Syafiq tetap tidur terlentang tak bergeming sedikitpun, hal ini membuat Adelia semakin cemas. Si Kembar yang tadinya sudah diam, juga kembali menangis, melihat Papinya diam tak bergerak ."Mas! Kamu kenapa? Bangun Mas! Bangun! Jangan bercanda, ini tidak lucu!" teriak Adelia.Wanita itu menggoyangkan badan Syafiq, berniat membangunkannya, tetapi tubuh tegap itu tetap terbaring diam, dengan mata terpejam.Adelia semakin panik, dengan cepat dia meletakkan kembali Azim dan Azzam di samping Syafiq, dan dia segera mendekatkan telinganya ke dada lelaki itu, berniat untuk mendengarkan masih ada detak jantungnya atau tidak.Ups! Begitu telinga dan pipi Adelia menempel di dada bidangnya, tiba-tiba ada sebuah tangan kekar yang memeluknya dengan erat.Adelia terkejut, dan spontan melihat ke wajah Syafiq, akan tetapi wajah itu masih diam dengan mata terpejam. Wanita itu melihat ke tangan Syafiq, tetapi tangan itu juga masih tidak bergerak.Adelia kebingungan, dan kembali mendekatkan telinganya ke
"Mas, di luar ada apa? Kenapa ramai banget?" tanya Adelia."Biar Mas lihat, kalian di sini saja," jawab Syafiq, seraya memberikan Azzam ke Suster Dina."Aku ikut Mas," ucap Adelia, sambil menyerahkan Azim ke Suster Ratih.Dimas mengangguk, Adelia pun mengikuti langkah Syafiq, menuju pintu utama. Begitu pintu di buka, di luar terjadi kegaduhan, ada seorang gadis yang sedang hamil besar, dia teriak-teriak memanggil Syafiq, dan mengucapkan kalimat-kalimat yang menyudutkan lelaki itu.Para satpam dan bodyguard, berusaha menenangkan dan akan membawa gadis itu keluar , tetapi wanita paruh baya yang datang bersama gadis itu, menolak keras, dan menuding orang-orang di sekitarnya durhaka. Begitu Syafiq keluar, ternyata bukan cuma dua wanita beda usia itu yang ada di halaman, tetapi juga puluhan wartawan ikut menerobos masuk ke halaman rumah Syafiq."Ada apa ini?" tanya Syafiq, masih bersikap biasa saja."Bos, ini ada cewek yang mengaku ..." ucapan Burhan terpotong oleh ucapan gadis yang seda
"Rekan wartawan semua, terima kasih sudah hadir di sini. Saya masih belum tau, anak dalam kandungan gadis itu benar anak kandung saya atau bukan, tetapi, saya pastikan, untuk memberikan dia hak untuk tinggal di sini, sampai bayi itu terbukti anak saya atau bukan!" ucap Syafiq, lalu melangkah masuk ke rumah, tanpa menoleh lagi ke para wartawan itu.Para wartawan pun akhirnya bubar dan meninggalkan halaman rumah Syafiq, dengan kecewa, karena berita yang di harapkan, tidak sesuai dengan bayangan mereka.Syafiq kembali melangkah ke tempat Azzam dan Azim bermain. Begitu lelaki itu datang, kedua anak itu pun langsung merangkak, dan menaiki pangkuan sang Papi. Sesayang itu Syafiq kepada kedua anak Adelia itu."Pi ... Pi ...." ucap kedua anak itu, dengan logat bayinya."Iya Sayang, sini Papi peluk," ucap Syafiq, seraya memeluk kedua anak kembar itu. Dan baby kembar pun tertawa gembira dalam pelukan Syafiq.Syafiq terus menciumi pipi chubby kedua anak itu, hingga keduanya tertawa sampai teriak
"Jangan Tuan, tolong jangan hancurkan hidup aku," ucap wanita muda itu, sambil memohon."Kamu kan bilang sedang mengandung anak saya, jadi sekalian akan saya buat menjadi nyata!" ucap Syafiq, dengan tatapan dingin menghujam hati.Wanita itu semakin ketakutan , dan meringkuk di sudut tempat tidur. Syafiq kembali mengulurkan tangannya, untuk menyentuh wanita hamil itu, sehingga membuatnya semakin ketakutan."Buka bajumu secara suka rela, atau saya buka secara paksa!" bentak Syafiq, penuh emosi."Ja ... jangan Tuan, aku mohon, lepaskan aku," ucap gadis itu, terbata-bata karena takut."Kamu sudah menghancurkan reputasi saya, di depan wartawan! Dan sekarang berani minta dilepaskan?" ucap Syafiq, dengan senyum sinis nya.Wanita itu terperangah mendengar ucapan Syafiq. Seketika tubuhnya semakin gemetaran, rasa takut semakin membuncah. "Tolong maafkan aku Tuan, aku cuma di suruh orang. Bapak sakit keras, kami tidak bisa membawanya ke rumah sakit, karena itu kami terima tawaran ini, dengan im
"Dia? Ada hubungan apa mereka? Kenapa jadi bekerja sama untuk melawan aku?" gumam Syafiq.Matanya menatap nyalang, ke foto yang ada di hadapannya. Sebuah foto, seorang laki-laki dan seorang wanita, yang sangat dikenalnya bahkan dia ada kerja sama dengan laki-laki tersebut.Entah apa hubungan laki-laki itu dengan wanita yang menyuruh Wulan, tetapi yang jelas, dirinya harus mulai berhati-hati dengan rekan bisnisnya itu.Syafiq mengambil hp-nya, tetapi urung dia menelepon, karena melihat jam, sudah pukul 23.15, kemungkinan orang yang akan ditelpon sudah tidur, dan dia tidak mau mengganggu istirahat orang tersebut."Ah, besok pagi saja, aku hubungi Desta. Kalau sekarang, kemungkinan dia sudah tidur," gumam Syafiq.Dia kemudian mematikan laptopnya, dan pergi meninggalkan ruangan itu. Tetapi dia bukannya pergi ke kamarnya, melainkan pergi ke belakang rumah, dan duduk di gazebo yang ada di bagian halaman belakang rumahnya.Tidak berapa lama, datang seorang wanita yang berpakaian sederhana,
Pagi-pagi sekali Desta sudah sampai ke rumah Syafiq, mereka langsung masuk ke ruang kerja, dengan di ikuti Burhan."Hari ini, berangkat ke kantor sehabis makan siang saja, saya mau, kamu selidiki tentang Ferdi!" perintah Syafiq kepada Desta."Memang ada apa dengan Ferdi? Bukannya dia rekan bisnis kita?" tanya Desta, bingung, karena Syafiq, belum menjelaskan apapun."Ya, justru karena dia rekan bisnis kita, makanya kamu harus selidiki dia, karena dia berhubungan dengan seorang wanita yang mengirimkan wartawan dan wanita hamil ke rumah ini, untuk menghancurkan nama baik saya!""Ah ... kapan?" tanya Desta, terkejut."Kemarin malam, tentu saja kamu tidak tau, sudah berlayar ke laut cinta," seloroh Syafiq."Kan mau cepat-cepat bikin anak, supaya bisa cepat dapat baby lucu seperti Azim dan Azzam, ah iya, bicara tentang mereka jadi kangen sama anak-anakku yang menggemaskan itu," ucap Desta, sambil memasang ekspresi sedih.'plak' Syafiq melempar balpoin yang dia pegang, dan langsung mengenai
Arga dan Syafiq terus merencanakan semua hal, untuk menjerat Ferdi. Sementara Burhan dan Sam, bergerak cepat untuk menangkap Bela."Perempuan itu masuk ke mall, Bang," ucap Sam, yang duduk di belakang kemudi, kepada Burhan yang berada di sampingnya."Awasi terus, jangan sampai lengah, kita cari tempat yang tepat, untuk membekuk dia! Perintahkan ke teman yang lain, untuk mengikuti jal4ng itu, di dalam!""Siap Bang!" Sam segera mengambil HP-nya, kemudian menghubungi seseorang, yang ada di dalam mall. Tidak butuh waktu lama, perempuan itu, sudah keluar, dengan menjinjing sebuah paper bag."Ikuti dia, beritahu teman yang lain, untuk memepet mobil itu, di tempat yang sepi, dan kita bersiap untuk mengoper perempuan itu dari tangan teman-teman yang lain!"Sam hanya mengangguk, kemudian menjalankan mobilnya, secara perlahan, untuk mengikuti perempuan yang duduk di dalam mobil tersebut.Sampai di persimpangan, Bela mengambil arah kanan, dan Sam pun mengikuti, dengan jarak yang aman, agar tid
Semua orang pergi meninggalkan ruang kotor penuh debu itu, tinggal Bela seorang diri, di dalam sana, meringkuk memeluk kaki, wajahnya dia sembunyikan di antara lututnya. Tubuhnya yang polos, tanpa penutup sedikitpun, bergetar hebat. Dia menangis terisak, hidupnya telah hancur! Walaupun anak buah Syafiq, tidak ada yang menyentuhnya, akan tetapi apa yang dia lakukan seorang diri, tanpa bisa mengontrol nafsunya, pada akhirnya dia melakukan segala cara untuk memuaskan dirinya sendiri.Berulang kali dia memohon kepada anak buah Syafiq tersebut, untuk mau menyentuhnya, tetapi bukan sentuhan nafsu yang dia dapatkan, melainkan tatapan jijik.Terbayang lagi, apa yang baru saja dia lakukan, seorang diri, dalam mencapai kepuasan. Tubuhnya meliuk-liuk, oleh rangsangan tangannya sendiri, erangan demi erangan, desahan kenikmatan dia raih seorang diri, demi untuk membebaskan rasa panas pada tubuhnya, akibat obat perangsang, yang diberikan oleh lelaki berbaju serba hitam itu.Rasa malu, menjadi t