Waktu setengah bulan berlalu. Selama setengah bulan ini, Kediaman Adipati sangat tenang sampai undangan pesta musim semi dikirim ke kediaman.Pesta musim semi diadakan oleh Permaisuri, tetapi dipimpin oleh Putri. Setiap awal musim semi, Putri akan menyuruh lembaga falak untuk memilih hari dengan cuaca yang paling hangat. Dia akan mengundang para keturunan keluarga bangsawan untuk menikmati bunga, minum arak, dan berpuisi.Andini mengamati undangan itu. Laras yang melihatnya bertanya dengan ekspresi cemas, "Apa Nona mau pergi?"Andini bertanya balik seraya mengangkat alis, "Apa aku nggak boleh pergi?"Laras menghampiri Andini dan menjelaskan, "Hamba juga nggak tahu alasannya. Hanya saja, setiap undangan pesta musim semi dikirim, Tuan Kresna dan Nyonya Kirana akan berbohong Nona Dianti sakit. Mereka melarangnya pergi. Hamba merasa seharusnya pesta musim semi ini bermasalah!"Andini tersenyum. Pesta musim semi ini memang bermasalah. Dulu, dia dihukum masuk ke penatu istana di pesta musim
Begitu mendengar ucapan Laras, Dianti langsung bertanya dengan gugup, "Kak Andini berharap aku menghadiri pesta?"Laras tidak tahu kenapa ekspresi Dianti berubah begitu cepat, tetapi dia mengabaikannya. Laras menyahut, "Nona Andini bilang mungkin Jenderal Rangga berniat mengumumkan pernikahannya dengan Nona Dianti di pesta musim semi. Kalau nggak, untuk apa Jenderal Rangga memberi Nona Dianti gaun yang begitu mewah?"Tentu saja Dianti sangat mementingkan pernikahannya dengan Rangga. Dia tidak terlihat gugup lagi. Wajahnya merona saat dia menimpali, "Apa Kak Andini benar-benar bilang begitu? Apa ... dia mendengar kabar?"Laras menjelaskan, "Hamba kurang tahu. Hanya saja, sebelumnya Nona Andini memang khawatir masalah Pangeran Baskoro akan memengaruhi pernikahan Nona Dianti dan Jenderal Rangga. Tapi, dia memang nggak mengungkitnya lagi beberapa hari ini."Mengenai hal lain, biarkan Dianti sendiri yang menebaknya. Entah apa yang dipikirkan Dianti. Wajahnya makin memerah.Laras tidak berla
Setelah diyakinkan Andini, Dianti merasa sangat senang. Dia berbalik dan berjalan menghampiri Kresna.Dianti berlutut, lalu menyandarkan kepalanya di kaki Kresna dan memohon dengan manja, "Ayah, izinkan aku pergi. Nantinya aku akan menikah dengan Kak Rangga. Cepat atau lambat aku akan masuk ke istana. Kalau aku nggak memahami apa pun, takutnya aku akan mempermalukan Kak Rangga."Kresna dan Kirana bertatapan. Kelak Dianti memang akan menjadi nyonya di Keluarga Maheswara. Jika sekarang mereka terlalu protektif kepada Dianti, takutnya mereka malah mencelakai Dianti.Kirana tetap merasa khawatir, tetapi akhirnya dia mengizinkan Dianti pergi. Kirana berpesan, "Setelah masuk ke istana, kamu harus hati-hati dan ikuti Abimana, ya?"Dianti sangat senang. Dia berseru, "Terima kasih, Bu!"Kemudian, Dianti memandang Kresna dan memelas, "Ayah ....""Ya sudah, kami turuti kemauanmu!" timpal Kresna. Dia yang merasa tidak berdaya terpaksa menyetujuinya. Namun, dia mengingatkan, "Kamu harus hati-hati.
Andini bertanya balik, "Memangnya hal apa yang Tuan Abimana lakukan? Menyuruh bandit menculikku atau memberiku obat perangsang dan menyerahkanku pada pria lain?"Andini mengira 2 hal yang keterlaluan ini bisa membuat Abimana terdiam. Siapa sangka, Abimana malah membantah dengan ekspresi geram, "Masalah obat perangsang itu nggak disengaja. Aku kira itu cuma obat bius biasa ...."Andini menatap Abimana lekat-lekat sambil menyergah, "Apa bedanya? Bahkan Tuan Abimana juga mencelakai tunanganku. Kamu sudah melakukan banyak hal yang keterlaluan, tapi sekarang kamu malah bilang aku berniat jahat. Apa kamu nggak merasa konyol?"Abimana memang mengakui kesalahannya, jadi sekarang dia tidak bisa membantah lagi. Abimana menarik napas dalam-dalam, lalu dan berbicara dengan lembut, "Aku tahu kamu membenciku, tapi semua itu nggak ada hubungannya dengan Dian. Kamu langsung balas aku saja."Andini mencibir, lalu menegaskan, "Tapi, Dianti yang menyebabkan aku berakhir seperti sekarang ini."Abimana ber
Hari ini, pesta musim semi diadakan di istana. Di taman imperial, Dianti yang memakai gaun sutra berwarna kuning dan perhiasan yang dibelikan Abimana menarik perhatian banyak orang.Putri pejabat yang mengenal Dianti langsung menghampirinya. Dia terus memuji penampilan Dianti. Dibandingkan Dianti, penampilan Andini sangat biasa.Selain itu, semua keturunan bangsawan yang menghadiri pesta tahu Andini hanya putri angkat di Keluarga Adipati. Bahkan, Baskoro yang menjadi satu-satunya penyokong Andini juga sudah mati. Tentu saja, tidak ada yang menyapa Andini.Justru Andini merasa sangat santai. Dia berjalan ke sudut. Tidak disangka, seseorang menyapanya, "Andini."Orang itu adalah Nayshila. Andini tidak menyangka Nayshila datang menyapanya. Biarpun sebelumnya Andini sudah membantu Nayshila melihat jelas sifat asli Dianti, mereka tetap musuh yang bersaing sejak kecil.Jadi, Andini bertanya seraya mengangkat alisnya, "Ada apa?"Nayshila melihat Dianti, lalu menyahut, "Kak Rangga membelikan g
Dianti yang terkejut memandang Rangga. Dia bertanya dengan mata memerah, "Bukannya ... Kak Rangga yang memberiku gaun ini?"Ekspresi Rangga menjadi muram. Dia langsung melihat Andini dengan dingin. Andini tertegun sejenak, lalu mengalihkan pandangannya. Dia tidak ingin terlibat dalam masalah mereka.Siapa sangka, seseorang merasakan ada yang tidak beres. Dia bertanya, "Eh, apa orang di samping Nayshila itu Andini?"Tatapan semua orang tertuju pada Andini. Sementara itu, Andini tidak suka menjadi pusat perhatian. Dia mengernyit.Seseorang berkomentar, "Apa maksud Jenderal Rangga seharusnya gaun ini diberikan kepada Andini? Tadi aku merasa aneh kenapa gaun secantik ini dibuat begitu panjang?"Andini lebih tinggi dari Dianti. Tentu saja lengannya juga lebih panjang. Ditambah lagi, Rangga berpesan kepada penjahit untuk membuat lengan gaunnya lebih panjang agar bisa menutupi bekas luka di pergelangan tangan Andini.Jadi, Dianti yang memakai gaun ini terlihat sangat aneh. Orang lain tidak ta
Kemudian, seorang kasim muda segera menarik Dianti. Namun, semuanya sudah terlambat.Bunga bakawali hancur karena ditekan Dianti. Bahkan, beberapa kuntum bunga telah masuk ke tanah. Bunga-bunga itu tidak terlihat indah lagi.Kasim yang ketakutan terduduk di tanah dan bergumam, "Gawat ...."Kasim tiba-tiba teringat sesuatu. Dia menarik ujung gaun Dianti dan berseru, "Kamu yang menghancurkan bunga-bunga ini! Putri menyuruh orang untuk membeli bunga ini dari Ifra dengan harga mahal! Aku dan guruku baru berhasil menanam 2 kuntum bunga ini setelah berusaha keras!"Kasim menambahkan, "Beberapa bulan lagi, bunga ini akan mekar. Tapi, kamu malah menghancurkannya! Kamu harus ganti rugi!"Sesudah itu, kasim menangis histeris sehingga semua orang mengerumuninya. Gaun Dianti juga ternodai tanah. Dia makin panik karena ditertawakan lagi. Dianti menarik gaunnya dan membentak, "Lepaskan!""Aku nggak mau! Ganti rugi dulu!" tegas kasim. Dia bertekad untuk meminta Dianti bertanggung jawab. Jadi, dia tid
Rangga paham hari ini Safira tidak akan membiarkan mereka pergi begitu saja. Apalagi kasim muda itu berlutut di depan Safira dan mengadu sambil menangis, "Putri, dia merusak bungamu!"Safira melihat ke arah yang ditunjuk kasim. Dia memarahi, "Lancang sekali! Beraninya kamu merusak bunga bakawali kesukaanku! Dianti! Apa kamu tahu bunga bakawali ini sangat mahal?"Dianti yang dimarahi gemetaran di pelukan Rangga. Sebelum Dianti sempat bicara, Abimana memberi hormat dan menjelaskan, "Putri, kejadian ini nggak disengaja. Dian nggak berniat merusak bunga kesukaan Putri. Orang yang nggak tahu apa-apa nggak salah, mohon Putri selidiki dulu."Pelayan di samping Safira menegur, "Lancang! Tentu saja dia salah karena merusak bunga kesukaan Putri! Dia harus dihukum! Apa Tuan Abimana bermaksud mengkritik Putri nggak bijaksana?"Abimana memberi hormat lagi, lalu menimpali, "Saya nggak berani. Tapi, Dian memang jatuh. Semua orang bisa menjadi saksi."Safira mendengus dan menanggapi, "Memangnya kenapa
Tidak lama kemudian, Farida mengetuk pintu rumah kecil itu.Begitu melihat siapa yang datang, Laras langsung terkejut sekaligus gembira. Dia segera meraih tangan Farida dan mengajaknya masuk.Sebelum memasuki halaman, Laras bahkan sudah berseru, "Nona, lihat siapa yang datang!"Mendengar suara Laras yang begitu bersemangat, Andini merasa penasaran. Dia segera melirik ke arah pintu.Andini melihat Farida yang mengenakan pakaian rakyat biasa, rambutnya disanggul sederhana, serta membawa sebuah tas kecil di tangannya. Dia langsung menyambut, "Bibi, kenapa tiba-tiba ke sini?""Saya datang menjenguk Nona." Farida tersenyum dengan mata menyipit. "Saya ingin menginap di sini beberapa hari. Semoga Nona nggak keberatan."Andini langsung menggeleng dan membalas, "Kenapa aku harus keberatan? Aku justru sangat senang!"Sambil berkata demikian, Andini menggandeng Farida masuk ke rumah. Setelah menuangkan segelas air untuknya, dia baru bertanya, "Bibi, dilihat dari pakaianmu ini, apakah kamu ingin p
Kirana memeluk Dianti dan berjalan kembali ke dalam. "Sekarang kamu akan menjadi satu-satunya istri Rangga, jadi jangan nangis lagi. Kalau terus nangis, matamu bisa bengkak di hari bahagiamu!"Kresna yang berjalan di belakang mereka menambahkan, "Keluarga Maheswara mungkin akan menikahkan Rangga dan saudaranya di hari yang sama. Titah Kaisar sudah turun, jadi pernikahan nggak akan lama lagi. Kirana, kamu harus mulai menyiapkan mas kawin untuk kedua putri kita!"Kirana tersenyum dan mengangguk berkali-kali. "Tentu saja! Meskipun Andin sudah pindah, dia adalah putri angkat Keluarga Adipati. Terlebih lagi, pernikahannya adalah titah Kaisar. Aku nggak berani menyepelekannya."Mendengar itu, tatapan Dianti menjadi agak suram. Entah Kirana menyadarinya atau tidak, dia melanjutkan, "Tapi, Dian adalah putri kandung Keluarga Adipati. Apalagi sekarang Rangga sangat disayangi oleh Kaisar.""Dalam hal mas kawin, kita nggak boleh membuat Rangga kehilangan muka, juga nggak boleh mempermalukan Keluar
Dianti tertegun mendengar pertanyaan yang mendadak itu. Dia jelas tidak menyangka bahwa Abimana bisa berpikir begitu jernih sampai mempertanyakan dirinya!Untuk sesaat, dia tidak bisa langsung menjawab, hanya merespons dengan bingung, "Hah?"Abimana tetap sabar. "Tadi kamu bilang, pelayan di paviliunmu bicara sembarangan. Bagaimana kamu tahu aku pergi menemui Andini karena mendengar ucapan mereka?"Abimana mengakui hatinya dipenuhi kecurigaan terhadap Dianti saat ini. Seandainya tadi Jabal tidak datang tepat waktu, dia pasti sudah salah paham terhadap Andini dan entah kekacauan apa yang akan ditimbulkan di sana.Andini sudah memutus hubungan dengan Keluarga Adipati, bahkan sudah pindah. Jika Abimana membuat masalah lagi hari ini, hubungan mereka sebagai saudara benar-benar akan putus untuk selamanya.Tentunya, dia tidak ingin menuduh Dianti dengan pikiran buruk seperti itu. Namun, bukankah semuanya terlalu kebetulan? Kenapa saat dia berada di depan pintu, tiba-tiba ada pelayan yang ber
Selain itu, dengan betapa besarnya kasih sayang Kaisar terhadap Keluarga Maheswara, meskipun Kalingga hanya seorang pria cacat, dia tetap bisa melindungi Andini!Kalaupun Kalingga tidak bisa melindunginya, apakah Rangga akan diam saja melihat kakak iparnya ditindas?Semakin dipikirkan, Abimana merasa semakin gembira dan senyumannya semakin lebar.Melihat Abimana begitu bahagia, Kresna pun mulai percaya dan ikut merasa senang. Dia perlahan mengangguk. "Meskipun Kalingga cacat, dulu dia sangat dipercaya oleh Kaisar. Selain itu, alasan dia terluka juga karena Kaisar bersikeras mengirim pasukan.""Kaisar pasti merasa bersalah kepadanya. Bisa jadi, Kaisar memang berniat menjodohkan Andini dengan Kalingga. Itulah sebabnya titah pernikahan ditulis dengan cara yang samar."Namun, Kirana tetap terlihat khawatir. "Tapi, bukankah kamu bilang Rangga mendapatkan titah pernikahan ini sebagai hadiah atas jasanya menumpas para perampok? Sekarang, Andini malah menikah dengan kakaknya. Apa Rangga akan m
Sepanjang perjalanan kembali, Abimana terus memikirkan semuanya, tetapi tetap tidak bisa memahaminya.Jelas-jelas kemarin Rangga mengatakan dengan sangat jelas bahwa Andini dan Dianti akan menjadi istri sederajat. Namun, baru satu malam berlalu, kenapa tiba-tiba Andini malah menjadi kakak ipar Rangga?Dengan kebingungan, Abimana kembali ke Kediaman Adipati. Begitu masuk, dia langsung bertemu dengan Kresna, Kirana, dan Dianti. Dia tertegun. "Ayah, Ibu, kalian mau ke mana?"Kresna mengerutkan alis, nada suaranya penuh amarah. "Ke mana lagi? Tentu saja mencari kamu! Katakan, kamu tadi pergi menemui adikmu, 'kan?"Kirana tampak sangat cemas, bahkan menangis. "Dia akhirnya mau tinggal di ibu kota, kenapa kamu malah memaksanya pergi lagi?"Dianti juga menangis. "Kak, para pelayan di kamarku hanya asal bicara, jangan dimasukkan ke hati. Aku yakin Kak Andini nggak mungkin melakukan hal seperti itu!""Dia bahkan hampir meninggalkan ibu kota kemarin. Kita yang dengan susah payah menahannya. Baga
"Aku dengar Nona Andini bahkan sempat menjelek-jelekkan Keluarga Adipati di gerbang kota. Jangan-jangan semua itu dilakukan agar Tuan Abimana merasa bersalah dan nggak berani menghalangi pernikahannya dengan Jenderal Rangga?"Abimana tak lagi mendengar kelanjutan percakapan itu. Dia sudah tidak bisa menahan amarahnya. Dengan langkah lebar, dia keluar dari Kediaman Adipati.Semuanya masuk akal sekarang. Pantas saja, Andini tiba-tiba ingin meninggalkan ibu kota. Dua perempuan seperti dia dan Laras melakukan perjalanan jauh sendirian. Mereka tidak takut?Ternyata semua ini hanyalah sandiwara!Begitu Abimana pergi, para pelayan yang tadi bergosip langsung mengintip dari balik pintu. Saat melihat bahwa dia sudah pergi cukup jauh, mereka segera kembali ke kamar Dianti. "Nona, Tuan Abimana sudah pergi."Dianti yang tengah menyeka air matanya pun bertanya, "Apa Kakak mendengar semuanya?""Nona tenang saja, Tuan Abimana mendengar semuanya. Kami melihat betapa marahnya beliau. Pasti sekarang dia
Rangga akhirnya melepaskan cengkeramannya pada Kalingga, tetapi amarah di hatinya tetap membara. Bahkan, suaranya dipenuhi kekecewaan. "Kupikir kamu akan memahamiku."Dia tahu, permohonannya kepada Kaisar untuk menikahi Andini sebagai istri bukanlah hal yang mudah dipahami oleh orang lain. Itu sebabnya, meskipun Kaisar akhirnya mengabulkan permintaannya, titah itu tetap dibuat kurang jelas.Hanya dengan satu kalimat dari Kalingga, ayah dan ibu langsung menyerahkan pernikahan ini kepadanya. Padahal, Kalingga tahu betul apa saja yang telah dirinya lakukan demi Andini.Seluruh dunia boleh mengkhianatinya, tetapi tidak dengan Kalingga. Bagaimanapun, Rangga adalah adik kandungnya.Melihat kekecewaan yang jelas tergambar di mata Rangga, tatapan Kalingga menjadi suram. Nada suaranya dipenuhi dengan ketidakberdayaan. "Kalau begitu, anggap saja hari itu dia nggak pernah keluar dari halaman rumahku."Anggap saja rencana yang disusun Rangga dan Abimana telah berhasil. Anggap saja Andini sudah keh
Tiga tahun, persis dengan waktu yang dia habiskan di penatu istana. Tiga tahun di sana telah membuatnya membayar lunas budi Keluarga Adipati yang telah membesarkannya selama 15 tahun.Maka, pernikahan tiga tahun dengan Kalingga ini juga akan menjadi caranya untuk membalas semua bantuan yang telah diberikan Kalingga kepadanya. Dia akan merawat Kalingga dengan sepenuh hati.Namun, tiga tahun kemudian, dia harus pergi. Dia harus menyambut hidup barunya. Jika tidak, dia tidak akan sanggup bertahan.Mendengar itu, Kalingga hanya tersenyum tipis dan dingin seperti biasa. Tanpa banyak bicara, dia meletakkan surat yang Andini kirimkan kemarin di atas meja.Andini tidak mengerti maksudnya, tetapi melihat Kalingga memberi isyarat dengan matanya, dia pun mengulurkan tangan dan mengambil surat itu.Tanpa disangka, sebuah mata panah yang telah berkarat tiba-tiba jatuh dari dalam amplop, menimpa meja dengan suara berat.Andini terkejut. Kemudian, terdengar suara Kalingga yang tidak sedingin biasanya
Tuan Kalingga?Laras terkejut, buru-buru membawa pelayan itu masuk.Saat ini, di sisi Kalingga hanya ada seorang pelayan yang selalu mengikutinya. Itu adalah orang kepercayaannya.Andini sempat bertemu dengan pelayan ini pagi tadi saat pergi menemui Kalingga. Melihatnya datang berkunjung malam ini, Andini tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dia langsung bertanya, "Apa ada masalah dengan surat dari Byakta?"Pelayan itu memberi hormat, lalu pandangannya jatuh ke atas meja, tepat pada titah Kaisar yang diletakkan secara asal-asalan. "Tuan dengar Kaisar telah memberikan titah. Beliau secara khusus mengutus hamba untuk mengingatkan Nona. Hal ini bukan hal sepele, jadi jangan ceroboh. Harus hati-hati."Kata terakhir diucapkannya dengan sangat perlahan. Andini sedikit bingung, tetapi Laras langsung menangkap maksudnya dan segera bergerak untuk mengambil titah tersebut."Ya, ya! Kami akan memperlakukannya dengan hati-hati. Aku akan segera menyimpannya di tempat yang layak!" Dari tadi, dia