Indah terperangah, melihat Arga dan Syafiq, sudah berdiri di sana, sedang menatapnya tajam. Tubuhnya bergidik ngeri, melihat tatapan dingin Syafiq "Jadi, menurut kamu, masih bisa balas dendam? Dan apa yang membuatmu jadi dendam ke Adelia? Kalau punya otak itu dipakai untuk mikir yang benar, bukan dibungkus terus untuk melakukan kecurangan dan kejahatan!" geram Syafiq."Memangnya kamu pikir, masih bisa bebas ya setelah keluar dari sini?" tanya Arga."Apa maksud kalian?" tanya Indah, gugup. Bagaimanapun pandangan Syafiq ke dia terlalu mengintimidasi.Indah tidak tau siapa Syafiq, karena waktu datang ke acara aqiqah, bersama tim catering nya, dia tidak tau rumah siapa yang mau dituju. Dan dia sangat terkejut, ketika sampai ke rumah itu, melhat Adelia, bersama bayi kembarnya.Saat itu otaknya langsung berpikir, sejak Adelia pergi dari rumah, hingga saat ini, belum ada waktu setahun, paling baru sekitar tujuh atau delapan bulan, tetapi kenapa Adelia sudah mempunyai anak? Saat itulah, dia
Ternyata Dokter Elena yang datang. Dia tersenyum kepada semua orang, dan berjalan mendekati Azzam, yang sedang mengangkat tangan dan kakinya, untuk bermain.Wanita cantik, yang memakai Snelli itu, datang memeriksa Azzam, sebelum anak itu dibawa pulang ke rumahnya. "Halo anak gantengnya Mommy, Assalamu'alaikum," salam Dokter Elena, kepada Azzam.Bayi itu mengarahkan pandangannya kepada sang Dokter, dan saat Dokter Elena, memeriksanya, tangan mungil Azzam menggenggam erat jemari wanita cantik dan anggun itu."Wah, kuat banget genggam jari Mommy, takut ditinggal pergi ya anak ganteng," gurau Dokter Elena."Dia tau kalau Mommy nya itu terlalu cantik, jadi takut kalau nanti diganggu orang," seloroh Adelia.Kedua wanita itu akhirnya tertawa, sedangkan Syafiq sama Arga, cuma saling pandang, tetapi pada akhirnya, kedua lelaki itu tertawa terbahak-bahak, mendengar celotehan dua wanita cantik itu.Azim yang sedang tidur, terbangun dan menangis karena berisik. Dengan cepat suster yang merawatny
Hari berlalu dengan cepat, Azim dan Azzam, sekarang sudah berusia tujuh bulan, sudah mulai bisa di ajak bercanda, dan sudah bisa memanggil Mami dan Papi. Azzam yang dulu hampir saja meninggal karena keracunan, kini tumbuh sehat, tanpa mengalami kendala sedikit pun dalam tumbuh kembangnya."Pi ... Pi ...." panggil Azzam, ketika melihat Syafiq memasuki rumah, setelah pulang kerja. Kakinya di hentak-hentakkan, seolah ingin lari menyambut Syafiq. "Assalamu'alaikum, gantengnya Papi," salam Syafiq. Dia memang mengajarkan kepada si kembar, untuk membiasakan mengucapkan salam."Wa'alaikum salam," jawab Suster Ratih dan Suster Dina, menirukan suara anak kecil, sambil membantu Azzam dan Azim untuk melambaikan tangan ke Syafiq.Saat ini Azzam dan Azim, memang sedang di ajak bermain di ruang tengah oleh Suster Ratih dan Suster Dina, sehingga begitu Syafiq masuk, mereka akan langsung melihatnya datang. Sementara Adelia sedang memasak di dapur, untuk makan malam Syafiq.Sekarang Adelia memang yang
Syafiq tetap tidur terlentang tak bergeming sedikitpun, hal ini membuat Adelia semakin cemas. Si Kembar yang tadinya sudah diam, juga kembali menangis, melihat Papinya diam tak bergerak ."Mas! Kamu kenapa? Bangun Mas! Bangun! Jangan bercanda, ini tidak lucu!" teriak Adelia.Wanita itu menggoyangkan badan Syafiq, berniat membangunkannya, tetapi tubuh tegap itu tetap terbaring diam, dengan mata terpejam.Adelia semakin panik, dengan cepat dia meletakkan kembali Azim dan Azzam di samping Syafiq, dan dia segera mendekatkan telinganya ke dada lelaki itu, berniat untuk mendengarkan masih ada detak jantungnya atau tidak.Ups! Begitu telinga dan pipi Adelia menempel di dada bidangnya, tiba-tiba ada sebuah tangan kekar yang memeluknya dengan erat.Adelia terkejut, dan spontan melihat ke wajah Syafiq, akan tetapi wajah itu masih diam dengan mata terpejam. Wanita itu melihat ke tangan Syafiq, tetapi tangan itu juga masih tidak bergerak.Adelia kebingungan, dan kembali mendekatkan telinganya ke
"Mas, di luar ada apa? Kenapa ramai banget?" tanya Adelia."Biar Mas lihat, kalian di sini saja," jawab Syafiq, seraya memberikan Azzam ke Suster Dina."Aku ikut Mas," ucap Adelia, sambil menyerahkan Azim ke Suster Ratih.Dimas mengangguk, Adelia pun mengikuti langkah Syafiq, menuju pintu utama. Begitu pintu di buka, di luar terjadi kegaduhan, ada seorang gadis yang sedang hamil besar, dia teriak-teriak memanggil Syafiq, dan mengucapkan kalimat-kalimat yang menyudutkan lelaki itu.Para satpam dan bodyguard, berusaha menenangkan dan akan membawa gadis itu keluar , tetapi wanita paruh baya yang datang bersama gadis itu, menolak keras, dan menuding orang-orang di sekitarnya durhaka. Begitu Syafiq keluar, ternyata bukan cuma dua wanita beda usia itu yang ada di halaman, tetapi juga puluhan wartawan ikut menerobos masuk ke halaman rumah Syafiq."Ada apa ini?" tanya Syafiq, masih bersikap biasa saja."Bos, ini ada cewek yang mengaku ..." ucapan Burhan terpotong oleh ucapan gadis yang seda
"Rekan wartawan semua, terima kasih sudah hadir di sini. Saya masih belum tau, anak dalam kandungan gadis itu benar anak kandung saya atau bukan, tetapi, saya pastikan, untuk memberikan dia hak untuk tinggal di sini, sampai bayi itu terbukti anak saya atau bukan!" ucap Syafiq, lalu melangkah masuk ke rumah, tanpa menoleh lagi ke para wartawan itu.Para wartawan pun akhirnya bubar dan meninggalkan halaman rumah Syafiq, dengan kecewa, karena berita yang di harapkan, tidak sesuai dengan bayangan mereka.Syafiq kembali melangkah ke tempat Azzam dan Azim bermain. Begitu lelaki itu datang, kedua anak itu pun langsung merangkak, dan menaiki pangkuan sang Papi. Sesayang itu Syafiq kepada kedua anak Adelia itu."Pi ... Pi ...." ucap kedua anak itu, dengan logat bayinya."Iya Sayang, sini Papi peluk," ucap Syafiq, seraya memeluk kedua anak kembar itu. Dan baby kembar pun tertawa gembira dalam pelukan Syafiq.Syafiq terus menciumi pipi chubby kedua anak itu, hingga keduanya tertawa sampai teriak
"Jangan Tuan, tolong jangan hancurkan hidup aku," ucap wanita muda itu, sambil memohon."Kamu kan bilang sedang mengandung anak saya, jadi sekalian akan saya buat menjadi nyata!" ucap Syafiq, dengan tatapan dingin menghujam hati.Wanita itu semakin ketakutan , dan meringkuk di sudut tempat tidur. Syafiq kembali mengulurkan tangannya, untuk menyentuh wanita hamil itu, sehingga membuatnya semakin ketakutan."Buka bajumu secara suka rela, atau saya buka secara paksa!" bentak Syafiq, penuh emosi."Ja ... jangan Tuan, aku mohon, lepaskan aku," ucap gadis itu, terbata-bata karena takut."Kamu sudah menghancurkan reputasi saya, di depan wartawan! Dan sekarang berani minta dilepaskan?" ucap Syafiq, dengan senyum sinis nya.Wanita itu terperangah mendengar ucapan Syafiq. Seketika tubuhnya semakin gemetaran, rasa takut semakin membuncah. "Tolong maafkan aku Tuan, aku cuma di suruh orang. Bapak sakit keras, kami tidak bisa membawanya ke rumah sakit, karena itu kami terima tawaran ini, dengan im
"Dia? Ada hubungan apa mereka? Kenapa jadi bekerja sama untuk melawan aku?" gumam Syafiq.Matanya menatap nyalang, ke foto yang ada di hadapannya. Sebuah foto, seorang laki-laki dan seorang wanita, yang sangat dikenalnya bahkan dia ada kerja sama dengan laki-laki tersebut.Entah apa hubungan laki-laki itu dengan wanita yang menyuruh Wulan, tetapi yang jelas, dirinya harus mulai berhati-hati dengan rekan bisnisnya itu.Syafiq mengambil hp-nya, tetapi urung dia menelepon, karena melihat jam, sudah pukul 23.15, kemungkinan orang yang akan ditelpon sudah tidur, dan dia tidak mau mengganggu istirahat orang tersebut."Ah, besok pagi saja, aku hubungi Desta. Kalau sekarang, kemungkinan dia sudah tidur," gumam Syafiq.Dia kemudian mematikan laptopnya, dan pergi meninggalkan ruangan itu. Tetapi dia bukannya pergi ke kamarnya, melainkan pergi ke belakang rumah, dan duduk di gazebo yang ada di bagian halaman belakang rumahnya.Tidak berapa lama, datang seorang wanita yang berpakaian sederhana,