"Apa?!"
"Apa yang barusan Dewi katakan?!""Apakah Dewi baru saja memanggil gelandangan itu sebagai Tuan?"Semua orang terkejut dan tidak mempercayainya.Saking terkejutnya, bahkan sampai ada yang menampar pipinya sendiri."Plak!""Auh...sakit! Ini bukan mimpi!""Tidak mungkin! Ini benar-benar tidak mungkin!""Dewiku... Dewi Bell yang selama ini aku puja dan kagumi ternyata memanggilnya Tuan?""Ini... ini... apakah ini Neraka?"....Mengabaikan semua keterkejutan disekitarnya, ekpresi Bella masih hormat dan dengan lembut sedikit melirik gelandangan di sampingnya, dan membuka bibirnya, "Tuan, apakah Anda membutuhkan---""Aku perlu membersihkan diri." Suara ringan dan acuh tak acuh terdengar."Membersihkan diri?" Bella terkejut dan segera mengangkat kepalanya.Tapi wanita itu tidak memiliki waktu untuk terkejut dan harus segera mengejar orang dia panggil "tuan" itu kedalam hotel.Seperti seorang pelayan, Bella menunjukkan jalan kepada pria tanpa identitas itu, dan tidak sekalipun bersuara.Arabella Bella, artis yang selama ini dikagumi banyak orang dan dipuja sebagai Dewi itu ternyata berjalan dibelakang pria asing itu dengan sikap hormat dan tenang.Pemandangan seperti itu, bahkan jika sekarang banyak orang di hotel, tidak ada seorangpun yang bisa mencernanya sama sekali.Semua orang terdiam, dan hanya bisa menyaksikan Dewi mereka pergi begitu saja tanpa bersuara.Hanya ketika Bella dan pria asing itu masuk lift, ledakan ekpresi segera terjadi di antara semua."Woow! Ini benar-benar berita besar!""Dewi Bell yang selama ini dikira banyak orang tidak tertarik pada pria ternyata telah memilih seorang gelandangan!""Selain memilihnya, dia bahkan juga memanggilnya sebagai tuan.""Bukan hanya itu saja! Tapi Bella yang selama ini di panggil Dewi ternyata juga memiliki panggilan akrab "bebek" pada namanya.""Ini... ini... ini benar-benar ledakan besar!""Jika berita seperti ini diterbitkan, besok pasti akan menjadi headline di koran dan telivisi selama berminggu-minggu!".....Di saat yang bersamaan, dalam kantor polisi, seorang pria dengan pangkat yang lebih tinggi dari Arinda telah datang, dan wajahnya tampak merah dan biru.Burhanudin, yang merupakan Komisaris Polisi masih tidak bisa menyembunyikan kilatan-kilatan emosi di mata tua nya.."Sial! Ini benar-benar sangat berani!"Wajahnya yang sudah penuh keriput tapi tegas menunjukkan kemarahan sambil tak henti-hentinya menggertakkan giginya.Melihat ke arah video cctv dan pada Arinda yang masih trauma tanpa bisa berkata di kursi, wajah Burhan tampak sangat frustasi."Sudah cukup dengan semua masalah baru-baru ini, sekarang juga terjadi di kantor polisi. Berandalan mana yang sangat berani melakukan ini semua?" Burhan hampir tidak bisa menahan amarahnya, dan membuat bawahan di sekitarnya ketakutan."Bukan hanya sekedar menyerang kantor polisi, bajingan ini juga berani membunuh tiga polisi dengan sangat kejam!""Bajingan seperti ini, jika kamu tertangkap, bersiap-siaplah untuk mengalami hukuman yang lebih buruk daripada kematian."Dengan kemarahan dihatinya, Burhan melihat tiga orang bawahannya dan berkata, "Cepat pergi, dan cari bajingan ini!"Tiga orang bawahan, yang tampaknya masih muda itu tidak segera pergi, tapi hanya saling memandang selama beberapa waktu.Melihat tiga bawahannya seperti ini, Burhan hampir ingin berteriak dan berkata, "Apa? Kenapa kalian masih disini? Cepat pergi dan cari pelakunya!""Tapi Pak, kita sudah mencari hampir di seluruh sudut kantor polisi, tapi tidak menemukan bukti sama sekali. Bahkan cctv juga tidak bisa menunjukkan apakah itu orang atau hantu. Darimana kita harus mencarinya?" Jawab seorang polisi yang sedikit lebih tua.Komisaris Burhan sudah marah, ditambah dengan jawaban seperti itu, akhirnya dia berteriak, "Apa kalian pikir aku bodoh!? Apa kalian pikir aku tidak tahu apa yang terjadi!? Apa kalian!? Apakah kalian menganggap diri kalian sebagai anjing?""Sebagai polisi, apakah kalian masih membutuhkan petunjuk didepan hidungmu untuk melakukan pencarian! Kalian anjing, sekarang pergi keluar dan jangan kembali ke hadapanku sampai menemukannya!""Jika kalian tidak bisa menemukannya, aku akan segera meminta seseorang untuk membelikan kalian tulang dan kalung anjing!""Tidak pak, terimakasih. Kami tidak membutuhkan tulang atau kalung anjing. Sebenarnya kami lebih membutuhkan kalung emas dan--""Keluar! Keluar sekarang juga!"Emosi komisaris Burhan kali ini tidak bisa lagi ditahan.Dia berteriak sangat keras dan membuat ketiga polisi amatiran itu ketakutan setengah mati segera berlarian keluar tanpa sepatah kata lagi.Tentu saja tidak ada yang tahu kemana mereka akan pergi dan mencari pelakunya.Setelah tiga polisi muda itu keluar, Pak Burhan menghela nafas panjang untuk menenangkan emosinya sambil mengelus keningnya yang mulai terasa sakit."Astaga, kenapa sekolah kepolisian bisa meluluskan tiga orang idiot seperti mereka? Lebih parahnya lagi, kenapa harus aku juga yang harus ditugaskan untuk membimbingnya?"Mengeluh entah pada siapa, Pak Burhan mendatangi Arinda, yang masih linglung di kursi kantornya dengan selimut menutupi tubuhnya, dan ekpresinya yang tak menentu.Melihat wajah Arinda yang tampak pucat disana, ada senyum ramah dan hangat serta penuh perhatian di wajah Burhan."Arin, sebenarnya paman ingin meminta beberapa petunjuk darimu, tapi saat melihat kondisimu sekarang, paman pikir kamu harus pulang dan beristirahat."Saat mendengar kata-kata itu, Arinda yang linglung perlahan menggerakkan kepalanya kearah komisaris Burhan dengan senyum yang dipaksakan dan berkata, "Paman, saya baik-baik saja. Jika paman ingin meminta informasinya, saya bisa menceritakan semuanya.""Tidak perlu," komisaris Burhan segera menggelengkan kepalanya, dan berkata, "Kamu sekarang juga dihitung sebagai korban, dan sudah sangat beruntung untuk tidak kenapa-kenapa. Yang terpenting sekarang adalah beristirahat dan jangan sampai--""Dia seorang pria. Saya tidak tahu pasti berapa umurnya, tapi dia berpenampilan seperti orang gila dan sangat berbahaya...." Arinda tiba-tiba berbicara, dan mulai bercerita.Dimulai saat Arinda pertama kali bertemu dengan pria misterius itu sampai pada akhirnya dia menghilang, Arinda menceritakan semuanya.Entah telah berapa lama Arinda bercerita, wajah Komisaris Burhan tampak menjadi sangat serius dan bermartabat."Gadis, apakah kamu yakin jika dia menanyakan tentang musibah kebakaran rumah kemarin?"Tidak ada yang Arinda sembunyikan, dia mengangguk dan menambahkan, "Dia menanyakannya. Bahkan dia juga tahu bahwa korban yang tewas bukan hanya dua orang."Sampai Arinda menceritakan ini, Komisaris Burhan mulai terdiam dan wajah tuanya tampak berkerut dengan ekpresi yang tak menentu.Melihat diamnya Komisaris Burhan, Arinda merasa ada yang salah, dan buru-buru bertanya, "Paman, apakah ada masalah?"Komisaris Burhan tidak menjawab, tapi dia tampak panik berjalan bolak-balik beberapa langkah didalam ruangan sambil melihat sesuatu dibalik kejauhan, dan menutup pintu.Tingkah laku Pak Burhan yang seperti itu mau tak membuat Arinda semakin penasaran, dan tidak bisa menahan diri untuk tidak bisa memasang ekspresi serius."Paman masih belum bisa memastikannya, tapi paman harap itu bukan dia. Paman perlu mengumpulkan beberapa bukti lain untuk mengkonfirmasinya."Kedua alis Arinda terangkat dan menyatu, memikirkannya selama beberapa waktu, tiba-tiba kilatan cahaya muncul di kedua matanya."Benar! Sebelum pergi, dia sempat memberikan suatu pesan..." Arinda berhenti disini untuk mencoba mengingat lagi."Sepertinya dia mengatakan sesuatu tentang "red". Aku tidak yakin apa maksudnya, tapi dia berpesan untuk memberitahukan itu kepada atasan." Saat Arinda berbicara, wajah Komisaris Burhan sudah sangat serius. Tanpa kata, dia segera berjalan ke arah jendela kantor polisi, dan menarik korden di semua jendela agar tidak dilihat dari luar.Belum cukup sampai disitu, pria paruh baya itu juga mengunci pintu kantor agar lebih aman.Kemudian kembali melihat ke arah Arinda dengan ekpresi serius, dan dengan nada sangat pelan bertanya, "Red? Apakah kamu yakin itu adalah red dan bukan R.E.D?""Em..." Arinda kembali memikirkan pertanyaan Komisaris Burhan beberapa waktu sebelum dengan ringan menjawab, "Kupikir dia memang mengatakan "RED" dengan di eja. Tapi kenapa, bukankah itu sama saja?""Tidak!"Menjawab dalam satu kata, wajah Komisaris Burhan sudah menjadi merah dan basah dengan butiran-butiran keringat dingin yang mulai membasahi keningnya.Seolah-olah baru saja melihat hantu, ekpresi wajah Komisaris Burhan terlihat sangat ketakutan, dan butiran-butiran keringat dingin terlihat jatuh dari keningnya. Tidak berbicara, mulut komisaris Burhan tampak bergumam tanpa suara beberapa kali, dan pelipisnya terus menerus berkedut. Ekpresi yang tampak sangat berlebihan bagi Arinda itu secara alami membuatnya mengerutkan kening terkejut, dan bertanya-tanya.Bagi Arinda, Komisaris Burhan bukanlah orang asing, dan dia sangat mengenalnya dengan sangat baik. Sejak Arinda bisa mengingat, pamannya ini tidak pernah sekalipun membuat ekpresi ketakutan semacam ini. Bahkan jika itu adalah seorang pembunuh berantai yang membunuh puluhan orang dengan kejam, ekpresi marah adalah apa yang akan komisaris Burhan keluarkan, dan bukan ketakutan. Tapi, kenapa sekarang dia berekspresi sangat berlebihan? R.E.D, apa itu? Kenapa Komisaris Burhan yang sebelumnya terlihat sangat marah tiba-tiba berubah menjadi ketakutan saat mendengarnya? R.ED, apakah
"Apakah kamu berpindah lagi?" Jika ada orang lain saat ini dan melihat Rendy yang bertanya pada sebuah tato di dadanya, mereka mungkin akan menganggap Rendy sebagai orang gila. Tapi jika melihatnya lebih teliti, itu akan terlihat normal.Karena sekarang, Naga di dada Rendy tampak merespon pertanyaannya.Mulutnya yang terbuka kembali menutup, dan mata merahnya seolah-olah menatap langsung ke arah mata Rendy. "Uh?"Dengan aura aneh, dan dominan dari tatapan mata itu, Rendy tiba-tiba merasakan tubuhnya panas. Tapi itu belum seberapa. Tepat ketika Rendy merasakan tubuhnya terbakar, dia merasakan ada yang menggeliat di dadanya. Dan saat melihat apa yang terjadi, alis panjang Rendy berkerut. "Aarrgh!!"Sebuah teriakan sangat keras tiba-tiba terdengar, dan membuat Bella yang sedang berada di ruang tamu terkejut. Wanita itu segera berdiri dan berlari ke arah kamar. Mendengar suara rintikan air dikamar mandi, Bella tidak berpikir panjang segera membukanya. Tapi dia menemukan pintu di
Pria itu bukan orang lain, dia adalah komisaris Burhan.Orang yang Arinda sebut paman, dan orang yang segera ketakutan saat mengetahui bahwa Rendy-lah yang membuat masalah di kantor polisi. Dia tidak datang sendiri, tapi datang dengan tiga pemuda, dan tampak masih tidak berpengalaman. Itu bisa diketahui saat mereka bertiga tampak kebingungan dan bertanya-tanya ketika mendengar atasannya, komisaris Burhan berkata sangat sopan kepada Rendy. Mengingat status Komisaris Burhan, seharusnya orang biasa tidak memiliki kemampuan untuk membuatnya hormat. Tapi pria ini bisa? Siapa dia sebenarnya? Mereka bertiga merasa penasaran, dan dengan keingintahuan mereka yang sangat besar, diam-diam mereka menyelidiki Rendy yang sedang duduk di kursi. Tapi mereka bertiga tidak menemukan keanehan apapun selain pemuda yang hampir seumuran dengannya, dan hanya pemuda dengan kaos serta celana jeans biasa. Jikalau ada, itu adalah rambut panjangnya yang terlihat mencolok, serta wajah tampan dengan ekpresi
Untuk pertama kalinya sejak awal sampai akhir, Rendy tiba-tiba mengangkat alisnya, dan merasa terkejut dengan reaksi komisaris. Tapi kejutan itu hanya sesaat, dan dia kembali tenang berkata, "Aku hanya menginginkannya untuk datang kemari besok pagi. Jika tidak, kalian tahu?" Tubuh tua komisaris Burhan tampak gemetar tak terkendali, dan ekspresinya sangat tidak rela. "Tuan, dia... Dia masih muda dan tidak tahu apa-apa. Dia adalah keponakan dan putriku satu-satunya, saya benar-benar memohon Tuan melepaskannya.""Saya benar-benar minta maaf atas namanya. Jika dia membuat Tuan marah, nyawa saya bisa digunakan sebagai gantinya.""Dor!"Suara pistol terdengar dan membuat empat orang di lantai menegang. Khusus untuk tiga pemuda dibelakang komisaris Burhan, mereka merasa sangat ketakutan dan tidak bisa untuk tidak melihat kearah atasannya sambil menahan nafas. Mereka bertiga sangat gugup, panik dan taku, lekat-lekat mengawasi tubuh berlutut komisaris Burhan yang sebentar lagi akan mengel
Dewa?Mata dan mulut Julia melebar. Berdiri mematung di depan pintu, dia sangat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang Bella katakan. Dewa, bukankah itu eksistensinya yang diluar imajinasi Manusia? Membalikan awan dan menciptakan hujan, apakah gelandangan itu mampu melakukannya?Tidak? Tidak mungkin! Bella pasti bercanda! Tidak mungkin gelandangan barusan orang seperti itu. Ini pasti hanya kecelakaan. Atau jangan-jangan ini karena Bella sudah diperdaya oleh pria itu dan akhirnya memanfaatkan statusnya. Benar! Pasti pria itu melakukan sesuatu pada Bella. Bagaimanapun, Julia telah mengenal Bella sejak lama, dan sangat tahu jika temannya ini bukanlah orang bodoh yang mudah dimanfaatkan. Dia juga bukan wanita yang mudah percaya, terlebih lagi itu adalah seorang pria. Bahkan, Bella juga tidak pernah sedikitpun melirik pria yang benar-benar baik dan mapan. Tapi sekarang, saat Bella sangat bersikeras dan mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal hanya untuk pria tak dikenal, sesua
"Apa yang kalian pikirkan adalah benar," Komisaris Burhan mengangguk, dan melihat tiga pemuda didepannya selama beberapa waktu.Cukup lama menyaksikan tiga pemuda yang hampir kembali kencing di celananya itu, komisaris Burhan melanjutkan, "Dia kembali untuk mencari siapa yang membunuh kedua orang tua dan adiknya." "Dia kembali untuk membalas dendam, dan kalian harus tahu juga. Dia adalah satu-satunya manusia di negeri ini yang memiliki izin khusus untuk membunuh siapapun yang ingin dia bunuh." "Sekalipun itu aku, dia bebas melakukannya. Bahkan jika dia membunuh seluruh petugas di kantor polisi, kasus besar semacam ini hanya akan menguap begitu saja." "Kalian bisa berpikir sendiri, bagaimana orang dengan kekuatan semacam itu saat bertindak dan marah mencari pembunuh keluarganya." "Glek...." Lagi dan lagi, setelah komisaris selesai berbicara, suara menelan ludah tiga kali berturut-turut kembali terdengar dari ketiganya. Pada saat ini, tiga petugas polisi muda, yang hanya berpangka
Pagi hari.Tepat ketika hari masih gelap, Rendy yang berniat ke kamar mandi segera terdiam sesaat setelah membuka pintu kamar tidur. Melihat kamar tidur yang telah berubah sejak terakhir kali melihatnya, Rendy merasa sedikit terkejut, dan menggelengkan kepalanya. "Menyusun berbagai macam lilin yang entah darimana dia dapatkan sebelum tidur, apakah wanita ini memang memiliki hobi semacam ini?"Rendy, yang sedang membawa satu toples berisikan bubuk seperti bumbu kembali menggelengkan kepalanya saat menyaksikan Bella yang sedang tertidur di tempat tidur. Menempatkan toples yang dia bawa di meja kamar, Rendy mengambil selimut yang sudah ada dilantai, dan menutupi tubuh Bella. Kemudahan melihat wajah Bella yang sedang tertidur, Rendy kembali bergumam, "Bukankah aku sudah bilang sejak dulu bahwa ini tidak mungkin?" Rendy tampak sedikit tak berdaya dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sendiri. Sementara diluar gedung hotel, kendaraan polisi dengan seorang wanita didal
Di jalan raya, dalam mobil polisi yang sedang berjalan, Arinda tampak marah dan dingin berulang mengigit bibirnya. Berulang kali melirik pria yang telah berubah penampilan saat pertama melihatnya kemarin, Arinda sangat gatal untuk tidak menginterogasinya. Apalagi saat menemukan Bella, artis terkenal yang beberapa tahun ini menjadi bahan pembicaraan ternyata bermalam dengan pria ini dalam satu ruangan. Bukan hanya sekedar bermalam, tapi tampaknya juga telah melakukan hal-hal yang tidak biasa. Kejadian demi kejadian yang terjadi dengan bajingan ini, mau tak mau membuat Arinda terus bertanya-tanya dalam hatinya. Saking banyaknya pertanyaan itu, dia sampai melupakan identitas bajingan yang sedang duduk di kursi kopilot itu."Wanita tadi, bukankah itu artis terkenal Arabella Belle?" Rasa gatal di hati Arinda tidak bisa lagi ditahan, dan akhirnya bertanya.Meskipun mendengar pertanyaan Arinda, Rendy yang sedang menatap jendela dari kursi kemudi tidak menjawabnya. Karena tanpa menjawab,
Tuan Cheng merasa ragu dengan apa yang Bella berikan, dan mencoba membukanya hanya untuk terdiam saat melihat apa yang ada di dalamnya. Tidak ada bedak atau peralatan kecantikan di dalam wadah kosmetik sepuluh sentimeter persegi itu, melainkan tampilan layar hijau penuh dengan dua titik yang tampaknya berjarak cukup jauh. "Itu adalah radar yang telah aku persiapkan," Bella menjelaskan sambil menunjukkan titik merah kecil di layar, "Titik merah di tengah adalah tempat dimana kita sedang berada, sedangkan titik yang ada di depan adalah Sima Cho berada." "Jadi, sebenarnya...." Tuan Cheng segera mengerti dan melihat kearah dua pria dan wanita di depannya. Bella membenarkan dan sekali menjelaskan, "Kami memang memiliki radar dan tahu dimana Sima Cho berada, dan kemungkinan besar dia akan menuju tempat Sekte Misterius itu berada. Tapi kami tidak tahu medan di pegunungan ini, jadi kami akan meminta Tuan Cheng untuk menunjukkan jalannya." "Jadi begitu...." Tuan Cheng sekali lagi melihat
Pagi hari. Saat cuaca masih dingin, tapi cahaya matahari mulai naik, Tuan Cheng yang masih tertidur di tenda mulai membuka matanya, dan berkedip beberapa kali sebelum melihat sekelilingnya beberapa waktu. "Aduh...." Mengelus tengkuk lehernya yang tiba-tiba terasa sakit, kedua matanya tiba-tiba terbuka lebar dan seketika berdiri. "Benar... Kemarin malam...." Pria paruh baya itu tiba-tiba berlari keluar tenda dan berteriak. "Tuan Red! Tuan Red! Bahaya!" Dengan berteriak dan berlari terburu-buru, Tuan Cheng yang tampak panik segera tiba di tempat Rendy berada. Di sana, Rendy ternyata sudah bangun dan sedang minum kopi, tampak santai dan tenang menoleh ke arahnya. "Baru bangun?" "Ya.. yah!" Menjawab sambil mencoba mengatur nafasnya, Tuan Cheng kembali menjadi panik dan buru-buru berkata, "Itu, Tuan Sima, dia... Dia pergi! Saat saya bangun tadi, saya tidak melihat tanda-tandanya. Selain itu... Saya ingat jika kemarin malam--""Oh... Apakah Tuan Cheng sudah bangun?" Suara Bella memot
"Demi Dewa! Apakah dia Manusia?" Satu penembak jitu di atas tebing tampak terkejut dan tidak percaya saat melihat sosok Rendy melalui teropong. "Jangan banyak bicara! Kita harus cepat pindah lokasi!" Satu sniper lain segera memperingatkannya dan mulai berbalik. Tapi, "bom" segera terdengar dan menghentikannya keduanya untuk bergerak lebih jauh. Berdiri di atas tebing, dua orang itu sangat terkejut dan berhenti bergerak saat menyaksikan sesosok manusia berjalan dari gumpalan awan es. Tapi keduanya segera tersadar dan mengambil pistol. "Dor!""Dor!"Dua tembakan pistol terdengar, tapi sosok Rendy telah menghilang dari hadapan keduanya. "Dimana bocah itu?" "Apakah kita menjatuhkannya?" Keduanya saling bertanya dengan aksen Mandarin, tapi kemudian berhenti saat mendengar suara acuh tak acuh di belakangnya. "Apakah kalian mencariku?" "Kau?" Keduanya kembali terkejut dan berbalik saat mendengar Rendy juga menggunakan aksen Mandarin. Tapi Rendy tidak lagi basa basi dan sudah muncul
Siang hari, kelompok Rendy akhirnya tiba di Kota Babao. "Kota Babao sebenarnya adalah kota yang sudah ada di Pegunungan Qilian. Jika seseorang ingin mendaki gunung, ini adalah titik awal pendakian." Tuan Cheng mulai menjelaskan kepada Rendy. Setelah melakukan perjalan setengah hari bersama-sama, Tuan Cheng mengetahui bahwa pemimpin dari kelompok mereka adalah Rendy. Awalnya dia berpikir bahwa Rendy sedang melakukan pendakian atau berwisata ke Pegunungan, tapi dia menemukan bahwa pria ini tidak terlihat seperti seorang pendaki. Dikatakan sebagai turis juga bukan, meskipun Bella, wanita itu terlihat terlalu cantik untuk menjadi seorang pendaki, dia juga tidak terlihat sebagai orang yang sedang berlibur. Di situlah Tuan Cheng merasa ragu, tapi dia masih menjelaskan hal-hal tentang Pegunungan Qilian sebagai seorang profesional. "Menurut koordinator yang di berikan oleh Tuan Sima Cho, kita akan menuju ke Gunung Qilian yang dikatakan perbatasan akhir ke Gunung Kunlun. Untungnya itu mas
Mengetahui bahwa saat tiba di Kota Xining adalah sore hari, Rendy memutuskan untuk pergi ke Pegunungan Qilian esok hari. Bukan karena dia terlalu lama membuang waktu, tapi ada hal yang perlu dia lakukan untuk saat ini. Mengorek informasi dari Sima Cho, bahwa ada sebuah Sekte budidaya di Pegunungan Qilian, Rendy berpikir bahwa kekuatannya saat ini masih terlalu lemah. Meski tidak bisa di pastikan kebenarannya, Rendy memilih untuk mempersiapkan dirinya sendiri, bagaimanapun itu adalah sebuah Sekte. Jadi, pada malam harinya, Rendy sudah duduk di dalam kamar hotel sambil mengeluarkan kalung yang dia dapatkan dari Dayana. Keluarga Magata mungkin berpikir bahwa kalung warisan Keluarga mereka bukanlah sesuatu yang istimewa, tapi Rendy tahu bahwa itu adalah hal yang langka di bumi. Batu Spiritual. Batu yang memiliki energi spiritual antara langit dan bumi, itu adalah batu yang di gunakan oleh Dayana sebagai kalung. Berbicara tentang batu spi
Wajah Rendy kali ini menjadi dingin, dan membuat tubuh Sima Cho gemetar ketakutan. Benar-benar sangat takut, Sima Cho seketika jatuh ke tanah dengan air kencing yang mulai membasahi celananya. Sima Cho, pria dewasa dan dihormati di manapun berada itu sebenarnya mulai kencing di celana. "Hum?" Ketika Rendy melihatnya, seketika dia mengerutkan keningnya dan berhenti. Tapi dia tidak peduli dengan keadaan Sima Cho dan dengan dingin berkata, "Jangan berpikir bahwa aku akan melupakan semua perbuatanmu." "Bang!" Seketika Sima Cho menjatuhkan kepalanya ke tanah dengan keras dan bersujud kepada Rendy. "Tu-tuan.... Master... Grandmaster... Tuan Yang Agung! Sa-sa-saya... Mengaku salah! Tolong ampuni nyawa saya.... Apapun akan saya lakukan untuk menebus semua dosa-dosaku." "Apa menurutmu nyawamu setimpal dengan semua yang telah kamu lakukan?" Nada suara Rendy terdengar sangat dingin. Mengingat tentang kematian kedua orang tuanya, dan keberadaan adik perempuannya yang tidak diketahui, apa
"Ledakan!"Energi di seluruh tubuh Ba Ringin meledak, dan dengan raungan, harimau di belakangnya mulai bergerak. "Bom.""Bom." "Bom."Seolah-olah terjadi gempa bumi, harimau raksasa itu seolah-olah membawa kehancuran saat bergerak. "Rooarr!" Membuka mulutnya, dan berlari di tanah, harimau itu meninggal kekacauan di belakangnya. "Menarik...." Tidak memiliki waktu untuk berkomentar, Rendy mulai serius dan memasang kuda-kuda. Meremas jari-jari di tangan kanannya, waktu di sekitar Rendy tiba-tiba berhenti, kemudian bergetar, dan dengan "ledakan" raungan Naga seketika terdengar. "Groooarrh!!" Meninju udara di depannya, kepala Naga Merah, seperti sebuah darah kental terbang dari balik tinju Rendy. Memiliki ukuran yang sama dengan harimau raksasa di sisi lain, keduanya akhirnya bertemu. "Boom!""Boom!"Dunia seakan-akan mengalami kehancuran, bumi mulai bergetar, debu dan angin tiba-tiba datang menghantam segalanya. "Boom!" Seolah-olah ada gunung yang meletus, suara ledakan itu te
"Kamu?" Wajah Ba Ringin kali ini menunjukkan ekspresi yang berbeda. Tidak lagi mengabaikan atau meremehkan pria muda di depannya, Ba Ringin mulai melihatnya dengan tatapan serius dan waspada. Karena barusan, satu serangan Rendy memberikan banyak dampak pada tangan dan pikirannya. Rasa sakit dan kesemutan pada pergelangan tangannya membuktikan bahwa apa yang dilakukan Rendy sebelumnya bukanlah sesuatu yang bisa di anggap remeh. Dari kejadian itu, Ba Ringin juga harus berpikir dan yakin bahwa pria ini memiliki kedudukan yang sama dengannya. Tidak! Ba Ringin melihat sesuatu yang berbeda dan membuat keningnya berkerut. "Grandmaster... Apakah kamu seorang Grandmaster?" Tidak menjawab, Rendy hanya memberikan senyum tipis, dan berkata, "Jika kamu tahu, sebaiknya kamu segera menyingkir." "Hehehe...." Tiba-tiba Ba Ringin tertawa kecil dan melihat Rendy dengan pandangan berbeda. Itu seperti pertama kali melihatnya, ada sedikit antispasi dan harapan di kedua matanya. Tapi tidak ada lagi
"Ini...."Dua teman dan dua orang di dalam villa secara bersamaan terkejut saat melihat kejadian itu. Tapi Rendy tidak memperdulikan reaksi di sekitarnya, dan sekali lagi bergerak. Sama seperti yang muncul di cctv sebelumnya, gerakan Rendy kali ini benar-benar cepat dan mustahil untuk dilihat melalui mata telanjang. Apa yang muncul di layar cctv hanya sebuah bayangan yang meluncur pada dua orang di sisi lain yang masih terkejut selama seperkian detik, dan dua kali suara tubuh teredam terdengar. "Bam.""Bam." Dua tubuh yang jatuh ke tanah sejauh sepuluh meter, dan tidak lagi bergerak menjadi kengerian yang segera Sima Cho rasakan. Jantungnya berdetak kencang, dan ketakutan mengakibatkan keringat dingin membasahi punggungnya. Abnormal. Adalah kata-kata yang bisa Sima Cho pikirkan. Tidak pernah sekalipun dia berpikir bahwa ada manusia yang memiliki kekuatan semacam itu. Sepanjang hidupnya, pemandangan semacam ini adalah pertama kalinya dia temui.Dua orang Seniman Beladiri Kuno t