Devana dan Mita serta teman-teman yang lain pun kini tengah berada di dalam kelas. Kelas pun sangat ricuh sampai akhirnya seorang dosen perempuan datang memasuki kelas dengan anggunnya, dan saat melihat dosen datang suasa kelas pun berubah menjadi hening.
"Oke bagus kalian langsung mengerti saat saya masuk kelas. Oh ya sekedar info untuk kalian bahwa hari ini pembimbing kalian Pak Raka Aditya tidak masuk, karena beliau ada urusan keluarga. Jadi sebagai gantinya saya lah yang akan membimbing kalian untuk membahas soal skripsi kalian oke anak-anak,” jelas Amara seorang dosen wanita yang jatuh cinta pada Raka sejak pertama kali melihatnya namun sayangnya Raka tidak suka dan tidak mempunyai perasaan padanya juga tidak peduli dengan perhatian yang Amara selalu berikan padanya.
"Wah ibu pacaran ya sama pak Raka? Kok Bu Amara tahu semua tentang pak Raka sih?” tanya salah satu mahasiswa yang sengaja menggoda Dosennya itu. Dan suasana kelas pun kembali ricuh seperti semula membuat Devana menutup telinganya karena merasa pusing mendengar suasana kelas yang sangat ramai. Namun, tiba-tiba suara gebrakan meja pun terdengar begitu keras dikelas itu. Dan Amara lah pelakunya, membuat mahasiswa di kelas itu terdiam dan suasana kelas pun kini kembali hening.
Brakkk
"Diam! Hentikan ocehan kalian!” bentak Amara dengan menatap tajam seluruh mahasiswanya, dan itu berhasil membuat mereka semua terdiam. "Ekhem..., bagus sekarang kita mulai pembahasan tadi, tentang skripsi kalian. Ingat cuma tinggal beberapa bulan lagi ya, maka dari itu pak Raka lah yang akan membimbing kalian. Supaya kalian bisa mendapatkan nilai yang bagus dan terbaik paham kalian?!” Tegas Amara, semua mahasiswa pun mengangguk, karena tidak ingin mendengarkan ocehan Amara lebih lama lagi. Bisa pusing kepala mereka mendengarnya.
Sementara itu dirumah keluarga Raka. Kedua orang tua Raka sedang membahas soal perjodohannya dengan putri sahabat ayahnya itu. Yang Raka ketahui adalah mahasiswinya akan dibimbing olehnya nanti.
"Tapi Ayah, dia itu mahasiswi Raka loh. Terus yang harus kalian tahu? Dia itu masih kekanak-kanakan.” Raka mendengus kesal karena kedua orang tuanya, yang terus menerus memaksanya, agar mau dijodohkan dengan putri sahabatnya mereka.
"Raka, usia kamu sudah 30 tahun loh. Kamu tahu Bunda khawatir sama kamu. Bunda takut, putra semata wayang Bunda mendapatkan perempuan yang tidak baik. Tidak kah kamu kasihan pada Bunda yang sudah tua ini dan sangat ingin mempunyai menantu dan Cucu? Putri Anna dan Devan lah yang bunda inginkan untuk menjadi menantu bunda.” Ratih berucap dengan lirih dan mulai terisak. Mendengar isakan sang bunda membuat Raka jadi tidak tega, karena memang itu lah yang selalu menjadi kelemahan Raka. Karena dia sangat menyayangi bundanya dan tidak akan tega melihat bundanya menangis. Raka mengacak rambutnya prustasi, karena bundanya mulai memanfaatkan kelemahannya. Sementara Radit tersenyum karena melihat akting istrinya yang cukup meyakinkan sang putra.
"Baik Bunda, Baik Raka akan terima perjodohan ini demi Bunda. Tapi setelah menikah Raka akan tinggal di apartemen milik Raka sendiri. Kalau kalian tidak setuju jangan harap Raka mau menerima perjodohan ini apalagi menikah dengan gadis pilihan kalian,” ancam Raka dengan raut wajah yang sulit diartikan. Sementara kedua orang tuanya tersenyum tipis setelah mendengar jawaban putranya itu, meski syarat yang Raka ajukan sedikit membuat Ratih sedih, karena dia ingin sekali tinggal bersama putra dan menantunya dirumahnya. Tapi karena dengan syarat itu Raka mau menikahi Putri Sahabatnya. Ratih pun tidak keberatan toh dia bisa bertemu menantunya itu kapan pun dia mau.
"Oke tidak apa-apa, jadi nanti sore kita akan ke rumah om Devan dan tante Anna ya,” Ujar Ratih dengan sangat antusias, begitu juga dengan Radit. Dia tersenyum penuh kemenangan karena akhirnya putranya mau menuruti keinginannya.
Lalu bagaimana dengan Raka? Tentu saja dia merasa tertekan, dia terpaksa menerima perjodohan itu. Karena tidak ingin melihat sang bunda menangis. Saat keputusan sudah diambil, Raka hanya mengangguk saat menjawab ajakan sang bunda untuk pergi ke rumah calon istri dan calon mertuanya.
****
Akhirnya para mahasiswa pun meninggalkan kampus. Karena kelas mereka tengah usai. sesuai janji Devana, kini ia pun langsung pulang ke rumahnya, karena akan ada tamu yang datang yaitu calon suaminya, yang tak lain adalah Dosen killernya. Yang mulai besok akan jadi pembimbing dikelasnya. meski sebenarnya dia ragu dan ingin rasanya dia menolak, tapi kalau harus pergi ke luar negeri dan tinggal disana bersama nenek dan kakeknya. Membayangkannya saja Devana bergidik ngeri, jadi lebih baik dia coba untuk berkomitmen dengan Dosen killernya saja siapa tahu tidak seburuk yang Dia pikirkan. Kini Devana pun sampai dirumahnya, dia langsung masuk dengan wajah sedikit ditekuk dan bibir yang mengerucut.
"Eh putri mommy yang cantik sudah pulang? Sini sayang duduk Mommy sama Daddy mau bicara sebentar sama kamu, Nak. Sebelum calon suami kamu datang,” Panggil Anna, yang dijawab anggukan oleh Devana, lalu dia pun menghampiri mommy dan Daddynya yang sedang duduk diruang tamu. Devana duduk di dekat sang Mommy.
"Ada apa Mom, Dad?” tanya Devana sambil menatap lekat Kedua orang tuanya secara bergantian.
"Nggak apa sayang. Mommy sama Daddy cuma mau ngobrol aja sama putri Mommy yang cantik ini, karena sebentar lagi putri Mommy ini akan dibawa suaminya. Ingat ya sayang kalau nanti kamu udah nikah kamu harus nurut sama suami kamu, gak boleh ngebantah kalau suami nyuruh apa-apa, meski sekarang belum ada cinta, tapi Mommy yakin seiring waktu berjalan apalagi kalian selalu bersama pasti cinta akan datang diantara kalian. ingat kata pepatah Cinta datang karena terbiasa, apalagi Mommy tahu kalau kamu belum punya pacar,” tebak Anna sambil menggenggam tangan Devana dan tersenyum pada putrinya itu.
"Iya sayang, Daddy berharap kamu dan suamimu akan hidup rukun dan bahagia nantinya. Kami juga berharap kamu bisa menyelesaikan masalah. Tapi jika suatu saat rumah tangga kalian dalam masalah, bicarakanlah dengan kepala dingin jangan dengan emosi apalagi egois yang meliputi. Karena Daddy yakin kalau putri Daddy ini sangat baik dan tidak akan berbuat macam-macam,” Sambung Devan, yang ikut memberi wejangan kepada putrinya semata wayangnya itu.
"Iya Dad,Mom.Deva akan mencoba menjadi seorang istri yang baik dan patuh pada suami kelak. Dan Deva juga akan membuang sikap egois Deva.”
Namun, tanpa terasa air mata Devana menetes dan mulai terisak, saat dia teringat dengan kebersamaannya bersama kedua orang tuanya yang sangat dia sayangi, dan cuma hanya tinggal sebentar lagi.
"Sudah jangan menangis sayang, kamu kan bisa berkunjung kesini kalau kamu kangen sama Mommy dan Daddy. Sekarang Deva ganti baju dan siap-siap sana, dandan yg cantik ya sayang, bajunya Mommy udah siapin diatas ranjang. Mommy beli dress buat kamu kemarin, pasti kamu cantik banget deh kalau pake dress itu, sudah sana sebentar lagi Calon suami kamu datang.” Lalu Anna tersenyum pada putrinya itu. Devana pun menurut dan segera pergi menuju kamarnya untuk bersiap-siap.
Kini Devana sudah ada dikamarnya, dia tersenyum saat melihat dress yang mommynya siapkan, sang ibu memang jago kalau menyangkut passion, bahkan dress-dress dan gaun-gaun cantik milik Devana sebagian mommy nya lah yang mmemilihkan dan membelikannya.
"Dressnya sangat cantik aku sangat suka," Gumam Devana sambil mengambil dress selutut dengan hiasan renda-renda diujung dress yang berwarna merah Maron, Devana kembali tersenyum, lalu menaruh dressnya dan kini dia memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. tentu saja dia akan bersiap-siap untuk menyambut kedatangan calon suaminya itu.
Rumah Keluarga Erlangga pun kini tengah ramai dengan gelak tawa dari empat sahabat yang kini sudah paruh baya itu, mereka asyik membicarakan tentang masa-masa sekolah dan kuliah mereka dulu dan juga kenakalan-kenakalan saat mereka remaja. Karena semenjak mereka menikah, mereka sudah jarang menghabiskan waktu bersama, apalagi Radit kini sering bolak balik keluar negeri karena harus mengurus perusahaan yang berada disana. Tenttu saja bersama sang istri tercinta Ratih.Dan kali ini Radit menyempatkan datang ke rumah sahabatnya itu, untuk membahas soal pernikahan Putra dengan putri mereka, sedangkan Raka dia memilih fokus pada ponselnya menanyakan soal kelas yang seharusnya di bimbing olehnya hari ini. Karena ditempat itu lah Raka menghabiskan hari-harinya untuk mengajar dan membimbing para mahasiswanya. Setelah hubungannya dengan kekasihnya kandas karena sang kekasih lebih memilih pergi dan mengejar cita-citanya menjadi seorang model terkenal, dan sejak itula
Suana rumah pagi itu terasa sangat sepi saat Devana menuruni anak tangga. Devana yang tidak melihat ibunya, membuatnya memanggil sang ibu dengan sedikit berteriak."Mommy...!” Teriak Devana."Ada apa sayang? Kenapa pagi-pagi sudah teriak-teriak, Mommy belum tuli sayang. Jangan dibiasakan ya, nanti kebiasan didepan suami, kamu teriak-teriak kayak gini itu gak baik, dan juga gak sopan Deva,” Nasihat Anna. Dengan sedikit menceramahi putrinya."Aduh Mom, kenapa malah ceramah sih pagi-pagi. Kalau mau cermah sono ikutan Mamah dedeh aja," Grutu Devana sambil cemberut karena kesal pada mommynya."Hehe maaf sayang. Terus ada apa teriak-teriak pagi-pagi begini?” Tanya Anna sambil merapikan piring dimeja makan bekas sarapan Devan, suaminya."Mom, Dad udah berangkat ya?” Devana balik bertanya sambil sesekali melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya."Udah, baru a
Hari-hari Pun berlalu dengan cepat, akhirnya hari pernikahan Devana dan Raka pun telah tiba. Sesuai dengan syarat yang Devana dan Raka ajukan yaitu sebuah pernikahan sederhana tanpa Resepsi dan hanya dihadiri oleh keluarga dan sanak saudara saja. Tentu tanpa satu pun orang-orang dari kampus mereka yang tahu. Karena Raka dan Devana benar-benar ingin merahasiakan pernikahan mereka.Pernikahan pun berjalan dengan khidmat semuanya pun lancar tanpa hambatan. kini Devana benar-benar sudah menjadi nyonya Raka Aditya Prayoga. Seorang dosen killer, mamun menjadi idola para mahasiswinya dan rekan sesama Dosen-dosen wanita dikampus tempat dia mengajar. beberapa wejangan pun telah diberikan oleh orang tua Devana dan Raka, serta kakek dan nenek mereka."Sekarang putri Mommy ini sudah menjadi seorang istri. Mommy berharap kamu akan menjadi istri yang baik dan menuruti perintah suamimu sayang, kamu juga harus belajar bersikap dewasa, buang sikap egois da
Saat Raka pulang, Devana tengah asyik dengan novelnya. Raka pun langsung menuju dapur untuk membereskan barang belanjaannya ke dalam kulkas, setelah selesai manata makanan dikulkas Raka menghampiri Devana yang sedang asik membaca Novel sehingga dia tidak menyadari kedatangan Raka yang kini menghampiri nya. Cup tiba-tiba Raka mengecup kening Devana. Dan itu membuat Devana terkejut dia pun refleks menutup mulutnya yang menganga karena keterkejutan nya atas sikap Raka padanya yang tiba-tiba mengecup keningnya, namun dengan santai Raka duduk disamping Devana tanpa rasa canggung sedikit pun. "Baca apa?” Tanya Raka. Sambil melihat kearah novel yang Devana pegang. "Ba-baca ini," Jawab Devana menujukan buku yang dia pegang, tentu saja dengan rasa gugupnya. Sementara Raka hanya mengangguk setelah melihat judul novel yang Devana baca. "Suka Novelnya?” tanya Raka lagi sambil menyandarkan kepalanya
"Deva, apa yang kamu katakan barusan? Kamu tahu itu bukan perbuatan main-main, kamu harus benar-benar siap dengan konsekuensinya,” ucap Raka sambil menatap Devana lekat."Tapi aku sudah siap Mas. Mommy pernah bilangkalau seorang istri tidak akan sempurna sebelum menyerahkan mahkota berharganya pada suaminya, lalu mengandung dan melahirkan seorang anak, kata mommy disitu lah kesempurnaan seorang istri," Ucap Devana yg kali ini dengan berani menatap Raka."Ta-tapi kamu tau kan, it-itu akan sakit sayang, apa kamu siap menahan rasa sakitnya?” Tanya Raka. Kali ini dia lah yang dibuat gugup oleh istri kecilnya itu. Karena keinginan Devana yang tiba-tiba dan berani itu."Mas Raka sayang, tadi kan aku sudah bilang aku siap apapun konsekuensi yang aku terima. Sesakit apa pun itu, aku akan menerimanya," Jawab Devana dengan mantap. Tanpa ragu sedikit pun, membuat Raka terkekeh dengan kelakuan mahasiswinya yang kini
Malam pun kini telah berganti pagi. Cahaya pun menyelinap lewat celah gorden kamar yanh sedikit terbuka. Seakan ingin mengusik kenyaman dua insan yang masih terlelap dalam tidurnya, Devana ysng merasa terusik karena deru nafas yang menghembus di ceruk lehernya, akhirnya dia pun membuka mata nya, lalu menatap Pria yang kini tengah tidur disampingnya. Devana pun tersenyum kala mengingat permainan panas mereka yang berhenti saat dini hari tadi."Kenapa menatapku seperti itu sayang?” Tanya Raka yang kini tersenyum pada istrinya. Devana."Ti-idak, Aww...." Devana merasakan sakit di area intinya, saat dia akan beranjak dari tempat tidur."Kenapa sayang? Apa ada yang sakit?” Tanya Raka. Sambil menatap Devana yang meringis kesakitan, Devana pun mengangguk malu dengan menundukkan wajahnya."Dimana yang sakit?" Tanya Raka lagi, lalu Devana pun menunjuk kearah bawah miliknya. Raka pun tersenyum, bukan apa
Devana sudah mendingan. Rasa sakit dibagian intinya pun sudah sedikit menghilang.Dia melihat kearah jam dinding yang berada di sudut kamarnya. Jam sudah menujukan pukul 11.35. Dia pun tersenyum lalu bangun dari tempat tidurnya, dan menuju dapur dia ingin membuatkan sesuatu, untuk suaminya, Raka. Yang sebentar lagi akan pulang, Devana pun segera menyiapkan bahan untuk membuat nasi goreng, untung saja dia sempat belajar memasak beberapa bahan makanan termasuk membuat nasi goreng, kini Devana pun tengah konsentrasi memasak nasi goreng, untuk menyambut kepulangan sang suaminya. Namun, tiba-tiba dia terusik karena merasa ada sepasang tangan yang melingkar diperutnya."Masak apa sayang? Mencium dari aromanya. Sepertinya sangat lezat," ucap Raka yang baru saja pulang, namun saat mencium bau masakan dari dapur, dia pun langsung menuju dapur dan melihat istri kecilnya sedang memasak."Sedang masak nasi goreng hubby. Tapi ternyata
Devana kini sedang berjalan menuju kampusnya. Setelah turun dari mobil Raka di halte tadi, sesuai perjanjian semalam. Dengan senyuman yang mengembang, Devana berjalan menyusuri jalan sambil sesekali mengingat saat tadi sarapan yang baginya terasa sangat romantis saat bersama Raka. Mereka berdua saling suap-suapan dengan nasi goreng satu piring berdua."Hey Cantik, kok jalan sih? Terus sendirian lagi," ucap seorang pria dengan motor besarnya, yang berhenti tepat dihadapan Devana saat ingin memasuki gerbang kampus."Memang apa urusan mu hah?! memang kita kenal gitu?" sahut Devana ketus, lalu Pria itu pun membuka helmnya dan langsung tersenyum."Masa gak kenal sama gue," jawabnya sambil tersenyum pada Devana."Ya elah Ares. Gue kira siapa, minggir ah lo sono! Buang waktu gue aja," ketus Devana sambil mengibas-mengibaskan tangannya meminta Ares memindahkan motor yang menghalangi jalannya."Lah
Keesokan paginya. Seperti biasa Naila pergi ke kamar Nadira. Dengan tugas rutinnya membangunkan adik kesayangannya itu. Yang memang sangat malas untuk bangun pagi. Namun sesampainya dikamar Nadira. Naila membulatkan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ternyata kini Nadira sudah Rapih dan terlihat sangat cantik dengan mak'up tipinya. Sehingga kelihatan cantik natural."Pagi, Kak Naila," Sapa Nadira. Sambil mengambil tas dan tersenyum pada kakaknya itu."Ini Kakak tidak sedang bermimpi kan?" Tanya Naila. Masih menatap adiknya yang kini sudah rapih dan cantik. Seakan tidak percaya dan menganggap yang dia lihat hanyalah mimpi saja."Ayo lah, Kak. Jangan kaget kayak gitu. Dira nyoba bangun pagi sendiri. Jadi mulai besok kakak gak usah repot-repot bangunin Dira lagi ya Kakakku sayang. " Nadira pun tersenyum manis pada sang kakak."Baguslah kalau gitu. Ini baru adik kesayangan Kakak, seneng deh kalau kamu mau berubah meski sedikit-sedikit gak apa-apa, Dek. Nanti tinggal
Shelly keluar dr ruangan CEO. Namun, dia menatap Nadira dengan tatapan sendu, membuat Nadira semakin bertanya-tanya."Gimana Kak, apa Kakak diterima?" Tanya Nadira. Dengan perasaan waswas namun dia sangat penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Shelly."Tidak. Katanya aku kurang pas jadi sekertarisnya. Kau tau dia bos yang sangat dingin dan tidak berperasaan. bahkan saat interview dia asyik memgotak ngatik laptopnya saja. Tanpa melihatku. Sebnrnya aku sedih tidak bisa berkerja disini. Tapi kalau melihat bos nya seperti itu, aku bersyukur tidak diterima disini. Karena bisa-bisa aku nanti stres kelamaan sama orang kayak gitu." Ucap Shelly. Dan membuat Nadira sedikit brigidik ngeri mendngr ucapan Shelly. Belum sempat menjawab perkataan Shelly. Kini Nadira sudah dipanggil untuk memasuki ruangan. Dengan bekal semangat yang diberikan oleh Shelly. Nadira pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan calon bosnya itu.Tok.... Tok.... Tok.... Tok....Nadira pun mengetuk pintu ruangan itu.
Dipagi hari yg cerah, cahayanya pun seakan memaksa memasuki celah gordeng kamar seorang gadis, yg kini masih setia dengan tidur lelapnya, seakan enggan untukmu mbuka matanya indahnya, dipagi yg cerah. "Ya Allah Dira. Bangun dong, Dek. lihat sudah jam berapa ini! Bukannya kamu hari ini kamu ada interview, diperusahaan impianmu, Dek? Bukannya kamu pengen banget masuk ke perusahaan itu sayang?" Devana pun membuka selimut yang menutupi tubuh putrinya itu."Ah Kak Naila. Aku masih ngantuk nih, 10 menit lagi ya. Oh ya emang ini jam berapa, Kak?" Tanya Nadira. Sambil kembali menarik selimut yang sempat terbuka dan kini ia menutup rapat kemabali tubuhnya dengan selimut. "Jam 07.30. Sayang," Jawab Naila. Sambil membuka gordeng dan jendela kamar adiknya itu. "What...!" Teriak Nadira. Dia terperanjat dari tempat tidurnya dan menatap jam dinding yang berada disudut kamarnya. "Hmm, baru sadar ya sayang! Kamu ini ya. Kakak kan sudah bilang berapa kali, belajar bangun pagi! Kalau terus malas-m
Nathan dan Kayla kini tengah duduk disofa dikamar mereka. Dan terlihat Nathan tengah berbicara serius pada Kayla. Yang ditanggapi dengan serius juga oleh wanita hamil itu."Tapi kamu jangan marah. Dan jangan tinggalin aku." Nathan terlihat ketakutan dalam ucapannya. Dia ingin tak ada lagi rahasia yang dirinya tutupi dari Kayla."Emang ada apa, Nat?" Tanya Kayla dengan wajah penasarannya. Ternyata ada begitu banyak luka dibalik sikap dingin dan sok tak acuh Nathan. Sebuah misteri yang belum Kayla ketahui."Kamu janji nggak bakalan ninggalin aku kan setelah ini? Kamu mau janji aku kan, Kay?"Kayla pun mengangguk dan membuat Nathan tersenyum meski sangat tipis.Natha beranjak dari duduknya. Dia membimbing Kayla berdiri dan menarik tangan Istrinya itu untuk keluar dari kamar mereka."Aku mau dibawa kemana, Nat?"Nathan tidak menjawab pertanyaan Kayla. Langkahnya terhenti di depan pintu ruangan sebelah kamarnya. Di ruangan yang sangat Nathan tutupi dari siapa pun.Dengan perlahan Nathan me
"Wahh. pemandangannya bagus banget, aku suka, Nat." Seru Kayla saat menginjakkan kakinya di pantai. "Bagus kan, kamu suka?" Tanya Nathan. Kayla mengangguk dan tersenyum manis. Lalu dia memeluk tubuh Kayla dari belakang,. Dengan tangan yang meraba-raba sesuatu. "Kenapa?" Tanya Kayla saat Nathan mengusap perut wanit itu berkali-kali. "Kok gak nendang-nendang sih, Kay? kemarin aku baca google kalau bayinya bakal gerak-gerak gitu!""Ah kamu ini ternyata lebih oon dari aku ya, Nat. Ya iyalah belum gerak, kandungan ku kan masih baru beberapa minggu. Dasar kamu ini ada-ada aja!" Mendengar ucapan sang istri bukanya marah. Nathan malah tertawa dengan sikapnya yang sedikit bodoh. "Woy! Kok ninggalin sih?" Pekik seseorang di belakang mereka. Nathan mendengus kesal dan melepaskan pelukan mesranya dari tubuh Kayla. "Lo minggir deh. Bareng Bang Cris apa bareng Reyhan aja sana. Jangan ngintilin gue mulu," Ujar Nathan sambil mendengus kesal. "Gue nggak ada temennya tau. Mereka sibuk sama paca
Nathan dan Kayla kini sudah ada dirumah sakit. Perempuan itu sempat kaget saat tahu dia malah dibawa ke rumah sakit, padahal dia menyangka kalau akan diajak jalan-jalan oleh suaminya itu.Dan kini mereka sudah berada di ruangan dokter kandungan."Hasilnya gimana, Dok?" Nathan bertanya dengan antusias di hadapan sang dokter. Dokter kandungan yang saat ini didatanginya bersama sang istri. Sang dokter pun kemudian mengangguk. Lalu tersenyum pada kedua pasangan muda dihadapannya itu."Selamat ya istri anda hamil. Kandungannya baru memasuki minggu ke dua,” Ucap sang dokter. Lalu dia pun pada sepasang calon orang tua muda itu."Apa? Ha-hamil, Dok?” Kayla bertanya wanita itu seakan tidak percaya dengan apa yang dokter itu katakan. Matanya kini sudah berkaca-kaca karena dia begitu sangat bahagia dengan kabar kehamilannya."Kamu denger kan, sayang? Sekarang disini ada anak kita. Penerus keluarga kita." Bisik Nathan lembut. Dia mengelus perut Kayla dengan kasih sayang. Wanita itu pun menganggu
"Aduh, Kayla. Lo mau nyari apaan sih? kaki gue pegel tau."Kayla memutar bola matanya dengan malas mendengar gerutuan Dania yang kini berjalan di sampingnya."Gue capek," keluh Dania lagi. Sambil menatap Kayla."Gue bingung nih, Dan. Besok kan Nathan ulang tahun." keluh Teja frustasi. Dia sudah berkeliling capai-capai ,tapi tak dapat apa yang ia inginkan."Kenapa nggak bilang dari tadi? Gue kan bisa bantu, dari tadi juga muter-muter kagak jelas," Protes Dania. Dia pun menarik tangan Kayla kuat, Membawa Kayla memasuki sebuah toko jam tangan."Kita mau ngapain, Dan?" Tanya Kayla dengan polosnya. Dania menepuk dahinya pelan, punya sahabat kok gebleknya kabangetan."Kita mau demo, Kayla!" Dania menjawab seenaknya."Hah! Demo, buat apa?" pekik Kayla keheranan."Lo pilih deh jam tangannya. Gue yakin, kalau lo yang ngasih Nathan bakal suka," Sahut Dania. Kayla pun diam namun netranya menyusuri jam-jam yang ada di etalase.*****Dengan gerakan pelan,wanita itu memindahkan tangan Nathan yang
"Bukan gitu sayang, aku bener-bener nggak tahu kenapa dia bisa ada disini. Kamu jangan marah dong, sayang." Kalau sudah begini Nathan juga yang pusing menghadapi sikap Kayla."Gimana aku gak marah coba? Kamu dicium sama dia, didepan aku! Dia pake ngatain aku simpanan kamu segala, kan itu ngeselin banget, Nathan." Kayla mendengus kesal karena merasa tidak dihargai oleh gadis itu. Padahal dia itu istri Nathan Garis bawahi! Istri Nathan, dan dia itu istri sah bukan istri siri.“Iya-iya sayang. Kamu boleh marah. Tapi jangan ke aku dong sayang marahnya. Aku kan gak salah.” Tangan Nathan menggenggam erat tangan Kayla yang berada di pangkuan perempuan itu.“Terus harus marah ke siapa dong? Kalau kamu nggak salah, siapa yang salah? Aku!" Bentak Kayla. Dan lagi-lagi Nathan lah yang kena.“Oke, yang salah aku. Udah nggak usah ngambek ya? Aku capek sayang.” Nathan kali ini memilih mengalah karena mengalah adalah pilihan yang tepat untuk saat ini.“Katanya tadi nggak salah. Sekarang ngaku salah.
Suasana kantin yang begitu ramai membuat Dania mengelus dada. Gadis itu menatap wanita di hadapannya. Kayla, perempuan itu sedang duduk manis sambil menscroll ponselnya tidak perduli dengan suara bising oleh penghuni kantin."Eh, Kay. Katanya ada anak baru," Dania memecah keterdiamannya dan membahas topik ini dengan Kayla."Oh."Nathan mendengus kesal. Respon Kayla tidak pernah sesuai harapannya. Dia menjawab dengan hanya ber Oh ria saja."Lo ngapain sih, Kay? Sebel gue sama lo, dicuekin itu nggak enak tau.""Iya deh maaf, emang siapa orangnya?" Kayla tidak kuasa melihat Dania yang begitu kesal akibat ulahnya."Kabarnya sih masih pindahan dari Bandung, cantik loh, Kay." Dania berkata dengan antusias. Sedangkan Kayla hanya manggut-manggut saja. Baginya itu tidak terlalu penting. You know lah Kayla kan orangnya kelewat jutek.Dania kembali terdiam. Tidak lama pesanan mereka pun datang. Yaitu bakso dan es jeruk kesukaan Kayla."Buset lo, Kay. Lo makan bakso sama sambel apa sambel sama b