Share

Bab 180

Penulis: Zaina Aulia
Andini mengenakan pakaian sederhana. Dia berjalan di barisan terakhir pengiring jenazah. Sepanjang perjalanan, banyak orang yang berbisik sambil menunjuknya.

Ikut mengantar pemakaman saja sudah ditunjuk seperti ini. Bagaimana jika Andini memakai pakaian berkabung dan ikut mengangkat peti mati? Andini benar-benar tidak berani membayangkannya.

Setelah mengantar pengiring jenazah keluar dari kota, Andini berbalik dan berjalan pulang. Di perjalanan, orang-orang masih memperhatikannya. Untungnya Andini tidak terpengaruh sama sekali, bahkan menghela napas lega. Setidaknya, Andini sudah bisa sedikit lega tentang masalah Baskoro.

Ketika sedang memikirkan sesuatu, terdengar seseorang memanggilnya. "Andini."

Andini menoleh ke arah sumber suara. Orang itu adalah Byakta. Andini membalas dengan senyuman, lalu membungkuk memberi hormat sambil menyapa, "Salam, Wakil Jenderal Byakta."

Byakta segera membalas hormat dengan menangkupkan kedua tangan dan berkata, "Kamu nggak perlu begitu formal."

Geraka
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
sibuan
dari bab 165 sampe bab 180 ini belum ada yg bisa aku baca.setelah ku buka layarnya hitam semua
goodnovel comment avatar
Evi Yulianti
waaah bhakta ini kayaknya,, duh semoga saja,,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 181

    Waktu setengah bulan berlalu. Selama setengah bulan ini, Kediaman Adipati sangat tenang sampai undangan pesta musim semi dikirim ke kediaman.Pesta musim semi diadakan oleh Permaisuri, tetapi dipimpin oleh Putri. Setiap awal musim semi, Putri akan menyuruh lembaga falak untuk memilih hari dengan cuaca yang paling hangat. Dia akan mengundang para keturunan keluarga bangsawan untuk menikmati bunga, minum arak, dan berpuisi.Andini mengamati undangan itu. Laras yang melihatnya bertanya dengan ekspresi cemas, "Apa Nona mau pergi?"Andini bertanya balik seraya mengangkat alis, "Apa aku nggak boleh pergi?"Laras menghampiri Andini dan menjelaskan, "Hamba juga nggak tahu alasannya. Hanya saja, setiap undangan pesta musim semi dikirim, Tuan Kresna dan Nyonya Kirana akan berbohong Nona Dianti sakit. Mereka melarangnya pergi. Hamba merasa seharusnya pesta musim semi ini bermasalah!"Andini tersenyum. Pesta musim semi ini memang bermasalah. Dulu, dia dihukum masuk ke penatu istana di pesta musim

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 182

    Begitu mendengar ucapan Laras, Dianti langsung bertanya dengan gugup, "Kak Andini berharap aku menghadiri pesta?"Laras tidak tahu kenapa ekspresi Dianti berubah begitu cepat, tetapi dia mengabaikannya. Laras menyahut, "Nona Andini bilang mungkin Jenderal Rangga berniat mengumumkan pernikahannya dengan Nona Dianti di pesta musim semi. Kalau nggak, untuk apa Jenderal Rangga memberi Nona Dianti gaun yang begitu mewah?"Tentu saja Dianti sangat mementingkan pernikahannya dengan Rangga. Dia tidak terlihat gugup lagi. Wajahnya merona saat dia menimpali, "Apa Kak Andini benar-benar bilang begitu? Apa ... dia mendengar kabar?"Laras menjelaskan, "Hamba kurang tahu. Hanya saja, sebelumnya Nona Andini memang khawatir masalah Pangeran Baskoro akan memengaruhi pernikahan Nona Dianti dan Jenderal Rangga. Tapi, dia memang nggak mengungkitnya lagi beberapa hari ini."Mengenai hal lain, biarkan Dianti sendiri yang menebaknya. Entah apa yang dipikirkan Dianti. Wajahnya makin memerah.Laras tidak berla

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 183

    Setelah diyakinkan Andini, Dianti merasa sangat senang. Dia berbalik dan berjalan menghampiri Kresna.Dianti berlutut, lalu menyandarkan kepalanya di kaki Kresna dan memohon dengan manja, "Ayah, izinkan aku pergi. Nantinya aku akan menikah dengan Kak Rangga. Cepat atau lambat aku akan masuk ke istana. Kalau aku nggak memahami apa pun, takutnya aku akan mempermalukan Kak Rangga."Kresna dan Kirana bertatapan. Kelak Dianti memang akan menjadi nyonya di Keluarga Maheswara. Jika sekarang mereka terlalu protektif kepada Dianti, takutnya mereka malah mencelakai Dianti.Kirana tetap merasa khawatir, tetapi akhirnya dia mengizinkan Dianti pergi. Kirana berpesan, "Setelah masuk ke istana, kamu harus hati-hati dan ikuti Abimana, ya?"Dianti sangat senang. Dia berseru, "Terima kasih, Bu!"Kemudian, Dianti memandang Kresna dan memelas, "Ayah ....""Ya sudah, kami turuti kemauanmu!" timpal Kresna. Dia yang merasa tidak berdaya terpaksa menyetujuinya. Namun, dia mengingatkan, "Kamu harus hati-hati.

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 184

    Andini bertanya balik, "Memangnya hal apa yang Tuan Abimana lakukan? Menyuruh bandit menculikku atau memberiku obat perangsang dan menyerahkanku pada pria lain?"Andini mengira 2 hal yang keterlaluan ini bisa membuat Abimana terdiam. Siapa sangka, Abimana malah membantah dengan ekspresi geram, "Masalah obat perangsang itu nggak disengaja. Aku kira itu cuma obat bius biasa ...."Andini menatap Abimana lekat-lekat sambil menyergah, "Apa bedanya? Bahkan Tuan Abimana juga mencelakai tunanganku. Kamu sudah melakukan banyak hal yang keterlaluan, tapi sekarang kamu malah bilang aku berniat jahat. Apa kamu nggak merasa konyol?"Abimana memang mengakui kesalahannya, jadi sekarang dia tidak bisa membantah lagi. Abimana menarik napas dalam-dalam, lalu dan berbicara dengan lembut, "Aku tahu kamu membenciku, tapi semua itu nggak ada hubungannya dengan Dian. Kamu langsung balas aku saja."Andini mencibir, lalu menegaskan, "Tapi, Dianti yang menyebabkan aku berakhir seperti sekarang ini."Abimana ber

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 185

    Hari ini, pesta musim semi diadakan di istana. Di taman imperial, Dianti yang memakai gaun sutra berwarna kuning dan perhiasan yang dibelikan Abimana menarik perhatian banyak orang.Putri pejabat yang mengenal Dianti langsung menghampirinya. Dia terus memuji penampilan Dianti. Dibandingkan Dianti, penampilan Andini sangat biasa.Selain itu, semua keturunan bangsawan yang menghadiri pesta tahu Andini hanya putri angkat di Keluarga Adipati. Bahkan, Baskoro yang menjadi satu-satunya penyokong Andini juga sudah mati. Tentu saja, tidak ada yang menyapa Andini.Justru Andini merasa sangat santai. Dia berjalan ke sudut. Tidak disangka, seseorang menyapanya, "Andini."Orang itu adalah Nayshila. Andini tidak menyangka Nayshila datang menyapanya. Biarpun sebelumnya Andini sudah membantu Nayshila melihat jelas sifat asli Dianti, mereka tetap musuh yang bersaing sejak kecil.Jadi, Andini bertanya seraya mengangkat alisnya, "Ada apa?"Nayshila melihat Dianti, lalu menyahut, "Kak Rangga membelikan g

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 186

    Dianti yang terkejut memandang Rangga. Dia bertanya dengan mata memerah, "Bukannya ... Kak Rangga yang memberiku gaun ini?"Ekspresi Rangga menjadi muram. Dia langsung melihat Andini dengan dingin. Andini tertegun sejenak, lalu mengalihkan pandangannya. Dia tidak ingin terlibat dalam masalah mereka.Siapa sangka, seseorang merasakan ada yang tidak beres. Dia bertanya, "Eh, apa orang di samping Nayshila itu Andini?"Tatapan semua orang tertuju pada Andini. Sementara itu, Andini tidak suka menjadi pusat perhatian. Dia mengernyit.Seseorang berkomentar, "Apa maksud Jenderal Rangga seharusnya gaun ini diberikan kepada Andini? Tadi aku merasa aneh kenapa gaun secantik ini dibuat begitu panjang?"Andini lebih tinggi dari Dianti. Tentu saja lengannya juga lebih panjang. Ditambah lagi, Rangga berpesan kepada penjahit untuk membuat lengan gaunnya lebih panjang agar bisa menutupi bekas luka di pergelangan tangan Andini.Jadi, Dianti yang memakai gaun ini terlihat sangat aneh. Orang lain tidak ta

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 187

    Kemudian, seorang kasim muda segera menarik Dianti. Namun, semuanya sudah terlambat.Bunga bakawali hancur karena ditekan Dianti. Bahkan, beberapa kuntum bunga telah masuk ke tanah. Bunga-bunga itu tidak terlihat indah lagi.Kasim yang ketakutan terduduk di tanah dan bergumam, "Gawat ...."Kasim tiba-tiba teringat sesuatu. Dia menarik ujung gaun Dianti dan berseru, "Kamu yang menghancurkan bunga-bunga ini! Putri menyuruh orang untuk membeli bunga ini dari Ifra dengan harga mahal! Aku dan guruku baru berhasil menanam 2 kuntum bunga ini setelah berusaha keras!"Kasim menambahkan, "Beberapa bulan lagi, bunga ini akan mekar. Tapi, kamu malah menghancurkannya! Kamu harus ganti rugi!"Sesudah itu, kasim menangis histeris sehingga semua orang mengerumuninya. Gaun Dianti juga ternodai tanah. Dia makin panik karena ditertawakan lagi. Dianti menarik gaunnya dan membentak, "Lepaskan!""Aku nggak mau! Ganti rugi dulu!" tegas kasim. Dia bertekad untuk meminta Dianti bertanggung jawab. Jadi, dia tid

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 188

    Rangga paham hari ini Safira tidak akan membiarkan mereka pergi begitu saja. Apalagi kasim muda itu berlutut di depan Safira dan mengadu sambil menangis, "Putri, dia merusak bungamu!"Safira melihat ke arah yang ditunjuk kasim. Dia memarahi, "Lancang sekali! Beraninya kamu merusak bunga bakawali kesukaanku! Dianti! Apa kamu tahu bunga bakawali ini sangat mahal?"Dianti yang dimarahi gemetaran di pelukan Rangga. Sebelum Dianti sempat bicara, Abimana memberi hormat dan menjelaskan, "Putri, kejadian ini nggak disengaja. Dian nggak berniat merusak bunga kesukaan Putri. Orang yang nggak tahu apa-apa nggak salah, mohon Putri selidiki dulu."Pelayan di samping Safira menegur, "Lancang! Tentu saja dia salah karena merusak bunga kesukaan Putri! Dia harus dihukum! Apa Tuan Abimana bermaksud mengkritik Putri nggak bijaksana?"Abimana memberi hormat lagi, lalu menimpali, "Saya nggak berani. Tapi, Dian memang jatuh. Semua orang bisa menjadi saksi."Safira mendengus dan menanggapi, "Memangnya kenapa

Bab terbaru

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 554

    Keesokan hari saat Andini bangun, sosok Surya sudah tak terlihat. Sementara itu, Endah tengah sibuk di dapur.Dengan kaki yang masih pincang, Andini berjalan ke ambang pintu, menatap Endah dengan heran, "Bibi Endah, kok hari ini bangunnya pagi sekali?"Matahari bahkan belum sepenuhnya terbit!Endah menyiapkan air untuk Andini mencuci muka, lalu menjawab, "Arjuna sudah pergi ke gunung sejak fajar bersama Anom. Aku hari ini nggak ada pekerjaan di ladang, jadi mampir ke sini untuk bantu-bantu sebentar."Saat berbicara, sudut bibir Endah menyiratkan senyuman kecil.Mengingat kejadian kemarin, Andini pun merasa perlu meminta maaf. "Maaf ya, Bi Endah. Kemarin aku asal bicara cuma untuk menakut-nakuti Anom."Endah buru-buru mengangguk. "Iya, aku tahu. Anak bandel itu memang perlu ditakut-takuti! Setelah pulang kemarin, dia nangis-nangis sambil janji nggak akan berjudi lagi.""Pagi ini juga semangat banget bangunnya. Kalau dia bisa meninggalkan kebiasaan buruk itu, lalu ikut Arjuna berburu, it

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 553

    Rangga pernah menculik Andini dan akhirnya membuat Andini terjatuh ke Sungai Mentari. Dendam itu masih terus disimpan Laras di dalam hati sampai sekarang.Meskipun statusnya hanyalah seorang pelayan biasa dan tak bisa berbuat apa-apa pada Rangga, jangan harap dia bersedia mengikuti Rangga!Selesai bicara, Laras pun membalikkan badan dan melangkah ke arah Kalingga. Kalingga masih tidak mengatakan apa-apa. Setelah mendengar kata-kata Laras barusan, seulas senyuman tipis tidak bisa disembunyikan dari wajahnya.Senyuman ringan itu, sekalipun sangat tipis, tetap menyakitkan mata Rangga. Dia tidak mengerti. Kenapa Andini tidak mau bersamanya, bahkan pelayannya pun menolaknya?Rangga sontak melangkah maju, hendak menarik tangan Laras. Namun, baru satu langkah diambil, terdengar suara Kalingga yang datar. "Rangga."Hanya satu panggilan pelan, tetapi makna ancamannya sangat jelas. Apabila Rangga benar-benar menahan Laras, Kalingga pasti akan bertindak.Rangga pun berhenti. Aura yang dipancarkan

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 552

    Jabal mencari tiga kuda terbaik dari kediaman dan berangkat malam itu juga menuju lokasi yang berjarak lebih dari 50 kilometer.Perjalanan tidak sepenuhnya mulus. Mayat perempuan itu ditemukan di sebuah desa kecil. Ketika mereka tiba, matahari sudah bersinar terik.Di luar desa, anak buah mereka sudah menunggu. Begitu turun dari kuda, Kalingga segera masuk ke desa. "Di mana?""Masih di tepi sungai," kata anak buah itu sambil menurunkan suaranya. "Jenderal Rangga juga ada di sana."Mendengar itu, Kalingga sempat tercengang sejenak. Dia mengikuti arah yang ditunjuk. Benar saja, di tepi sungai tak jauh dari sana, terlihat Rangga sedang membuka kain putih penutup mayat. Wajahnya memperlihatkan ekspresi jijik.Melihat itu, Kalingga merasa lega. Dari ekspresi Rangga, seharusnya itu bukan Andini. Namun, detik berikutnya, hatinya kembali diliputi amarah. Informasi itu datang dari bawahannya sendiri, kenapa Rangga bisa lebih dulu sampai di sini?Di belakang, Laras yang melihat mayat tertutup ka

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 551

    Tingkah mereka yang berpura-pura mabuk tadi memang tak terlihat mencurigakan. Namun, akting setelah mereka "sadar" barusan sungguh buruk. Beberapa dari mereka bahkan langsung terbangun, padahal tidak disiram.Andini mengernyit pelan saat memikirkan hal ini, lalu secara refleks menoleh ke arah jendela. Di sana, dia melihat sosok tinggi besar itu berjalan ke arah barat, menuju ke bawah atap.Dia tak ingin berpikiran buruk tentang orang lain, tetapi saat itu di halaman hanya ada dia seorang yang bukan dari kalangan mereka. Mereka semua pura-pura mabuk, jelas-jelas untuk diperlihatkan kepadanya.Kenapa? Sedang mengujinya? Apakah karena sebelumnya dia secara tidak sengaja menunjukkan sedikit kemampuan bela dirinya?Namun, jika Surya hanya pemburu biasa, bagaimana mungkin dia bisa terpikir menggunakan cara semacam ini? Jangan-jangan identitasnya pun tidak sesederhana itu?Begitu benih kecurigaan tertanam, hal itu mulai tumbuh liar dalam hati. Andini berusaha keras mengingat semua kejadian se

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 550

    Andini sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi di belakangnya. Begitu keluar dari pagar bambu, kaki kirinya terasa sakit lagi. Langkahnya semakin pincang. Sebelum berjalan jauh, dia sudah mulai memanggil, "Bi Endah! Bi Endah!"Dia sama sekali tidak tahu, sebelum dia membuka mulut, sebilah belati nyaris menyentuh leher putihnya dari belakang, hanya sedikit lagi sudah akan menggorok tenggorokannya.Namun, saat dia memanggil nama Endah, belati itu tiba-tiba ditarik mundur, lalu pemiliknya buru-buru kembali ke dalam halaman.Tak lama kemudian, lampu di rumah Endah kembali menyala. Wanita itu bertanya, "Ada apa? Ada apa ini?"Andini memandang Endah dengan wajah penuh rasa bersalah. "Kak Arjuna dan teman-temannya mabuk semua, mereka tidur di luar. Aku khawatir mereka masuk angin kalau tidur di luar. Bisa Bibi bantu aku?"Di dalam pagar, para pria yang mendengarnya saling melirik, masing-masing mulai merasa bersalah."Aduh, ya sudah, aku ke sana sekarang!" sahut Endah cepat-cepat. Tak la

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 549

    Kata "orang kasar" benar-benar mewujud saat ini. Andini sempat terpaku menatap mereka.Surya membelakangi Andini, tentu saja tidak menyadarinya. Namun, pria yang duduk di depannya melihat tatapan Andini, lalu melirik ke arah Surya dan mengangkat dagunya sedikit.Surya pun menoleh. Ketika melihat Andini sedang tersenyum sendiri ke arah mereka, Surya seperti baru menyadari sesuatu. Dia mendorong pria di sampingnya. "Tenang sedikit."Baru saat itu, rombongan pria itu menyadari bahwa masih ada seorang perempuan di sini. Mereka buru-buru minta maaf."Maaf ya, Nona. Kami ini orang-orang kasar, mulut kami kadang suka seenaknya!""Iya, Nona. Kalau tadi ada kata-kata yang nggak enak didengar, anggap saja kami cuma kentut!""Kamu yang kentutnya paling bau, hahahaha!""Sialan kamu!"Suasana kembali ceria, penuh tawa dan canda. Andini memandangi para pria itu. Meskipun kasar dan berisik, kehangatan dan keharmonisan ini adalah sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya.Andini pun tersenyum lem

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 548

    Surya pertama kali turun ke medan perang saat usianya baru enam belas tahun.Sebagai seorang pangeran, ibunya tidak memiliki latar belakang yang kuat. Dia tahu dalam perebutan takhta, dirinya tak mungkin bisa menyaingi para kakaknya. Jika terus tinggal di ibu kota, mungkin suatu hari nanti dia akan menjadi mangsa di tangan orang lain.Karena itu, dia mengajukan diri untuk menjadi prajurit garis depan di bawah komando jenderal besar saat itu.Tahun itu, suku Tru sering mengganggu perbatasan. Rakyat Negara Darsa sangat menderita karena kekacauan itu.Dia memacu kuda di barisan paling depan, menyerbu ke medan perang. Pedang besarnya berayun liar. Saat bilah tajam itu menebas tubuh musuh, dia bahkan bisa mendengar jelas suara tulang yang terbelah.Darah hangat memercik ke wajahnya, dunia seolah-olah berubah merah seketika. Dia mendengar detak jantungnya sendiri begitu keras, tetapi tak bisa membedakan apakah itu karena takut atau justru karena gairah.Di medan perang yang kejam, di mana hi

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 547

    Sambil bicara, Surya menoleh ke arah para pria kekar di belakang Anom, lalu berkata, "Kalian lakukan sendiri. Di sana ada kapak dan parang."Setelah itu, dia pun berbalik dan berjalan ke samping. Beberapa pria itu langsung maju dan menangkap Anom.Anom ketakutan setengah mati, berteriak dan menangis sambil terus memohon ampun. Namun, kekuatan para pria itu terlalu besar. Tangan Anom ditarik dan ditekan ke tanah.Kapak pun diangkat tinggi-tinggi, memantulkan kilatan dingin cahaya, lalu dihantamkan dengan keras."Argh!" Anom menjerit. Bagian selangkangannya langsung terasa hangat, seluruh tubuhnya jatuh lemas ke tanah. Namun ... ternyata tangannya masih utuh.Salah satu pria berkata dengan dingin, "Kalau masih berani ulangi lagi, kami nggak akan biarkan begitu mudah!"Pria lain mengeluarkan kantong uang dari balik bajunya dan menyerahkannya kepada Surya. "Ini, Kak.""Terima kasih. Kalian makan saja dulu sebelum pergi," ucap Surya."Siap! Nanti teman kita akan bawa daging dan arak ke sini

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 546

    Endah masih terus menangis. Surya tidak tahu harus bagaimana menenangkannya. Meskipun sosoknya besar dan kekar, dia justru tampak kewalahan saat berdiri di samping Endah.Akhirnya, Andini yang menenangkan Endah untuk beberapa saat. Suasana hati Endah pun membaik. Melihat waktu sudah tidak pagi lagi dan dia masih harus turun ke ladang, Endah pun tidak berlama-lama di situ.Setelah mengantar Endah pergi, Surya menuju ke sisi barat halaman dan mulai sibuk bekerja. Dia berencana membangun atap untuk berteduh. Soalnya kalau hujan turun, dia tidak punya tempat untuk tidur.Melihat Surya sesibuk seperti itu, Andini akhirnya tak tahan untuk bertanya, "Kak Arjuna, kamu benar-benar percaya kalau Anom ambil uang itu buat bayar utang?"Uang itu bukan hasil kerja Andini, jadi dia merasa tidak berhak ikut campur. Namun, dia juga tidak tega melihat penyelamatnya ditipu.Tangan Surya tak berhenti bekerja, suaranya terdengar dalam dan tenang. "Dia pergi judi."Mendengar itu, Andini terkejut. "Kalau beg

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status