"J ... jadi ... kamu yang sudah membunuh mereka?" tanya Adelia, terkejut mendengar obrolan Arga dengan seseorang lewat telpon.Arga yang sedang berdiri di ujung tangga, merasa terkejut dengan kehadiran Adelia yang tiba-tiba. Saat Arga hendak menjelaskan kepadanya, tiba-tiba sebuah tangan mendorong wanita itu hingga berguling di tangga jatuh ke lantai satu."Adelia!" teriak Arga.Dengan cepat dia berlari menuruni tangga dan meraih tubuh wanita yang sudah berlumur darah itu. Arga melihat ke lantai dua, ingin tau siapa pelakunya. Dia terkejut ketika melihat, ternyata Ibunya yang telah mendorong Adelia hingga terjatuh. Dengan cepat, Arga membawa wanita itu ke Rumah Sakit. Ternyata kondisinya parah. Adelia sempat koma selama seminggu.Selama Adelia koma, Arga selalu rutin menjenguknya di ruang ICU, biarpun cuma bisa lihat dari jendela kaca. Setelah wanita itu tersadar, Arga semakin rajin datang, dan dengan sabar merawatnya.Arga tersenyum, ketika mengingat kata pertama yang muncul dari mul
Syafiq yang melihat itu, langsung dengan sigap memeluk Adelia, dan berusaha menenangkannya."Jangan takut, tidak apa-apa. Dia Bu Siti, orang yang biasa bantu-bantu aku di rumah," ucap Syafiq lembut, sambil mengelus pucuk kepala Adelia.Wanita itu segera pindah ke belakang Syafiq, lalu menyembunyikan wajahnya di punggung lelaki itu. Dia ketakutan, bayangan penyiksaan yang dilakukan oleh Indah dan Arga, kembali melintas di pikirannya. "Maaf Nyonya, kalau saya mengejutkan," ucap Bu Siti, takut-takut."Tidak apa-apa Bu Siti, Adelia cuma belum terbiasa saja dengan Ibu," ucap Syafiq, ramah.Syafiq memang terkenal dingin dan tegas, tetapi dia sangat menghormati orang yang lebih tua darinya. Apa lagi Pak Isman dan Ibu Siti, adalah orang yang sudah merawatnya sejak dia masih kecil.Bu Siti tidak mengucapkan apa-apa, dia hanya mengangguk dan segera mengemasi meja makan, serta pecahan piring yang berserakan di lantai.Syafiq menarik tangan Adelia, dan membalikan tubuh, sehingga sekarang mereka
"Apa Mas? Ha ... mil?" tanya Adelia, terkejut.Wajah Adelia, langsung pucat, saat Syafiq menanyakan tentang kehamilannya. Bukannya dia tidak bersyukur, akan tetapi ini adalah sebuah anugrah diwaktu yang salah. Kenapa baru tau kalau sedang hamil, setelah rumah tangganya hancur, karena mengetahui semua kebusukan sang suami.Syafiq yang melihat wajah Adelia berubah pucat, jadi merasa bersalah. Dia pikir kalau wanita itu sudah tau tentang kehamilannya. Akan tetapi, saat melihat reaksinya, lelaki itu yakin, kalau Adelia belum sadar kalau dia sedang hamil.Syafiq pindah duduk ke sisi Adelia. Dia peluk wanita itu dengan lembut, sambil mengusap punggungnya, Syafiq berkata, "Kamu jangan khawatir, aku akan selalu melindungimu."Adelia menoleh ke lelaki itu, ada senyum tipis terukir di bibir wanita itu, meskipun terlihat samar. Syafiq meraih kedua pipi Adelia, dan membawanya untuk melihat ke arahnya."Dengar sayang, keputusan apapun yang kamu ambil, aku akan selalu mendukung dan melindungimu," u
"Akan aku bunuh anak yang ada dalam perut kamu ini, biar kamu tau seperti apa rasanya kehilangan anak yang belum sempat kamu lihat!" murka Arga.Adelia ingin bicara, tapi tidak bisa, karena Arga terlalu kuat mencekiknya. Dia hanya berusaha menendang dan mencakar laki-laki itu, tapi tenaga Adelia tidak sebanding dengan tenaga Arga."Lepaskan, tolong jangan sakiti aku lagi," rintih Adelia.Akan tetapi Arga tidak mau mendengarkan, bahkan malah semakin murka. Diambilnya bantal yang Adelia pakai, kemudian membekap wajah wanita itu dengan bantal.Adelia terus meronta, dan di saat hampir kehabisan napas, dia berhasil lepas dari bekapan Arga, lalu berteriak minta tolong."Tolong! Tolong!" teriak Adelia.Syafiq yang berada di ruang kerja, segera berlari dengan panik, dia berpikir kalau sesuatu pasti telah terjadi kepada Adelia. Begitu juga dengan Ibu Siti yang sedang di dapur, dia ikut berlari ke lantai dua dengan cemas, hingga tubuh tuanya bergetar dan napasnya ngos-ngosan karena lelah.Syaf
"Sial! Jadi selama ini kamu selingkuh dengannya?"Syafiq tidak memperdulikan ucapan orang di belakangnya. Dia terus berusaha untuk menenangkan dan membuat nyaman Adelia. Akan tetapi, orang di belakangnya, tidak mempunyai etika dan kesabaran.Diraihnya baju belakang Syafiq, lalu mendorong dengan kuat, sehingga lelaki itu hampir terjatuh. Syafiq hanya menoleh sekilas kepada orang yang barusan mendorongnya kasar. Tetapi, lagi-lagi, dia masa bodoh dengan kehadiran orang itu.Syafiq berlutut di depan Adelia, sambil menggenggam kedua tangan wanita itu. Dengan senyum manis, lelaki itu mencium kedua tangan Adelia. Arga yang merasa tidak dianggap, akhirnya semakin emosi. Dan berusaha untuk menyerang Syafiq kembali."Bajingan! Brengsek! Berani-beraninya bermesraan dengan Istri orang, di depan Suaminya sendiri!" bentak Arga."Bukan Istri, tapi calon mantan Istri," ucap Syafiq, dengan nada yang lembut, sambil tersenyum manis ke Adelia.Arga meradang, mendapatkan perlakuan seperti itu dari Syafiq.
Honey," ucap seorang perempuan.Seorang perempuan cantik, tiba-tiba masuk ke ruangan Syafiq, dengan lancang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dia dengan elegan berjalan masuk, tanpa menghiraukan Desta, yang duduk di belakang mejanya. Syafiq memang sengaja meletakkan meja Desta, di dalam ruangannya, agar mempermudah saat dia membutuhkan sang asisten. Desta hanya menyipitkan mata, saat melihat perempuan itu masuk dengan seenaknya."Kalau Bos ada, mampus kamu jalang," batin Desta.Perempuan itu berjalan ke arah meja Syafiq, setelah tidak menemukan yang dicari, dia hendak masuk ke ruangan khusus, yang Syafiq siapkan untuk dia istirahat, tetapi pintunya terkunci. Akhirnya perempuan itu berjalan ke arah Desta."Mana kunci ruangan itu," tanya perempuan itu.Desta memutar bola matanya, merasa jengah dengan sikap perempuan itu. Padahal Syafiq sudah terang-terangan menolaknya, tetapi perempuan itu, dengan percaya dirinya, mengaku kalau dia adalah tunangan Syafiq."Mana saya tau," ucap Desta
"Mas, sepertinya kita di ikutin deh. Lihat mobil yang dibelakang kita," ucap EvaDesta melihat ke belakang lewat kaca spion, ternyata benar ada mobil yang mengikutinya."Sial! Jalang satu ini memang tidak tau malu,""Terus kita harus gimana Mas?"Desta tersenyum sinis, lalu berkata, " Biarkan saja, sampai di sana, nanti Syafiq yang akan urus. Dia belum tau seperti apa sifat Syafiq, kalau sudah marah."Eva hanya mengangguk untuk membenarkan ucapan suaminya. Suasana jadi hening, tidak ada yang membuka obrolan. Tak butuh lama untuk bisa sampai ke rumah mewah Syafiq. Rumah megah, dengan halaman rumah yang luas, halaman depan dikelilingi oleh tanaman aneka macam bunga mahal, sedangkan di sisi kanan rumah, ditanami bermacam-macam tanaman buah, di sisi kiri rumah, ada kolam ikan dan gazebo, serta bunga mawar putih.Desta dan Eva turun dari mobil. Mereka berdua sudah disambut oleh Bu Siti. Lelaki paruh baya itu tersenyum ramah menyambut tamunya. "Assalamu'alaikum," salam Eva dan Desta bersam
"Mas," ucap Adelia.Syafiq menoleh ke arah suara, senyum manis langsung tersungging di bibir seksinya. Dengan cepat dia berdiri dan membantu Adelia untuk menuruni tangga. Sikap yang sangat manis bukan? Padahal ada Eva yang sedang membantu, tetapi lelaki itu tetap saja tidak membiarkan wanita itu untuk jalan sendiri."Sudah bangun sayang?" tanya Syafiq dengan lembut."Udah Mas, tadi mau turun tapi Eva datang, jadi kami ngobrol dulu," jawab Adelia."Ya sudah, sini duduk deket Mas," ucapnya, sambil membawa wanita itu untuk duduk di sampingnya, "Terima kasih Va, sudah temani Adelia," lanjutnya."Iya gak apa-apa Mas, lagian aku juga kangen sama sahabatku ini," ucap Eva, sambil mencubit pelan lengan Adelia.Ketiganya hanya tersenyum manis. Syafiq masih menggandeng tangan Adelia, hingga wanita itu duduk di sampingnya. Semua interaksi ini, tidak lepas dari penglihatan Aurora. Wajah putihnya memerah, menahan marah."Jadi karena perempuan ini kamu menolak aku Mas!" teriak Aurora dengan marah.S