"Kalau ternyata kamu bisa hamil bagaimana Del?" tanya Eva.Deg! Adelia langsung menatap Eva tajam. Hatinya tiba-tiba berdetak sangat kencang. Entah kenapa ada perasaan aneh yang menjalari hatinya. Seketika wajah Adelia menjadi pucat, hal itu tidak luput dari penglihatan Eva. Sebagai seorang Psikiater, Eva tau benar kalau hati sahabatnya itu, tidak sedang baik-baik saja.Diraihnya tangan wanita itu, lalu digenggam dengan hangat. Eva tersenyum, dengan lembut bertanya, "Apa yang sedang kamu pikirkan Del? Mau cerita sama aku?"Adelia menggeleng, lalu tersenyum sendiri. Melihat ini, Eva mencoba menggoda sahabat sekaligus pasiennya itu."Ehm, cie yang lagi membayangkan sikap manisnya Mas Syafiq," seloroh Eva."Eh, enggak. Aku lagi ngebayangin, kalau seandainya punya anak, pasti hatiku gak terasa sepi. Beda dengan sekarang, Mas Arga selalu bersikap dingin ke aku, dan terus-menerus memojokkan, hanya karena kami belum punya anak," terang Adelia.Wajahnya merona malu-malu. Eva jadi gemas meliha
"Apa?" tanya Syafiq kaget."Sepertinya Perusahaan ini milik keluarga Adelia, tapi apakah asetnya masih atas nama Adelia, atau diam-diam sudah di ganti nama menjadi namanya," urai Desta."Selidiki sampai tuntas," perintah Syafiq.Hati Syafiq seketika terasa panas, kenapa Perusahaan keluarga Adelia bisa jatuh ke tangan Arga, akan tetapi kondisi Adelia sangat menyedihkan seperti itu? Ada yang tidak beres, yang telah terjadi selama ini. Apa lagi mengingat Adelia yang mengalami Amnesia, pasti Arga memanfaatkan kesempatan itu."Baiklah, aku telpon anak buahku dulu," jawab Desta, sambil mengeluarkan Hp-nya, dari saku celananya."Itu nanti saja Bro, sekarang yang paling penting adalah, ajak istrimu makan. Kasihan tuh Eva, dari pagi sibuk bantu aku nenangin Adelia,""Okey lag, yuk sayang kita makan siang duluan," ucap Desta, sembari berdiri dan menggandeng tangan Eva."Mas Syafiq gak makan sekalian?" tanya Eva."Aku nanti saja, bareng Adelia. Kalian makan saja dulu," perintah Syafiq."Baik Mas
"J ... jadi ... kamu yang sudah membunuh mereka?" tanya Adelia, terkejut mendengar obrolan Arga dengan seseorang lewat telpon.Arga yang sedang berdiri di ujung tangga, merasa terkejut dengan kehadiran Adelia yang tiba-tiba. Saat Arga hendak menjelaskan kepadanya, tiba-tiba sebuah tangan mendorong wanita itu hingga berguling di tangga jatuh ke lantai satu."Adelia!" teriak Arga.Dengan cepat dia berlari menuruni tangga dan meraih tubuh wanita yang sudah berlumur darah itu. Arga melihat ke lantai dua, ingin tau siapa pelakunya. Dia terkejut ketika melihat, ternyata Ibunya yang telah mendorong Adelia hingga terjatuh. Dengan cepat, Arga membawa wanita itu ke Rumah Sakit. Ternyata kondisinya parah. Adelia sempat koma selama seminggu.Selama Adelia koma, Arga selalu rutin menjenguknya di ruang ICU, biarpun cuma bisa lihat dari jendela kaca. Setelah wanita itu tersadar, Arga semakin rajin datang, dan dengan sabar merawatnya.Arga tersenyum, ketika mengingat kata pertama yang muncul dari mul
Syafiq yang melihat itu, langsung dengan sigap memeluk Adelia, dan berusaha menenangkannya."Jangan takut, tidak apa-apa. Dia Bu Siti, orang yang biasa bantu-bantu aku di rumah," ucap Syafiq lembut, sambil mengelus pucuk kepala Adelia.Wanita itu segera pindah ke belakang Syafiq, lalu menyembunyikan wajahnya di punggung lelaki itu. Dia ketakutan, bayangan penyiksaan yang dilakukan oleh Indah dan Arga, kembali melintas di pikirannya. "Maaf Nyonya, kalau saya mengejutkan," ucap Bu Siti, takut-takut."Tidak apa-apa Bu Siti, Adelia cuma belum terbiasa saja dengan Ibu," ucap Syafiq, ramah.Syafiq memang terkenal dingin dan tegas, tetapi dia sangat menghormati orang yang lebih tua darinya. Apa lagi Pak Isman dan Ibu Siti, adalah orang yang sudah merawatnya sejak dia masih kecil.Bu Siti tidak mengucapkan apa-apa, dia hanya mengangguk dan segera mengemasi meja makan, serta pecahan piring yang berserakan di lantai.Syafiq menarik tangan Adelia, dan membalikan tubuh, sehingga sekarang mereka
"Apa Mas? Ha ... mil?" tanya Adelia, terkejut.Wajah Adelia, langsung pucat, saat Syafiq menanyakan tentang kehamilannya. Bukannya dia tidak bersyukur, akan tetapi ini adalah sebuah anugrah diwaktu yang salah. Kenapa baru tau kalau sedang hamil, setelah rumah tangganya hancur, karena mengetahui semua kebusukan sang suami.Syafiq yang melihat wajah Adelia berubah pucat, jadi merasa bersalah. Dia pikir kalau wanita itu sudah tau tentang kehamilannya. Akan tetapi, saat melihat reaksinya, lelaki itu yakin, kalau Adelia belum sadar kalau dia sedang hamil.Syafiq pindah duduk ke sisi Adelia. Dia peluk wanita itu dengan lembut, sambil mengusap punggungnya, Syafiq berkata, "Kamu jangan khawatir, aku akan selalu melindungimu."Adelia menoleh ke lelaki itu, ada senyum tipis terukir di bibir wanita itu, meskipun terlihat samar. Syafiq meraih kedua pipi Adelia, dan membawanya untuk melihat ke arahnya."Dengar sayang, keputusan apapun yang kamu ambil, aku akan selalu mendukung dan melindungimu," u
"Akan aku bunuh anak yang ada dalam perut kamu ini, biar kamu tau seperti apa rasanya kehilangan anak yang belum sempat kamu lihat!" murka Arga.Adelia ingin bicara, tapi tidak bisa, karena Arga terlalu kuat mencekiknya. Dia hanya berusaha menendang dan mencakar laki-laki itu, tapi tenaga Adelia tidak sebanding dengan tenaga Arga."Lepaskan, tolong jangan sakiti aku lagi," rintih Adelia.Akan tetapi Arga tidak mau mendengarkan, bahkan malah semakin murka. Diambilnya bantal yang Adelia pakai, kemudian membekap wajah wanita itu dengan bantal.Adelia terus meronta, dan di saat hampir kehabisan napas, dia berhasil lepas dari bekapan Arga, lalu berteriak minta tolong."Tolong! Tolong!" teriak Adelia.Syafiq yang berada di ruang kerja, segera berlari dengan panik, dia berpikir kalau sesuatu pasti telah terjadi kepada Adelia. Begitu juga dengan Ibu Siti yang sedang di dapur, dia ikut berlari ke lantai dua dengan cemas, hingga tubuh tuanya bergetar dan napasnya ngos-ngosan karena lelah.Syaf
"Sial! Jadi selama ini kamu selingkuh dengannya?"Syafiq tidak memperdulikan ucapan orang di belakangnya. Dia terus berusaha untuk menenangkan dan membuat nyaman Adelia. Akan tetapi, orang di belakangnya, tidak mempunyai etika dan kesabaran.Diraihnya baju belakang Syafiq, lalu mendorong dengan kuat, sehingga lelaki itu hampir terjatuh. Syafiq hanya menoleh sekilas kepada orang yang barusan mendorongnya kasar. Tetapi, lagi-lagi, dia masa bodoh dengan kehadiran orang itu.Syafiq berlutut di depan Adelia, sambil menggenggam kedua tangan wanita itu. Dengan senyum manis, lelaki itu mencium kedua tangan Adelia. Arga yang merasa tidak dianggap, akhirnya semakin emosi. Dan berusaha untuk menyerang Syafiq kembali."Bajingan! Brengsek! Berani-beraninya bermesraan dengan Istri orang, di depan Suaminya sendiri!" bentak Arga."Bukan Istri, tapi calon mantan Istri," ucap Syafiq, dengan nada yang lembut, sambil tersenyum manis ke Adelia.Arga meradang, mendapatkan perlakuan seperti itu dari Syafiq.
Honey," ucap seorang perempuan.Seorang perempuan cantik, tiba-tiba masuk ke ruangan Syafiq, dengan lancang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dia dengan elegan berjalan masuk, tanpa menghiraukan Desta, yang duduk di belakang mejanya. Syafiq memang sengaja meletakkan meja Desta, di dalam ruangannya, agar mempermudah saat dia membutuhkan sang asisten. Desta hanya menyipitkan mata, saat melihat perempuan itu masuk dengan seenaknya."Kalau Bos ada, mampus kamu jalang," batin Desta.Perempuan itu berjalan ke arah meja Syafiq, setelah tidak menemukan yang dicari, dia hendak masuk ke ruangan khusus, yang Syafiq siapkan untuk dia istirahat, tetapi pintunya terkunci. Akhirnya perempuan itu berjalan ke arah Desta."Mana kunci ruangan itu," tanya perempuan itu.Desta memutar bola matanya, merasa jengah dengan sikap perempuan itu. Padahal Syafiq sudah terang-terangan menolaknya, tetapi perempuan itu, dengan percaya dirinya, mengaku kalau dia adalah tunangan Syafiq."Mana saya tau," ucap Desta