Adrian Wijaya mulai merasakan adanya sesuatu yang tidak beres. Serangkaian sabotase yang menimpa bisnisnya telah membuatnya semakin curiga. Dia telah mengumpulkan laporan dan memeriksa setiap detail yang bisa memberinya petunjuk tentang pelaku di balik serangan tersebut.Di ruang kerjanya yang mewah, Adrian duduk di meja kerjanya, dikelilingi oleh berkas-berkas dan laporan keuangan. Maya dan Siska duduk di hadapannya, terlihat cemas.“Adrian, kau tidak bisa terus hidup dalam ketidakpastian ini,” kata Maya, menambahkan nada kesal dalam suaranya. “Jika ini terus berlanjut, kita bisa kehilangan segalanya.”“Aku tahu, Maya,” jawab Adrian dengan nada tegas. “Namun, aku merasa ada sesuatu yang mencurigakan balik semua ini. Aku mulai mencurigai bahwa mungkin ada seseorang di dalam lingkaran kita sendiri yang terlibat.”Siska menatap Adrian dengan cemas. “Apa maksudmu? Adakah seseorang di dalam rumah ini yang bisa menjadi pengkhianat?”Adrian memutar kursinya, menatap ke jendela besar yang me
Pada hari-hari berikutnya Adrian memutuskan untuk meningkatkan penyelidikannya. Dia menugaskan beberapa orang kepercayaannya untuk menyelidiki lebih dalam tentang kehidupan Bima di luar kampus. Beberapa hari kemudian, laporan-laporan awal mulai masuk, memberikan Adrian gambaran yang lebih jelas tentang kegiatan adik iparnya.“Bima memang terlibat dengan kelompok tertentu,” lapor Arif dengan wajah serius. “Kelompok itu punya hubungan dengan beberapa serangan terhadap bisnis kita. Tapi mereka sangat licin, sulit untuk menemukan bukti langsung.”Adrian mengangguk sambil merenung. “Terus pantau mereka. Aku ingin tahu semua yang bisa kita temukan tentang Bima dan orang-orang di sekitarnya.”Pikiran Adrian semakin dipenuhi oleh rencana balas dendam. Baginya, ini bukan hanya tentang melindungi bisnis, tetapi juga tentang menghancurkan siapa pun yang berani merusak kehormatannya, bahkan jika itu adalah keluarga.Di sisi lain, Laras semakin tertekan oleh situasi yang dihadapinya. Ketika dia pu
Di tengah memanasnya konflik antara Bima dan Adrian, desas-desus tentang tindakan Bima mulai terdengar di telinga Mr. Tanaka, bos mafia yang memiliki kekuasaan luas di kota. Mr. Tanaka adalah pria berbahaya dengan reputasi kejam, selalu mencari cara untuk memperluas pengaruhnya dan memperkaya dirinya.Suatu hari, ketika Mr. Tanaka sedang duduk di ruang kerja mewahnya, salah satu anak buahnya melaporkan perkembangan terbaru mengenai Bima. "Bos, ada kabar tentang Bima, tangan kanan Anda yang baru. Dia tampaknya terlibat dalam konflik pribadi dengan keluarga Wijaya."Mr. Tanaka mengangkat alisnya. "Bima? Sepertinya anak itu menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang kita kira. Konflik pribadi, katamu?""Ya, bos. Kabarnya, dia memiliki hubungan yang rumit dengan salah satu anggota keluarga Wijaya, Laras. Desas-desus mengatakan bahwa Bima melakukan semua ini untuk membebaskan kakaknya dari pernikahan yang tak diinginkannya."Mr. Tanaka menyeringai, pikirannya mulai berputar. "Laras, ya?
Pagi itu, Laras merasa ada sesuatu yang aneh. Biasanya, suasana rumah Adrian selalu terasa tegang dan penuh ketidaknyamanan, tetapi kali ini ada ketenangan yang tidak biasa. Seolah-olah ada sesuatu yang menunggu untuk terjadi. Dia tidak tahu bahwa seseorang sedang mengawasinya, seseorang yang dikirim untuk mendekatinya dengan niat tersembunyi.Di sudut yang tidak terlalu jauh dari rumah Adrian, seorang pria berpakaian rapi dengan senyuman licik menghampiri Laras saat dia sedang berjalan menuju taman belakang. Pria itu mengenalkan dirinya sebagai Surya, seorang pengusaha yang tertarik untuk mendukung kegiatan amal yang dikelola oleh istri-istri Adrian. Namun, motifnya jauh dari sekadar beramal."Ny. Laras, kebetulan sekali kita bertemu," ucap Surya dengan ramah. "Saya baru-baru ini mendengar tentang kegiatan amal yang Anda lakukan bersama istri-istri Pak Adrian. Saya sangat tertarik untuk berkontribusi lebih banyak."Laras menatap pria itu dengan sedikit curiga, tapi berusaha tersenyum
Bima duduk di ruang kerjanya di bawah lampu meja yang hanya menerangi beberapa berkas penting. Ia mengamati catatan dan laporan yang disusun rapi di atas meja, tetapi pikirannya melayang jauh dari pekerjaannya. Setelah pertemuan dengan Mr. Tanaka dan Surya beberapa waktu lalu, Bima mulai merasakan sesuatu yang tidak beres.Saat itu, dia baru saja menerima laporan dari salah satu anak buahnya yang menunjukkan bahwa Mr. Tanaka mulai mendekati Laras, dengan janji-janji yang tampak terlalu menggiurkan untuk dipercaya. Rasa cemas merayapi dirinya. Bima mulai khawatir bahwa bos mafianya tidak sekadar ingin menggunakan Laras sebagai alat untuk balas dendam terhadap keluarga Wijaya, tetapi juga untuk kepentingan pribadi yang lebih gelap.Bima akhirnya memutuskan untuk menelepon salah satu pengacara yang ia percayai. Suara pengacara yang sudah akrab di telinganya muncul dari ujung telepon."Bima, ada yang bisa saya bantu?" tanya pengacara dengan nada profesional namun ramah.Bima menghela napa
Bima mulai ngelakuin rencana buat ngeruntuhin Adrian, ia langsung ngincar bisnis-bisnis gelap Adrian yang paling gampang diserang, ia langsung nembak titik lemah Adrian yang selama ini gak lihat oleh orang banyak. Satu per satu bisnis gelap Adrian ambruk."Senyum penuh kemenangan terlihat di bibir Bima. Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu telah tiba. Dengan hati penuh dendam, dia mulai menjalankan rencananya. Satu per satu, bisnis kotor Adrian runtuh di hadapannya. Bima merasa puas melihat orang yang mebuat kakaknya sangat tertekan, merasakan juga apa itu menderita."Bima terus menargetkan bisnis-bisnis Adrian, kali ini menghantam jaringan distribusi ilegalnya. Dalam pertemuan singkat dengan salah satu anak buahnya, Bima memberikan instruksi terakhir."Pastikan tidak ada yang mencurigai kita," ujar Bima tegas. "Semua harus terlihat seperti ulah pesaing Adrian."Anak buahnya mengangguk, "Tenang, Bos. Semua sudah diatur. Mereka akan kehilangan banyak malam ini."Bima menjalankan misinya
Bima dengan tenang mulai menjalankan rencananya. Langkah awalnya adalah menargetkan bisnis-bisnis ilegal Adrian yang paling rentan. Dengan bantuan pengacaranya dan timnya, Bima memanfaatkan setiap celah yang ada. Dalam waktu singkat, salah satu jaringan bisnis Adrian mengalami kebangkrutan tiba-tiba. Informasi tersebar dengan cepat di kalangan pengusaha, membuat reputasi Adrian mulai terguncang."Satu langkah lagi, dan dia akan jatuh lebih dalam," bisik Bima pada dirinya sendiri sambil menatap layar komputer yang menampilkan laporan keuangan Adrian yang hancur.Serangan demi serangan menghantam, menyebabkan kerugian besar bagi Adrian dan membuatnya kehilangan aset berharga. Rekan-rekan bisnis yang sebelumnya setia kini mulai meragukan kemampuannya.Di tengah badai bisnis yang menghantam Adrian, Maya dan Siska semakin mendesak Laras. Mereka mulai menyalahkannya atas kemerosotan bisnis Adrian."Kau memang pembawa sial! Sejak kau masuk ke sini, Adrian mulai kehilangan semuanya," bentak M
Di kantor, Adrian terus menerima telepon dari rekan-rekannya. Suara marah dan penuh kekecewaan datang dari berbagai pihak. Beberapa mitra bisnisnya memutuskan hubungan, investor menarik diri, dan kontrak-kontrak besar dibatalkan."Kami tidak bisa melanjutkan kerja sama ini, Adrian. Reputasimu sudah rusak. Ini akan menghancurkan kita juga."Adrian membanting teleponnya ke meja, wajahnya merah karena marah dan frustrasi. Semua yang dia bangun selama bertahun-tahun kini hancur dalam sekejap.Di sudut ruangan, Maya berdiri dengan tangan terlipat di dada, memperhatikan suaminya dengan tatapan datar. "Ini sudah di luar kendali, Adrian. Kau harus melakukan sesuatu."Adrian mendongak, menatap Maya dengan mata yang penuh amarah. "Kau pikir aku tidak mencoba? Setiap hari aku mencoba memperbaiki ini, tapi serangannya datang dari segala arah. Aku bahkan tidak tahu siapa yang ada di balik semua ini."Maya mendekat, tatapannya tajam. "Kau perlu bertindak cepat, Adrian. Jika tidak, aku tidak akan iku