Share

Bab 2

Penulis: Pena_kinan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-07 20:42:20

RACUN UNTUK MADUKU

Bab 2

"Aku lagi ada meeting, Ma. Ada apa?"

"Penting banget ya? Bisakah kita bicara?" Aku mencoba meminta Mas Ilham bicara lebih lama. Agar aku tahu dan memastikan apa yang aku lihat baru saja tidaklah benar.

"Penting? Masalah Rendy?"

"Ya."

"Kita bicara nanti, Ma. Papa nggak enak jika harus menerima telepon terlalu lama. Kesannya papa nggak menghargai atasan. Maaf, ya Ma. Nanti kita bicara lagi."

Tut … Tut

Benar saja Mas Ilham menutup telepon tanpa berpamitan padaku. Perasaanku dan juga pikiranku semakin tidak karuan. Aku segera menghubungi nomor yang baru saja mengirimku gambar-gambar tersebut. 

Tidak tersambung, nomor yang baru saja mengirimiku pesan sudah tidak aktif. 

Ya Tuhan, jangan sampai apa yang aku lihat ini nyata. Aku hanya berharap rumah tanggaku akan baik-baik saja.

*****

Sudah dua hari dua malam, nomor Mas Ilham tidak dapat dihubungi. Entah apa yang dia lakukan diluar kota. Membuat pikiranku menerawang jauh kesana. 

"Ma." Rendy berjalan mendekat, menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa ruang tamu berdekatan denganku.

"Ada apa, Ren?" tanyaku pada anak lelakiku yang sudah beranjak remaja. 

"Rendy mau jujur sama mama."

"Soal?"

"Soal tempo hari." Aku membenarkan dudukku. Memperhatikan anak semata wayangku dengan seksama. Tanganku menggenggam erat tangannya. Berharap apa yang aku takutkan tidaklah benar.

Sesekali tanganku membenarkan rambutnya yang kian menutupi mata.

"Barang itu sebenarnya milik …." Rendy tidak melanjutkan ucapannya. Seperti ada keraguan. Entah merasa takut jika aku marah atau lainnya.

"Katakan, Nak. Mama nggak akan marah." Aku kembali meyakinkan Rendy, agar dia mau berterus terang kepadaku.

"Waktu itu Rendy berniat meminjam laptop milik papa untuk mengerjakan tugas. Mama ingat, pernah membawa laptopku ke tukang service karena rusak?"

Aku mengingat-ingat, ternyata benar. Aku pernah membawa laptop milik Randy pada tukang servis. Laptopnya sempat jatuh. Membuat benda itu tidak mau menyala kembali. 

"Lantas dimana kamu menemukan itu?"

"Di dalam tas Papa, disana ada benda tersebut. Saat Rendy hendak mengambil laptop milik papa. Rendy tidak sengaja menemukan itu, Ma. Maafkan Rendy. Sudah membuat Mama khawatir."

Ya Tuhan, apa ini? Sebuah kenyataan pahit yang diungkap oleh putraku sendiri. 

"Mungkin itu milik teman papa." Aku mencoba menenangkan pikiran Rendy. Agar remaja itu tidak berpikiran jauh. Namun aku rasa aku juga hanya menyenangkan hatiku. Agar tidak terlalu terluka. Meskipun kenyataan begitu adanya. Ditambah beberapa foto pernikahan suamiku yang kuterima kemarin. 

"Mama nggak papa?" tanya anakku. Akupun terkesiap lalu mencoba tersenyum kembali.

"Mama nggak papa. Mama ke kamar dulu ya." ucapku sembari tangan mengusap lembut rambut Rendy. 

Entah apa yang akan terjadi padaku. Pada hatiku, jika foto itu benar nyata adanya. Entah apakah aku akan kuat menghadapinya sendirian.

Aku menutup pintu kamar rapat-rapat berharap Randy tak mendengar isakanku. Tanpa dikomando air mataku tumpah. Aku luruh di lantai kamar. Tanganku membekap erat mulut agar tidak keluar tangis yang begitu perih.

Cobaan apa yang dberikan kepadaku? Aku menjalani mahligai rumah tangga tidaklah sebentar. Cukup lama, dan aku yakin suamiku tidak seperti itu.

Lantas siapa yang ada di balik foto itu? Dan siapa yang sudah mengirimiku foto tersebut?

Kepalaku berdenyut nyeri, dadaku sesak seakan ada bogem besar yang menghantam. Ada luka namun tak berdarah. 

Cukup lama aku menangis. Menangis dalam kesendirian. Meratapi apa yang sudah terjadi. Setia, taat dan juga berbakti. Semua aku jalani dengan ikhlas. Menemani suami dari merintis karir hingga seperti ini. Apakah hanya soal umur? Apakah kesetiaanku padanya tidak berarti lagi?

Apakah aku kurang memuaskan di ranjang? Apakah masakanku tidak pernah mengenyangkan? 

Tuhan, kenapa engkau buka semuanya sekarang. Kenapa di usia pernikahan ini sudah cukup aku banggakan.

Usia pernikahan kami terbilang cukup lama. Cukup lama mengenal satu sama lain. Cukup lama merajut kenangan bersama. Cukup lama membuat semuanya mustahil. Mas Ilham adalah sosok ayah yang baik, perhatian. Dia sosok lelaki yang sempurna. Sosok suami yang kurasa tidak mungkin mendua. Dia lelaki sempurna tanpa cela di mataku.

Namun, semua sirna sudah. Runtuh sudah, kebaikannya, perhatiannya kesempurnaannya, hilang tak berbekas. 

Apakah kamu benar-benar mengkhianatiku, Mas? 

Tok … tok.

"Mama nggak papa?" Lamunanku buyar segera aku menghapus air mata dengan kasar. Mengusap lendir yang mengalir di bawah hidung.

Menatap langit-langit agar bulir itu tak kembali jatuh. 

Ketika mendengar putraku menanyakan keadaanku.

Ceklek

Aku tersenyum, mendapati Rendy tengah berdiri di hadapanku.

"Mama …." Putraku menghamburkan pelukannya kepadaku. Aku lupa, aku lupa bahwa dia bukanlah anak kecil lagi. Dia tidak bisa dibohongi. Tanpa menjawab dan bercerita, dia tahu aku terluka.

Aku kembali menumpahkan perih ini. Dalam pelukan Rendy. Rendymengusap lembut bahuku. Dia tahu bahwa aku tengah terluka. Terlihat dari wajahnya yang menyiratkan kesedihan. Aku tidak sanggup melihat dia bersedih. Namun, aku hanya manusia biasa. Aku juga merasakan apa yang dia rasakan. Aku tidak ingin rumah tangga ini,.pernikahan ini hancur begitu saja.

Aku melonggarkan pelukan Rendy. Mengusap lembut air mata yang jatuh di pipi. Bibir kupaksa tersenyum meski hati tersayat. 

"Mama nggak papa. Mama akan pastikan keluarga kita akan tetap utuh, sayang. Kamu jangan khawatir!" ucapku meyakinkan pada Rendy. Anak itu mengangguk lalu memberikan senyuman. 

Bersambung

Bab terkait

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 3

    RACUN UNTUK MADUKUBAB 3Kepulangan Mas IlhamAku menyiapkan sarapan seperti biasa. Membuatkan nasi goreng kesukaan Rendy dan juga telur mata sapi. Disaat aku tengah mengaduk nasi yang ada di wajan. Suara ponselku terus saja berbunyi. Aku hanya menoleh sekilas. Lantas kembali fokus pada nasi yang hampir matang. Satu panggilan akhirnya terputus. Hingga panggilan kedua membuatku harus mematikan kompor untuk melihat siapa yang menelpon. CeklekAku langsung mematikan kompor. Berjalan menghampiri benda pipih yang terus berbunyi."Siapa Ma?" tanya Rendy, ketika anak satu-satunya itu keluar kamar. Dan dia melihatku menatap ponsel yang menyala."Papa," jawabku begitu saja. Rendy terlihat menggeser kursi lalu duduk di sana. "Halo, Assalamualaikum.""Waalaikumsalam," jawab lelaki yang ada di seberang telepon. Membuatku menghela nafas panjang. Aku harus bisa mengendalikan emosiku agar bisa mengumpulkan bukti. Sejauh mana lelaki ini bertingkah di luaran sana. Jangan sampai dia justru menyudutk

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 4

    RACUN UNTUK MADUKUBab 4Sandiwara.Aku mencoba menghubungi Mas Ilham. Tentu memastikan apakah jawabannya akan sama atau justru kebalikannya.Tut … Tut.Aku menekan dada ini kuat-kuat. Merasakan sesak kala lelaki yang bergelar suami itu berjalan mesra, merangkul pinggang wanita itu masuk ke penginapan. Apa yang akan mereka lakukan? Tentunya akan menikmati surga dunia, tidak mungkin dua orang berlawanan jenis pergi ke penginapan hanya untuk makan siang.Cukup lama, sambungan telepon tidak juga diangkat oleh suamiku. Aku bertambah yakin jika dia memang bermain gila di belakangku.Aku menghentikan panggilan telepon lalu melempar benda pipih itu ke kursi penumpang di sampingku. Lantas aku melajukan mobil dengan perlahan menuju tempat parkir. Tentunya jauh dari mobil milik Mas Ilham.Buk. Aku menutup pintu cukup kuat. Lalu kembali membuka pintu lagi untuk mengambil ponsel yang tadi sempat aku lempar. Tidak mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan untuk mencari barang bukti. Aku menoleh ke s

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 5

    RACUN UNTUK MADUKUBAB 5Sandiwara dimulaiJam menunjukan angka tiga tepat. Aku yang sudah berada di rumah lantas membersihkan rumah seperti biasa. Meskipun tidak aku pungkiri. Ada nyeri di dalam hati ini. Namun, hidup akan terus berjalan, mengenai luka yang ditoreh Mas Ilham akan aku biarkan dia terus terbuka. Agar aku selalu mengingat, ada hati yang berlubang karena lelaki itu.Aku membersihkan debu yang ada di lantai dengan vacuum cleaner. Mengelap meja lalu juga jendela. Sesekali aku menghela nafas panjang. Berharap semua yang aku hadapi saat ini hanya mimpi. Namun, lagi-lagi semua nyata. Tuling ….Sebuah pesan masuk, segera aku meletakan kain lap di atas meja.[Ma, Randy terlambat pulang. Mungkin jam lima baru tiba di rumah. Ada pekerjaan sekolah yang harus diselesaikan bersama.] Satu pesan aku baca, tertera di sana dari Rendy. Anak lelaki satu-satunya yang aku miliki.[Iya, sayang. Hati-hati. Kabari jika sudah selesai. Mama akan menjemputmu!][Siap, Ma.]Aku kembali meletakan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 6

    Malam ini aku dan juga Mas Ilham hanya berdua. Karena Rendy menginap dirumah temannya yang bernama Bian. Entah mengapa semenjak aku tahu dia mendua. Rasanya enggan berduaan dengan lelaki itu. Apalagi jika dia mendekat, mual jika mengingat dia pernah berkeringat bersama wanita lain.Tuling.Satu pesan aku terima. Mampu membuyarkan lamunanku, meskipun mata tertuju pada layar televisi yang menyala.Ternyata dari Nita, dia menanyakan keadaanku.[Gimana kamu oke kan?][Iya.]Kring ….Ketika aku tengah membalas pesan dari Nita, ponsel Mas Ilham berdering. Lelaki yang tengah mandi itu tidak mendengarnya. Apalagi berniat mengangkat. Membuat aku tidak menyia-nyiakan kesempatan.Pintu kamar yang terbuka membuat aku mendengar jelas dering ponsel Mas Ilham. Ditambah jarak antara kamar dan juga ruang keluarga tidak jauh. Biasanya aku tidak pernah melihat ataupun kepo dengan urusan Mas Ilham. Namun setelah aku tahu dia berselingkuh. Rasanya jiwa penasaran ku meronta-ronta, ingin tahu seperti apa w

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-03
  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 7

    Duar Bak disambar petir di siang hari. Aku terkejut bukan kepalang. Bayangan-bayangan Mas ilham yang tengah bercumbu pada wanita tempo hari kembali terngiang.Rambut dan postur tubuh wanita itu nampak mirip dengan Andini. Apa Andini ini adalah selingkuhan Mas Ilham? Lantas siapa Maura? Apakah lebih dari satu orang yang bermain api dengannya?****Aku memejamkan mata, lalu menarik napas dalam-dalam. Aku memang tengah marah, namun aku masih waras. Jangan sampai kemarahanku hanya bisa membuat semua menjadi berantakan."Oh …." Aku berusaha setenang mungkin, ada Rendy dan juga Bian. Mereka tidak seharusnya mendengarkan pertengkaran kami. Meskipun usianya sudah menginjak 15 tahun."Hem … Kamu nggak marah?" tanya Andini, wanita itu terkejut bukan main. Seperti dugaan ku. Dia menginginkan aku marah. Oh, tidak semudah itu. Aku memang mencintai Mas Ilham dan aku marah akan tindakannya. Namun, aku masih waras. Jika aku bertindak gegabah dan meminta cerai, aku akan kehilangan banyak harta. Dan a

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-05
  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 8

    Tidak ada seorang suami dengan bangga merasa benar atas pengkhianatan. Ah, apakah itu benar cinta bukan nafsu?Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Andai orang tuaku masih hidup aku akan mencurahkan keluh ku kepadanya. Aku akan menangis di pelukannya. Namun sayang aku hanya seorang diri, hidup tanpa mereka yang sudah lebih dulu menghadap Sang Ilahi.Menjadi satu-satunya orang yang berdiri dengan kaki sendiri. Harus menjadi bahu yang kuat untuk bersandar diri. Aku menghapus jejak air mata. Menangkupkan kedua tangan pada wajah. Aku menangis dalam sunyi, setelah pertengkaran semalam. Yang bisa aku lakukan hanya bersimpuh. Memohon ampun atas apa yang telah aku perbuat. Memohon diberikan segala kemudahan. Dan aku meminta semuanya akan indah pada akhirnya. Namun, jika Tuhan berkehendak lain. Aku hanya bisa menjalani, tentunya dengan caraku.Aku melirik ke arah ranjang. Mas Ilham tidak tidur disana. Aku yakin dia tidur di kamar tamu. Begitulah suami ku. Jika kami tengah bertengkar, kami a

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 9

    "Kamu kenapa, sayang?" Aku bertanya pada Rendy ketika kami sudah berada di dalam mobil."Tamu yang datang apakah Bian dan juga ibunya?"Pertanyaan Rendy membuatku menghela napas panjang."Bukan sayang!""Lantas siapa?""Pembantu baru!"*****Aku menyiapkan kamar tamu. Mengganti sprei lalu mengepel lantai nya. Menyemprot pengharum ruangan agar lebih wangi dan penghuni bisa betah istirahat di dalamnya. Tidak lupa memberikan bunga segar yang tadi sempat aku beli saat perjalanan pulang setelah mengantar Rendy ke sekolah. Aku berjalan keluar kamar sembari membawa peralatan pembersih keluar kamar. Menyeretnya perlahan lalu kembali menutup pintu kamar.Aku menuju belakang meletakkan semua peralatan disana. Tanganku menepuk bergantian berharap debu rontok seketika. Tentunya harus mencuci tangan agar kuman bisa hilang. Gemericik air turun dari kran wastafel. Aku mengusap lembut tangan dengan sabun. Pikiranku menerawang jauh. Entah apa yang akan terjadi nanti. Aku tidak bisa membayangkannya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17
  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 10

    2Deru mobil terdengar berhenti dari pekarangan rumah. Aku tersenyum kala tahu dia adalah tamuku yang lain. Aku tidak lantas menyambutnya justru aku melihat Maura yang tengah mengintip dari balik goreng jendela."Ibunya Mas Ilham? Kamu yang bawa dia kesini?" tanya wanita itu. Aku mengangguk."Gil* kamu, Mbak.""Kenapa aku yang gil*?""Wanita tua itu punya riwayat jantung. Apa kamu ingin membunuh mertua kamu sendiri?""Bukan aku yang akan memb*nuhnya, tapi kamu sendiri.""Maksud kamu apa?" Aku beranjak dari dudukku tanpa menjawab pertanyaan Maura. "Assalamualaikum." Salam terdengar membuat aku langsung menyambutnya."Waalaikumsalam, Ibu." Aku mencium takzim wanita tua yang masih awet muda itu. "Sehat, Nak?""Alhamdulilah, Bu. Ibu apa kabar?""Alhamdulilah, sehat." Wanita itu berjalan. Kemudian masuk kedalam rumah. Menatap Maura dengan tatapan heran."Dia siapa?""Dia pembantu baru yang kemarin aku ceritakan Ibu. Ibu lupa?" Aku sengaja menekankan kata pembantu. Agar Maura sadar posis

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17

Bab terbaru

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 49

    Hari sudah mulai terik. Matahari yang panas mulai menyengat kulit. Bian menatap ke arah orang-orang yang perlahan memasukan Maura kedalam lubang kubur. Tangis Bian memang sudah tidak ada, namun hatinya terluka begitu dalam. Ditatapnya satu persatu orang-orang yang meninggalkannya di gundukan tanah yang masih basah itu. Bian tak melihat satu orang pun keluarga Rendy datang melihat. Namun ada satu orang laki-laki yang berdiri di sela-sela tetangganya. Bian tidak mengenalnya namun dia terlihat tersenyum kala Bian menatap ke arahnya. Tangis Bian pecah saat semua orang meninggalkannya. Banyak penyesalan yang kini merajai hatinya. Andai saja Bian tak mengenalkan Ilham pada Maura mungkin kejadian tragis ini bukanlah akhir dari segalanya. Bian menangis sendirian.Semua perbuatan akan ada pembalasan. Entah itu perbuatan baik atau sebaliknya. Akhir dari sebuah hidup adalah suatu keputusan. Dia akan menjalani sisa hidupnya dengan jalan benar atau justru masih dalam Limbangan dosa. Karena umur

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 48

    Tut … Tut.Tanpa menunggu persetujuan Rendy. Ayu sudah menutup teleponnya. Ayu pun lantas masuk kedalam ruangan setelah memanggil perawat tentunya. Disana sudah ada Nadia dan juga Ibu mertua yang mendekat pada Ilham.****Nita mengirimkan beberapa video dan juga foto Maura bersama seorang laki-laki kepada Ayu. Ayu yang tengah duduk di meja kerjanya seolah berpikir keras. Bagaimana mengatakan kepada suaminya akan hal ini. Apakah dia akan diam saja membiarkan semuanya atau justru mengatakannya agar Ilham meninggalkannya sendiri. Namun pikiran itu segera ia buang jauh-jauh. Lalu dia kembali menatap layar laptopnya.[Terima kasih banyak, Nita.]Hanya kalimat itu yang bisa diucapkan untuk Nita.[Sama-sama. Jika kamu butuh bantuan, jangan sungkan meminta kepadaku!][Ya.]Ayu menghela napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahanIa lantas menyelesaikan pekerjaannya kemudian dia pulang ke rumah. Di saat Ayu tengah memanaskan kuah bakso. Berniat makan bersama Ilham dan juga Rendy. Karena akhi

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 47

    Sesampainya di rumah sakit. Maura dan juga Ilham segera mendapatkan pertolongan. Ada beberapa dokter dan juga perawat yang langsung bertindak sesuai tugasnya.Bian berinisiatif menghubungi Rendy. Namun lagi-lagi nomornya tidak bisa dihubungi. Bian lupa, bahwa nomornya sudah di blok oleh mantan temannya yang kini menyandang status saudara tiri.Setelah Maura mendapatkan pertolongan, begitu juga Ilham. Mereka akhirnya dipindahkan ke ruangan terpisah. Ilham yang sudah membaik meskipun belum sadar sudah bisa di tempatkan di ruang rawat. Sedangkan Maura masih berada di ruang ICU. Bian duduk di kursi tunggu. Entah sejak kapan anak remaja itu belum makan. Entah karena tidak merasa lapar atau memang dia enggan untuk mengisi perut.Bian menjaga Maura sendirian. Dia terus memegang tangan Ibunya kala waktu kunjung tiba. Berharap Tuhan memberikan kesempatan untuk sang Ibu untuk menikmati udara di bumi. Kali ini anak laki-laki itu tengah duduk di kursi tunggu. Lantas wanita tua yang ia kenal ter

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 46

    [Mami dimana?] tanya Bian pada pesan singkat yang ia kirim kepada Maura. Tidak berapa lama wanita yang berstatus Ibu kandung itu membalasnya.[Mami pulang ke rumah. Maaf, kemarin Mami nggak sempat menghubungi kamu, sayang. Mama di rumah sakit.][Di rumah sakit? Mami sakit? Sama siapa? Apa Papa Ilham bersama Mami?] Bian khawatir dengan kondisi Maura. Bagaimanapun juga Ilham harus berada di sisi Maura. Karena janin yang tengah dikandungnya adalah benih dari laki-laki itu. Itu semua adalah pemikiran Bian.[Ada, Mami sama Papa Ilham kok kamu tenang saja. Ini perjalanan pulang.][Mami belum jawab pertanyaan Bian. Mami kenapa dirumah sakit?] Lagi-lagi Bian menanyakan keadaan Maura. Bagaimanapun Maura adalah Ibu kandung Bian. Dan Bian begitu menyayanginya.[Kandungan Mami nggak bisa dipertahankan sayang, maaf. Kamu nggak jadi punya adik.][Apakah ini ada hubungannya dengan obat yang Bian temukan di meja rias Mami?] tanya Bian. Tangannya memegang sesuatu. Tidak berapa lama anak remaja itu pe

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 45

    Amelia dan juga Ayu duduk berpegangan tangan. Sesekali mereka mengusap air matanya yang terus saja mengalir tiada henti. Isak tangis mereka tak terdengar. Hanya tatapan penuh kesedihan yang tergambar jelas."Yu, sabar ya. Mama yakin kamu dan juga Rendy bisa melalui ini semua."Ayu mengangguk. Karena memang tidak ada kata-kata yang bisa dikeluarkan. Hanya ada Isak tangis menandakan kesedihan. "Ini semua sudah jalan takdirmu. Mama harap kamu ikhlas menerimanya. " Ayu mengangguk permintaan Amelia tidaklah berat namun sulit untuk diterima hati dan juga pikiran.Ayu menatap kearah Ilham yang masih terbaring di ranjang rumah sakit. Beberapa alat medis tertempel pada tubuhnya. TulingSatu pesan diterima. Ayu diam tidak menghiraukan pesan tersebut. Entah berapa ratus pesan maupun berapa puluh kali telepon masuk ke nomornya. Tidak sekalipun dia terima maupun dibacanya.Amelia mengusap tangisnya dengan ujung jilbab yang ia kenakan. Lalu beranjak dari tempat duduknya. Merogoh ponsel yang ada d

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 44

    Nita mengendarai motor maticnya menjemput anak sulungnya yang kebetulan bersekolah tidak jauh dari rumah. Rumah Nita yang terletak dua ratusan meter dengan jalan utama. Membuatnya mudah untuk bepergian. "Bunda kita makan dulu ya?" celetuk anak laki-laki itu."Iya, sayang. Tapi dibungkus aja ya. Nanti adik keburu nangis kalau kita nggak pulang-pulang.""Kan ada si Mbak?""Iya, sayang. Kita bungkus saja ya makannya lalu dibawa pulang. Habis itu kita makan sama-sama di rumah? Gimana?""Ya sudah kalau begitu." Akhirnya Nita membawa putranya menuju sebuah cafe yang tidak jauh dari sekolahan. Mereka memesan ayam geprek untuk dibawa pulang. "Mbak minumannya satu ya mbak. Es lemon tea.""Baik, Ibu." Pelayan itu akhirnya pergi setelah mencatat pesanan Nita. Kini Nita sibuk dengan putranya yang tengah berusaha membuka tas yang dibawanya."Bunda lihat, aku tadi dikasih buku sama ibu guru.""Wah, buat mewarnai ya? Bagus.""Nanti kita kerjain bareng-bareng ya?""Siap sayangku. Anak Sholehnya Bu

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 43

    "Nggak perlu, Ma. Ayu sudah kenyang!' padahal Ayu belum makan sesuatu sama sekali. Dia baru saja pulang dari kantor lantas pergi ke rumah sakit mengantar Maura. Entah mengapa rasa lapar yang tadi terasa kini sudah menguar begitu saja."Dimana Ilham?" tanya Amelia melihat ke arah belakang. "Di rumah sakit, Ma. Nemenin Maura.""Oh …."Tap … tapSuara langkah Rendy yang mendekati Amelia dan juga Ayu terdengar jelas ditelinga."Mama udah pulang?""Iya sayang." Ayu tersenyum lalu ia kembali menatap kunci mobil yang berada di atas meja."Ini buat Rendy. Sambal sama kecapnya ambil sendiri sesuai selera kamu. Dan ini buat kamu Ayu. Apapun yang terjadi kamu harus tetap makan. Jangan sampai sakit." Wanita yang bergelar mertua itu tersenyum sembari tangan kembali meracik bakso. Sedangkan Ayu hanya menerima mangkok itu dengan senyuman. Satu persatu bakso yang ada di hadapan Rendy di santap ya dengan nikmat.*****Ilham menatap Maura yang selalu menatap layar ponselnya. Entah apa yang ada di dala

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 42

    "Terima kasih.""Bagaimana keadaan Maura?" tanya Ayu hati-hati."Maura akan dikuret. Janin yang dikandung tidak bisa lagi diselamatkan.""Innalillahi wa innailaihi roji'un."****Amelia turun dari mobilnya, kali ini dia diantar oleh supir Nadia. Karena Nadia dan juga suaminya ada acara mendadak. Sehingga tidak bisa mengantar Ibunya pulang ke rumah Ayu dan juga Ilham."Assalamualaikum." Salam yang diucapkan Amelia tidak dijawab. Wanita tua itu lantas berjalan masuk kedalam rumah. Namun alangkah terkejutnya kala melihat ada beberapa darah tercecer di teras. "Astagfirullahaladzim, ini darah apa?" tanya Amelia pada dirinya sendiri. Lantas tangannya memegang dada."Oma?" Rendy akhirnya keluar dari dalam rumah. Menatap sang Nenek dengan wajah yang … entah."Ini darah apa?""Nggak tahu Oma. Tadi Rendy sempet lihat ada Tante Maura dan juga Mama.""Astagfirullahaladzim." Amelia lantas merogoh ponsel yang ada di dalam tasnya Lantas menekan nomor yang bertuliskan Ayu. "Kamu dimana Ayu? Darah

  • RACUN UNTUK MADUKU   Bab 41

    Wajah Maura pucat pasi. Entah apa yang ia rasa saat ini, suaranya yang tadi melengking kini tak terdengar. Ilham panik, dia terus saja memanggil istri sirinya. Sedangkan Ayu yang tengah mengemudi sesekali melihat kondisi Maura melalui kaca spion yang ada di atasnya. Seakan alam mengetahui semua. Bahwa ada manusia yang saat ini tengah membutuhkan pertolongan. Jalanan lengang membuat Ayu bisa cepat sampai di rumah sakit yang dituju. Mobil itu berhenti tepat di IGD rumah sakit. Dengan sigap dan cepat beberapa perawat sudah berlari membawa tempat tidur dorong. Menyambut Maura yang sudah diangkat oleh Ilham. "Kamu tenang ya, semuanya akan baik-baik saja." Maura menangis, menggenggam erat tangan Ilham yang dipaksa dilepas oleh salah satu perawat."Bapak tunggu disini dulu. Biar Ibu bisa ditangani dokter lebih cepat." Ilham berhenti mengikuti Maura, tangannya menyugar rambutnya kebelakang. Entah mengapa ada banyak kegundahan dan juga khawatir saat ini. Bagaimana keadaan calon bayi yang ki

DMCA.com Protection Status