Namun, Andini membalas, "Lucu sekali. Aku bermarga Gatari. Keluarga Biantara nggak berhak mendidikku.""Andini! Jangan keterlaluan!" bentak Abimana."Kalian yang keterlaluan!" Andini benar-benar tidak bisa menahan amarahnya. Dia bertanya, "Aku datang untuk meminta jimat keselamatan untuk Nenek. Apa yang membuat kalian terganggu? Apa hak kalian datang satu per satu untuk mengaturku?""Terutama kamu, Abimana! Saat aku difitnah, kamu hanya bisa diam. Sekarang kamu malah bersikap seolah-olah mau memberiku pelajaran? Apa hakmu?" tambah Andini."Aku kakakmu, jadi aku berhak memberimu pelajaran!" sergah Abimana.Meskipun Nayshila yang bersalah, hubungan antara Keluarga Biantara dan Keluarga Maheswara cukup erat. Semuanya bisa diselesaikan setelah pulang. Abimana juga bisa melaporkannya kepada orang tua Nayshila untuk mendidiknya dengan baik.Bagaimanapun juga, Andini tidak seharusnya memakai kekerasan.Namun, siapa sangka Andini justru tertawa setelah mendengar jawaban Abimana. Dia menimpali,
Abimana tercengang.Andini memang datang untuk mendoakan keselamatan Ainun. Kenapa Abimana bisa mengatakan hal seperti itu? Ada apa dengannya? Kenapa dia selalu kehilangan akal sehat setiap kali bertemu dengan Andini?Jantung Abimana berdetak dengan kencang. Dia berpikir jika terjadi sesuatu pada neneknya karena ucapannya sendiri, jangankan Andini, dia juga tidak akan bisa memaafkan diri sendiri!Namun, apakah masalah ini bukan kesalahan Andini? Kenapa Abimana selalu tenang saat berhadapan dengan Dianti, tetapi amarahnya langsung tersulut saat bertemu Andini? Bukankah ini semua terjadi gara-gara Andini?Andini mengatakan bahwa Abimana sudah mati tiga tahun lalu dan tidak berhak memberinya pelajaran. Abimana akan menunjukkan bahwa dirinya berhak!Amarah yang sudah dipendam sejak Andini kembali akhirnya meluap. Abimana tiba-tiba mengulurkan tangan untuk menangkap Andini.Andini terkejut karena tidak menyangka bahwa Abimana akan menyerangnya di tempat ini. Untungnya, Andini menghindar den
"Benar. Padahal, kamu bukan putri kandung Keluarga Adipati. Apa kamu belum puas setelah menikmati kemewahan selama bertahun-tahun?""Sungguh keterlaluan. Bisa-bisanya mengutuk kakaknya sendiri mati. Dewa pun pasti akan murka!"Setelah dicela beberapa orang, kerumunan yang tidak mengenal Andini mulai ikut mencelanya. Dalam sekejap, Andini menjadi sasaran kemarahan orang-orang.Mungkin karena sudah terbiasa dipukul selama tiga tahun, jadi Andini masih bisa bangkit setelah dipukul begitu keras. Dia menopang tubuhnya untuk duduk, lalu menanggapi cercaan orang-orang dengan meludah ke samping.Jika ludah itu tidak berwarna merah, tidak akan ada yang sadar bahwa Andini baru dipukul hanya dengan melihat wajahnya.Andini mendongak melihat kerumunan di sekelilingnya. Terlihat Santika, Nayshila, Dianti, dan Rangga. Di antara mereka, ada yang senang melihat penderitaan Andini, ada yang berpura-pura prihatin, dan ada yang terlihat dingin sejak awal.Pada akhirnya, tatapan Andini tertuju pada wajah
Begitu melihat Baskoro, semua orang langsung berlutut untuk memberi hormat. Rangga yang sudah mendapatkan instruksi dari Kaisar tidak perlu berlutut saat bertemu Kaisar. Jadi, sekarang Rangga hanya memberi hormat kepada Baskoro.Sementara itu, Andini yang hendak berlutut dipapah oleh Baskoro. Tangan Baskoro terasa hangat. Baskoro bisa merasakan tubuh Andini gemetaran saat memapahnya.Baskoro juga tidak menyangka Andini yang menghadapi kekerasan Abimana dengan tenang di depan umum bisa gemetaran. Andini bingung kenapa Baskoro yang sudah pergi bersama kepala kuil tiba-tiba muncul. Namun, Andini merasa bersyukur dengan kemunculan Baskoro.Abimana memukul Andini dengan kejam. Kedua kakinya mulai lemas. Jika Baskoro tidak muncul tepat waktu, sepertinya Andini sudah terjatuh ke lantai."Terima kasih," ucap Andini dengan lirih. Orang lain tidak bisa mendengar suara Andini.Namun, Baskoro bisa mendengar suara Andini dengan jelas. Hati Baskoro terasa sakit dan amarahnya memuncak.Baskoro memelo
Rangga bertatapan dengan Baskoro sembari menegaskan, "Aku hanya memikirkan situasinya secara keseluruhan."Baskoro akan menikah dengan Andini, sebaiknya dia tidak berselisih dengan Keluarga Adipati. Namun, Baskoro malah mencibir setelah mendengar ucapan Rangga.Baskoro menanggapi, "Jenderal Rangga benar-benar bijaksana. Kalau begitu, kenapa tadi kamu diam saja? Apa kamu jadi bisu?"Tadi Rangga hanya diam sewaktu Andini dipukul. Hati Andini terasa sakit sesudah mendengar perkataan Baskoro.Jelas-jelas Andini tidak mengharapkan Rangga lagi dan dia tahu Rangga tidak menyukainya. Akan tetapi, kenapa hatinya tetap terasa sakit?Andini menggigit bibirnya. Dia membencinya dirinya yang tidak berguna. Andini berusaha menahan air matanya.Rangga mengamati ekspresi Andini. Dia merasa Andini dan Baskoro tampak sangat mesra. Rangga pun merasa gusar.Rangga berkata dengan tegas, "Semua orang bisa menilai siapa yang salah hari ini. Abimana hanya menghukum adiknya. Meskipun pukulannya agak kuat, itu j
Baskoro langsung membawa Andini ke istana. Sewaktu Andini bangun, dia sudah berada di istana Haira.Melihat ruangan yang mewah, Andini baru teringat dia sudah pingsan sebelum Baskoro menggendongnya ke kereta kuda. Andini segera bangkit.Kebetulan Haira masuk. Dia buru-buru menghampiri Andini dan berkata, "Cepat berbaring. Lukamu belum sembuh. Lebih baik jangan banyak bergerak dulu."Namun, Andini sudah duduk. Dia tidak berniat berbaring lagi. Andini hendak turun dari tempat tidur untuk memberi hormat kepada Haira.Haira menghentikan Andini, "Kamu terluka parah, untuk apa kamu masih memedulikan tata krama?"Kemudian, Haira melambaikan tangan kepada pelayan yang membawa obat. Haira mengambil obat, lalu menyendoknya dan meniupnya. Dia menyuap Andini, lalu menjelaskan, "Ini obat dari balai kesehatan kekaisaran dan sangat efektif menyembuhkan luka. Minum selagi hangat."Andini yang terkejut berujar, "Saya minum sendiri saja."Andini hendak mengambil mangkuk obat itu, tetapi Haira menghindar
Haira juga berdiri dan berucap, "Lukamu belum sembuh. Jangan ...."Sebenarnya, tadi Andini tersentuh dengan perhatian Haira. Namun, sekarang perasaan itu sudah sepenuhnya hilang.Andini tersenyum kepada Haira dan menimpali, "Selir Agung Haira nggak perlu khawatir."Kemudian, Andini berjalan keluar. Entah Andini menyuruh Haira tidak perlu mengkhawatirkan lukanya atau Baskoro. Dia membiarkan Haira memikirkannya sendiri.Andini memang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencuci baju saat berada di penatu istana selama 3 tahun, tetapi terkadang dia juga mengikuti pelayan senior untuk mengantar baju ke istana. Itulah sebabnya, Andini cukup familier dengan jalan di istana.Tak lama kemudian, Andini sampai di depan ruang kerja kekaisaran. Setelah diberi izin, Andini mengikuti seorang kasim masuk. Dia melihat Kresna, Kirana, dan Rangga. Apa mereka datang untuk mengadu?Andini berlutut dan menyapa, "Salam, Kaisar."Kaisar yang duduk di depan meja kerja mengamati Andini, lalu bertanya, "K
Tentu saja Kresna memahami maksud perkataan Kaisar. Dia berlutut kepada Kaisar, lalu berkata, "Kaisar, putraku memang gegabah. Dia memukul adiknya di depan umum, jadi dia pantas dihukum Pangeran Baskoro. Kaisar, jangan salahkan Pangeran Baskoro."Sebenarnya, sejak awal Kresna memang tidak berniat menyalahkan Baskoro. Dia tahu jelas kondisi Keluarga Biantara sekarang.Namun, Kaisar memanggil Kresna dan Kirana ke istana setelah mengetahui masalah ini. Kaisar mengatakan dia akan menghukum Baskoro dan tidak memberi Kresna kesempatan untuk bicara.Kaisar merasa puas sesudah mendengar perkataan Kresna. Hanya saja, dia tetap mencibir. Kemudian, Kaisar melihat Rangga dan bertanya, "Jenderal Rangga, waktu itu kamu juga ada di tempat. Menurutmu bagaimana?"Rangga memberi hormat, lalu menatap Andini sejenak sebelum menjawab, "Kaisar, masalah ini disebabkan oleh tindakan Andini yang nggak sopan. Tapi, Abimana memang bertindak gegabah dan hukuman Pangeran Baskoro memang agak berlebihan."Rangga men
Andini berani bersikap arogan kepada anggota Keluarga Adipati yang lain, tetapi dia merasa bersalah kepada Ainun. Andini takut Ainun akan memarahinya tidak tahu aturan setelah tahu dia mengambil semua hadiah dari Kaisar dan Haira.Seharusnya sekarang Ainun sudah bangun. Sesuai dugaan, Ainun sedang minum obat saat Andini datang.Andini menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan masuk dan menyapa Ainun. Andini berusaha bersikap santai agar Ainun tidak tahu tubuhnya terluka.Ainun sangat senang begitu melihat Andini. Dia melambaikan tangan kepada Andini dan berujar, "Kudengar, titah Kaisar sudah diantar?"Andini duduk di samping Ainun dan meraih tangannya. Dia mengangguk sembari membalas, "Iya. Kaisar dan Selir Agung Haira memberiku banyak hadiah. Aku ... mengambil semua hadiah itu."Andini merasa malu. Dia takut Ainun menganggapnya serakah. Di dunia ini, Ainun adalah satu-satunya keluarga Andini.Siapa sangka, Ainun malah tertawa dan menanggapi, "Bagus! Kali ini, Andin kesayanganku sangat
Luka di punggung Andini masih terasa sakit. Abimana memang pingsan setelah dipukul, tetapi sapunya tidak patah. Bahkan, luka di punggung Abimana tidak terlalu parah sehingga hari ini dia bisa turun dari tempat tidur.Sementara itu, sapu yang digunakan Abimana untuk memukul Andini patah. Dia pasti mengerahkan seluruh tenaganya. Ujung sapu yang patah juga menggores punggung Andini. Sudah jelas kemarin Abimana berniat menghabisi Andini!Andini tidak mengatakan dengan jelas, tetapi Abimana merasa dipermalukan. Abimana hendak meninju Andini. Dia mengancam, "Aku rasa pukulanku kemarin terlalu ringan makanya sekarang kamu masih bisa melawanku!"Kirana segera memeluk Abimana dan berseru, "Abimana, jangan gegabah!"Siapa sangka, Andini mendekati Abimana dan menantang, "Apa kamu masih mau pukul aku? Hari ini kamu mau pukul bagian mana? Wajah bagian kiri atau kanan? Apa perlu aku menyodorkan diriku padamu?"Amarah Abimana memuncak melihat sikap Andini yang arogan. Dia hampir melepaskan diri dari
Luka di punggung Andini masih terasa sakit. Abimana memang pingsan setelah dipukul, tetapi sapunya tidak patah. Bahkan, luka di punggung Abimana tidak terlalu parah sehingga hari ini dia bisa turun dari tempat tidur.Sementara itu, sapu yang digunakan Abimana untuk memukul Andini patah. Dia pasti mengerahkan seluruh tenaganya. Ujung sapu yang patah juga menggores punggung Andini. Sudah jelas kemarin Abimana berniat menghabisi Andini!Andini tidak mengatakan dengan jelas, tetapi Abimana merasa dipermalukan. Abimana hendak meninju Andini. Dia mengancam, "Aku rasa pukulanku kemarin terlalu ringan makanya sekarang kamu masih bisa melawanku!"Kirana segera memeluk Abimana dan berseru, "Abimana, jangan gegabah!"Siapa sangka, Andini mendekati Abimana dan menantang, "Apa kamu masih mau pukul aku? Hari ini kamu mau pukul bagian mana? Wajah bagian kiri atau kanan? Apa perlu aku menyodorkan diriku padamu?"Amarah Abimana memuncak melihat sikap Andini yang arogan. Dia hampir melepaskan diri dari
Entah sejak kapan Andini merasa gusar setiap mendengar suara Abimana. Andini melihat Abimana mendorong pelayan yang memapahnya.Abimana menghampiri Andini dengan terpincang-pincang seraya menegaskan, "Minta maaf pada Ibu!"Andini mengamati Abimana. Mungkin karena luka di punggungnya, Abimana tidak bisa berdiri tegak. Dahinya juga berkeringat. Sudah jelas tadi Abimana sangat kesakitan saat menghampiri Andini.Biarpun begitu, Abimana tetap bersikeras menyalahkan Andini. Sebenarnya, ini memang sifat Abimana sejak kecil. Hanya saja, dulu Abimana berusaha keras melindungi Andini. Setelah Dianti kembali, Abimana mulai melawan dan memfitnah Andini.Andini yang merasa kecewa menimpali, "Kemarin kamu memukulku setelah menyuruhku minta maaf. Jadi, hari ini kamu menyiapkan hukuman apa untukku?"Abimana menarik napas begitu mengungkit masalah kemarin. Namun, dia tetap menganggap Andini yang bersalah.Abimana bertanya seraya mengernyit, "Apa kamu menyimpan dendam kepadaku setelah aku memukulmu? Jad
Respons Dianti ini lebih lucu daripada ucapannya tadi. Andini menggeleng dan tertawa. Kirana juga tahu ucapan Dianti tadi kurang pantas.Kirana menyela, "Beberapa hari ini Pangeran Baskoro sedang istirahat. Dia mengutus orang untuk menyampaikan nanti dia baru bawa kamu ke tempat yang sudah dia janjikan."Andini mengernyit. Dia baru teringat kemarin Baskoro mengatakan akan membawanya ke suatu tempat setelah selesai. Namun, Baskoro pergi sebelum Andini menyetujuinya.Dianti mendekati Andini lagi dan bertanya, "Pangeran Baskoro mau bawa Kak Andini ke mana? Tempatnya menyenangkan, nggak?"Melihat ekspresi Dianti yang gembira, Andini tiba-tiba teringat sesuatu. Dia memandang Dianti seraya bertanya, "Apa kemarin kamu yang beri tahu Pangeran Baskoro bahwa aku pergi ke Kuil Amnan?"Andini ingat Dianti pernah mengatakannya. Dianti tertegun sejenak, lalu mengangguk. Andini bertanya lagi sambil mengernyit, "Kenapa kamu berbuat begitu?"Kalau bukan karena Dianti mengundangnya, Andini tidak akan te
Andini hendak mencari Ainun setelah kembali ke Kediaman Adipati. Ternyata, Ainun sudah tidur. Jika Ainun bisa tidur, itu berarti dia tidak mendengar masalah yang terjadi di Kuil Amnan. Andini baru merasa tenang.Sesampainya di Paviliun Ayana, Laras menunggu Andini dengan wajah pucat pasi. Andini merasa sedih begitu teringat tendangan Abimana sebelumnya.Namun, Laras tampak tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dia hendak membantu Andini mengganti baju.Andini berpikir sejenak, lalu bertanya, "Laras, apa kamu ingin pergi ke tempat lain?"Laras tertegun sesaat sebelum menyahut, "Apa Nona mau usir hamba?"Andini menggeleng dan menimpali, "Aku bukan mau usir kamu. Aku hanya ... takut mempersulitmu."Hari ini, Laras tidak akan disakiti jika bukan karena Andini. Siapa sangka, Laras tiba-tiba menjadi emosional. Dia menanggapi, "Hamba nggak takut! Nona, jangan usir hamba karena hamba ingin melindungi Nona!"Mungkin karena terlalu emosional, Laras batuk-batuk setelah selesai bicara. Bahkan,
Abimana merasa kasihan pada Dianti, sedangkan Kirana buru-buru menarik Dianti. Dia berkata dengan ekspresi cemas, "Aduh, cepat ikut Ibu. Biar Ibu obati lukamu dulu."Namun, Dianti tidak ingin mengikuti Kirana. Dia berujar sembari menangis, "Aku nggak mau pergi. Ayah pasti mau menghukum Kakak. Aku harus melindunginya."Hati Kresna luluh begitu melihat ekspresi Dianti yang sedih. Abimana mengernyit. Dia teringat Andini yang mengatakan kakaknya sudah mati 3 tahun lalu.Kenapa perbedaan Andini dan Dianti begitu jauh? Mereka berdua adalah adik Abimana. Andini bersikap kejam kepada Abimana, sedangkan Dianti tidak memedulikan lukanya sendiri demi Abimana.Kresna membentak, "Apa dia nggak pantas dihukum? Dia memukul adiknya di depan umum sampai terluka parah! Dia benar-benar nggak berperikemanusiaan!"Hari ini, sudah jelas Abimana bukan menghukum Andini. Dia mempermalukan Keluarga Adipati. Sekarang semua orang di ibu kota tahu Andini yang dibesarkan Keluarga Adipati selama 15 tahun mempunyai
Ekspresi Rangga menjadi dingin. Dia bertanya, "Kamu yakin mau menikah dengan Pangeran Baskoro?"Andini menatap Rangga seraya menjawab dengan tenang, "Iya."Rangga bertanya lagi, "Kamu tetap mau menikah dengannya biarpun dia cacat?"Ucapan Rangga membuat Andini terdiam. Melihat respons Andini, Rangga mengira Andini tidak tahu hal ini. Dia berkata, "Kamu tahu dia ....""Aku tahu," sergah Andini. Dia tahu apa yang akan dikatakan Rangga selanjutnya.Tadi pelayan yang mengantar Andini bernama Ambar. Pelayan itu sudah diam-diam menceritakan rahasia yang tidak diketahui Andini sebelumnya.Rangga tertegun. Dia tidak menyangka Andini tetap bersikeras menikah dengan Baskoro setelah tahu hal itu.Rangga yang teringat sesuatu berucap, "Kalau kamu membuat keputusan ini karena ucapanku sebelumnya, aku bisa mencari Nyonya Kirana ...."Rangga pernah mengatakan dia baru bisa menikahi Dianti setelah Andini menikah. Jadi, Rangga mengira Andini setuju menikah dengan Baskoro karena hal itu.Siapa sangka, A
Rangga melihat kepanikan Andini. Entah kenapa, hati Rangga tergerak. Namun, emosinya tersulut begitu teringat dengan kemesraan Andini dan Baskoro di aula tadi. Rangga bertanya, "Setelah 3 tahun, kenapa kamu masih tetap nggak jeli?"Akhirnya, Andini berhasil menenangkan dirinya. Dia berusaha mendorong Rangga. Akan tetapi, gua sangat sempit sehingga usahanya sia-sia.Hanya saja, Andini berhasil melepaskan tangan Rangga yang menutup mulutnya. Dia memelototi Rangga dan bertanya balik, "Jadi, Jenderal Rangga menarikku ke sini hanya untuk membicarakan hal ini?"Tatapan Rangga menjadi muram. Dia menegur, "Masa kamu nggak tahu masalah hari ini sudah direncanakan Selir Agung Haira? Luka di punggungmu memang parah, tapi nggak mungkin bisa berdarah hanya karena kamu berlari sebentar."Kecuali, sebelumnya luka Andini memang tidak diobati. Namun, Andini tahu hal ini. Bagaimanapun, rasanya sangat berbeda setelah lukanya diobati tadi.Andini tidak mempermasalahkannya. Dia malah tertawa sinis dan bert