Ini adalah hari pertama Gita pindah sekolah baru, sebenarnya tidak di ijinkan pindah mengingat gadis itu sudah kelas Tiga, akan tetapi dengan alasan keselamatan, dan juga pengaruh dari Syafiq, sebagai donatur utama di sekolah tersebut, akhirnya Gita di ijinkan pindah.Sekarang dia berada satu sekolah dengan Zahra dan Zani, cuma bedanya Gita kelas tiga SLTA, sedangkan si kembar kelas tiga SLTP. Hari pertama masuk sekolah baru, Azim yang mengantarkan Gita dan kedua adik kembarnya. Karena Azzam, lebih suka naik motor, hanya sesekali saja naik mobil, kalau si princess sedang merajuk minta di antarkan oleh Azzam.Mobil berhenti di depan sekolah, Zahra dan Zani yang duduk di kursi belakang kemudi turun, dan langsung mencium tangan Azim, "Kalian harus sekolah yang bener, jangan nakal. Jagain kakak kalian ya, dia masih baru di sini, belum tau situasinya." "Siap kakak bos!" ucap keduanya sambil mengangkat tangannya dengan sikap Hormat."Terima kasih Kak, udah di anterin." ucap Gita, dengan
Pesanan datang, mereka pun mulai menikmati makanan mereka. Tiba-tiba saja ada seseorang yang duduk di sebelah Azzam, sehingga membuat lelaki itu tersedak karena terkejut."Kak Azim, bikin kaget saja." gerutu Azzam."Kalau makan tuh pelan-pelan dek, biar gak tersedak." ucap Azim tanpa menghiraukan gerutuan Azzam.Azzam hanya mendengus kesal, sementara tiga orang lainnya tersenyum jahil, melihat interaksi kedua saudara kembar itu.Tanpa menunggu waktu lagi, Azim langsung memesan makanan. Karena dia juga sudah kelaparan karena tadi tidak sempat pergi ke kantin saat istirahat.Sambil menunggu makanan datang, Azim diam-diam memperhatikan Gita yang sedang makan. Dalam hati dia memuji 'Cantik' tetapi dia tidak berani mengucapkan secara langsung."Kak, jangan diliatin terus ntar berkurang cantiknya." bisik Azzam yang sadar akan pandangan kakak kembarannya itu mengarah ke Gita terus."Anak kecil diam." sungut Azim.Azzam membelalakkan mata, dengan kesal dia berkata, "Kalau aku anak kecil, ka
Makan malam telah usai, kini semua orang telah masuk ke kamar masing-masing. Tapi Gita masih belum bisa memejamkan mata, akhirnya dia putuskan untuk bangkit dan berjalan ke arah balkon. Gita berdiri pada tepian balkon, sedang pandangannya menatap ke langit. Banyak hal yang sedang Ia pikirkan, "Ayah, Bunda, semoga kalian tenang di sana. Lihatlah, aku sekarang sudah berada di tempat yang aman. Tempat yang penuh dengan kasih sayang dan kehangatan. Doakan aku ayah, Bunda, semoga aku tidak mengecewakan keluarga Samudra. Keluarga yang telah memungut aku dari jalanan, dan dijadikan keluarga di sini." gumam gadis itu, dengan perlahan dia mengusap air matanya yang mulai menetes, jika mengingat kedua orang tuanya."Maafkan aku Bunda, karena meninggalkan Bapak seorang diri. Aku takut, jika harus terus-terusan tinggal bersama bapak." Lanjutnya lagi. Tanpa Gita sadari kalau di bawah sana, tepatnya di sebuah kursi tepi kolam, seseorang sedang memperhatikannya intens, senyum manis tersungging di
Gita terbangun di pagi hari, pandangannya menelisik sekitar ruangan, dia pun terkejut karena tiba-tiba sudah berada di kamarnya."Kenapa aku sudah berada di kamarku? Bukannya semalam lagi duduk bareng kak Azim di tepi kolam ya?" "Oh astaga, rupanya aku ketiduran. Kenapa kak Azim gak bangunin aku? Apa dia yang gendong aku sampai ke kamar?" Gita bergumam dalam kebingungan, "Aku jadi malu sama kak Azim. Bagaimana bisa aku sampai gaj berasa saat di pindahkan ke kamar?" lanjutnya lagi, masih dengan gumaman kecil."Tok tok tok!" Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Gita, dengan segera dia berjalan ke pintu dan membukanya. "Zahra, ada apa dek?""Kak Gita gak sekolah hari ini?" tanya Zahra heran, melihat penampilan Gita yang masih acak-acakan baru bangun tidur."Oh astaga, udah jam berapa sekarang dek?" Gita celingukan melihat jam, tapi di jam itu baru pukul lima, dan Gita pun kebingungan kenapa Zahra memanggilnya sepagi ini."Ini udah jam enam kak, buruan mandi. Kami tunggu di depan." Gi
Jam istirahat tiba, Gita yang pagi tadi cuma sarapan sedikit, akhirnya memilih pergi ke kantin untuk cari makan. Gita memang murid baru di sekolah ini, sehingga dia belum punya banyak teman. "Hai Git, mau ke kantin ya?" tanya Rani, satu-satunya teman dekat Gita, sejak gadis itu pindah ke sekolah ini."Iya Ran, laper. Tadi pagi gak sempat sarapan, kesiangan bangunnya, untung Zahra bangunin aku.""Kenapa bisa kesiangan?""Gara-gara jam.""Kok gara-gara jam? Memangnya jam kamu kenapa?" tanya Rani heran.Gita melanjutkan jalannya, diikuti oleh Rani, "Jadi ceritanya tuh gini, tadi pagi aku udah kebangun entah pukul berapa, mungkin pukul 05:00 seperti biasa, akan tetapi aku tidur lagi karena ku pikir baru pukul 04:00, aku salah lihat Ran."Gita pun menjelaskan kalau dia udah bangun lebih awal, tapi karena jamnya mati, dia pikir baru jam empat, dan tidur lagi. Begitu terbangun lagi, dia lihat jam ternyata masih jam lima, jadi dia asik mainan handphone. Eh begitu dipanggil sama Zahra, terny
Mobil yang dikendarai oleh Azim mulai memasuki daerah pantai, dan kini terparkir di dekat sebuah gubuk yang berbentuk gazebo. Gubuk-gubuk seperti itu banyak di bangun di pantai ini, sengaja diperuntukan bagi pengunjung.Azim turun dari mobil, diikuti oleh Gita dan Rani. "Kakak akan kerjakan tugas di sini, kalian pergilah main, tapi jangan jauh-jauh dari kakak takut ada apa-apa tak tau.""Iya Kak." jawab Gita dan Rani berbarengan."Taruh saja tas kalian di sini, biar kakak jaga sekalian sambil mengerjakan tugas. Kalau ada apa-apa, panggil saja kakak.""Iya Kak." Jawab kedua gadis itu, lalu keduanya meletakan tas di atas meja dan pergi menuju bibir pantai. Azim duduk di gubuk itu, lalu mengeluarkan laptopnya untuk mengerjakan tugas kuliah, sambil sesekali mengawasi Gita dan Rani. Azim tau Gita dan temannya belum makan, dia pun akhirnya memesan makanan untuk makan siang dan beberapa macam makanan ringan untuk cemilan di pantai tersebut.Sejenak pandangannya terarah ke Gita, senyumnya t
Gita, Rani dan Azim menoleh ke arah sumber suara. Seketika Rani terperangah melihat lelaki ganteng yang sangat mirip dengan Azim, bersama gadis remaja yang berwajah mirip dengan anak remaja laki-laki disebelahnya."Git, Kak Azim kembar?""Iya.""Terus mereka itu siapa?" tunjuknya pada Zahra dan Zani."Mereka Zahra dan Zani, adik kembar kami.""Jadi yang tak kembar cuma kamu?""Iya. Atok aku kenalin sama kak Azzam dan adek-adek."Gita menarik pelan tangan Rani, untuk diajak kenalan sama Azzam, Zahra dan Zani. Sementara Rani menatap takjub kepada empat orang kembar di depannya. Ini benar-benar luar biasa, bisa memiliki anak kembar terus dalam dua kali kehamilan."Kak Gita." teriak Zahra seraya memeluk Gita, di ikuti oleh Zani di belakangnya.Gita pun memeluk kedua adik kembarnya itu, biarpun cuma adik angkat, tetapi Gita sangat menyayangi mereka, sebaliknya Zani dan Zahra juga sangat menyayangi Gita seperti kakak sendiri."Adek pasti belum makan kan?" tanya Gita, kepada Zahra dan Zani,
Gita dan Azim berteriak, saat melihat Jetski yang di tumpangi oleh Azzam dan Rani terbalik. Seketika rasa cemas menghinggapi hati keduanya. Azim segera memacu Jetski nya, menuju ke tempat Azzam dan Rani terjatuh, tapi belum sampai ke tempat kejadian, Azim melihat ada dua orang yang sedang berenang menjauhi Jetski, dan menuju ke arahnya."Dek, kalian bertahanlah! Aku mencari bantuan dulu, dan akan segera kembali!" teriak Azim, lalu memutar balik Jetski-nya menuju ke pantai. Gita yang melihat Jetski Azzam dan Rani terbalik, kini hanya bisa memeluk pinggang Azim dengan gemetaran. Gadis itu hanya terdiam, dengan mata berkaca-kaca, karena takut dengan keselamatan Azzam dan Rani. Beruntung mereka belum terlalu jauh ke tengah, sehingga Azim bisa sampai kembali ke darat hanya dalam waktu lima menit. "Dek, kamu duduk di sana dulu bareng Zahra dan Zani ya, aku harus cepat menolong Azzam dan Rani."Gita hanya mengangguk, lalu turun dari Jetski dan berjalan menuju ke Zahra dan Zani. Sementara