Seolah-olah baru saja melihat hantu, ekpresi wajah Komisaris Burhan terlihat sangat ketakutan, dan butiran-butiran keringat dingin terlihat jatuh dari keningnya.
Tidak berbicara, mulut komisaris Burhan tampak bergumam tanpa suara beberapa kali, dan pelipisnya terus menerus berkedut.Ekpresi yang tampak sangat berlebihan bagi Arinda itu secara alami membuatnya mengerutkan kening terkejut, dan bertanya-tanya.Bagi Arinda, Komisaris Burhan bukanlah orang asing, dan dia sangat mengenalnya dengan sangat baik.Sejak Arinda bisa mengingat, pamannya ini tidak pernah sekalipun membuat ekpresi ketakutan semacam ini.Bahkan jika itu adalah seorang pembunuh berantai yang membunuh puluhan orang dengan kejam, ekpresi marah adalah apa yang akan komisaris Burhan keluarkan, dan bukan ketakutan.Tapi, kenapa sekarang dia berekspresi sangat berlebihan?R.E.D, apa itu? Kenapa Komisaris Burhan yang sebelumnya terlihat sangat marah tiba-tiba berubah menjadi ketakutan saat mendengarnya?R.ED, apakah itu sesuai yang mengerikan?Hati Arinda terasa gatal, dan dia tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak bertanya, "Paman, apakah ada yang salah?"Pertanyaan Arinda segera membangunkan Komisaris Burhan, dan setelah pria tua itu bangun, dia buru-buru menggelengkan kepalanya."Tidak! Tidak ada masalah apa-apa." Jawab komisaris Burhan cepat, dan dengan ekpresi gugup segera berkata, "Benar! Sebaiknya kamu segera pulang sekarang dan tidak pernah lagi pernah memikirkan masalah ini.""Yah! Kupikir kamu juga butuh liburan selama satu bulan dan tidak pernah kembali ke kantor selama seminggu ini.""Hah? Apa? Kenapa? Apakah itu karena orang gila yang--""Tidak!"Komisaris Burhan kembali menghentikan pertanyaan Arinda, dan dengan ekpresi sangat serius berkata, "Hanya untuk hari ini, anggap saja kamu tidak pernah masuk kerja."Tepat ketika peringatan Komisaris Burhan itu masuk ke telinga Arinda, wanita itu segera merubah ekpresinya.Sebagai seorang polisi, dia sangat jelas tentang peringatan Komisaris Burhan. Karena biasanya, itu adalah kata-kata yang menyangkut kasus besar dan sangat serius.Hanya saja Arinda tidak berpikir bahwa kata-kata itu harus digunakan untuk saat ini, dan masih berkata, "Tidak paman. Setelah apa yang gelandangan lakukan hari ini, sebagai seorang polisi, aku--""Arinda Paradipta!" Panggilan berat dan serius dari komisaris Burhan sekali lagi menghentikan ucapan Arinda.Tidak ada lagi perhatian atau ekpresi ramah, wajah Komisaris Burhan kali ini terlihat sangat serius menatap mata Arinda. Untuk pertama kalinya sejak Arinda mengenal komisaris Burhan, wanita itu tiba-tiba menemukan permohonan yang dalam di antara kedua mata tua pamannya, dan dengan suara yang hampir tak berdaya terdengar."Hanya untuk kali ini saja, Paman minta kamu untuk mematuhinya saja, oke?"Bahkan jika Arinda keras kepala dan tidak ingin, mau tak mau dia hanya bisa mengangguk setelah melihat ketidakberdayaan di mata komisaris Burhan.Dengan itu, setidaknya komisaris Burhan bisa tersenyum lega, dan merasa tenang.Hanya saja, meskipun Arinda setuju untuk melupakan semua kejadian hari ini, dia masih tidak bisa memaafkan pria misterius itu, dan bersumpah untuk menangkapnya.Bahkan jika pria misterius itu membuat Komisaris polisi ketakutan saat mendengar namanya, Arinda tidak bisa melepaskan pria yang menyerang polisi, dan membunuh tiga polisi lainya dengan kejam.Sekalipun tidak ada petunjuk, dan bahkan nama tidak tinggal, Arinda masih bisa mencarinya sendiri.Bagi Arinda, keadilan harus tetap ditegakkan, dan bajingan sepertinya harus di jebloskan ke penjara.Kata bajingan mungkin tidak terlalu berlebihan untuk disematkan pada pria misteriu itu.Karena sekarang, Bella yang telah membawa pria itu ke kamar hotelnya masih tidak berbicara, dan hanya dengan acuh tak acuh membuka baju di depannya.Membelakangi tubuhnya, pria dengan rambut gondrong dan pakaian gelandangan itu melepaskan bajunya, dan tanpa ekpresi tiba-tiba berkata, "Aku akan mandi.""Umh...."Jika Bella adalah wanita lain, dia mungkin akan segera marah dan berteriak saat mendengar kata-kata itu.Karena secara tak langsung, pria itu seperti seolah-olah meminta dirinya untuk pergi keluar, dan jangan mengintip saat seorang lelaki sedang mandi.Menyuruh keluar saat berada di kamarnya sendiri, sebagai seorang wanita, siapa yang tidak marah?Tapi yang terjadi malah sebaliknya.Bella, wanita dengan rambut pirang itu tiba-tiba mengangkat kepalanya, dan seperti tidak terjadi apa-apa melihat punggung pria di depannya dengan malu-malu bergumam, "Tuan Rendy, apakah Anda membutuhkan bantuan?""Tunggu saja diluar. Setelah aku selesai, aku akan memanggilmu."Satu perintah yang segera membuat wajah cantik Bella tampak sedih dan kecewa berjalan ke pintu keluar kamar hotel.Rendy, itu adalah nama pria misterius yang sebelumnya Arinda temui di kantor polisi, dan orang yang menyerang polisi. Bukan hanya menyerang, tapi Rendy sebenarnya juga membunuh tiga polisi di kantor polisi.Dia juga pria dengan identitas R.E.D yang membuat Komisaris Burhan sangat ketakutan, dan bahkan harus memohon pada Arinda untuk melupakan semua kejadian yang telah Rendy lakukan.Sangat wajar jika Arinda tidak tahu kenapa Komisaris Burhan sangat ketakutan saat tahu identitas Rendy. Jika wanita itu mengenalnya, dia mungkin akan melakukan hal yang sama dengan Bella.Yah! Arabella Belle, seorang artis terkenal dengan kecantikan yang bisa membuat semua orang kagum ternyata sudah mengenal Rendy.Dengan mengenalnya lebih baik daripada Arinda, Bella tidak pernah ragu untuk memanggilnya sebagai "tuan" di depan kerumunan dan bahkan juga rela menyerahkan dirinya.Sayangnya Rendy tidak menginginkan hal itu, dan lebih memilih untuk mandi tanpa gangguan.Bukan karena alasan Rendy tidak menginginkan Bella, wanita cantik sempura entah wajah dan karir itu membantunya.Tapi karena Rendy memang memiliki rahasia besar di tubuhnya.Rendy, yang saat ini sedang berdiri di guyuran shower mandi tampak mengangkat kepalanya, dan menutup matanya sambil mengingat masa lalunya.Itu adaah ingatan gadis kecil berumur delapan tahun yang ceria, dan tersenyum gembira sepanjang hari.Tapi ingatan itu segera pudar saat Nana, nama gadis itu menghilang dalam kebakaran rumah kemarin.Nana, dia adalah adik Rendy, dan salah satu korban dari rumah yang terbakar di jalan Aa Rahmat no 45 sebelumnya.Itulah alasan Rendy datang ke kantor polisi untuk menanyakan siapa pelakunya.Tapi tidak ada satupun orang di kantor polisi yang menjawabnya. Bahkan jika Rendy telah melakukan kekerasan."Ayah... Ibu, Rendy selalu membuat kalian kecewa dan tidak pernah membuat kalian bangga.""Tapi hari ini, ketika aku telah kembali, aku bersumpah akan membuat orang-orang yang membakar rumah kita serta menculik Nana menderita selamanya.""Siapapun itu, bahkan jika kalian bersembunyi di ujung Dunia sekalipun, kalian tidak akan pernah bisa lepas begitu saja.""Aku tidak peduli, bahkan jika nama "Red Everlasting Dragon" kembali menggemparkan dunia bawah, aku akan mencari kalian.""Roar...."Suara seperti raungan Naga tiba-tiba terdengar saat Rendy menyelesaikan sumpahnya, dan membuat alisnya berkerut.Melihat ke bawah, tepat ke arah dadanya, Rendy tidak bisa untuk tidak memasang wajah serius saat menyaksikan tato Naga berwarna merah yang tergambar di dadanya.Tato Naga yang tampak sangat nyata dengan ekor di atas pusar, dan kepala di tengah-tengah dada Rendy itu kini tampak seperti membuka mulutnya dan meraung."Apakah kamu berpindah lagi?""Apakah kamu berpindah lagi?" Jika ada orang lain saat ini dan melihat Rendy yang bertanya pada sebuah tato di dadanya, mereka mungkin akan menganggap Rendy sebagai orang gila. Tapi jika melihatnya lebih teliti, itu akan terlihat normal.Karena sekarang, Naga di dada Rendy tampak merespon pertanyaannya.Mulutnya yang terbuka kembali menutup, dan mata merahnya seolah-olah menatap langsung ke arah mata Rendy. "Uh?"Dengan aura aneh, dan dominan dari tatapan mata itu, Rendy tiba-tiba merasakan tubuhnya panas. Tapi itu belum seberapa. Tepat ketika Rendy merasakan tubuhnya terbakar, dia merasakan ada yang menggeliat di dadanya. Dan saat melihat apa yang terjadi, alis panjang Rendy berkerut. "Aarrgh!!"Sebuah teriakan sangat keras tiba-tiba terdengar, dan membuat Bella yang sedang berada di ruang tamu terkejut. Wanita itu segera berdiri dan berlari ke arah kamar. Mendengar suara rintikan air dikamar mandi, Bella tidak berpikir panjang segera membukanya. Tapi dia menemukan pintu di
Pria itu bukan orang lain, dia adalah komisaris Burhan.Orang yang Arinda sebut paman, dan orang yang segera ketakutan saat mengetahui bahwa Rendy-lah yang membuat masalah di kantor polisi. Dia tidak datang sendiri, tapi datang dengan tiga pemuda, dan tampak masih tidak berpengalaman. Itu bisa diketahui saat mereka bertiga tampak kebingungan dan bertanya-tanya ketika mendengar atasannya, komisaris Burhan berkata sangat sopan kepada Rendy. Mengingat status Komisaris Burhan, seharusnya orang biasa tidak memiliki kemampuan untuk membuatnya hormat. Tapi pria ini bisa? Siapa dia sebenarnya? Mereka bertiga merasa penasaran, dan dengan keingintahuan mereka yang sangat besar, diam-diam mereka menyelidiki Rendy yang sedang duduk di kursi. Tapi mereka bertiga tidak menemukan keanehan apapun selain pemuda yang hampir seumuran dengannya, dan hanya pemuda dengan kaos serta celana jeans biasa. Jikalau ada, itu adalah rambut panjangnya yang terlihat mencolok, serta wajah tampan dengan ekpresi
Untuk pertama kalinya sejak awal sampai akhir, Rendy tiba-tiba mengangkat alisnya, dan merasa terkejut dengan reaksi komisaris. Tapi kejutan itu hanya sesaat, dan dia kembali tenang berkata, "Aku hanya menginginkannya untuk datang kemari besok pagi. Jika tidak, kalian tahu?" Tubuh tua komisaris Burhan tampak gemetar tak terkendali, dan ekspresinya sangat tidak rela. "Tuan, dia... Dia masih muda dan tidak tahu apa-apa. Dia adalah keponakan dan putriku satu-satunya, saya benar-benar memohon Tuan melepaskannya.""Saya benar-benar minta maaf atas namanya. Jika dia membuat Tuan marah, nyawa saya bisa digunakan sebagai gantinya.""Dor!"Suara pistol terdengar dan membuat empat orang di lantai menegang. Khusus untuk tiga pemuda dibelakang komisaris Burhan, mereka merasa sangat ketakutan dan tidak bisa untuk tidak melihat kearah atasannya sambil menahan nafas. Mereka bertiga sangat gugup, panik dan taku, lekat-lekat mengawasi tubuh berlutut komisaris Burhan yang sebentar lagi akan mengel
Dewa?Mata dan mulut Julia melebar. Berdiri mematung di depan pintu, dia sangat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang Bella katakan. Dewa, bukankah itu eksistensinya yang diluar imajinasi Manusia? Membalikan awan dan menciptakan hujan, apakah gelandangan itu mampu melakukannya?Tidak? Tidak mungkin! Bella pasti bercanda! Tidak mungkin gelandangan barusan orang seperti itu. Ini pasti hanya kecelakaan. Atau jangan-jangan ini karena Bella sudah diperdaya oleh pria itu dan akhirnya memanfaatkan statusnya. Benar! Pasti pria itu melakukan sesuatu pada Bella. Bagaimanapun, Julia telah mengenal Bella sejak lama, dan sangat tahu jika temannya ini bukanlah orang bodoh yang mudah dimanfaatkan. Dia juga bukan wanita yang mudah percaya, terlebih lagi itu adalah seorang pria. Bahkan, Bella juga tidak pernah sedikitpun melirik pria yang benar-benar baik dan mapan. Tapi sekarang, saat Bella sangat bersikeras dan mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal hanya untuk pria tak dikenal, sesua
"Apa yang kalian pikirkan adalah benar," Komisaris Burhan mengangguk, dan melihat tiga pemuda didepannya selama beberapa waktu.Cukup lama menyaksikan tiga pemuda yang hampir kembali kencing di celananya itu, komisaris Burhan melanjutkan, "Dia kembali untuk mencari siapa yang membunuh kedua orang tua dan adiknya." "Dia kembali untuk membalas dendam, dan kalian harus tahu juga. Dia adalah satu-satunya manusia di negeri ini yang memiliki izin khusus untuk membunuh siapapun yang ingin dia bunuh." "Sekalipun itu aku, dia bebas melakukannya. Bahkan jika dia membunuh seluruh petugas di kantor polisi, kasus besar semacam ini hanya akan menguap begitu saja." "Kalian bisa berpikir sendiri, bagaimana orang dengan kekuatan semacam itu saat bertindak dan marah mencari pembunuh keluarganya." "Glek...." Lagi dan lagi, setelah komisaris selesai berbicara, suara menelan ludah tiga kali berturut-turut kembali terdengar dari ketiganya. Pada saat ini, tiga petugas polisi muda, yang hanya berpangka
Pagi hari.Tepat ketika hari masih gelap, Rendy yang berniat ke kamar mandi segera terdiam sesaat setelah membuka pintu kamar tidur. Melihat kamar tidur yang telah berubah sejak terakhir kali melihatnya, Rendy merasa sedikit terkejut, dan menggelengkan kepalanya. "Menyusun berbagai macam lilin yang entah darimana dia dapatkan sebelum tidur, apakah wanita ini memang memiliki hobi semacam ini?"Rendy, yang sedang membawa satu toples berisikan bubuk seperti bumbu kembali menggelengkan kepalanya saat menyaksikan Bella yang sedang tertidur di tempat tidur. Menempatkan toples yang dia bawa di meja kamar, Rendy mengambil selimut yang sudah ada dilantai, dan menutupi tubuh Bella. Kemudahan melihat wajah Bella yang sedang tertidur, Rendy kembali bergumam, "Bukankah aku sudah bilang sejak dulu bahwa ini tidak mungkin?" Rendy tampak sedikit tak berdaya dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sendiri. Sementara diluar gedung hotel, kendaraan polisi dengan seorang wanita didal
Di jalan raya, dalam mobil polisi yang sedang berjalan, Arinda tampak marah dan dingin berulang mengigit bibirnya. Berulang kali melirik pria yang telah berubah penampilan saat pertama melihatnya kemarin, Arinda sangat gatal untuk tidak menginterogasinya. Apalagi saat menemukan Bella, artis terkenal yang beberapa tahun ini menjadi bahan pembicaraan ternyata bermalam dengan pria ini dalam satu ruangan. Bukan hanya sekedar bermalam, tapi tampaknya juga telah melakukan hal-hal yang tidak biasa. Kejadian demi kejadian yang terjadi dengan bajingan ini, mau tak mau membuat Arinda terus bertanya-tanya dalam hatinya. Saking banyaknya pertanyaan itu, dia sampai melupakan identitas bajingan yang sedang duduk di kursi kopilot itu."Wanita tadi, bukankah itu artis terkenal Arabella Belle?" Rasa gatal di hati Arinda tidak bisa lagi ditahan, dan akhirnya bertanya.Meskipun mendengar pertanyaan Arinda, Rendy yang sedang menatap jendela dari kursi kemudi tidak menjawabnya. Karena tanpa menjawab,
Bajingan yang selalu membuatnya marah dan benci ini, apakah dia masih memiliki sisi lembut di hatinya?Dengan penampilan rambut panjang, dan tampak seperti preman jalanan, apakah pria ini benar-benar sedih dengan kematian kedua orang tua dan adiknya yang menghilang?Pria ini, apakah dia memiliki sisi lembut?Arinda terus bertanya-tanya dalam hatinya. Dia sungguh terkejut dan merasa tak terduga bahwa bajingan ini ternyata masih menyayangi keluarganya. Dari penemuan ini, secara tak sadar Arinda juga mulai merasa sedikit iba, dan kemarahan di hatinya sedikit mereda. Hanya saja, semua itu segera hancur saat Rendy berdiri dan melihat ke arah dirinya. "Bangunan gedung kosong di sebrang sana, siapa pemiliknya dan siapa yang sering mendatanginya?" "Hah?" Arinda seperti tersentak dan melihat bangunan yang Rendy maksud. Menyaksikan bangunan kosong seperti sebuah gedung dengan tinggi tiga puluh meter, dan tampak tidak pernah digunakan di sebrang sana, Arinda tiba-tiba kembali marah. Berbali
Tuan Cheng merasa ragu dengan apa yang Bella berikan, dan mencoba membukanya hanya untuk terdiam saat melihat apa yang ada di dalamnya. Tidak ada bedak atau peralatan kecantikan di dalam wadah kosmetik sepuluh sentimeter persegi itu, melainkan tampilan layar hijau penuh dengan dua titik yang tampaknya berjarak cukup jauh. "Itu adalah radar yang telah aku persiapkan," Bella menjelaskan sambil menunjukkan titik merah kecil di layar, "Titik merah di tengah adalah tempat dimana kita sedang berada, sedangkan titik yang ada di depan adalah Sima Cho berada." "Jadi, sebenarnya...." Tuan Cheng segera mengerti dan melihat kearah dua pria dan wanita di depannya. Bella membenarkan dan sekali menjelaskan, "Kami memang memiliki radar dan tahu dimana Sima Cho berada, dan kemungkinan besar dia akan menuju tempat Sekte Misterius itu berada. Tapi kami tidak tahu medan di pegunungan ini, jadi kami akan meminta Tuan Cheng untuk menunjukkan jalannya." "Jadi begitu...." Tuan Cheng sekali lagi melihat
Pagi hari. Saat cuaca masih dingin, tapi cahaya matahari mulai naik, Tuan Cheng yang masih tertidur di tenda mulai membuka matanya, dan berkedip beberapa kali sebelum melihat sekelilingnya beberapa waktu. "Aduh...." Mengelus tengkuk lehernya yang tiba-tiba terasa sakit, kedua matanya tiba-tiba terbuka lebar dan seketika berdiri. "Benar... Kemarin malam...." Pria paruh baya itu tiba-tiba berlari keluar tenda dan berteriak. "Tuan Red! Tuan Red! Bahaya!" Dengan berteriak dan berlari terburu-buru, Tuan Cheng yang tampak panik segera tiba di tempat Rendy berada. Di sana, Rendy ternyata sudah bangun dan sedang minum kopi, tampak santai dan tenang menoleh ke arahnya. "Baru bangun?" "Ya.. yah!" Menjawab sambil mencoba mengatur nafasnya, Tuan Cheng kembali menjadi panik dan buru-buru berkata, "Itu, Tuan Sima, dia... Dia pergi! Saat saya bangun tadi, saya tidak melihat tanda-tandanya. Selain itu... Saya ingat jika kemarin malam--""Oh... Apakah Tuan Cheng sudah bangun?" Suara Bella memot
"Demi Dewa! Apakah dia Manusia?" Satu penembak jitu di atas tebing tampak terkejut dan tidak percaya saat melihat sosok Rendy melalui teropong. "Jangan banyak bicara! Kita harus cepat pindah lokasi!" Satu sniper lain segera memperingatkannya dan mulai berbalik. Tapi, "bom" segera terdengar dan menghentikannya keduanya untuk bergerak lebih jauh. Berdiri di atas tebing, dua orang itu sangat terkejut dan berhenti bergerak saat menyaksikan sesosok manusia berjalan dari gumpalan awan es. Tapi keduanya segera tersadar dan mengambil pistol. "Dor!""Dor!"Dua tembakan pistol terdengar, tapi sosok Rendy telah menghilang dari hadapan keduanya. "Dimana bocah itu?" "Apakah kita menjatuhkannya?" Keduanya saling bertanya dengan aksen Mandarin, tapi kemudian berhenti saat mendengar suara acuh tak acuh di belakangnya. "Apakah kalian mencariku?" "Kau?" Keduanya kembali terkejut dan berbalik saat mendengar Rendy juga menggunakan aksen Mandarin. Tapi Rendy tidak lagi basa basi dan sudah muncul
Siang hari, kelompok Rendy akhirnya tiba di Kota Babao. "Kota Babao sebenarnya adalah kota yang sudah ada di Pegunungan Qilian. Jika seseorang ingin mendaki gunung, ini adalah titik awal pendakian." Tuan Cheng mulai menjelaskan kepada Rendy. Setelah melakukan perjalan setengah hari bersama-sama, Tuan Cheng mengetahui bahwa pemimpin dari kelompok mereka adalah Rendy. Awalnya dia berpikir bahwa Rendy sedang melakukan pendakian atau berwisata ke Pegunungan, tapi dia menemukan bahwa pria ini tidak terlihat seperti seorang pendaki. Dikatakan sebagai turis juga bukan, meskipun Bella, wanita itu terlihat terlalu cantik untuk menjadi seorang pendaki, dia juga tidak terlihat sebagai orang yang sedang berlibur. Di situlah Tuan Cheng merasa ragu, tapi dia masih menjelaskan hal-hal tentang Pegunungan Qilian sebagai seorang profesional. "Menurut koordinator yang di berikan oleh Tuan Sima Cho, kita akan menuju ke Gunung Qilian yang dikatakan perbatasan akhir ke Gunung Kunlun. Untungnya itu mas
Mengetahui bahwa saat tiba di Kota Xining adalah sore hari, Rendy memutuskan untuk pergi ke Pegunungan Qilian esok hari. Bukan karena dia terlalu lama membuang waktu, tapi ada hal yang perlu dia lakukan untuk saat ini. Mengorek informasi dari Sima Cho, bahwa ada sebuah Sekte budidaya di Pegunungan Qilian, Rendy berpikir bahwa kekuatannya saat ini masih terlalu lemah. Meski tidak bisa di pastikan kebenarannya, Rendy memilih untuk mempersiapkan dirinya sendiri, bagaimanapun itu adalah sebuah Sekte. Jadi, pada malam harinya, Rendy sudah duduk di dalam kamar hotel sambil mengeluarkan kalung yang dia dapatkan dari Dayana. Keluarga Magata mungkin berpikir bahwa kalung warisan Keluarga mereka bukanlah sesuatu yang istimewa, tapi Rendy tahu bahwa itu adalah hal yang langka di bumi. Batu Spiritual. Batu yang memiliki energi spiritual antara langit dan bumi, itu adalah batu yang di gunakan oleh Dayana sebagai kalung. Berbicara tentang batu spi
Wajah Rendy kali ini menjadi dingin, dan membuat tubuh Sima Cho gemetar ketakutan. Benar-benar sangat takut, Sima Cho seketika jatuh ke tanah dengan air kencing yang mulai membasahi celananya. Sima Cho, pria dewasa dan dihormati di manapun berada itu sebenarnya mulai kencing di celana. "Hum?" Ketika Rendy melihatnya, seketika dia mengerutkan keningnya dan berhenti. Tapi dia tidak peduli dengan keadaan Sima Cho dan dengan dingin berkata, "Jangan berpikir bahwa aku akan melupakan semua perbuatanmu." "Bang!" Seketika Sima Cho menjatuhkan kepalanya ke tanah dengan keras dan bersujud kepada Rendy. "Tu-tuan.... Master... Grandmaster... Tuan Yang Agung! Sa-sa-saya... Mengaku salah! Tolong ampuni nyawa saya.... Apapun akan saya lakukan untuk menebus semua dosa-dosaku." "Apa menurutmu nyawamu setimpal dengan semua yang telah kamu lakukan?" Nada suara Rendy terdengar sangat dingin. Mengingat tentang kematian kedua orang tuanya, dan keberadaan adik perempuannya yang tidak diketahui, apa
"Ledakan!"Energi di seluruh tubuh Ba Ringin meledak, dan dengan raungan, harimau di belakangnya mulai bergerak. "Bom.""Bom." "Bom."Seolah-olah terjadi gempa bumi, harimau raksasa itu seolah-olah membawa kehancuran saat bergerak. "Rooarr!" Membuka mulutnya, dan berlari di tanah, harimau itu meninggal kekacauan di belakangnya. "Menarik...." Tidak memiliki waktu untuk berkomentar, Rendy mulai serius dan memasang kuda-kuda. Meremas jari-jari di tangan kanannya, waktu di sekitar Rendy tiba-tiba berhenti, kemudian bergetar, dan dengan "ledakan" raungan Naga seketika terdengar. "Groooarrh!!" Meninju udara di depannya, kepala Naga Merah, seperti sebuah darah kental terbang dari balik tinju Rendy. Memiliki ukuran yang sama dengan harimau raksasa di sisi lain, keduanya akhirnya bertemu. "Boom!""Boom!"Dunia seakan-akan mengalami kehancuran, bumi mulai bergetar, debu dan angin tiba-tiba datang menghantam segalanya. "Boom!" Seolah-olah ada gunung yang meletus, suara ledakan itu te
"Kamu?" Wajah Ba Ringin kali ini menunjukkan ekspresi yang berbeda. Tidak lagi mengabaikan atau meremehkan pria muda di depannya, Ba Ringin mulai melihatnya dengan tatapan serius dan waspada. Karena barusan, satu serangan Rendy memberikan banyak dampak pada tangan dan pikirannya. Rasa sakit dan kesemutan pada pergelangan tangannya membuktikan bahwa apa yang dilakukan Rendy sebelumnya bukanlah sesuatu yang bisa di anggap remeh. Dari kejadian itu, Ba Ringin juga harus berpikir dan yakin bahwa pria ini memiliki kedudukan yang sama dengannya. Tidak! Ba Ringin melihat sesuatu yang berbeda dan membuat keningnya berkerut. "Grandmaster... Apakah kamu seorang Grandmaster?" Tidak menjawab, Rendy hanya memberikan senyum tipis, dan berkata, "Jika kamu tahu, sebaiknya kamu segera menyingkir." "Hehehe...." Tiba-tiba Ba Ringin tertawa kecil dan melihat Rendy dengan pandangan berbeda. Itu seperti pertama kali melihatnya, ada sedikit antispasi dan harapan di kedua matanya. Tapi tidak ada lagi
"Ini...."Dua teman dan dua orang di dalam villa secara bersamaan terkejut saat melihat kejadian itu. Tapi Rendy tidak memperdulikan reaksi di sekitarnya, dan sekali lagi bergerak. Sama seperti yang muncul di cctv sebelumnya, gerakan Rendy kali ini benar-benar cepat dan mustahil untuk dilihat melalui mata telanjang. Apa yang muncul di layar cctv hanya sebuah bayangan yang meluncur pada dua orang di sisi lain yang masih terkejut selama seperkian detik, dan dua kali suara tubuh teredam terdengar. "Bam.""Bam." Dua tubuh yang jatuh ke tanah sejauh sepuluh meter, dan tidak lagi bergerak menjadi kengerian yang segera Sima Cho rasakan. Jantungnya berdetak kencang, dan ketakutan mengakibatkan keringat dingin membasahi punggungnya. Abnormal. Adalah kata-kata yang bisa Sima Cho pikirkan. Tidak pernah sekalipun dia berpikir bahwa ada manusia yang memiliki kekuatan semacam itu. Sepanjang hidupnya, pemandangan semacam ini adalah pertama kalinya dia temui.Dua orang Seniman Beladiri Kuno t