Indah mengalami keguguran, dan Roni mengamuk, ketika mengetahuinya. Sementara tanpa mereka duga, di saat Arga disibukan oleh Indah yang keguguran, Adelia dengan cepat mengamankan semua surat-surat penting miliknya. Sepulang dari Rumah Sakit, Arga mengamuk, apa lagi ketika tau kau surat-surat pentingnya sudah diambil oleh Adelia, membuat Arga semakin gelap mata, dan menyiksa Adelia, bahkan sampai mengurungnya di gudang. Akan tetapi wanita itu tidak mau menyerah, dan tetap bungkam."Bang, aku butuh bantuanmu. Wanita sialan itu telah menyembunyikan semua surat-surat berharga dari rumah ini. Sudah berbagai cara, aku dan Indah lakukan, untuk membuka mulutnya, akan tetapi dia semakin bungkam!" ucap Arga, siang itu, saat Roni datang berkunjung."Apa rencana kamu?" tanya Roni, tanpa basa basi."Buat dia gila, sampai tidak ada Dokter yang bisa menyembuhkannya!""Rencana yang bagus! Besok aku akan bawa beberapa orang kesini, untuk bersenang-senang dengan jalang itu. Kita lihat, seberapa lama d
Indah terperangah, melihat Arga dan Syafiq, sudah berdiri di sana, sedang menatapnya tajam. Tubuhnya bergidik ngeri, melihat tatapan dingin Syafiq "Jadi, menurut kamu, masih bisa balas dendam? Dan apa yang membuatmu jadi dendam ke Adelia? Kalau punya otak itu dipakai untuk mikir yang benar, bukan dibungkus terus untuk melakukan kecurangan dan kejahatan!" geram Syafiq."Memangnya kamu pikir, masih bisa bebas ya setelah keluar dari sini?" tanya Arga."Apa maksud kalian?" tanya Indah, gugup. Bagaimanapun pandangan Syafiq ke dia terlalu mengintimidasi.Indah tidak tau siapa Syafiq, karena waktu datang ke acara aqiqah, bersama tim catering nya, dia tidak tau rumah siapa yang mau dituju. Dan dia sangat terkejut, ketika sampai ke rumah itu, melhat Adelia, bersama bayi kembarnya.Saat itu otaknya langsung berpikir, sejak Adelia pergi dari rumah, hingga saat ini, belum ada waktu setahun, paling baru sekitar tujuh atau delapan bulan, tetapi kenapa Adelia sudah mempunyai anak? Saat itulah, dia
Ternyata Dokter Elena yang datang. Dia tersenyum kepada semua orang, dan berjalan mendekati Azzam, yang sedang mengangkat tangan dan kakinya, untuk bermain.Wanita cantik, yang memakai Snelli itu, datang memeriksa Azzam, sebelum anak itu dibawa pulang ke rumahnya. "Halo anak gantengnya Mommy, Assalamu'alaikum," salam Dokter Elena, kepada Azzam.Bayi itu mengarahkan pandangannya kepada sang Dokter, dan saat Dokter Elena, memeriksanya, tangan mungil Azzam menggenggam erat jemari wanita cantik dan anggun itu."Wah, kuat banget genggam jari Mommy, takut ditinggal pergi ya anak ganteng," gurau Dokter Elena."Dia tau kalau Mommy nya itu terlalu cantik, jadi takut kalau nanti diganggu orang," seloroh Adelia.Kedua wanita itu akhirnya tertawa, sedangkan Syafiq sama Arga, cuma saling pandang, tetapi pada akhirnya, kedua lelaki itu tertawa terbahak-bahak, mendengar celotehan dua wanita cantik itu.Azim yang sedang tidur, terbangun dan menangis karena berisik. Dengan cepat suster yang merawatny
Hari berlalu dengan cepat, Azim dan Azzam, sekarang sudah berusia tujuh bulan, sudah mulai bisa di ajak bercanda, dan sudah bisa memanggil Mami dan Papi. Azzam yang dulu hampir saja meninggal karena keracunan, kini tumbuh sehat, tanpa mengalami kendala sedikit pun dalam tumbuh kembangnya."Pi ... Pi ...." panggil Azzam, ketika melihat Syafiq memasuki rumah, setelah pulang kerja. Kakinya di hentak-hentakkan, seolah ingin lari menyambut Syafiq. "Assalamu'alaikum, gantengnya Papi," salam Syafiq. Dia memang mengajarkan kepada si kembar, untuk membiasakan mengucapkan salam."Wa'alaikum salam," jawab Suster Ratih dan Suster Dina, menirukan suara anak kecil, sambil membantu Azzam dan Azim untuk melambaikan tangan ke Syafiq.Saat ini Azzam dan Azim, memang sedang di ajak bermain di ruang tengah oleh Suster Ratih dan Suster Dina, sehingga begitu Syafiq masuk, mereka akan langsung melihatnya datang. Sementara Adelia sedang memasak di dapur, untuk makan malam Syafiq.Sekarang Adelia memang yang
Syafiq tetap tidur terlentang tak bergeming sedikitpun, hal ini membuat Adelia semakin cemas. Si Kembar yang tadinya sudah diam, juga kembali menangis, melihat Papinya diam tak bergerak ."Mas! Kamu kenapa? Bangun Mas! Bangun! Jangan bercanda, ini tidak lucu!" teriak Adelia.Wanita itu menggoyangkan badan Syafiq, berniat membangunkannya, tetapi tubuh tegap itu tetap terbaring diam, dengan mata terpejam.Adelia semakin panik, dengan cepat dia meletakkan kembali Azim dan Azzam di samping Syafiq, dan dia segera mendekatkan telinganya ke dada lelaki itu, berniat untuk mendengarkan masih ada detak jantungnya atau tidak.Ups! Begitu telinga dan pipi Adelia menempel di dada bidangnya, tiba-tiba ada sebuah tangan kekar yang memeluknya dengan erat.Adelia terkejut, dan spontan melihat ke wajah Syafiq, akan tetapi wajah itu masih diam dengan mata terpejam. Wanita itu melihat ke tangan Syafiq, tetapi tangan itu juga masih tidak bergerak.Adelia kebingungan, dan kembali mendekatkan telinganya ke
"Mas, di luar ada apa? Kenapa ramai banget?" tanya Adelia."Biar Mas lihat, kalian di sini saja," jawab Syafiq, seraya memberikan Azzam ke Suster Dina."Aku ikut Mas," ucap Adelia, sambil menyerahkan Azim ke Suster Ratih.Dimas mengangguk, Adelia pun mengikuti langkah Syafiq, menuju pintu utama. Begitu pintu di buka, di luar terjadi kegaduhan, ada seorang gadis yang sedang hamil besar, dia teriak-teriak memanggil Syafiq, dan mengucapkan kalimat-kalimat yang menyudutkan lelaki itu.Para satpam dan bodyguard, berusaha menenangkan dan akan membawa gadis itu keluar , tetapi wanita paruh baya yang datang bersama gadis itu, menolak keras, dan menuding orang-orang di sekitarnya durhaka. Begitu Syafiq keluar, ternyata bukan cuma dua wanita beda usia itu yang ada di halaman, tetapi juga puluhan wartawan ikut menerobos masuk ke halaman rumah Syafiq."Ada apa ini?" tanya Syafiq, masih bersikap biasa saja."Bos, ini ada cewek yang mengaku ..." ucapan Burhan terpotong oleh ucapan gadis yang seda
"Rekan wartawan semua, terima kasih sudah hadir di sini. Saya masih belum tau, anak dalam kandungan gadis itu benar anak kandung saya atau bukan, tetapi, saya pastikan, untuk memberikan dia hak untuk tinggal di sini, sampai bayi itu terbukti anak saya atau bukan!" ucap Syafiq, lalu melangkah masuk ke rumah, tanpa menoleh lagi ke para wartawan itu.Para wartawan pun akhirnya bubar dan meninggalkan halaman rumah Syafiq, dengan kecewa, karena berita yang di harapkan, tidak sesuai dengan bayangan mereka.Syafiq kembali melangkah ke tempat Azzam dan Azim bermain. Begitu lelaki itu datang, kedua anak itu pun langsung merangkak, dan menaiki pangkuan sang Papi. Sesayang itu Syafiq kepada kedua anak Adelia itu."Pi ... Pi ...." ucap kedua anak itu, dengan logat bayinya."Iya Sayang, sini Papi peluk," ucap Syafiq, seraya memeluk kedua anak kembar itu. Dan baby kembar pun tertawa gembira dalam pelukan Syafiq.Syafiq terus menciumi pipi chubby kedua anak itu, hingga keduanya tertawa sampai teriak
"Jangan Tuan, tolong jangan hancurkan hidup aku," ucap wanita muda itu, sambil memohon."Kamu kan bilang sedang mengandung anak saya, jadi sekalian akan saya buat menjadi nyata!" ucap Syafiq, dengan tatapan dingin menghujam hati.Wanita itu semakin ketakutan , dan meringkuk di sudut tempat tidur. Syafiq kembali mengulurkan tangannya, untuk menyentuh wanita hamil itu, sehingga membuatnya semakin ketakutan."Buka bajumu secara suka rela, atau saya buka secara paksa!" bentak Syafiq, penuh emosi."Ja ... jangan Tuan, aku mohon, lepaskan aku," ucap gadis itu, terbata-bata karena takut."Kamu sudah menghancurkan reputasi saya, di depan wartawan! Dan sekarang berani minta dilepaskan?" ucap Syafiq, dengan senyum sinis nya.Wanita itu terperangah mendengar ucapan Syafiq. Seketika tubuhnya semakin gemetaran, rasa takut semakin membuncah. "Tolong maafkan aku Tuan, aku cuma di suruh orang. Bapak sakit keras, kami tidak bisa membawanya ke rumah sakit, karena itu kami terima tawaran ini, dengan im
Waktu berjalan sangat cepat, kini Rani dan Gita sudah lulus SMA, dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi tempat Azim dan Azzam dulu menuntut ilmu.Dua laki-laki kembar itu sudah selesai dengan kuliahnya, Azim mengambil alih Delia Group, karena Ayah Arga ingin pensiun lebih cepat. Sementara Azzam menjadi CEO di kantor pusat Samudra Group."Mi, gimana persiapan resepsinya?" tanya Azzam, suatu sore saat dia pulang kantor lebih awal."Sudah tujuh puluh persen. Tinggal undangan sama catering yang belum. Untuk gaunnya, kalian datang sendiri ke butik, supaya bisa menyesuaikan yang pas buat kalian.""Terima kasih ya Mi, Mami memang the best."Adelia tersenyum, sambil menepuk-nepuk punggung Azzam yang sedang memeluknya."Oh ya, dimana duo menantu kesayangan Mami itu?"Karena sejak pulang tadi, Azzam sama sekali tidak melihat kehadiran sang istri."Lagi belajar bareng Gita di balkon kamar Gita.""Kalau begitu aku mandi dulu ya Mi."Adelia hanya menjawab dengan anggukan kepala. Dan Azzam pun pe
"Jadi bagaimana?" tanya Azzam lagi. "Apanya?" tanya Rani bingung."will you marry me?"Sejenak Rani menunduk, tapi wajahnya sudah merah merona menahan malu dan bahagia. " Ya, aku bersedia."Begitu mendengar jawaban Rani, semua orang bersorak gembira. Begitu juga dengan Azzam, dia bersorak dan akan memeluk Rani, tetapi sebuah tangan langsung mencegahnya, "Halalkan dulu, bru boleh peluk anak Abah."Ternyata Ayah Rani dan Ibu tirinya sudah berdiri di dekat dua sejoli itu. Dan Abah langsung menjewer telinga Azzam, sehingga membuat semua orang tertawaan melihat tingkah kedua orang itu."Pak Syafiq, minta nikahkan saja mereka sekarang juga. Aku takut anakku bunting duluan sebelum dihalalkan oleh anakmu." ucap Abah."Setuju Bah, semua sudah siap tinggal menunggu pengantinnya di make over dulu." jawab Syafiq, yang membuat semua orang tersenyum, termasuk sepasang calon pengantin itu."Papi, kok make over sih?" "Lah terus apaan dong itu namanya yang dibikin cantik?""Make up Papi." sela Adel
"Adik saya bernama Gita Indira, dia kelas tiga SMA, satu kelas dengan Rani, ada Azani Baskara dan Azahra Salsabila, mereka kelas tiga SMP di yayasan ini juga."Seketika raut wajah Pak Kepala Sekolah menegang, tangannya gemetaran. "A ... apakah Anda Nak Azim Baskara Samudra?"Azim mengangguk sambil tersenyum ramah, tapi masih dengan mode diamnya."Berarti Adik Anda Gita Indira Baskara Samudra, Azani Baskara Samudra, dan Azahra Salsabila Samudra?"Azim kembali mengangguk, hal itu membuat Pak KepSek semakin pucat pasi."Oh ya Tuhan." gumamnya penuh kegugupan. Beliau akhirnya memanggil Guru BP, untuk mengurus hukuman yang pantas untuk Nana dan teman-temannya. Setelah ke empat anak itu dibawa ke ruang BP, Pak KepSek langsung meminta maaf kepada Azim dan Rani."Nak Azim, saya meminta maaf atas kelalaian saya dalam mengawasi murid-murid di sini. Bahkan saya tidak pernah tau kalau di sekolah ini terdapat anak-anak hebat dari keluarga Samudra. Siapa yang sangka jika Pak Azzam, yang bekerja ja
Azzam terkekeh mendengar ucapan sarkas gadis di depannya. Tidak di sangka kalau Rani akan mengejarnya sampai parkiran."Hai muridku yang tersayang." jawab Azzam, dan spontan membuat raut wajah Rani jadi merah merona."Maaf Kak, cuma mau ngasih ini buat Kakak." ucap Rani, seraya menyodorkan box berwarna biru. "Ini tadi pagi aku buat sendiri, sebagai ucapan terima kasih karena kemarin sudah dibelikan buku yang dibutuhkan." lanjutnya.Kemarin secara tak sengaja bertemu dengan Azzam di toko buku, dan malunya saat mau bayar ternyata dompet Rani tidak ada dalam tasnya. Tadinya Rani mau kembalikan saja bukunya, akan tetapi Azzam tiba-tiba datang mau bayar buku juga, alhasil buku miliknya dibayarkan sekalian sama lelaki itu.Azzam terkekeh, "Jadi kamu sudah tau nih, kalau hari ini aku ngajar di sini?" godanya."Tidak! Tadinya ini mau aku titipkan ke Gita, tapi karena Kakak ada di sini, jadi ya diberikan langsung saja ke kakak."Azzam mengulurkan tangannya untuk menerima pemberian Rani itu. "
"Aku pernah beberapa kali lihat Gita diantar oleh Pak Azzam, bersama dua anak kembar laki-laki dna perempuan berseragam SMP, di sini juga." terang gadis itu."Wah, adiknya cakep juga gak yang cewek?" tanya teman laki-laki, yang duduk di depan gadis itu."Cantik banget, hidungnya mancung, wajahnya agak mirip orang timur tengah." urai gadis itu lagi."Wah, boleh juga aku pacarin adikmu ya Git." celoteh beberapa anak laki-laki.Gita sama Rani hanya diam dan saling lempar pandang, bingung mau menyikapinya bagaimana. "Kalian sudah pesan makanan?" Tiba-tiba sebuah suara bariton menyela obrolan para murid di kantin. Dan tanpa permisi, dia langsung duduk di sebelah Rani, dan berhadapan dengan Gita."Belum!" jawab Gita."Baru juga duduk, sudah dikerubuti sama penggemar Pak Azzam." seloroh Rani.Azzam terkekeh, dia lalu berjalan menuju stain makanan, dan pesan tiga porsi baso. Dia tau kedua gadis di depannya itu pecinta baso. Karena seringkali Gita dan Rani minta makan baso setiap kal diajak
Seketika kelas menjadi hening, semua mata menatap intens lelaki tampan yang berdiri di samping Bu Dinar. Guru itu tersenyum manis, sambil mengelus perut buncitnya, karena sedang hamil tua."Anak-anak, mulai hari ini Ibu sudah ambil cuti, karena sebentar lagi akan melahirkan. Dan untuk sementara, Pak Guru tampan ini, akan menggantikan tugas Ibu, selama cuti."Semua murid perempuan bersorak riang, kecuali Gita dan Rani, yang masih terbengong menatap lelaki itu bingung."Silahkan perkenalkan diri Anda Pak Azzam." ucap Bu Dinar, mempersilahkan."Halo, selamat pagi semuanya. Perkenalkan, nama saya Azzam Baskara Samudra, biasa di panggil Azzam, atau kalian juga boleh panggil saya dengan panggilan yang lain. Saya di sini sebagai guru pengganti untuk Bu Dinar, jadi selama Beliau cuti, kalan akan bertemu dengan saya saat pelajaran Matematika. Apa ada pertanyaan?"Salah seorang murid mengangkat tangannya, lalu bertanya, "boleh minta nomer HP-nya gak Pak?"Yang lainnya ikutan bertanya, "Boleh
Azim mengantar Gita dan kedua adik kembarnya ke sekolah, ini adalah hari pertama Gita masuk sekolah setelah statusnya menjadi istri."Kak aku masuk dulu," pamit Zahra sambil mencium tangan Azim dan Gita."Baik-baik di sekolah ya, belajar yang rajin princess." jawab Azim, seraya mengusap kepala adiknya. Sementara Gita cuma tersenyum sambil mencium kedua pipi sang adik ipar."Aku juga masuk dulu kak." pamit Zani, dengan wajah datarnya. Meskipun demikian, dia tetap mencium tangan Azim dan Gita. Kali ini Gita cuma mengucap pucuk kepala lelaki remaja itu."Semangat belajarnya jagoan Kakak." ucap Azim, sambil mengacak rambut Zani."Ih kakak! Jangan di acak-acak, jadi jelek nih." gerutu Zani.Azim hanya tertawa kecil melihat keluguan adik laki-lakinya itu. Zani dan Zahra segera berlalu dari hadapan Azim dan Gita."Aku masuk ke kelas dulu ya Bang," pamit Gita sambil tersipu malu.Dia mencium punggung tangan sang suami, dan Azim langsung mencium kening sang istri, lalu mengecup kilat bibir mu
"Mau kemana?" tanya Azim, saat Gita mau masuk ke kamarnya sendiri.Saat ini, mereka baru pulang dari rumah Gita, dan sekalian pengantin wanitanya langsung diboyong kembali ke kediaman keluarga Samudra."Mau ke kamar Kak." jawab Gita, sambil menunduk malu, tidak berani menatap wajah lelaki yang sudah bergelar sebagai suaminya itu."Ya sudah ayok kita ke kamar, tapi kamarku! Bukan kamarmu. Mulai sekarang, ini kamar kita!" tegas Azim, seraya menarik pelan tangan sang istri.Gita hanya menurut, sambil tertunduk malu. Sampai di kamar, Gita hanya terpaku, bingung harus bagaimana. Azim mendekat, lalu memegang kedua pundak gadis itu. Seketika jantung Gita bertalu-talu tak karuan. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus.Azim tersenyum, gemas melihat wajah sang istri yang merona karena malu. Ingin rasanya menerkam gadis itu saat ini juga, akan tetapi Azim masih harus bersabar, karena Gita masih sekolah."Cup!" Azim mengecup singkat kening Gita, lalu memandangnya lekat. "Kamu mandilah dulu, dan
Gita mengangguk pelan, saat Azim menatapnya lekat, seolah bertanya keputusan apa yang akan di ambil. Dan lelaki itu merasa sangat gembira, ketika melihat anggukan samar dari gadis di depannya."Baik Pi, aku akan menikahi Gita sekarang juga!" ucap Azim, tanpa keraguan sedikitpun.Syafiq dan Danu sangat gembira, mendengar jawaban dari Azim itu. Setelah malam ini, ayah Gita akan merasa tenang, karena anak tirinya sudah ada yang akan selalu siap melindungi."Terima kasih nak, sekarang bapak merasa tenang dengan keselamatan Gita." ucap Pak Danu, seraya menepuk bahu Azim."Alhamdulillah, karena calon pengantinnya sudah setuju, jadi sekarang kita masuk ke dalam lagi. Untuk sementara nikah siri dulu ya, karena Gita masih belum cukup umur untuk mendaftarkan pernikahan secara hukum." ucap Syafiq, merasa tak enak hati karena menikahkan putra sulungnya dengan cara seperti ini, dan terkesan buru-buru."Iya Pi, gak apa-apa." jawab Gita."Yang penting halal dulu Pi, jadi gak dosa kalau nanti khilaf