"Kamu mau beli apa?" tanya gadis itu lagi, karena Azim tidak merespon sapaannya."Sayang, udah beli bukunya?" belum sempat Azim menjawab, tiba-tiba Zahra datang, dan langsung bergelayut manja di tangan Azim."Siapa kamu?" tanya gadis itu kepada Zahra. Teman-teman kampus Azzam dan Azim jarang yang tau kalau Zahra adalah adik mereka."Sayang, aku siapanya kamu?" bukannya menjawab pertanyaan gadis itu, Zahra malah bertanya kepada Azim, sambil mengedipkan mata tanpa dosa."Kamu itu kesayangan Kakak dong." jawab Azim, santai sambil tersenyum kepada Zahra.Gadis yang menyapa tadi langsung cemberut, dan pergi meninggalkan toko buku itu sambil menghentak-hentakkan kakinya. Zahra tersenyum puas melihat hal itu. Sementara Azim hanya tersenyum sambil mengacak rambut adiknya itu, "Dasar gadis nakal.""Biarin! Siapa suruh kegenitan.""Ya sudah, kamu pilih apa yang mau dibeli dek, kakak sudah dapat bukunya nih.""Gak mau beli apa-apa, cuma mau ikut jalan-jalan saja.""Dasar nakal."Azim merengkuh
"Kamu ikut ke rumah kami saja Git, tinggal bersama kami untuk sementara waktu. Terlalu bahaya kalau kamu pulang sekarang!" ucap Azim dengan tegas, saat mereka keluar dari rumah sakit."Tapi Kak,""Tidak ada tapi-tapian Git, kalau kamu mau selamat!" Belum selesai Gita berbucara, Azim sudah terlebih dulu memoting ucapannya."Kak Azim benar kak Gita, akan lebih aman kalau kakak ikut kami pulang," sahut Zahra, yang dari tadi diam, menyimak obrolan antara Azim dan Gita.Gita terdiam, dia bingung harus bagaimana. Dia tidak ingin merepotkan Azim dan Zahra, akan tetapi fia bingung harus pulang kemana, karena tidak mungkin untuk pulang ke rumahnya."Gimana Git?" tanya Azim, mematahkan kebingungan Gita."Iya Kak, aku takut menyusahkan kalian." Ucap Gita, ragu."Tidak kok Git, keselamatan kamu yang utama." ucap Azim.Zahra yang mendengar ucapan kakaknya jadi tersenyum , dia merasa kalau kakanya itu suka dengan gadis bernama Gita itu. Dan Zahra senang kalau Azim bisa jatuh cinta kepada gadis yan
Setelah mandi, Gita merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Dia sangat bersyukur karena telah dipertemukan dengan orang-orang yang baik dari keluarga Azim yang kaya raya. Tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya, untuk bisa tinggal di rumah besar nan megah, seperti rumah keluarga Samudra itu.“terima kasih Tuhan, Engkau telah mempertemukan aku dengan keluarga Samudra, yang sangat baik ini.” gumam gadis itu dengan mata yang berkaca-kaca.Karena kelelahan, akhirnya Gita pun tertidur, “Tidak Pak, tolong jangan paksa aku untuk menikah dengan juragan Darman. Jangan Pak, tolong lepaskan! Tolong.”“Nak Gita, bangun Nak, kamu mimpi apa?” Adelia berusaha membangunkan Gita, akan tetapi gadis itu terus teriak-teriak minta tolong dengan wajah yang pucat. Tampak jelas raut wajah ketakutan darinya.Setelah beberapa kali Adelia mencoba membangunkan, akhirnya Gita terbangun dengan napas yang memburu, seperti habis lari maraton puluhan kilometer. Adelia segera merengkuh tubuh gadis itu dan memel
Ini adalah hari pertama Gita pindah sekolah baru, sebenarnya tidak di ijinkan pindah mengingat gadis itu sudah kelas Tiga, akan tetapi dengan alasan keselamatan, dan juga pengaruh dari Syafiq, sebagai donatur utama di sekolah tersebut, akhirnya Gita di ijinkan pindah.Sekarang dia berada satu sekolah dengan Zahra dan Zani, cuma bedanya Gita kelas tiga SLTA, sedangkan si kembar kelas tiga SLTP. Hari pertama masuk sekolah baru, Azim yang mengantarkan Gita dan kedua adik kembarnya. Karena Azzam, lebih suka naik motor, hanya sesekali saja naik mobil, kalau si princess sedang merajuk minta di antarkan oleh Azzam.Mobil berhenti di depan sekolah, Zahra dan Zani yang duduk di kursi belakang kemudi turun, dan langsung mencium tangan Azim, "Kalian harus sekolah yang bener, jangan nakal. Jagain kakak kalian ya, dia masih baru di sini, belum tau situasinya." "Siap kakak bos!" ucap keduanya sambil mengangkat tangannya dengan sikap Hormat."Terima kasih Kak, udah di anterin." ucap Gita, dengan
Pesanan datang, mereka pun mulai menikmati makanan mereka. Tiba-tiba saja ada seseorang yang duduk di sebelah Azzam, sehingga membuat lelaki itu tersedak karena terkejut."Kak Azim, bikin kaget saja." gerutu Azzam."Kalau makan tuh pelan-pelan dek, biar gak tersedak." ucap Azim tanpa menghiraukan gerutuan Azzam.Azzam hanya mendengus kesal, sementara tiga orang lainnya tersenyum jahil, melihat interaksi kedua saudara kembar itu.Tanpa menunggu waktu lagi, Azim langsung memesan makanan. Karena dia juga sudah kelaparan karena tadi tidak sempat pergi ke kantin saat istirahat.Sambil menunggu makanan datang, Azim diam-diam memperhatikan Gita yang sedang makan. Dalam hati dia memuji 'Cantik' tetapi dia tidak berani mengucapkan secara langsung."Kak, jangan diliatin terus ntar berkurang cantiknya." bisik Azzam yang sadar akan pandangan kakak kembarannya itu mengarah ke Gita terus."Anak kecil diam." sungut Azim.Azzam membelalakkan mata, dengan kesal dia berkata, "Kalau aku anak kecil, ka
Makan malam telah usai, kini semua orang telah masuk ke kamar masing-masing. Tapi Gita masih belum bisa memejamkan mata, akhirnya dia putuskan untuk bangkit dan berjalan ke arah balkon. Gita berdiri pada tepian balkon, sedang pandangannya menatap ke langit. Banyak hal yang sedang Ia pikirkan, "Ayah, Bunda, semoga kalian tenang di sana. Lihatlah, aku sekarang sudah berada di tempat yang aman. Tempat yang penuh dengan kasih sayang dan kehangatan. Doakan aku ayah, Bunda, semoga aku tidak mengecewakan keluarga Samudra. Keluarga yang telah memungut aku dari jalanan, dan dijadikan keluarga di sini." gumam gadis itu, dengan perlahan dia mengusap air matanya yang mulai menetes, jika mengingat kedua orang tuanya."Maafkan aku Bunda, karena meninggalkan Bapak seorang diri. Aku takut, jika harus terus-terusan tinggal bersama bapak." Lanjutnya lagi. Tanpa Gita sadari kalau di bawah sana, tepatnya di sebuah kursi tepi kolam, seseorang sedang memperhatikannya intens, senyum manis tersungging di
Gita terbangun di pagi hari, pandangannya menelisik sekitar ruangan, dia pun terkejut karena tiba-tiba sudah berada di kamarnya."Kenapa aku sudah berada di kamarku? Bukannya semalam lagi duduk bareng kak Azim di tepi kolam ya?" "Oh astaga, rupanya aku ketiduran. Kenapa kak Azim gak bangunin aku? Apa dia yang gendong aku sampai ke kamar?" Gita bergumam dalam kebingungan, "Aku jadi malu sama kak Azim. Bagaimana bisa aku sampai gaj berasa saat di pindahkan ke kamar?" lanjutnya lagi, masih dengan gumaman kecil."Tok tok tok!" Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Gita, dengan segera dia berjalan ke pintu dan membukanya. "Zahra, ada apa dek?""Kak Gita gak sekolah hari ini?" tanya Zahra heran, melihat penampilan Gita yang masih acak-acakan baru bangun tidur."Oh astaga, udah jam berapa sekarang dek?" Gita celingukan melihat jam, tapi di jam itu baru pukul lima, dan Gita pun kebingungan kenapa Zahra memanggilnya sepagi ini."Ini udah jam enam kak, buruan mandi. Kami tunggu di depan." Gi
Jam istirahat tiba, Gita yang pagi tadi cuma sarapan sedikit, akhirnya memilih pergi ke kantin untuk cari makan. Gita memang murid baru di sekolah ini, sehingga dia belum punya banyak teman. "Hai Git, mau ke kantin ya?" tanya Rani, satu-satunya teman dekat Gita, sejak gadis itu pindah ke sekolah ini."Iya Ran, laper. Tadi pagi gak sempat sarapan, kesiangan bangunnya, untung Zahra bangunin aku.""Kenapa bisa kesiangan?""Gara-gara jam.""Kok gara-gara jam? Memangnya jam kamu kenapa?" tanya Rani heran.Gita melanjutkan jalannya, diikuti oleh Rani, "Jadi ceritanya tuh gini, tadi pagi aku udah kebangun entah pukul berapa, mungkin pukul 05:00 seperti biasa, akan tetapi aku tidur lagi karena ku pikir baru pukul 04:00, aku salah lihat Ran."Gita pun menjelaskan kalau dia udah bangun lebih awal, tapi karena jamnya mati, dia pikir baru jam empat, dan tidur lagi. Begitu terbangun lagi, dia lihat jam ternyata masih jam lima, jadi dia asik mainan handphone. Eh begitu dipanggil sama Zahra, terny