Share

Putri Bunga Bangkai
Putri Bunga Bangkai
Author: Elpit

1. Kutukan Ratu Unicorn

Kelahiran putri Aludra membawa kebahagiaan bagi seluruh rakyat negeri Putih. Raja Arsen selaku raja negeri Putih, mengundang rakyatnya untuk datang ke pesta kelahiran pang putri.

Semua rakyat bersuka cita menikmati pesta yang diadakan oleh raja. Mereka memuji dan menyanjung putri Aludra karena bayi itu sangat wangi dengan aroma alami bak bunga kasturi.

Hingga saat fajar menyingsing, aroma busuk menyeruak menyumbat indera penciuman. Semua orang sibuk mencari bangkai apa yang berhasil membuat istana dicemari aroma tidak sedap itu. Setelah ditelusuri ternyata aroma busuk itu berasal dari kamar sang putri yang sejak tadi disanjung tiada henti. Lebih tepatnya lagi aroma itu berasal dari tubuh putri Aludra yang sebelumnya beraroma sangat wangi.

Kabar itu menggemparkan negeri Putih. Hampir semua rakyat di segala sudut membicarakan Putri Aludra yang berbau busuk. Putri dengan aroma harum semerbak yang sebelumnya dipuja tiada henti kini hilang dari ingatan.

Para warga istana melakukan penyelidikan dan penelusuran, mencari jawaban mengapa putri Aludra memiliki aroma harum pada siang hari dan di malam hari tubuh sang Putri akan berbau busuk.

"Paduka raja, setelah hamba selidiki, sepertinya tuan putri Aludra terkena kutukan." Sang panglima perang Felix datang melapor setelah beberapa hari melakukan penyelidikan atas perintah langsung dari sang raja.

"Kutukan? Kutukan apa? Jangan membuat lelucon, Panglima Felix! Memangnya siapa yang berani mengutuk putriku?" Di tengah perasaan terguncang, sang raja merasa tidak terima jika apa yang dikatakan sang panglima itu benar adanya.

"Ampun, Paduka, tapi apakah Paduka tidak mengingat kejadian di lembah Ilusi sekitar satu tahun lalu?" Ucapan panglima Felix membuat semua yang ada di ruang rapat itu berpikir keras, mengingat kejadian setahun silam di lembah Ilusi.

"Lembah Ilusi?" Sang raja bergumam dengan dahi berlipat.

"Benar! Lembah Ilusi! Panahmu melesat menembus jantung seorang putri dari bangsa unicorn hingga ia tewas. Kemudian sang ratu mengutuk ... Oh, Ya Dewa! Apakah putriku benar-benar harus menanggung kutukan itu?" Sang permaisuri berseru cukup histeris ketika mengingat kejadian di masa lalu. Ia tak sanggup mengatakan apa yang diucapkan ratu bangsa unicorn yang adalah sebuah kutukan untuk putrinya.

Kala itu raja Arsen mengajak sang permaisuri, ratu Cassandra, untuk berburu rusa. Raja bepergian membawa beberapa prajurit dan panglima Felix juga ikut serta.

Berburu adalah salah satu kegiatan yang disukai sang raja. Namun sudah selama tiga hari berburu, tak ada satu binatang pun yang mereka dapatkan sebagai hewan buruan. Jangankan seekor rusa, seekor tupai pun tak ada, seolah semua bintang sengaja disembunyikan atau dihalangi oleh sebuah kekuatan gaib yang membuat para binatang menjadi tak kasat mata.

Karena merasa kegiatan berburu kala itu akan sia-sia, sang raja memberi komando agar rombongan mereka pulang saja ke istana tanpa buah tangan.

Hingga saat dalam perjalanan pulang, ketika mereka melewati lembah Ilusi, sang raja melihat seekor rusa bertanduk emas. Mata sang raja berbinar, akhirnya ia melihat seekor binatang yang menjadi target perburuannya.

Namun hanya sang raja lah yang dapat melihat rusa bertanduk emas itu. Baik sang ratu, panglima, maupun para prajurit tidak ada yang dapat melihatnya. Mereka hanya berpikir mungkin karena tingkat ilmu sang raja lebih tinggi hingga bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat.

Sang raja terus memperdekat jarak. Ketika jarak mereka sudah terbilang dekat, sang raja meloloskan anak panah dengan penuh keyakinan bahwa anak panahnya tidak akan meleset, namun tiba-tiba saja rusa bertanduk emas itu lenyap dari pandangan, dan anak panah sang raja meleset mengenai seekor unicorn.

Ketika terkena panah yang menembus jantung, seekor unicorn itu berubah menjadi seorang putri yang amat cantik yang terkapar di rerumputan. Darah mengucur deras, napas sang putri mulai habis.

Detik berikutnya dua ekor unicorn muncul tiba-tiba dan langsung berubah wujud menjadi layaknya manusia, mereka adalah raja dan ratu bangsa unicorn.

Sang ratu langsung memeluk tubuh putrinya yang bersimbah darah. Ketika baru saja ratu Penelope ingin mengatakan bahwa sang putri harus bertahan, saat itu juga sang putri mengembuskan napas terakhirnya.

Ratu Penelope menangis pilu. Tangisannya mengundang para prajurit unicorn datang yang langsung mengepung raja Arsen serta rombongannya. Mereka telah bersiap untuk bertempur, namun sang ratu mencegah.

Ratu Penelope marah, sangat marah, namun wanita cantik itu berpikir jika ia menghabisi nyawa raja Arsen dan ratu Cassandra saat itu juga, maka itu tidak akan setimpal dengan perasaan sakitnya ketika kehilangan seorang putri. Alih-alih melenyapkan nyawa orang yang merenggut nyawa putrinya, ratu Penelope lebih memilih untuk mengutuk keluarga raja negeri Putih tersebut.

"Aku tidak akan membunuh kalian, tapi aku ingin kalian menderita. Demi mendapatkan keadilan untuk putriku yang telah kalian renggut nyawanya, aku akan memberikan kutukan!" Dengan berlinang air mata ratu Penelope berbicara begitu lantang.

"Aku mengutuk, keturunanmu tidak akan mendapat kebahagiaan karena tubuhnya yang berbau busuk layaknya bangkai! Hanya kematian yang bisa menghilangkan kutukan itu!"

Tepat setelah kutukan itu dikumandangkan oleh ratu Penelope, badai petir bergemuruh, pertanda bahwa semesta menyetujui kutukan tersebut.

Bunyi kutukan itu kini terngiang di benak Raja Arsen yang masih mengadakan rapat di ruang rapat bersama para petinggi kerajaan.

"Paduka, apa yang bisa kita lakukan untuk menghilangkan kutukan putri kita? Aku tidak sanggup jika harus menyaksikan putriku hidup dalam kutukan seperti ini! Lakukan sesuatu, Paduka, lakukan sesuatu!" Ratu Cassandra semakin histeris.

"Panglima Felix, apakah kau menyelidiki juga, apa yang bisa aku lakukan untuk menghilangkan kutukan itu?"

"Ampun, Paduka. Ratu Penelope tidak menyebutkan penawar apapun untuk menghilangkan kutukan itu. Ratu Penelope justru mengatakan bahwa hanya kematian yang—"

"Cukup, Panglima Felix, hentikan! Jangan lanjutkan bicaramu. Aku tidak akan pernah membiarkan putriku mati!" Ratu Cassandra menghentikan ucapan panglima Felix.

"Hamba minta maaf telah berbicara lancang, Ratu." Panglima Felix membungkuk hormat meminta maaf pada ratu Cassandra.

"Ini kesalahanku. Jika saja saat itu aku tidak dipenuhi nafsu ingin mendapatkan rusa, maka hal ini tidak akan terjadi pada putriku. Jika saja aku mendengarkan ucapan kalian bahwa tidak ada rusa di sana maka hal buruk tidak akan terjadi pada putriku. Jika saja aku menyadari bahwa saat itu aku tengah terkena Ilusi, maka aku tidak akan begitu bernafsu memburu rusa itu, dan sekarang aku harus menyaksikan penderitaan putriku akibat kesalahan yang kuperbuat. Seharusnya aku yang menanggung semua ini, bukan putriku." Sang raja pun terguncang. Rasa bersalah mengepungnya sekarang.

"Tidak ada gunanya menyesal sekarang, Paduka. Kita akan mencari cara untuk meruntuhkan kutukan itu. Tidak ada kutukan tanpa penawar." Sang patih ikut angkat bicara.

"Jadi maksudmu, aku harus melenyapkan nyawa putriku, Patih Rouvin?"

"Tentu tidak, Paduka raja. Hamba memiliki usul, bagaimana jika Paduka mencoba bernegosiasi dengan ratu Penelope? Kejadian itu sudah berlalu, tidak ada yang tau hati seseorang. Jika kemarahan ratu Penelope sudah reda, dia mungkin akan mau mencabut kutukan untuk putri Aludra." Patih Rouvin memberikan usul dengan penjelasan yang masuk akal.

"Hamba setuju dengan usulan patih Rouvin, Paduka. Kita harus berusaha untuk kebaikan putri Aludra, sebelum berita ini menyebar ke seluruh negeri." Penasehat kerajaan ikut mendukung saran dari sang Patih.

"Baiklah, aku akan pergi ke Ies Dream untuk menemui ratu Penelope secepatnya."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status