"Benar. Padahal, kamu bukan putri kandung Keluarga Adipati. Apa kamu belum puas setelah menikmati kemewahan selama bertahun-tahun?""Sungguh keterlaluan. Bisa-bisanya mengutuk kakaknya sendiri mati. Dewa pun pasti akan murka!"Setelah dicela beberapa orang, kerumunan yang tidak mengenal Andini mulai ikut mencelanya. Dalam sekejap, Andini menjadi sasaran kemarahan orang-orang.Mungkin karena sudah terbiasa dipukul selama tiga tahun, jadi Andini masih bisa bangkit setelah dipukul begitu keras. Dia menopang tubuhnya untuk duduk, lalu menanggapi cercaan orang-orang dengan meludah ke samping.Jika ludah itu tidak berwarna merah, tidak akan ada yang sadar bahwa Andini baru dipukul hanya dengan melihat wajahnya.Andini mendongak melihat kerumunan di sekelilingnya. Terlihat Santika, Nayshila, Dianti, dan Rangga. Di antara mereka, ada yang senang melihat penderitaan Andini, ada yang berpura-pura prihatin, dan ada yang terlihat dingin sejak awal.Pada akhirnya, tatapan Andini tertuju pada wajah
Begitu melihat Baskoro, semua orang langsung berlutut untuk memberi hormat. Rangga yang sudah mendapatkan instruksi dari Kaisar tidak perlu berlutut saat bertemu Kaisar. Jadi, sekarang Rangga hanya memberi hormat kepada Baskoro.Sementara itu, Andini yang hendak berlutut dipapah oleh Baskoro. Tangan Baskoro terasa hangat. Baskoro bisa merasakan tubuh Andini gemetaran saat memapahnya.Baskoro juga tidak menyangka Andini yang menghadapi kekerasan Abimana dengan tenang di depan umum bisa gemetaran. Andini bingung kenapa Baskoro yang sudah pergi bersama kepala kuil tiba-tiba muncul. Namun, Andini merasa bersyukur dengan kemunculan Baskoro.Abimana memukul Andini dengan kejam. Kedua kakinya mulai lemas. Jika Baskoro tidak muncul tepat waktu, sepertinya Andini sudah terjatuh ke lantai."Terima kasih," ucap Andini dengan lirih. Orang lain tidak bisa mendengar suara Andini.Namun, Baskoro bisa mendengar suara Andini dengan jelas. Hati Baskoro terasa sakit dan amarahnya memuncak.Baskoro memelo
Rangga bertatapan dengan Baskoro sembari menegaskan, "Aku hanya memikirkan situasinya secara keseluruhan."Baskoro akan menikah dengan Andini, sebaiknya dia tidak berselisih dengan Keluarga Adipati. Namun, Baskoro malah mencibir setelah mendengar ucapan Rangga.Baskoro menanggapi, "Jenderal Rangga benar-benar bijaksana. Kalau begitu, kenapa tadi kamu diam saja? Apa kamu jadi bisu?"Tadi Rangga hanya diam sewaktu Andini dipukul. Hati Andini terasa sakit sesudah mendengar perkataan Baskoro.Jelas-jelas Andini tidak mengharapkan Rangga lagi dan dia tahu Rangga tidak menyukainya. Akan tetapi, kenapa hatinya tetap terasa sakit?Andini menggigit bibirnya. Dia membencinya dirinya yang tidak berguna. Andini berusaha menahan air matanya.Rangga mengamati ekspresi Andini. Dia merasa Andini dan Baskoro tampak sangat mesra. Rangga pun merasa gusar.Rangga berkata dengan tegas, "Semua orang bisa menilai siapa yang salah hari ini. Abimana hanya menghukum adiknya. Meskipun pukulannya agak kuat, itu j
Baskoro langsung membawa Andini ke istana. Sewaktu Andini bangun, dia sudah berada di istana Haira.Melihat ruangan yang mewah, Andini baru teringat dia sudah pingsan sebelum Baskoro menggendongnya ke kereta kuda. Andini segera bangkit.Kebetulan Haira masuk. Dia buru-buru menghampiri Andini dan berkata, "Cepat berbaring. Lukamu belum sembuh. Lebih baik jangan banyak bergerak dulu."Namun, Andini sudah duduk. Dia tidak berniat berbaring lagi. Andini hendak turun dari tempat tidur untuk memberi hormat kepada Haira.Haira menghentikan Andini, "Kamu terluka parah, untuk apa kamu masih memedulikan tata krama?"Kemudian, Haira melambaikan tangan kepada pelayan yang membawa obat. Haira mengambil obat, lalu menyendoknya dan meniupnya. Dia menyuap Andini, lalu menjelaskan, "Ini obat dari balai kesehatan kekaisaran dan sangat efektif menyembuhkan luka. Minum selagi hangat."Andini yang terkejut berujar, "Saya minum sendiri saja."Andini hendak mengambil mangkuk obat itu, tetapi Haira menghindar
Haira juga berdiri dan berucap, "Lukamu belum sembuh. Jangan ...."Sebenarnya, tadi Andini tersentuh dengan perhatian Haira. Namun, sekarang perasaan itu sudah sepenuhnya hilang.Andini tersenyum kepada Haira dan menimpali, "Selir Agung Haira nggak perlu khawatir."Kemudian, Andini berjalan keluar. Entah Andini menyuruh Haira tidak perlu mengkhawatirkan lukanya atau Baskoro. Dia membiarkan Haira memikirkannya sendiri.Andini memang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencuci baju saat berada di penatu istana selama 3 tahun, tetapi terkadang dia juga mengikuti pelayan senior untuk mengantar baju ke istana. Itulah sebabnya, Andini cukup familier dengan jalan di istana.Tak lama kemudian, Andini sampai di depan ruang kerja kekaisaran. Setelah diberi izin, Andini mengikuti seorang kasim masuk. Dia melihat Kresna, Kirana, dan Rangga. Apa mereka datang untuk mengadu?Andini berlutut dan menyapa, "Salam, Kaisar."Kaisar yang duduk di depan meja kerja mengamati Andini, lalu bertanya, "K
Tentu saja Kresna memahami maksud perkataan Kaisar. Dia berlutut kepada Kaisar, lalu berkata, "Kaisar, putraku memang gegabah. Dia memukul adiknya di depan umum, jadi dia pantas dihukum Pangeran Baskoro. Kaisar, jangan salahkan Pangeran Baskoro."Sebenarnya, sejak awal Kresna memang tidak berniat menyalahkan Baskoro. Dia tahu jelas kondisi Keluarga Biantara sekarang.Namun, Kaisar memanggil Kresna dan Kirana ke istana setelah mengetahui masalah ini. Kaisar mengatakan dia akan menghukum Baskoro dan tidak memberi Kresna kesempatan untuk bicara.Kaisar merasa puas sesudah mendengar perkataan Kresna. Hanya saja, dia tetap mencibir. Kemudian, Kaisar melihat Rangga dan bertanya, "Jenderal Rangga, waktu itu kamu juga ada di tempat. Menurutmu bagaimana?"Rangga memberi hormat, lalu menatap Andini sejenak sebelum menjawab, "Kaisar, masalah ini disebabkan oleh tindakan Andini yang nggak sopan. Tapi, Abimana memang bertindak gegabah dan hukuman Pangeran Baskoro memang agak berlebihan."Rangga men
Rangga melihat kepanikan Andini. Entah kenapa, hati Rangga tergerak. Namun, emosinya tersulut begitu teringat dengan kemesraan Andini dan Baskoro di aula tadi. Rangga bertanya, "Setelah 3 tahun, kenapa kamu masih tetap nggak jeli?"Akhirnya, Andini berhasil menenangkan dirinya. Dia berusaha mendorong Rangga. Akan tetapi, gua sangat sempit sehingga usahanya sia-sia.Hanya saja, Andini berhasil melepaskan tangan Rangga yang menutup mulutnya. Dia memelototi Rangga dan bertanya balik, "Jadi, Jenderal Rangga menarikku ke sini hanya untuk membicarakan hal ini?"Tatapan Rangga menjadi muram. Dia menegur, "Masa kamu nggak tahu masalah hari ini sudah direncanakan Selir Agung Haira? Luka di punggungmu memang parah, tapi nggak mungkin bisa berdarah hanya karena kamu berlari sebentar."Kecuali, sebelumnya luka Andini memang tidak diobati. Namun, Andini tahu hal ini. Bagaimanapun, rasanya sangat berbeda setelah lukanya diobati tadi.Andini tidak mempermasalahkannya. Dia malah tertawa sinis dan bert
Ekspresi Rangga menjadi dingin. Dia bertanya, "Kamu yakin mau menikah dengan Pangeran Baskoro?"Andini menatap Rangga seraya menjawab dengan tenang, "Iya."Rangga bertanya lagi, "Kamu tetap mau menikah dengannya biarpun dia cacat?"Ucapan Rangga membuat Andini terdiam. Melihat respons Andini, Rangga mengira Andini tidak tahu hal ini. Dia berkata, "Kamu tahu dia ....""Aku tahu," sergah Andini. Dia tahu apa yang akan dikatakan Rangga selanjutnya.Tadi pelayan yang mengantar Andini bernama Ambar. Pelayan itu sudah diam-diam menceritakan rahasia yang tidak diketahui Andini sebelumnya.Rangga tertegun. Dia tidak menyangka Andini tetap bersikeras menikah dengan Baskoro setelah tahu hal itu.Rangga yang teringat sesuatu berucap, "Kalau kamu membuat keputusan ini karena ucapanku sebelumnya, aku bisa mencari Nyonya Kirana ...."Rangga pernah mengatakan dia baru bisa menikahi Dianti setelah Andini menikah. Jadi, Rangga mengira Andini setuju menikah dengan Baskoro karena hal itu.Siapa sangka, A
Dia tidak berani membayangkan lebih jauh, hanya bisa memaksakan diri untuk mengenyahkan pikiran yang dipenuhi kecemasan.Rangga sudah berada di ambang kehancuran. Dia tidak boleh ikut-ikutan gila!Jadi, Kalingga menarik napas dalam-dalam dan mengangguk. "Iya, dia akan baik-baik saja."Abimana seperti mendapatkan kembali sedikit tenaga. Dia mengangguk pelan, lalu berbalik dan pergi.Ya, semuanya akan baik-baik saja. Dia hanya perlu kembali dan beristirahat sebentar, lalu lanjut mencari Andini ....Abimana menaiki kudanya untuk kembali. Namun, dalam pikirannya, terus terbayang momen saat Andini jatuh ke sungai.Andini terlalu jauh dari dirinya. Begitu jauh hingga dia tidak bisa melihat jelas wajahnya. Begitu jauh sampai bayangannya pun tidak bisa dia raih.Kenapa mereka bisa sejauh ini? Apakah selama ini dia yang perlahan mendorong Andini menjauh darinya?"Tuan Abimana!" Tiba-tiba, suara lembut seorang wanita menyadarkan Abimana dari lamunannya.Dia terkejut, mendongak, baru sadar diriny
"Andin!""Andin!""Tidak!"Tiga teriakan itu hampir terdengar bersamaan.Kalingga dan Abimana serempak mencabut pedang mereka. Pria berjanggut lebat dan pemuda itu bahkan belum sempat bereaksi saat leher mereka ditebas.Sementara itu, Rangga langsung melompat ke Sungai Mentari tanpa memedulikan apa pun.Melihat itu, Kalingga dan Abimana segera bergerak, masing-masing menarik Rangga kembali ke tepi."Lepaskan aku!" Rangga membentak, berjuang keras melepaskan diri. Matanya terus mencari sosok Andini di permukaan sungai yang tenang tanpa riak.Dia terus mencoba melompat ke sungai, tetapi dua pasang tangan terus menariknya ke belakang, membuatnya hanya bisa terus menepis mereka.Andini masih ada di dalam sungai. Dia harus menyelamatkan Andini!Plak! Sebuah tamparan keras membangunkan Rangga.Kalingga mencengkeram kerah bajunya. Suaranya keras, tetapi bergetar, "Andin akan baik-baik saja! Dia bisa berenang! Yang harus kamu lakukan sekarang adalah memimpin orang-orang ke hilir dan mencarinya
"Jangan gegabah!" Kalingga lebih dulu turun dari kuda, berteriak keras ke arah para bandit. Begitu melihat darah yang muncul di leher Andini, hatinya langsung mencengkeram kuat.Rangga dan Abimana segera turun dari kuda. Wajah Rangga tampak sangat muram, kedua tangannya mengepal erat. Dia sangat menyesal, kenapa dulu tidak membasmi habis para bandit itu. Kini, Andini terjebak dalam situasi berbahaya seperti ini.Yang lebih membuatnya marah adalah kenyataan bahwa dirinya jatuh ke dalam jebakan para bandit!Abimana memandang Andini yang sedang disandera, hatinya panik bukan main. Dia segera berteriak, "Aku bisa memberikan apa pun yang kalian inginkan! Lepaskan adikku!"Tatapan Andini langsung menjadi dingin. Dia tidak menyangka Abimana juga datang. Namun, di saat yang sama, dia sadar dia tetap tidak ingin melihat Abimana bahkan dalam kondisi seperti ini.Apalagi mendengarnya menyebut kata "adikku". Sejak kapan ... sejak kapan kebenciannya terhadap mantan kakaknya ini menjadi sedalam ini?
Saat itu juga, di tepi Sungai Mentari, Andini perlahan sadar dari pingsannya.Begitu membuka mata, yang pertama dia lihat adalah seorang pria berjanggut lebat yang sedang menatapnya tajam-tajam.Andini tersentak kaget dan refleks bergerak mundur. Namun, sebelum dia sempat mundur jauh, bagian belakang tubuhnya tiba-tiba kehilangan pijakan. Dia hampir saja terjungkal jatuh kalau pria berjanggut itu tidak segera menarik lengannya.Barulah dia sadar, di belakangnya terbentang sungai lebar yang tak berujung. Inikah ... Sungai Mentari?Andini masih belum sempat mencerna situasinya, saat suara lain terdengar dari arah samping, "Jangan gerak sembarangan! Sungai Mentari sangat dalam. Kalau jatuh, bakal susah naik lagi!"Andini menoleh ke arah suara itu.Yang berbicara adalah seorang pemuda. Usianya tak lebih dari 17 atau 18 tahun. Saat ini, dia tengah menyeka pedang panjang di tangannya.Andini pun mengingat semuanya. Dia telah menyamar sebagai pelayan dan berhasil menipu para penjaga di dalam
Nayshila benar-benar ketakutan. Matanya merah dan bengkak. Begitu melihat Kalingga, dia nyaris menangis saat itu juga. Namun, ketika melihat Rangga dan Abimana, tangisannya langsung tertahan.Di matanya malah muncul ekspresi panik. "Kenapa kalian semua ke sini? Bagaimana dengan Andini? Bukankah target para bandit itu adalah Andini?"Orang-orang itu hanya berjumlah dua. Setelah menculiknya dan membawanya ke tempat ini, mereka langsung bergegas pergi mengejar Andini!Dirinya ... hanyalah umpan. Umpan untuk memancing Rangga keluar dari vila tempat Andini disekap!Strategi mengalihkan musuh dari sarangnya!Tanpa berbicara sepatah kata pun, Rangga langsung berbalik dan pergi! Kepanikan telah menyelimuti seluruh jiwanya.Barangkali dia benar-benar dibutakan oleh tato kepala harimau itu. Karena terlalu takut Nayshila jatuh ke tangan para bandit dan mengalami nasib buruk, dia pun meninggalkan semuanya dan datang kemari tanpa berpikir panjang!Kalingga juga ikut terpaku, tetapi tetap menyimpan
Saat Gita kembali, Ningsih sudah berdiri di luar kamar. Pintu kamar Andini tertutup rapat, membuat Gita merasa curiga. "Di mana Nyonya?"Ningsih menjawab datar, "Tadi Nyonya bilang dia agak lelah, jadi sudah tidur."Mendengarnya, Gita melirik ke arah pintu dengan raut khawatir. "Apa jangan-jangan Nyonya sedang nggak enak badan? Perlu kupanggil tabib?"Ningsih mengerutkan alis dan menggeleng pelan. "Mungkin saja karena semalam nggak tidur nyenyak. Jangan pikir yang aneh-aneh, biarkan Nyonya beristirahat sebentar."Melihat ekspresi Ningsih, Gita justru semakin curiga. Dia bisa merasakan ada yang janggal dalam raut wajah Ningsih. Seolah baru menyadari sesuatu, Gita menurunkan suara dan bertanya, "Jangan-jangan ... terjadi sesuatu pada Nyonya?"Ningsih tak menyangka Gita langsung bisa mengetahuinya. Matanya pun mulai tampak panik dan berkilat gelisah. "Nggak ... nggak ada apa-apa. Jangan mikir yang aneh-aneh!"Namun, Gita tidak percaya. Dia langsung menyodorkan mangkuk sup manis itu ke tan
Namun, senyum yang tampak di wajah Rangga saat ini lebih terlihat seperti senyuman paksa.Berhubung tidak mungkin lagi menyembunyikannya dari Andini, Rangga akhirnya perlahan membuka suara. "Shila ... menghilang.""Apa?!" Andini terkejut, firasat buruk langsung menyelimuti hatinya. "Shila menghilang? Kapan kejadiannya?""Sejam yang lalu.""Lalu kenapa kamu masih di sini? Kenapa nggak pergi mencari Shila sekarang juga?" Andini tak kuasa menahan suaranya. "Gimana kalau dia jatuh ke tangan bandit itu?"Mendengar hal itu, wajah Rangga akhirnya menjadi kelam. Dia menatap Andini dan sorot matanya mulai menajam, "Kenapa kamu bisa tahu ... itu ulah bandit?""Kamu sendiri yang bilang waktu itu, bahwa bandit Yolasa muncul di ibu kota," jawab Andini sambil menarik napas dalam-dalam. "Lagi pula, ini bukan saatnya mencari tahu kenapa aku tahu. Kalau Shila benar-benar jatuh ke tangan mereka, akibatnya bisa sangat buruk! Kamu harus segera cari dia!"Hati Rangga mulai goyah.Nayshila adalah adik kandu
Namun, kabar itu tetap ditekan oleh Kalingga. Dia menyuruh Jabal untuk segera mencari orang yang bisa menghentikannya.Bagaimanapun juga, dalam hatinya, keselamatan Andini tetaplah yang paling utama. Dia tidak akan pernah mengorbankan Andini demi prestasi dan kejayaan.Namun, belum lama setelah Jabal berhasil menekan berita tersebut, dari pihak Sandika justru mulai menyebarkannya lagi ke mana-mana. Alhasil, desas-desus di ibu kota pun semakin menjadi-jadi dan tak bisa dihentikan.Jabal mulai kesal. "Tuan, Sandika itu jelas-jelas nggak peduli sama nyawa Nyonya Andini sama sekali!"Bandit dari Yolasa itu semuanya terkenal ganas dan kejam. Pemimpin mereka telah dibunuh, tapi mereka masih berani datang ke ibu kota untuk mencari masalah dengan Keluarga Maheswari. Itu sudah cukup menunjukkan bahwa mereka bukan orang biasa.Kalau Andini sampai jatuh ke tangan mereka, siapa yang tahu akan jadi seperti apa dia nanti?Wajah Kalingga tampak semakin kelam.Sejak Sandika datang menemuinya, dia suda
Desas-desus?Kalingga langsung berpikir, kemungkinan besar itu adalah tugas yang dikerjakan Jabal semalam.Alisnya langsung berkerut, lalu dia balik bertanya, "Jadi Tuan Sandika datang hari ini hanya untuk membicarakan hal ini?"Namun, Sandika justru menurunkan suaranya dan berkata, "Apa kamu tahu bahwa bandit Yolasa memang benar-benar muncul di ibu kota akhir-akhir ini?"Bandit Yolasa?Kalingga langsung terkejut. "Kapan informasi itu diketahui?""Sudah beberapa hari yang lalu! Jenderal Rangga sendiri tahu hal ini. Kalau nggak, Kaisar juga nggak mungkin memberiku perintah dengan alasan seperti itu!"Hanya saja, untuk menghindari kepanikan rakyat, kabar itu memang tidak disebarluaskan. Bahkan para menteri di istana belum mengetahuinya, apalagi Kalingga. Ucapan Sandika membuat Kalingga seakan tersambar petir.Akhirnya dia sadar, tujuan Andini menyebarkan kabar bahwa dia disekap oleh Rangga, bukanlah untuk meminta Kaisar turun tangan menyelamatkannya. Semua itu ... agar didengar oleh para