Kelahiran putri Aludra membawa kebahagiaan bagi seluruh rakyat negeri Putih. Raja Arsen selaku raja negeri Putih, mengundang rakyatnya untuk datang ke pesta kelahiran pang putri.
Semua rakyat bersuka cita menikmati pesta yang diadakan oleh raja. Mereka memuji dan menyanjung putri Aludra karena bayi itu sangat wangi dengan aroma alami bak bunga kasturi.Hingga saat fajar menyingsing, aroma busuk menyeruak menyumbat indera penciuman. Semua orang sibuk mencari bangkai apa yang berhasil membuat istana dicemari aroma tidak sedap itu. Setelah ditelusuri ternyata aroma busuk itu berasal dari kamar sang putri yang sejak tadi disanjung tiada henti. Lebih tepatnya lagi aroma itu berasal dari tubuh putri Aludra yang sebelumnya beraroma sangat wangi.Kabar itu menggemparkan negeri Putih. Hampir semua rakyat di segala sudut membicarakan Putri Aludra yang berbau busuk. Putri dengan aroma harum semerbak yang sebelumnya dipuja tiada henti kini hilang dari ingatan.Para warga istana melakukan penyelidikan dan penelusuran, mencari jawaban mengapa putri Aludra memiliki aroma harum pada siang hari dan di malam hari tubuh sang Putri akan berbau busuk."Paduka raja, setelah hamba selidiki, sepertinya tuan putri Aludra terkena kutukan." Sang panglima perang Felix datang melapor setelah beberapa hari melakukan penyelidikan atas perintah langsung dari sang raja."Kutukan? Kutukan apa? Jangan membuat lelucon, Panglima Felix! Memangnya siapa yang berani mengutuk putriku?" Di tengah perasaan terguncang, sang raja merasa tidak terima jika apa yang dikatakan sang panglima itu benar adanya."Ampun, Paduka, tapi apakah Paduka tidak mengingat kejadian di lembah Ilusi sekitar satu tahun lalu?" Ucapan panglima Felix membuat semua yang ada di ruang rapat itu berpikir keras, mengingat kejadian setahun silam di lembah Ilusi."Lembah Ilusi?" Sang raja bergumam dengan dahi berlipat."Benar! Lembah Ilusi! Panahmu melesat menembus jantung seorang putri dari bangsa unicorn hingga ia tewas. Kemudian sang ratu mengutuk ... Oh, Ya Dewa! Apakah putriku benar-benar harus menanggung kutukan itu?" Sang permaisuri berseru cukup histeris ketika mengingat kejadian di masa lalu. Ia tak sanggup mengatakan apa yang diucapkan ratu bangsa unicorn yang adalah sebuah kutukan untuk putrinya.Kala itu raja Arsen mengajak sang permaisuri, ratu Cassandra, untuk berburu rusa. Raja bepergian membawa beberapa prajurit dan panglima Felix juga ikut serta.Berburu adalah salah satu kegiatan yang disukai sang raja. Namun sudah selama tiga hari berburu, tak ada satu binatang pun yang mereka dapatkan sebagai hewan buruan. Jangankan seekor rusa, seekor tupai pun tak ada, seolah semua bintang sengaja disembunyikan atau dihalangi oleh sebuah kekuatan gaib yang membuat para binatang menjadi tak kasat mata.Karena merasa kegiatan berburu kala itu akan sia-sia, sang raja memberi komando agar rombongan mereka pulang saja ke istana tanpa buah tangan.Hingga saat dalam perjalanan pulang, ketika mereka melewati lembah Ilusi, sang raja melihat seekor rusa bertanduk emas. Mata sang raja berbinar, akhirnya ia melihat seekor binatang yang menjadi target perburuannya.Namun hanya sang raja lah yang dapat melihat rusa bertanduk emas itu. Baik sang ratu, panglima, maupun para prajurit tidak ada yang dapat melihatnya. Mereka hanya berpikir mungkin karena tingkat ilmu sang raja lebih tinggi hingga bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat.Sang raja terus memperdekat jarak. Ketika jarak mereka sudah terbilang dekat, sang raja meloloskan anak panah dengan penuh keyakinan bahwa anak panahnya tidak akan meleset, namun tiba-tiba saja rusa bertanduk emas itu lenyap dari pandangan, dan anak panah sang raja meleset mengenai seekor unicorn.Ketika terkena panah yang menembus jantung, seekor unicorn itu berubah menjadi seorang putri yang amat cantik yang terkapar di rerumputan. Darah mengucur deras, napas sang putri mulai habis.Detik berikutnya dua ekor unicorn muncul tiba-tiba dan langsung berubah wujud menjadi layaknya manusia, mereka adalah raja dan ratu bangsa unicorn.Sang ratu langsung memeluk tubuh putrinya yang bersimbah darah. Ketika baru saja ratu Penelope ingin mengatakan bahwa sang putri harus bertahan, saat itu juga sang putri mengembuskan napas terakhirnya.Ratu Penelope menangis pilu. Tangisannya mengundang para prajurit unicorn datang yang langsung mengepung raja Arsen serta rombongannya. Mereka telah bersiap untuk bertempur, namun sang ratu mencegah.Ratu Penelope marah, sangat marah, namun wanita cantik itu berpikir jika ia menghabisi nyawa raja Arsen dan ratu Cassandra saat itu juga, maka itu tidak akan setimpal dengan perasaan sakitnya ketika kehilangan seorang putri. Alih-alih melenyapkan nyawa orang yang merenggut nyawa putrinya, ratu Penelope lebih memilih untuk mengutuk keluarga raja negeri Putih tersebut."Aku tidak akan membunuh kalian, tapi aku ingin kalian menderita. Demi mendapatkan keadilan untuk putriku yang telah kalian renggut nyawanya, aku akan memberikan kutukan!" Dengan berlinang air mata ratu Penelope berbicara begitu lantang."Aku mengutuk, keturunanmu tidak akan mendapat kebahagiaan karena tubuhnya yang berbau busuk layaknya bangkai! Hanya kematian yang bisa menghilangkan kutukan itu!"Tepat setelah kutukan itu dikumandangkan oleh ratu Penelope, badai petir bergemuruh, pertanda bahwa semesta menyetujui kutukan tersebut.Bunyi kutukan itu kini terngiang di benak Raja Arsen yang masih mengadakan rapat di ruang rapat bersama para petinggi kerajaan."Paduka, apa yang bisa kita lakukan untuk menghilangkan kutukan putri kita? Aku tidak sanggup jika harus menyaksikan putriku hidup dalam kutukan seperti ini! Lakukan sesuatu, Paduka, lakukan sesuatu!" Ratu Cassandra semakin histeris."Panglima Felix, apakah kau menyelidiki juga, apa yang bisa aku lakukan untuk menghilangkan kutukan itu?""Ampun, Paduka. Ratu Penelope tidak menyebutkan penawar apapun untuk menghilangkan kutukan itu. Ratu Penelope justru mengatakan bahwa hanya kematian yang—""Cukup, Panglima Felix, hentikan! Jangan lanjutkan bicaramu. Aku tidak akan pernah membiarkan putriku mati!" Ratu Cassandra menghentikan ucapan panglima Felix."Hamba minta maaf telah berbicara lancang, Ratu." Panglima Felix membungkuk hormat meminta maaf pada ratu Cassandra."Ini kesalahanku. Jika saja saat itu aku tidak dipenuhi nafsu ingin mendapatkan rusa, maka hal ini tidak akan terjadi pada putriku. Jika saja aku mendengarkan ucapan kalian bahwa tidak ada rusa di sana maka hal buruk tidak akan terjadi pada putriku. Jika saja aku menyadari bahwa saat itu aku tengah terkena Ilusi, maka aku tidak akan begitu bernafsu memburu rusa itu, dan sekarang aku harus menyaksikan penderitaan putriku akibat kesalahan yang kuperbuat. Seharusnya aku yang menanggung semua ini, bukan putriku." Sang raja pun terguncang. Rasa bersalah mengepungnya sekarang."Tidak ada gunanya menyesal sekarang, Paduka. Kita akan mencari cara untuk meruntuhkan kutukan itu. Tidak ada kutukan tanpa penawar." Sang patih ikut angkat bicara."Jadi maksudmu, aku harus melenyapkan nyawa putriku, Patih Rouvin?""Tentu tidak, Paduka raja. Hamba memiliki usul, bagaimana jika Paduka mencoba bernegosiasi dengan ratu Penelope? Kejadian itu sudah berlalu, tidak ada yang tau hati seseorang. Jika kemarahan ratu Penelope sudah reda, dia mungkin akan mau mencabut kutukan untuk putri Aludra." Patih Rouvin memberikan usul dengan penjelasan yang masuk akal."Hamba setuju dengan usulan patih Rouvin, Paduka. Kita harus berusaha untuk kebaikan putri Aludra, sebelum berita ini menyebar ke seluruh negeri." Penasehat kerajaan ikut mendukung saran dari sang Patih."Baiklah, aku akan pergi ke Ies Dream untuk menemui ratu Penelope secepatnya.""Paduka tidak dapat menemui bangsa unicorn setiap saat, karena bangsa mereka memiliki ritual tertentu dan mereka hanya bisa ditemui bangsa lain dalam waktu tertentu." Patih Rouvin menginterupsi, membuat gerakan sang Raja yang sudah hendak bersiap pergi jadi terhenti."Benarkah apa yang kau katakan itu, Patih Rouvin?" Raja Arsen menatap menyelidik ke arah sang Patih."Hamba mengatakan yang sebenarnya, Paduka.""Lalu, kapan kita bisa menemui ratu bangsa unicorn itu, Patih Rouvin? Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Apa kau mau kabar tentang putriku ini menyebar ke seluruh negeri?" Ratu Cassandra yang menyahut.Sebagai seorang ibu tentu saja sang ratu sangat khawatir. Aludra adalah seorang putri raja, bagaimana dia bisa menjalani hidup yang bahagia jika nasibnya seperti sekarang? Terlebih, bagaimana ia bisa mendapat jodoh seorang pangeran nantinya? Adakah pangeran yang bersedia mendampingi putri yang beraroma tidak sedap seperti Aludra? Ya, bahkan pikiran sang ratu sudah begitu jauh
Rombongan raja Arsen memacu kuda dengan kecepatan penuh. Lokasi lembah Ilusi yang jauh dari negeri Putih membuat rombongan membutuhkan waktu yang cukup panjang, dan raja Arsen ingin sampai di lembah Ilusi sebelum matahari kembali terbenam. Menurut patih Rouvin, waktu yang memungkinkan raja Arsen bisa bertemu dengan ratu Penelope adalah saat-saat terbenamnya matahari.Patih Rouvin bertanggung jawab penuh di kerajaan selama sang raja melakukan perjalanan bersama panglima Felix dan beberapa prajurit pilihan. Penasehat Evander bertugas mendampingi patih Rouvin dan diberikan tanggung jawab untuk memberikan keputusan jika terjadi sesuatu hal yang diluar dugaan. Dua orang kepercayaan raja Arsen itu tidak pernah mengecewakan."Panglima Felix, kau sudah memastikan perjalanan kita aman, bukan? Aku tidak mau terjadi hambatan yang berarti sehingga membuat perjalanan kita tertunda. Aku tidak bisa menunda sedetik pun untuk menyelamatkan putriku, kau paham!" seru sang raja di sela kegiatannya menungg
Panglima Felix terpaksa meninggalkan raja Arsen sendiri di lembah Ilusi, mematuhi perintah sang raja untuk membawa rombongan kembali pulang ke istana negeri Putih.Para kuda putih yang menjadi tunggangan warga kerajaan negeri Putih telah memasuki gerbang istana. Tergopoh ratu Casandra berlari menemui rombongan yang baru saja kembali, namun wajahnya seketika suram ketika menyadari tidak ada sang suami di antara rombongan tersebut."Panglima Felix, di mana paduka raja?" Pertanyaan itu langsung dilancarkan sang ratu pada panglima Felix selaku pimpinan rombongan."Ampun, Ratu, paduka raja telah bersumpah untuk tetap tinggal di lembah Ilusi sampai ratu bangsa unicorn bersedia mencabut kutukan yang diderita tuan putri Aludra." Panglima Felix menjelaskan."Apa maksudmu, Panglima Felix!" Ratu Cassandra nampak shock.Panglima Felix hendak menjelaskan lebih lanjut, namun Patih Rouvin buru-buru mencegah."Tahan! Sebaiknya kita bicarakan ini di ruang rapat saja," ujar sang Patih."Patih Rouvin ben
"Apa yang terjadi pada putriku, Miya!"Ratu Cassandra menghampiri sang putri yang berada di atas tempat tidur dengan mata terpejam.Tak lama kemudian patih Rouvin, penasehat Evander, dan panglima Felix sampai di kamar putri Aludra, ikut menyusul sang ratu untuk memastikan apa yang terjadi pada putri Aludra."Ampun, Paduka ratu. Hamba tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ketika hamba menidurkan tuan putri di atas tempat tidur tiba-tiba saja sebuah asap kehitaman menguap keluar dari tubuhnya dan tuan putri menangis hebat. Namun tak lama asap itu kembali masuk ke dalam tubuh tuan putri seiring matanya yang tertutup."Ratu Cassandra membekap mulut manahan suara tangisnya. Ia kini semakin terguncang."Apa yang terjadi pada putriku ...." Pertanyaan itu keluar dari mulut sang ratu begitu saja.Panglima Felix memburu tubuh putri Aludra dan meneliti kondisi bayi kecil itu."Denyut nadi tuan putri sangat lemah, kita harus segera melakukan pertolongan," ujar panglima Felix kemudian berjalan ke
"Aku hanya ingin membuat raja Arsen mengerti bahwa keberadaannya di lembah Ilusi tidak akan membuahkan hasil apapun, karena aku pun tidak bisa menghapus kutukan itu."Ratu Penelope terlihat tidak tenang ketika mengucapkan kalimatnya, sedangkan Raja Eros terlihat berpikir sangat serius untuk mengabulkan permintaan sang permaisuri. Snag raja merasa khawatir kemarahan sang istri kembali tersulut jika berhadapan dengan Raja Arsen, sebab sejak kehilangan sang putri tercinta ratu Penelope menjadi lebih emosional."Aku berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi, Raja, izinkan aku menemui raja Arsen. Tidak akan ada kemarahan, aku hanya ingin bicara pada raja Arsen sebagai seorang ibu, itu saja."Melihat sang raja yang masih saja diam, ratu Penelope kembali melontarkan kalimatnya."Baiklah, aku mengizinkan. Aku yakin kau tidak akan melanggar janji, Permaisuriku.""Terima kasih, Raja."Raja Eros merentangkan tangannya kemudian Ratu Penelope menghambur memeluk sang suami lalu diusapnya rambut
"Aku memang merasa sangat kehilangan putriku, aku merasa terpukul, namun aku tidak ingin hidup dalam kebencian dan rasa dendam. Diluar itu, aku pun ingin memberimu pelajaran, jadi beri aku waktu sampai putrimu berusia tujuh belas tahun, agar aku bisa mensucikan hatiku dari perasaan marah. Setelah itu aku akan mencabut kutukan yang aku berikan pada putrimu." Ratu Penelope memberikan penjelasan yang cukup panjang.Raja Arsen tentu saja merasa terbantu dan merasa sedikit lebih lega, namun tujuh belas tahun? Apakah selama tujuh belas tahun putri Aludra harus menanggung kutukan itu dan menjalani hari dengan derita? Tujuh belas tahun bukanlah waktu yang sebentar."Aku sangat berterima kasih atas kemurahan hatimu, Ratu, namun tujuh belas tahun, apakah tidak terlalu lama? Maksudku, itu artinya putriku harus menghadapi harinya dengan penuh cemooh selama tujuh belas tahun? Aku tidak tega melihatnya, Ratu ...." Raja Arsen langsung berlutut begitu saja di hadapan ratu Penelope, berharap ratu dari
"Aku sudah melakukan banyak cara dan banyak penelitian, tapi tidak satupun usahaku yang membuahkan hasil. Aku tidak bisa menemukan apapun. Kekuatan itu sangat besar, dan aku tidak bisa menembusnya." Tabib Cakara menjelaskan demikian untuk menjawab pertanyaan yang diajukan padanya mengenai kemajuannya dalam upaya menyelamatkan sang putri raja."Kau tidak pernah gagal, Tabib Cakara, lalu kali ini?" Panglima Felix seolah tak percaya dengan penjelasan tabib."Aku tidak mengatakan aku gagal, hanya saja aku belum berhasil mendeteksi penyakit apa yang di derita tuan putri Aludra, dan aku pun tidak bisa mendeteksi kekuatan jahat yang menyerangnya berasal dari mana. Tapi aku pastikan itu bukan berasal dari bangsa unicorn," jelas tabib Cakara lagi."Jadi maksudmu ada pihak lain yang juga ingin mencelakakan tuan putri Aludra, begitu?" tanya penasehat Evander."Siapa? Raja orang yang baik, beliau bahkan sering mengulurkan tangan untuk membantu siapapun yang membutuhkan, memangnya siapa yang beran
Raja Arsen kembali melakukan meditasi setelah raja dan ratu bangsa unicorn pergi meninggalkannya.Kalimat ratu dan raja bangsa unicorn yang mengatakan bahwa tempat itu sudah tidak ramah lagi untuknya, kini terngiang di benaknya, namun raja Arsen tidak berniat untuk mundur ataupun menyerah.Hingga tiba-tiba sebuah angin besar bergelung dan mencoba mengacaukan meditasi yang dilakukan oleh raja Arsen. Raja dari negeri Putih itu ingin mengirimkan berita bahwa ratu Penelope telah memberikan keringanan untuk kutukan yang diderita putrinya, namun serangan angin itu semakin mata hingga meditasinya terganggu.Angin itu semakin brutal menyerang raja Arsen hingga mau tidak mau sang raja menghentikan meditasinya kemudian bergerak melawan gelungan angin yang sejak tadi menyerangnya.Kekuatan angin itu kian bercampur dengan kekuatan es hingga bisa serangan yang diluncurkan bisa menyebabkan kerusakan fatal pada bagian-bagian tubuh yang tepat terkena serangan.Raja Arsen dengan kemampuan bertarungnya