Share

50. Rindu?

Author: Riri riyanti
last update Last Updated: 2024-02-05 21:54:32

Kiara Laurencia melangkah pasti nan penuh percaya diri menuju pintu besar di ujung lorong sana, meskipun raut ayunya terbaca sendu. Tujuannya adalah ruangan milik Damian Alexander, seseorang yang akan menjadi penerus satu-satunya kantor agensi periklanan yang saat ini ia pijak.

Sebenarnya wanita itu tengah menyusun kembali hatinya yang telah hancur menjadi keping-keping. Setelah melihat sang calon suami menjemput Evelyn kemarin, suasana hatinya berubah kacau. Ia merasa cemburu sekaligus curiga, sebab pria itu tampak lebih mementingkan sang sahabat ketimbang dirinya. Calon suaminya itu lebih memilih menemui Evelyn daripada menemui dirinya.

Apalagi dengan penolakan Damian terhadapnya malam itu.

"Lupakan hal itu, Kiara!" embus berat napas Kiara terlepas seiring langkahnya terhenti. Selanjutnya ia menggeleng kencang, mencoba melupakan hal yang sukses membuat ia merasa harga dirinya jatuh ke titik paling rendah.

Meskipun Damian berkata bahwa Evelyn adalah sahabatnya, namun tak menutup fa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Putri Rahasia Tuan Damian   51. Sorry

    Bunyi bel yang berdenting menyentak atensi Evelyn yang sedang mencuci piring di area dapur. Ia buru-buru membilas busa sabun yang barangkali masih menempel di tangannya, berikut mengelap tangannya yang basah menggunakan lap yang tergantung di sisi kanan. Tidak ingin membuat seseorang di balik pintu di depan sana lama menunggu, ia segera bergegas menuju pintu depan. Ia memang sedang sendirian di rumah.Dan ketika pintu sudah berhasil ia buka, sosok tak asing lah yang tertangkap pandangan mata."Aksa?" Evelyn seakan tidak percaya dengan penglihatannya sendiri.Berbeda dari raut Evelyn, Aksa justru mengukir senyuman. Seakan tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. "Hai, selamat malam, Sayang.""... malam.""Kau tidak mempersilakan aku untuk masuk? Ah, atau mungkin kau lebih suka di luar saja? Kita ... duduk di taman?" Aksa menunjuk taman bunga milik Karenina dengan gestur tubuhnya. Karena tidak mendapatkan respons, atensi pria itu kembali jatuh pada wajah jelita Evelyn. "Tadi aku menjempu

    Last Updated : 2024-02-08
  • Putri Rahasia Tuan Damian   52. Sialan!

    "Makan yang banyak, Aksa. Mama perhatikan akhir-akhir ini makanmu cuma sedikit." Lian Wijaya kembali menyendokkan nasi ke atas piring sang putra yang isinya hampir habis, berharap Aksa makan dengan porsi lebih banyak malam ini. "Tambah lagi, ya? Mama sengaja memasak makanan kesukaanmu.""Cukup, Ma. Ini terlalu banyak." Aksa berbicara dengan nada halus, takut membuat ibunya kecewa. Ia memang sedang tidak berselera, banyak pikiran adalah penyebabnya. Dan ucapan pria itu berhasil menghentikan gerakan tangan sang ibunda yang sedang menyendokkan semur daging ke atas nasi yang masih hangat. Senyum wanita baya itu sirna, berganti hela napas berat. "Sejujurnya Mama sedikit kepikiran. Apakah ada masalah di pekerjaan?""Tidak ada." Aksa tersenyum, agar kekhawatirannya di raut wajah itu menghilang. "Mama jangan terlalu khawatir begitu. Aku baik-baik saja. Aku akan menghabiskannya." Berlanjut ia menyendokkan makan malamnya ke dalam mulut, memaksa menikmati makanan yang entah kenapa terasa pahit

    Last Updated : 2024-02-11
  • Putri Rahasia Tuan Damian   53. Facts in the past

    Pesta itu berada di lantai dasar gedung kantor agensi. Itu adalah pesta perayaan diangkatnya Damian Alexander sebagai Direktur Utama, menggantikan posisi Benedict Alexander selaku ayahnya. Meski pesta itu hanyalah makan dan minum bersama, namun kemeriahan melingkupi suasana. Hampir semua orang yang bekerja di sana hadir dan mengakrabkan diri satu sama lain.Ada banyak meja dilengkapi kursi-kursi memenuhi ruangan dengan penuh rangkaian bunga itu, semuanya nyaris telah terisi. Di salah satu meja, sang pemilik pesta mengambil duduk di sana bersama Arjuna dan juga istri."Direktur Utama Gama Enterprises. Wah, aku benar-benar seperti mimpi bisa duduk semeja dengan orang sepertimu, Tuan Damian." Arjuna berucap, menyisipkan sedikit kelakar. Sang istri tampak duduk manis di sisinya, menikmati jus di gelasnya.Sedangkan yang diajak bicara tampak mengerutkan dahi. "Tuan? Sebutan itu terasa begitu menggelikan. Jangan berlebihan, Jun." Berlanjut tawa pria berdarah Jerman itu mengudara. Kekehan re

    Last Updated : 2024-02-13
  • Putri Rahasia Tuan Damian   54. Siapa yang memberitahunya?

    "Eve! Di mana perempuan tak tahu diuntung itu?!" teriakan itu membahana, memecah sunyi di kediamannya. Dengan memasang wajah memerah penuh amarah, Arjuna berjalan cepat ke arah lantai dua, menuju kamar sang adik sepupu."Sayang, bersabarlah ...." Karenina berusaha mengimbangi langkah sang suami, meskipun membutuhkan tenaga ekstra, apalagi dirinya sedang berbadan dua. Ia meraih salah satu lengan kokoh itu, membuat si pria secara spontan menoleh ke arahnya. "Bagaimana aku bisa sabar, Nina?! Aku benar-benar tidak menyangka bahwa dia sejalang itu!" berlanjut Arjuna menjambak rambutnya sendiri. Dibandingkan benci, kekecewaan lebih mendominasi raut wajahnya. "Hamil di luar nikah! Astaga, dia benar-benar sudah mencoreng nama baik keluarga!""Tenangkan dirimu dulu, Sayang. Lagipula apa yang Damian katakan belum tentu benar, bukan?" wanita yang sedang hamil muda itu memberikan elusan ringan di lengan atas suaminya, berusaha menenangkan."Maka dari itu aku harus menanyakannya secara langsung."

    Last Updated : 2024-02-15
  • Putri Rahasia Tuan Damian   55. I (don't) want to marry you

    Ponselnya kembali menempel di telinga, sudah berkali-kali panggilan itu ia buat pada wanita yang selalu menguasai hati dan pikirannya, namun ia belum juga menemui kemajuan. Telepon darinya tidak pernah mendapatkan jawaban.Lelah karena kembali menemui kegagalan, Damian memilih untuk mengirimkan pesan sebagai gantinya. Ia begitu cemas. Ia baru sadar bahwa tindakannya kemarin bisa saja berakibat buruk pada Evelyn. Mengetahui noda yang sengaja ditutupi setelah sekian lama tentu saja membuahkan rasa kecewa di hati Arjuna Adhitama. Damian hanya takut jika pria itu akan menyakiti wanita yang ia cinta.Pria berdarah Jerman itu segera mengetikkan banyak kata pada kolom percakapan antara dirinya dan juga Evelyn, mengungkapkan perasaannya lewat rangkaian kalimat.[Eve, bagaimana keadaanmu?][Apa kau baik-baik saja? Juna tidak melukaimu, 'kan?][Aku sangat mencemaskanmu.][Kita harus bertemu, Eve. Banyak hal yang ingin kukatakan padamu.][Maaf jika apa yang sudah kulakukan justru membuatmu kesuli

    Last Updated : 2024-02-17
  • Putri Rahasia Tuan Damian   56. Persidangan

    Meja makan yang biasanya hanya ditempati oleh tiga kepala, pagi ini tampak begitu ramai dengan datangnya tiga anggota keluarga lainnya. Meski kecanggungan tak mampu ditampik, namun sesekali mereka menebar senyum ketika tanpa sengaja beradu tatap dengan si kecil Luna.Meskipun masih berumur lima tahun, gadis cilik itu sudah pandai menyuap makanannya sendiri. Ia tampak begitu khidmat menikmati makan pagi dengan lauk favoritnya; kari ayam. Seragam sekolah taman kanak-kanak sudah terlihat rapi membungkus tubuhnya, pun rambut sekelam malam itu terkuncir dua."Sarapan Luna sudah habis!" Luna berseru riang setelah satu suapan terakhir telah berhasil ia telan. Segelas air mineral ia tenggak guna membasahi kerongkongan."Wah, pintar sekali." Arini memberikan pujian dengan memberikan acungan jempol. "Luna berangkat sekolah bersama Pak Supir dulu, ya? Nanti Mama jemput," lanjut si wanita baya, ucapan yang sukses membuat si kecil Luna mengerutkan keningnya."Kenapa, Ma?" benak balita itu bertanya-

    Last Updated : 2024-02-20
  • Putri Rahasia Tuan Damian   57. Follow you

    Pagi buta itu, tidur nyenyak Damian terganggu begitu suara dering telepon menggema. Mata birunya perlahan membuka. Meski kantuk belum hilang seluruhnya, tangannya menggapai ponsel di atas nakas pada sisi ranjang. Ada sebuah panggilan masuk, berasal dari nomor yang ia harapkan."Bagaimana perkembangannya?" pria itu mengangkat telepon, segera bertanya ke inti seraya menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, membiarkan tubuh atletis bagian atasnya terekspos tanpa penghalang.Sejenak terdengar dengkusan dari seberang telepon, sebelum suara berat itu menjawabnya. "Ternyata Anda sangat tidak sabaran, ya?""Aku tidak suka bertele-tele. Katakan saja, itu pun jika kau benar-benar mendapatkan informasi yang kuharapkan." Ada nada meremehkan di ujung kalimat si pria berdarah Jerman. "Tidak mungkin saya mendapatkan sebutan detektif profesional jika informasi seperti itu saja tidak mampu saya dapatkan." Sekali lagi, pria suruhannya mendengkus. "Anda tenang saja, informasi tentang Nona Luna Ark

    Last Updated : 2024-02-22
  • Putri Rahasia Tuan Damian   58. Apa yang kau inginkan?!

    "Kenapa sekolah sepi sekali?" dari balik kaca mobil, Evelyn menatap area sekolah Taman Kanak-kanak itu dengan kening mengernyit. Benaknya bertanya-tanya, sekarang baru pukul sebelas lebih lima menit, tapi sekolah itu sudah begitu sunyi. Tanpa pikir panjang, tangannya bergerak melepas sabuk pengaman lalu membuka pintu mobil di sisinya. Ia harus memastikannya. "Tunggu sebentar ya, Pak. Saya akan turun mencari Luna.""Iya, Nona." Sang sopir pribadi mengangguk patuh di balik kemudi, mengantarkan kedua kaki Evelyn menapak jalanan berpaving itu.Selanjutnya wanita itu melangkah menuju pos satpam, tempat biasanya Luna menunggu jemputan. Di sana hanya ada seorang satpam pria dengan seragam hitam, ia memutuskan untuk menghampiri dan bertanya."Maaf, Pak. Apakah Luna Arkania masih ada di dalam kelas?""Bukankah Adik Luna sudah pulang?" namun, satpam itu justru balik bertanya, menciptakan tanda tanya besar di benak Evelyn. Dan rasa cemas itu datang menyergap seketika."Pulang?" ulangnya.Sedangk

    Last Updated : 2024-02-25

Latest chapter

  • Putri Rahasia Tuan Damian   99. Kau dan aku, kita

    Tangis tidak selamanya berarti bahwa kesedihan tengah melingkupi seseorang. Namun, sebuah emosi ketika air mata luruh itu juga bisa hadir saat kebahagiaan datang. Tetes demi tetes itu jatuh bercucuran menuruni pipi, tetapi sebuah senyum justru terlukis indah menghiasi paras jelitanya. Ya, Evelyn menyebutnya tangis haru, menangis ketika melihat sosok Arjuna yang pada akhirnya tertangkap oleh pandangan matanya. Kakak tersayangnya itu pada akhirnya datang, padahal sebelumnya ia mengira bahwa pria itu masih belum memaafkan dirinya. Maka, ia segera bergegas memutus jarak, berjalan cepat menuju posisi sang kakak, tentu diikuti suaminya dari belakang."Kak Juna, ku kira kau tidak akan datang." Tanpa izin, Evelyn memeluk tubuh pria berambut gondrong terkuncir rendah itu, sedangkan Damian hanya berdiri di sisinya seraya menyelipkan tangan di saku celana.Arjuna balas memeluk. Ia memejamkan mata dan tersenyum tulus seakan pertengkaran yang lalu tidak pernah terjadi. "Adik tersayangku sedang me

  • Putri Rahasia Tuan Damian   98. Official Wife

    Senyum itu tak pernah sirna menghiasi wajah jelita si mempelai wanita. Sedangkan si pria ber-tuxedo tampak setia berdiri di sisinya sembari terus menggenggam tangannya. Ah, mereka tampak begitu serasi dengan pakaian serba putih. Warna yang melambangkan awal baru, seperti kanvas kosong yang siap mereka lukiskan berbagai warna dalam mengarungi rumah tangga. Hari bahagia itu pada akhirnya telah tiba, tentu kebahagiaan membuncah di hati kedua mempelai. Tangga pelaminan itu telah berhasil mereka jejaki bersama setelah melewati berbagai rintangan yang tidak mudah untuk dilalui. Dan kini mereka telah mencapai puncak, buah dari kesabaran dan perjuangan yang telah mereka usahakan untuk menyatukan hati."Selamat atas pernikahanmu ya, Eve. Aku benar-benar tidak menyangka jika pada akhirnya kau berakhir dengan pria yang kau katakan berkali-kali sebagai sahabatmu ini." Ina, satu-satunya teman dekat si mempelai wanita berdiri di depannya, menyalaminya sembari menempelkan pipi kanan dan kiri. "Ter

  • Putri Rahasia Tuan Damian   97. Semakin dekat

    "Jadi, pernikahannya benar-benar akan dilaksanakan bulan depan?" pertanyaan itu terlepas dari mulut Arini Adhitama di tengah perbincangannya dengan Sasmitha Alexander. Ya, calon besannya itu memang sedang datang berkunjung ke rumahnya, tentu saja untuk membahas persiapan acara pernikahan kedua anak mereka."Iya, sesuai kesepakatan di awal. Bertepatan dengan hari ulang tahun Luna juga, bukan?" Sasmitha menjawab seraya meletakkan kembali cangkir teh berbahan keramik putih dengan motif bunga-bunga ke atas meja, tentu saja setelah ia menyesap isinya. Gerakannya tampak begitu anggun nan santai, seakan mereka sudah cukup akrab sebelumnya. "Damian ingin jika bukan hanya dirinya dan Evelyn saja yang berbahagia di hari pernikahan mereka, tapi putri mereka juga. Bukankah dia terlihat sangat mencintai putrinya?" lanjutnya.Namun, raut gundah justru terlukis makin jelas di wajah Arini. "Tapi ... apakah waktunya akan cukup untuk persiapannya? Sedangkan saat ini, baik keluarga saya maupun keluarga

  • Putri Rahasia Tuan Damian   96. Biological Children

    Punggung wanita itu tak pernah luput dari penglihatannya, sedang membelakanginya. Sang ibu sedang menciptakan resep baru, tampak begitu sibuk berkutat di depan kompor. Aroma masakan yang tercium begitu lezat membuat Evelyn betah berlama-lama di sana."Apakah sudah selesai, Ma?" dari posisinya yang sedang duduk di kursi meja makan sambil bertopang dagu, Evelyn bertanya. Ia memang sedang menunggui ibunya memasak."Tunggu beberapa menit lagi." Arini menjawab, tak menoleh sedikit pun ke belakang.Karena sedikit merasa bosan, Evelyn bangkit berdiri kemudian mendekat pada sang ibu, berdiri di sampingnya. Ia menatap ke dalam panci, kemudian mencium dalam-dalam aroma yang menguar dari sana. Ah, ibunya sedang memasak mie dengan kuah gelap nan kental bertabur berbagai jenis seafood, menu baru yang belum diberi nama. "Wah, aku jadi tidak sabar ingin mencicipi resep baru Mama. Pasti enak!" Senyum manis mengurva, terlukis begitu indah menghiasi wajah Evelyn."Sudah pasti. Siapa dulu kokinya?" san

  • Putri Rahasia Tuan Damian   95. Milikku

    Gerbang sekolah Taman Kanak-kanak menyambut pandangan mata birunya. Damian memang berinisiatif menjemput Luna, maka ia datang lebih cepat dari waktu biasanya Burhan menjemput sang putri.Hari-hari paling menyebalkan telah berlalu dan Damian kini telah kembali pulih seperti sedia kala. Ia sembuh dengan cepat, beruntung hasil pemeriksaan terakhir menunjukkan bahwa dirinya telah benar-benar sehat. Seiring stres yang berkurang, dirinya pun semakin tersenyum lepas.Damian menepikan mobilnya di seberang jalan. Masih ada beberapa menit lagi sebelum bel pulang sekolah putrinya berbunyi dan ia memilih untuk menelepon Evelyn. Ah, mengingat seraut wajah itu membuat senyum si pria semakin cerah saja. Ia segera meraih ponsel di saku celana, segera mencari kontak nomor si wanita tercinta untuk melakukan panggilan. "Halo?" dan dari ujung telepon sana, suara merdu yang sangat Damian hafal menyapa telinganya."Aku sedang berada di depan sekolahan Luna. Jika aku menjemputnya, kau tidak keberatan, buka

  • Putri Rahasia Tuan Damian   94. Willingness

    Angin malam yang berembus tak mengurangi keyakinan pria dewasa itu. Meski dingin menggigit, tak membuat nyalinya menciut. Ah, bahkan andai angin topan yang bertiup pun akan dirinya terjang sekarang. Semua ia lakukan demi putra satu-satunya. Bennedict Alexander baru saja menuruni mobilnya, kini berdiri tepat di depan gerbang kediaman keluarga dari wanita yang putranya cinta. Ia sudah memikirkan matang-matang tentang keputusannya ini, ia akan bertindak. Ia hanya berharap bahwa keberuntungan akan menyertainya malam ini.Tangan kanannya terangkat demi memencet bel. Dan tak berselang lama, sang Tuan rumah keluar dari pintu utama. Pria baya itu memandang ke arahnya lengkap dengan kening berkerut, pun raut muka terkejut. Bennedict segera mempersiapkan diri jika seandainya Burhan Adhitama kembali naik pitam atas kedatangannya."Untuk apa Anda datang malam-malam begini?" Burhan menggeser gerbang saat bertanya dengan nada ketus.Bennedict menatap tepat di mata sebelum mengutarakan tujuan kedat

  • Putri Rahasia Tuan Damian   93. Empat mata

    Selembar tisu yang pada awalnya putih bersih kini dihiasi bercak merah terang. Darah yang mengalir dari luka di jari Evelyn adalah sesuatu yang mewarnainya. Ternyata ia menggores jarinya terlalu dalam.Seraya mencoba menghentikan perdarahan dengan membalut lukanya menggunakan tisu, wanita itu datang menemui ayahnya di ruang keluarga. Pria baya itu sudah menunggu dirinya sedari tadi seraya melihat acara di televisi. "Duduklah, Papa ingin berbicara." Burhan Adhitama segera membuka kalimat ketika Evelyn sudah mendekat. Ia menepuk permukaan sofa lembut di sisinya."Di mana Luna?" Wanita beranak satu itu mendudukkan diri di sisi ayahnya, sesuai perintah."Sudah masuk ke kamar dengan Mama, Papa hanya ingin berbicara empat mata denganmu." Kernyit tercipta di dahi Burhan ketika pada akhirnya ia melihat jari Evelyn terbungkus tisu bercorak merah. "Apa yang terjadi dengan tanganmu?""Aku tak sengaja melukainya saat mengiris apel."Mata tua Burhan kini menyorot dalam pada kedua mata putrinya, s

  • Putri Rahasia Tuan Damian   92. What happened?

    Mentari telah hampir tenggelam seluruhnya ketika Bennedict Alexander sampai di parkiran hotel tempat Damian menginap. Putranya telah mengirimkan alamat hotel itu hampir satu jam yang lalu, maka setelah urusannya selesai, pria baya nan tampan itu segera meluncur ke sana."Tinggalkan saja mobilnya di sini, kalian boleh kembali ke Jakarta." Bennedict berucap demikian setelah turun dari mobil yang ia naiki."Siap, Tuan! Ini kunci mobilnya." Satu orang yang menjadi pemimpin kaki-tangannya, pun seseorang yang tadi mengemudikan mobilnya menyerahkan kunci. Dua orang lainnya berdiri siaga di belakang pria itu. Sedangkan Bennedict menerima kunci mobilnya begitu saja, lalu memasukkannya ke dalam saku celana sebelum berbicara. "Kerjakan tugas kalian dengan baik selama saya tidak ada di tempat," perintahnya. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh orang-orangnya kemudian kembali bersuara. "Yang harus kalian ketahui, meskipun saya tidak berada di sana, saya masih akan tetap memantau kinerja kalian. Ja

  • Putri Rahasia Tuan Damian   91. Kesempatan?

    Damian Alexander adalah seseorang yang lebih dahulu keluar dari pintu restoran tempat dirinya dan sang ayah mengisi perut siang ini. Setelah mereka angkat kaki dari rumah Burhan Adhitama, Bennedict Alexander memang berinisiatif mengajak putranya untuk mampir makan siang terlebih dahulu. Sebagai ayah, tentu Bennedict merasa khawatir melihat tubuh sang putra semakin kurus setiap harinya.Dan di sinilah mereka, di area parkir restoran yang cukup luas di tengah terik sang surya. Si pria muda berdarah Jerman itu masuk ke dalam mobil hitam yang ia sewa selama tinggal di Surabaya dengan tanpa kata. Melihat putranya telah berada di balik kemudi, Bennedict segera memberikan perintah pada seseorang yang sedari tadi mengikuti di belakang punggungnya."Tunggu di mobil, saya akan segera kembali."Perintah diterima, pria tinggi berjas abu-abu itu mengangguk patuh. "Baik, Tuan."Selanjutnya Bennedict bergegas menuju mobil putranya. Ia membuka pintu penumpang bagian depan, ikut masuk ke dalam mobil k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status