Selama beberapa hari terakhir, Laras terus mencoba menghubungi Bima, namun selalu tidak ada balasan. Ia merasakan ada yang tidak beres, dan nalurinya mendorongnya untuk mencari tahu lebih dalam.Laras memutuskan untuk bergerak. Tidak mungkin dia hanya duduk diam sementara kekhawatiran terus menghantui pikirannya. Dia tahu bahwa Bima memiliki beberapa teman dekat di kota ini, orang-orang yang mungkin bisa memberinya petunjuk tentang apa yang sebenarnya terjadi. Dengan niat bulat, Laras mengambil kunci mobilnya dan meninggalkan rumah Adrian, menuju ke tempat yang mungkin menyimpan jawaban yang dia cari.Di sebuah kafe kecil yang biasa dikunjungi Bima, Laras bertemu dengan Toni, seorang teman lama Bima yang pernah dia temui beberapa kali. Toni terlihat gugup saat melihat Laras mendekatinya. Mereka berbasa-basi sejenak sebelum Laras langsung menanyakan tentang Bima.“Sudah lama aku tidak melihat Bima,” kata Laras hati-hati. “Dia akhir-akhir ini sulit dihubungi. Kamu tahu dia sibuk dengan
Setelah pertemuan yang emosional dengan Bima, Laras pulang ke rumah dengan perasaan hancur. Dia merasa dunia yang dia kenal perlahan runtuh, dan kini, bahkan adik yang paling ia percayai ternyata menyimpan rahasia besar darinya. Setibanya di rumah, Laras duduk di ruang tamu yang sepi. Pikirannya terus berputar, mencoba memahami apa yang harus dia lakukan selanjutnya.Maya dan Siska, seperti biasa, terlihat sibuk dengan aktivitas mereka sendiri. Namun, keheningan Laras tidak luput dari perhatian mereka. Maya menatap Laras dengan mata yang penuh dengan rasa ingin tahu, sementara Siska hanya tersenyum tipis, seolah menikmati kegelisahan yang jelas terlihat di wajah Laras.“Laras, kamu terlihat pucat sekali. Ada apa? Jangan bilang kamu punya masalah baru?” Maya bertanya dengan nada sinis.Siska menimpali, “Oh, jangan-jangan dia bertengkar dengan adiknya lagi. Kasihan sekali, begitu banyak beban yang harus ditanggung.”Laras hanya diam, tidak memiliki tenaga untuk merespon sindiran mereka.
Laras memutuskan untuk menghampiri lagi Bima setelah mengetahui keterlibatan adiknya dalam jaringan kriminal semakin jauh.pada sore hari, Laras mendapati Bima sedang duduk di ruang tamu apartemenya, menatap jendela dengan tatapan kosong. Laras mengambil napas dalam-dalam dan duduk di sebelahnya. “Bima, kita perlu berbicara.”Bima menoleh, matanya menunjukkan kelelahan dan kesedihan. “Apa yang ingin kamu bicarakan, Kak?”“Kenapa kamu tidak memberitahuku tentang semua ini?” Laras bertanya dengan nada yang penuh emosi. “Aku baru saja mengetahui semua keterlibatanmu dalam dunia kriminal. Aku merasa dikhianati.”Bima menghindari tatapan Laras dan menghela napas. “Aku tidak ingin kamu terlibat dalam semua ini. Aku berusaha untuk melindungimu dengan menjauhkanmu dari masalah ini. Aku tahu ini salah, tapi aku hanya ingin melindungimu.Laras merasakan amarah dan kekecewaan yang mendalam, tetapi dia juga berusaha untuk memahami alasan Bima. “Tapi kamu tahu betapa beratnya beban ini bagiku. Aku
Adrian Wijaya mulai merasakan adanya sesuatu yang tidak beres. Serangkaian sabotase yang menimpa bisnisnya telah membuatnya semakin curiga. Dia telah mengumpulkan laporan dan memeriksa setiap detail yang bisa memberinya petunjuk tentang pelaku di balik serangan tersebut.Di ruang kerjanya yang mewah, Adrian duduk di meja kerjanya, dikelilingi oleh berkas-berkas dan laporan keuangan. Maya dan Siska duduk di hadapannya, terlihat cemas.“Adrian, kau tidak bisa terus hidup dalam ketidakpastian ini,” kata Maya, menambahkan nada kesal dalam suaranya. “Jika ini terus berlanjut, kita bisa kehilangan segalanya.”“Aku tahu, Maya,” jawab Adrian dengan nada tegas. “Namun, aku merasa ada sesuatu yang mencurigakan balik semua ini. Aku mulai mencurigai bahwa mungkin ada seseorang di dalam lingkaran kita sendiri yang terlibat.”Siska menatap Adrian dengan cemas. “Apa maksudmu? Adakah seseorang di dalam rumah ini yang bisa menjadi pengkhianat?”Adrian memutar kursinya, menatap ke jendela besar yang me
Pada hari-hari berikutnya Adrian memutuskan untuk meningkatkan penyelidikannya. Dia menugaskan beberapa orang kepercayaannya untuk menyelidiki lebih dalam tentang kehidupan Bima di luar kampus. Beberapa hari kemudian, laporan-laporan awal mulai masuk, memberikan Adrian gambaran yang lebih jelas tentang kegiatan adik iparnya.“Bima memang terlibat dengan kelompok tertentu,” lapor Arif dengan wajah serius. “Kelompok itu punya hubungan dengan beberapa serangan terhadap bisnis kita. Tapi mereka sangat licin, sulit untuk menemukan bukti langsung.”Adrian mengangguk sambil merenung. “Terus pantau mereka. Aku ingin tahu semua yang bisa kita temukan tentang Bima dan orang-orang di sekitarnya.”Pikiran Adrian semakin dipenuhi oleh rencana balas dendam. Baginya, ini bukan hanya tentang melindungi bisnis, tetapi juga tentang menghancurkan siapa pun yang berani merusak kehormatannya, bahkan jika itu adalah keluarga.Di sisi lain, Laras semakin tertekan oleh situasi yang dihadapinya. Ketika dia pu
Di tengah memanasnya konflik antara Bima dan Adrian, desas-desus tentang tindakan Bima mulai terdengar di telinga Mr. Tanaka, bos mafia yang memiliki kekuasaan luas di kota. Mr. Tanaka adalah pria berbahaya dengan reputasi kejam, selalu mencari cara untuk memperluas pengaruhnya dan memperkaya dirinya.Suatu hari, ketika Mr. Tanaka sedang duduk di ruang kerja mewahnya, salah satu anak buahnya melaporkan perkembangan terbaru mengenai Bima. "Bos, ada kabar tentang Bima, tangan kanan Anda yang baru. Dia tampaknya terlibat dalam konflik pribadi dengan keluarga Wijaya."Mr. Tanaka mengangkat alisnya. "Bima? Sepertinya anak itu menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang kita kira. Konflik pribadi, katamu?""Ya, bos. Kabarnya, dia memiliki hubungan yang rumit dengan salah satu anggota keluarga Wijaya, Laras. Desas-desus mengatakan bahwa Bima melakukan semua ini untuk membebaskan kakaknya dari pernikahan yang tak diinginkannya."Mr. Tanaka menyeringai, pikirannya mulai berputar. "Laras, ya?
Pagi itu, Laras merasa ada sesuatu yang aneh. Biasanya, suasana rumah Adrian selalu terasa tegang dan penuh ketidaknyamanan, tetapi kali ini ada ketenangan yang tidak biasa. Seolah-olah ada sesuatu yang menunggu untuk terjadi. Dia tidak tahu bahwa seseorang sedang mengawasinya, seseorang yang dikirim untuk mendekatinya dengan niat tersembunyi.Di sudut yang tidak terlalu jauh dari rumah Adrian, seorang pria berpakaian rapi dengan senyuman licik menghampiri Laras saat dia sedang berjalan menuju taman belakang. Pria itu mengenalkan dirinya sebagai Surya, seorang pengusaha yang tertarik untuk mendukung kegiatan amal yang dikelola oleh istri-istri Adrian. Namun, motifnya jauh dari sekadar beramal."Ny. Laras, kebetulan sekali kita bertemu," ucap Surya dengan ramah. "Saya baru-baru ini mendengar tentang kegiatan amal yang Anda lakukan bersama istri-istri Pak Adrian. Saya sangat tertarik untuk berkontribusi lebih banyak."Laras menatap pria itu dengan sedikit curiga, tapi berusaha tersenyum
Bima duduk di ruang kerjanya di bawah lampu meja yang hanya menerangi beberapa berkas penting. Ia mengamati catatan dan laporan yang disusun rapi di atas meja, tetapi pikirannya melayang jauh dari pekerjaannya. Setelah pertemuan dengan Mr. Tanaka dan Surya beberapa waktu lalu, Bima mulai merasakan sesuatu yang tidak beres.Saat itu, dia baru saja menerima laporan dari salah satu anak buahnya yang menunjukkan bahwa Mr. Tanaka mulai mendekati Laras, dengan janji-janji yang tampak terlalu menggiurkan untuk dipercaya. Rasa cemas merayapi dirinya. Bima mulai khawatir bahwa bos mafianya tidak sekadar ingin menggunakan Laras sebagai alat untuk balas dendam terhadap keluarga Wijaya, tetapi juga untuk kepentingan pribadi yang lebih gelap.Bima akhirnya memutuskan untuk menelepon salah satu pengacara yang ia percayai. Suara pengacara yang sudah akrab di telinganya muncul dari ujung telepon."Bima, ada yang bisa saya bantu?" tanya pengacara dengan nada profesional namun ramah.Bima menghela napa