidak hubby, tidak apa-apa I'm fine Hubby,” Jawab Devana lalu bersandar kepundak Raka dan memeluk sebelah tangan suaminya. "Tapi dari tadi aku lihat, kamu ngelamun aja sayang kenapa?Jujur saja sama aku,” ujar Raka dengan nada lembut. "Hubby jangan marah ya, sebenarnya Deva masih kangen Mommy dan daddy,” jawab Devana dengan manja, membuat Raka tersenyum. "Baiklah kita akan menginap nanti pas Wekeend, jadi kamu jangan sedih lagi ya sayang,” ucap Raka sambil menatap jal
Matahari pun kini telah menujukan sinar mentarinya yg hangat, tampak dua insan tengah menikmati sarapan paginya.Devana yang kini terus tersenyum karena mengingat kejadian semalam yang sangat indah, makan malam pertamanya dengan sang suami yang berakhir sangat indah, tidak pernah terbayang sedikit pun olehnya bahwa Raka akan memperlakukannya semanis itu, kini tidak ada penyesalan sedikit pun karena sudah menikah dengan pria yang lebih dewasa darinya."Sayang kenapa pagi-pagi sudah melamun?” tanya Raka. Yang melihat istrinya itu terdiam dengan senyuman yang tak luntur dari bibirnya."Sayang...!" Panggil Raka lagi sambil memegang tangan Devana yg terus mengaduk-ngaduk nasi gorengnya."Hemm..., kenapa Hubby?” Mendengar Raka memanggilnya, Devana malah balik bertanya. yg mulai tersadar dari lamunannya, lalu menatap Raka dengan tatapan bingungnya."Dari tadi kamu cuma ngacak-ngacak n
Keesokan paginya. Seperti biasa Naila pergi ke kamar Nadira. Dengan tugas rutinnya membangunkan adik kesayangannya itu. Yang memang sangat malas untuk bangun pagi. Namun sesampainya dikamar Nadira. Naila membulatkan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ternyata kini Nadira sudah Rapih dan terlihat sangat cantik dengan mak'up tipinya. Sehingga kelihatan cantik natural."Pagi, Kak Naila," Sapa Nadira. Sambil mengambil tas dan tersenyum pada kakaknya itu."Ini Kakak tidak sedang bermimpi kan?" Tanya Naila. Masih menatap adiknya yang kini sudah rapih dan cantik. Seakan tidak percaya dan menganggap yang dia lihat hanyalah mimpi saja."Ayo lah, Kak. Jangan kaget kayak gitu. Dira nyoba bangun pagi sendiri. Jadi mulai besok kakak gak usah repot-repot bangunin Dira lagi ya Kakakku sayang. " Nadira pun tersenyum manis pada sang kakak."Baguslah kalau gitu. Ini baru adik kesayangan Kakak, seneng deh kalau kamu mau berubah meski sedikit-sedikit gak apa-apa, Dek. Nanti tinggal
Shelly keluar dr ruangan CEO. Namun, dia menatap Nadira dengan tatapan sendu, membuat Nadira semakin bertanya-tanya."Gimana Kak, apa Kakak diterima?" Tanya Nadira. Dengan perasaan waswas namun dia sangat penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Shelly."Tidak. Katanya aku kurang pas jadi sekertarisnya. Kau tau dia bos yang sangat dingin dan tidak berperasaan. bahkan saat interview dia asyik memgotak ngatik laptopnya saja. Tanpa melihatku. Sebnrnya aku sedih tidak bisa berkerja disini. Tapi kalau melihat bos nya seperti itu, aku bersyukur tidak diterima disini. Karena bisa-bisa aku nanti stres kelamaan sama orang kayak gitu." Ucap Shelly. Dan membuat Nadira sedikit brigidik ngeri mendngr ucapan Shelly. Belum sempat menjawab perkataan Shelly. Kini Nadira sudah dipanggil untuk memasuki ruangan. Dengan bekal semangat yang diberikan oleh Shelly. Nadira pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan calon bosnya itu.Tok.... Tok.... Tok.... Tok....Nadira pun mengetuk pintu ruangan itu.
Dipagi hari yg cerah, cahayanya pun seakan memaksa memasuki celah gordeng kamar seorang gadis, yg kini masih setia dengan tidur lelapnya, seakan enggan untukmu mbuka matanya indahnya, dipagi yg cerah. "Ya Allah Dira. Bangun dong, Dek. lihat sudah jam berapa ini! Bukannya kamu hari ini kamu ada interview, diperusahaan impianmu, Dek? Bukannya kamu pengen banget masuk ke perusahaan itu sayang?" Devana pun membuka selimut yang menutupi tubuh putrinya itu."Ah Kak Naila. Aku masih ngantuk nih, 10 menit lagi ya. Oh ya emang ini jam berapa, Kak?" Tanya Nadira. Sambil kembali menarik selimut yang sempat terbuka dan kini ia menutup rapat kemabali tubuhnya dengan selimut. "Jam 07.30. Sayang," Jawab Naila. Sambil membuka gordeng dan jendela kamar adiknya itu. "What...!" Teriak Nadira. Dia terperanjat dari tempat tidurnya dan menatap jam dinding yang berada disudut kamarnya. "Hmm, baru sadar ya sayang! Kamu ini ya. Kakak kan sudah bilang berapa kali, belajar bangun pagi! Kalau terus malas-m
Nathan dan Kayla kini tengah duduk disofa dikamar mereka. Dan terlihat Nathan tengah berbicara serius pada Kayla. Yang ditanggapi dengan serius juga oleh wanita hamil itu."Tapi kamu jangan marah. Dan jangan tinggalin aku." Nathan terlihat ketakutan dalam ucapannya. Dia ingin tak ada lagi rahasia yang dirinya tutupi dari Kayla."Emang ada apa, Nat?" Tanya Kayla dengan wajah penasarannya. Ternyata ada begitu banyak luka dibalik sikap dingin dan sok tak acuh Nathan. Sebuah misteri yang belum Kayla ketahui."Kamu janji nggak bakalan ninggalin aku kan setelah ini? Kamu mau janji aku kan, Kay?"Kayla pun mengangguk dan membuat Nathan tersenyum meski sangat tipis.Natha beranjak dari duduknya. Dia membimbing Kayla berdiri dan menarik tangan Istrinya itu untuk keluar dari kamar mereka."Aku mau dibawa kemana, Nat?"Nathan tidak menjawab pertanyaan Kayla. Langkahnya terhenti di depan pintu ruangan sebelah kamarnya. Di ruangan yang sangat Nathan tutupi dari siapa pun.Dengan perlahan Nathan me
"Wahh. pemandangannya bagus banget, aku suka, Nat." Seru Kayla saat menginjakkan kakinya di pantai. "Bagus kan, kamu suka?" Tanya Nathan. Kayla mengangguk dan tersenyum manis. Lalu dia memeluk tubuh Kayla dari belakang,. Dengan tangan yang meraba-raba sesuatu. "Kenapa?" Tanya Kayla saat Nathan mengusap perut wanit itu berkali-kali. "Kok gak nendang-nendang sih, Kay? kemarin aku baca google kalau bayinya bakal gerak-gerak gitu!""Ah kamu ini ternyata lebih oon dari aku ya, Nat. Ya iyalah belum gerak, kandungan ku kan masih baru beberapa minggu. Dasar kamu ini ada-ada aja!" Mendengar ucapan sang istri bukanya marah. Nathan malah tertawa dengan sikapnya yang sedikit bodoh. "Woy! Kok ninggalin sih?" Pekik seseorang di belakang mereka. Nathan mendengus kesal dan melepaskan pelukan mesranya dari tubuh Kayla. "Lo minggir deh. Bareng Bang Cris apa bareng Reyhan aja sana. Jangan ngintilin gue mulu," Ujar Nathan sambil mendengus kesal. "Gue nggak ada temennya tau. Mereka sibuk sama paca
Nathan dan Kayla kini sudah ada dirumah sakit. Perempuan itu sempat kaget saat tahu dia malah dibawa ke rumah sakit, padahal dia menyangka kalau akan diajak jalan-jalan oleh suaminya itu.Dan kini mereka sudah berada di ruangan dokter kandungan."Hasilnya gimana, Dok?" Nathan bertanya dengan antusias di hadapan sang dokter. Dokter kandungan yang saat ini didatanginya bersama sang istri. Sang dokter pun kemudian mengangguk. Lalu tersenyum pada kedua pasangan muda dihadapannya itu."Selamat ya istri anda hamil. Kandungannya baru memasuki minggu ke dua,” Ucap sang dokter. Lalu dia pun pada sepasang calon orang tua muda itu."Apa? Ha-hamil, Dok?” Kayla bertanya wanita itu seakan tidak percaya dengan apa yang dokter itu katakan. Matanya kini sudah berkaca-kaca karena dia begitu sangat bahagia dengan kabar kehamilannya."Kamu denger kan, sayang? Sekarang disini ada anak kita. Penerus keluarga kita." Bisik Nathan lembut. Dia mengelus perut Kayla dengan kasih sayang. Wanita itu pun menganggu
"Aduh, Kayla. Lo mau nyari apaan sih? kaki gue pegel tau."Kayla memutar bola matanya dengan malas mendengar gerutuan Dania yang kini berjalan di sampingnya."Gue capek," keluh Dania lagi. Sambil menatap Kayla."Gue bingung nih, Dan. Besok kan Nathan ulang tahun." keluh Teja frustasi. Dia sudah berkeliling capai-capai ,tapi tak dapat apa yang ia inginkan."Kenapa nggak bilang dari tadi? Gue kan bisa bantu, dari tadi juga muter-muter kagak jelas," Protes Dania. Dia pun menarik tangan Kayla kuat, Membawa Kayla memasuki sebuah toko jam tangan."Kita mau ngapain, Dan?" Tanya Kayla dengan polosnya. Dania menepuk dahinya pelan, punya sahabat kok gebleknya kabangetan."Kita mau demo, Kayla!" Dania menjawab seenaknya."Hah! Demo, buat apa?" pekik Kayla keheranan."Lo pilih deh jam tangannya. Gue yakin, kalau lo yang ngasih Nathan bakal suka," Sahut Dania. Kayla pun diam namun netranya menyusuri jam-jam yang ada di etalase.*****Dengan gerakan pelan,wanita itu memindahkan tangan Nathan yang
"Bukan gitu sayang, aku bener-bener nggak tahu kenapa dia bisa ada disini. Kamu jangan marah dong, sayang." Kalau sudah begini Nathan juga yang pusing menghadapi sikap Kayla."Gimana aku gak marah coba? Kamu dicium sama dia, didepan aku! Dia pake ngatain aku simpanan kamu segala, kan itu ngeselin banget, Nathan." Kayla mendengus kesal karena merasa tidak dihargai oleh gadis itu. Padahal dia itu istri Nathan Garis bawahi! Istri Nathan, dan dia itu istri sah bukan istri siri.“Iya-iya sayang. Kamu boleh marah. Tapi jangan ke aku dong sayang marahnya. Aku kan gak salah.” Tangan Nathan menggenggam erat tangan Kayla yang berada di pangkuan perempuan itu.“Terus harus marah ke siapa dong? Kalau kamu nggak salah, siapa yang salah? Aku!" Bentak Kayla. Dan lagi-lagi Nathan lah yang kena.“Oke, yang salah aku. Udah nggak usah ngambek ya? Aku capek sayang.” Nathan kali ini memilih mengalah karena mengalah adalah pilihan yang tepat untuk saat ini.“Katanya tadi nggak salah. Sekarang ngaku salah.
Suasana kantin yang begitu ramai membuat Dania mengelus dada. Gadis itu menatap wanita di hadapannya. Kayla, perempuan itu sedang duduk manis sambil menscroll ponselnya tidak perduli dengan suara bising oleh penghuni kantin."Eh, Kay. Katanya ada anak baru," Dania memecah keterdiamannya dan membahas topik ini dengan Kayla."Oh."Nathan mendengus kesal. Respon Kayla tidak pernah sesuai harapannya. Dia menjawab dengan hanya ber Oh ria saja."Lo ngapain sih, Kay? Sebel gue sama lo, dicuekin itu nggak enak tau.""Iya deh maaf, emang siapa orangnya?" Kayla tidak kuasa melihat Dania yang begitu kesal akibat ulahnya."Kabarnya sih masih pindahan dari Bandung, cantik loh, Kay." Dania berkata dengan antusias. Sedangkan Kayla hanya manggut-manggut saja. Baginya itu tidak terlalu penting. You know lah Kayla kan orangnya kelewat jutek.Dania kembali terdiam. Tidak lama pesanan mereka pun datang. Yaitu bakso dan es jeruk kesukaan Kayla."Buset lo, Kay. Lo makan bakso sama sambel apa sambel sama b