Beranda / Fantasi / Putri Bunga Bangkai / 3. Sumpah Raja Arsen

Share

3. Sumpah Raja Arsen

Penulis: Elpit
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-27 19:30:00

Rombongan raja Arsen memacu kuda dengan kecepatan penuh. Lokasi lembah Ilusi yang jauh dari negeri Putih membuat rombongan membutuhkan waktu yang cukup panjang, dan raja Arsen ingin sampai di lembah Ilusi sebelum matahari kembali terbenam. Menurut patih Rouvin, waktu yang memungkinkan raja Arsen bisa bertemu dengan ratu Penelope adalah saat-saat terbenamnya matahari.

Patih Rouvin bertanggung jawab penuh di kerajaan selama sang raja melakukan perjalanan bersama panglima Felix dan beberapa prajurit pilihan. Penasehat Evander bertugas mendampingi patih Rouvin dan diberikan tanggung jawab untuk memberikan keputusan jika terjadi sesuatu hal yang diluar dugaan. Dua orang kepercayaan raja Arsen itu tidak pernah mengecewakan.

"Panglima Felix, kau sudah memastikan perjalanan kita aman, bukan? Aku tidak mau terjadi hambatan yang berarti sehingga membuat perjalanan kita tertunda. Aku tidak bisa menunda sedetik pun untuk menyelamatkan putriku, kau paham!" seru sang raja di sela kegiatannya menunggang kuda yang dipacu dengan kecepatan penuh.

"Hamba sudah mengirim beberapa prajurit ke beberapa titik untuk mengamankan perjalanan kita, Paduka. Hamba sudah memastikan perjalanan kita aman," jawab panglima Felix yakin.

"Bagus! Kau tidak pernah mengecewakan aku, Panglima Felix!"

"Kepuasan Paduka adalah kewajiban hamba."

"Dengar, Panglima Felix, jika sesuatu terjadi maka kau harus pulang dengan selamat ke kerajaan untuk melapor pada patih Rouvin dan juga Plpenasehat Evander, kau ingat itu!"

"Tidak akan terjadi apapun pada Paduka Raja. Kita pergi bersama maka harus pulang bersama pula," sahut panglima Felix yang secara halus menolak perintah sang raja. Tentu saja ia tidak tega meninggalkan junjungannya seorang diri.

"Ini perintah! Tidak ada diskusi, mengerti!" titah sang raja begitu tegas sehingga tak terbantahkan.

"Baik, Paduka!" Panglima Felix tak bisa berkata-kata selain mengiyakan perintah sang junjungan.

"Percepat pergerakan! Sebentar lagi sang surya akan kembali ke peraduan." Raja Arsen memberikan aba-aba dan semua rombongan kompak memacu kuda agar bergerak lebih cepat lagi.

***

Warna keemasan matahari di ufuk barat memberikan satu kehangatan. Rombongan raja Arsen telah tiba di lembah Ilusi dan kini mereka tengah menunggu saat-saat bangsa unicorn menampakkan diri, sebelum kembalinya sang surya ke peraduan kemudian digantikan oleh sang bulan.

Raja Arsen telah melakukan meditasi di posisinya, posisi di mana kala itu ia berdiri ketika ratu Penelope memberikan kutukan padanya, sedangkan Panglima Felix dan rombongannya mengawasi dari kejauhan.

Harum semerbak menelusup ke indera penciuman sang raja negeri Putih. Menurut informasi yang diberikan penasehat Evander, aroma seperti itu adalah pertanda kedatangan bangsa unicorn. Raja Arsen telah mempersiapkan diri untuk menghadap ratu Penelope dan ia akan berusaha meminta pengampunan kepada bangsa yang suci itu, agar ratu Penelope bersedia mencabut kutukan yang diderita putri Aludra.

"Sepertinya kita memiliki seorang tamu terhormat, Raja." Ratu Penelope yang menyadari keberadaan raja Arsen, bicara demikian pada sang raja.

"Sebaiknya kita temui Raja Arsen, Ratuku," sahut raja Eros.

Ratu Penelope mengangguk setuju. Perlahan mereka mulai menampakkan diri di hadapan raja Arsen, disusul para pengawal yang juga ikut menampakkan diri atas izin raja Eros.

Ya, bangsa unicorn adalah bangsa yang suci. Mereka tidak mudah untuk ditemui dan mereka juga tidak akan menampakkan diri di depan sembarang orang. Jika sekarang mereka menampakkan diri di depan raja Arsen maka mereka memang menginginkan dirinya dilihat oleh raja Arsen.

"Sebuah kehormatan raja dari negeri Putih singgah ke wilayah kami. Selamat datang, Raja Arsen." Raja Eros menyambut kedatangan raja Arsen dengan ramah.

"Terimalah salah hormatku, Raja Eros, Ratu Penelope." Raja Arsen menjura hormat.

"Tidak perlu sungkan, Raja Arsen," balas raja Eros. "Jika aku perhatikan sepertinya kau sedang gelisah. Apa yang membuatmu begitu gelisah, Raja Arsen?" lanjutnya.

"Aku memang sedang gelisah, Raja, dan aku sangat membutuhkan pertolongan kalian, terutama pertolongan ratu Penelope."

"Apa yang bisa aku lakukan untuk menolongmu, Raja Arsen?" tanya ratu Penelope tanpa basa-basi.

"Mohon ampuni dosaku dan hapuskan kutukan yang diterima putriku, Ratu," kata Raja Arsen memohon.

"Putri?" Raja Eros merapons.

"Benar, Raja. Aku baru saja dikaruniai seorang putri. Istriku telah melahirkan seorang putri yang sangat cantik dan beraroma sangat harum, namun seiring bergantinya siang menjadi malam, aroma harum itu pun berganti menjadi aroma bangkai. Mohon ratu Penelope untuk menghapus kutukan yang melekat pada putriku," jelas Raja Arsen panjang.

"Selamat atas kelahiran putri pertamamu, Raja Arsen. Aku turut senang karena kau telah memiliki keturunan. Tapi maaf sepertinya kedatanganmu kemari sia-sia, aku tidak bisa mencabut kutukan itu. Pantang bagiku untuk menarik kembali kata-kata yang pernah aku ucapkan." Ratu Penelope membalas ucapan raja Arsen sama panjangnya.

"Ampuni aku, Ratu."

"Aku telah mengampuni kesalahanmu, Raja Arsen, namun kutukan tetap berjalan. Aku hanya ingin memberimu peringatan bahwa sebagai raja kau seharusnya lebih berhati-hati dalam bertindak!" ucap ratu Penelope tegas.

"Tolonglah aku, Ratu, aku rela melakukan apapun demi putriku, tolong ...."

"Tidak ada yang bisa mengubah keputusan yang telah aku buat. Pergilah, karena kau tidak akan mendapatkan apa yang kau inginkan!" kata Ratu Penelope lalu membalikkan tubuhnya untuk segera kembali ke kerajaannya. "Kita pergi, Raja," lanjutnya sebelum ia menghilang dari pandangan raja Arsen.

"Raja, tolong. Bantulah aku." Raja Arsen kembali memohon.

"Aku minta maaf, Raja Arsen, tidak ada yang bisa aku lakukan untuk membantumu. Keputusan ratuku sudah bulat." Setelah mengucapkan itu raja Eros ikut berbalik dan menghilang dari pandangan Raja Arsen.

"Demi menebus dosaku, dan demi mendapatkan pengampunan dari Ratu Penelope, aku akan tinggal di sini sampai Ratu bersedia menghapuskan kutukan yang diderita putriku," ujar raja Arsen sungguh-sungguh. Meskipun raja dan ratu dari bangsa unicorn sudah tidak terlihat oleh pandangan matanya, namun raja Arsen masih bisa merasakan keberadaan mereka.

Dari kejauhan panglima Felix merasa was-was melihat perubahan mimik wajah sang junjungan. Firasatnya mengatakan bahwa sang raja tidak berhasil membujuk ratu dari bangsa unicorn tersebut.

Kali ini panglima Felix dan beberapa pengawal tidak bisa melihat bangsa unicorn yang berhadapan dengan raja Arsen tadi, berbeda dengan kala itu saat ratu Penelope mengucapkan kutukan, semua warga negeri Putih dapat melihat bangsa unicorn.

Panglima Felix segera berlari menghampiri sang raja ketika tiba-tiba saja raja Arsen duduk bersimpuh di atas tanah begitu saja.

"Paduka, bangunlah!"

"Jangan menggangguku! Biarkan aku tetap seperti ini!" Raja Arsen menepis tangan panglima Felix yang hendak membantunya berdiri.

"Apa yang terjadi, Paduka? Apakah ratu Penelope tidak mengabulkan keinginan Paduka?" tanya panglima Felix cemas.

Raja Arsen menggeleng.

"Pulanglah! Tinggalkan aku di sini. Perintahkan semua pasukan untuk pulang bersamamu!"

"Tidak, Paduka, itu sangat berbahaya jika Paduka seorang diri di sini!"

"Tidak ada yang akan menggangguku, Panglima Felix! Tidak ada yang berani menginjakkan kaki di lembah Ilusi."

"Jika hamba pulang maka Paduka harus ikut. Semua orang menunggu kabar dari Paduka." Panglima Felix masih mencoba membujuk sang raja untuk ikut pulang ke kerajaan negeri Putih.

"Sampaikan bahwa aku belum berhasil membujuk ratu Penelope, tapi aku tidak akan menyerah. Aku telah bersumpah untuk tidak beranjak dari tempat ini sampai ratu Penelope mengabulkan permintaanku!"

Bab terkait

  • Putri Bunga Bangkai   4. Kembali Tanpa Sang Raja

    Panglima Felix terpaksa meninggalkan raja Arsen sendiri di lembah Ilusi, mematuhi perintah sang raja untuk membawa rombongan kembali pulang ke istana negeri Putih.Para kuda putih yang menjadi tunggangan warga kerajaan negeri Putih telah memasuki gerbang istana. Tergopoh ratu Casandra berlari menemui rombongan yang baru saja kembali, namun wajahnya seketika suram ketika menyadari tidak ada sang suami di antara rombongan tersebut."Panglima Felix, di mana paduka raja?" Pertanyaan itu langsung dilancarkan sang ratu pada panglima Felix selaku pimpinan rombongan."Ampun, Ratu, paduka raja telah bersumpah untuk tetap tinggal di lembah Ilusi sampai ratu bangsa unicorn bersedia mencabut kutukan yang diderita tuan putri Aludra." Panglima Felix menjelaskan."Apa maksudmu, Panglima Felix!" Ratu Cassandra nampak shock.Panglima Felix hendak menjelaskan lebih lanjut, namun Patih Rouvin buru-buru mencegah."Tahan! Sebaiknya kita bicarakan ini di ruang rapat saja," ujar sang Patih."Patih Rouvin ben

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04
  • Putri Bunga Bangkai   5. Diperlukan Hati Yang Bersih

    "Apa yang terjadi pada putriku, Miya!"Ratu Cassandra menghampiri sang putri yang berada di atas tempat tidur dengan mata terpejam.Tak lama kemudian patih Rouvin, penasehat Evander, dan panglima Felix sampai di kamar putri Aludra, ikut menyusul sang ratu untuk memastikan apa yang terjadi pada putri Aludra."Ampun, Paduka ratu. Hamba tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ketika hamba menidurkan tuan putri di atas tempat tidur tiba-tiba saja sebuah asap kehitaman menguap keluar dari tubuhnya dan tuan putri menangis hebat. Namun tak lama asap itu kembali masuk ke dalam tubuh tuan putri seiring matanya yang tertutup."Ratu Cassandra membekap mulut manahan suara tangisnya. Ia kini semakin terguncang."Apa yang terjadi pada putriku ...." Pertanyaan itu keluar dari mulut sang ratu begitu saja.Panglima Felix memburu tubuh putri Aludra dan meneliti kondisi bayi kecil itu."Denyut nadi tuan putri sangat lemah, kita harus segera melakukan pertolongan," ujar panglima Felix kemudian berjalan ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04
  • Putri Bunga Bangkai   6. Keringanan Dari Ratu Penelope

    "Aku hanya ingin membuat raja Arsen mengerti bahwa keberadaannya di lembah Ilusi tidak akan membuahkan hasil apapun, karena aku pun tidak bisa menghapus kutukan itu."Ratu Penelope terlihat tidak tenang ketika mengucapkan kalimatnya, sedangkan Raja Eros terlihat berpikir sangat serius untuk mengabulkan permintaan sang permaisuri. Snag raja merasa khawatir kemarahan sang istri kembali tersulut jika berhadapan dengan Raja Arsen, sebab sejak kehilangan sang putri tercinta ratu Penelope menjadi lebih emosional."Aku berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi, Raja, izinkan aku menemui raja Arsen. Tidak akan ada kemarahan, aku hanya ingin bicara pada raja Arsen sebagai seorang ibu, itu saja."Melihat sang raja yang masih saja diam, ratu Penelope kembali melontarkan kalimatnya."Baiklah, aku mengizinkan. Aku yakin kau tidak akan melanggar janji, Permaisuriku.""Terima kasih, Raja."Raja Eros merentangkan tangannya kemudian Ratu Penelope menghambur memeluk sang suami lalu diusapnya rambut

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08
  • Putri Bunga Bangkai   7. Menunggu Usia 17 Tahun

    "Aku memang merasa sangat kehilangan putriku, aku merasa terpukul, namun aku tidak ingin hidup dalam kebencian dan rasa dendam. Diluar itu, aku pun ingin memberimu pelajaran, jadi beri aku waktu sampai putrimu berusia tujuh belas tahun, agar aku bisa mensucikan hatiku dari perasaan marah. Setelah itu aku akan mencabut kutukan yang aku berikan pada putrimu." Ratu Penelope memberikan penjelasan yang cukup panjang.Raja Arsen tentu saja merasa terbantu dan merasa sedikit lebih lega, namun tujuh belas tahun? Apakah selama tujuh belas tahun putri Aludra harus menanggung kutukan itu dan menjalani hari dengan derita? Tujuh belas tahun bukanlah waktu yang sebentar."Aku sangat berterima kasih atas kemurahan hatimu, Ratu, namun tujuh belas tahun, apakah tidak terlalu lama? Maksudku, itu artinya putriku harus menghadapi harinya dengan penuh cemooh selama tujuh belas tahun? Aku tidak tega melihatnya, Ratu ...." Raja Arsen langsung berlutut begitu saja di hadapan ratu Penelope, berharap ratu dari

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-11
  • Putri Bunga Bangkai   8. Menguji Kemampuan

    "Aku sudah melakukan banyak cara dan banyak penelitian, tapi tidak satupun usahaku yang membuahkan hasil. Aku tidak bisa menemukan apapun. Kekuatan itu sangat besar, dan aku tidak bisa menembusnya." Tabib Cakara menjelaskan demikian untuk menjawab pertanyaan yang diajukan padanya mengenai kemajuannya dalam upaya menyelamatkan sang putri raja."Kau tidak pernah gagal, Tabib Cakara, lalu kali ini?" Panglima Felix seolah tak percaya dengan penjelasan tabib."Aku tidak mengatakan aku gagal, hanya saja aku belum berhasil mendeteksi penyakit apa yang di derita tuan putri Aludra, dan aku pun tidak bisa mendeteksi kekuatan jahat yang menyerangnya berasal dari mana. Tapi aku pastikan itu bukan berasal dari bangsa unicorn," jelas tabib Cakara lagi."Jadi maksudmu ada pihak lain yang juga ingin mencelakakan tuan putri Aludra, begitu?" tanya penasehat Evander."Siapa? Raja orang yang baik, beliau bahkan sering mengulurkan tangan untuk membantu siapapun yang membutuhkan, memangnya siapa yang beran

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Putri Bunga Bangkai   9. Kembali Ke Istana

    Raja Arsen kembali melakukan meditasi setelah raja dan ratu bangsa unicorn pergi meninggalkannya.Kalimat ratu dan raja bangsa unicorn yang mengatakan bahwa tempat itu sudah tidak ramah lagi untuknya, kini terngiang di benaknya, namun raja Arsen tidak berniat untuk mundur ataupun menyerah.Hingga tiba-tiba sebuah angin besar bergelung dan mencoba mengacaukan meditasi yang dilakukan oleh raja Arsen. Raja dari negeri Putih itu ingin mengirimkan berita bahwa ratu Penelope telah memberikan keringanan untuk kutukan yang diderita putrinya, namun serangan angin itu semakin mata hingga meditasinya terganggu.Angin itu semakin brutal menyerang raja Arsen hingga mau tidak mau sang raja menghentikan meditasinya kemudian bergerak melawan gelungan angin yang sejak tadi menyerangnya.Kekuatan angin itu kian bercampur dengan kekuatan es hingga bisa serangan yang diluncurkan bisa menyebabkan kerusakan fatal pada bagian-bagian tubuh yang tepat terkena serangan.Raja Arsen dengan kemampuan bertarungnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Putri Bunga Bangkai   10. Reinkarnasi?

    Tujuh belas tahun telah berlalu dan selama tujuh belas tahun pula putri Aludra harus hidup dengan kutukannya. Berat? Tentu saja, namun putri Aludra tidak menyalahkan siapapun atas apa yang menimpa dirinya.Tidak banyak orang yang mau berteman dengan putri Aludra, baik itu warga istana maupun rakyat biasa, semua terkesan mengucilkan sang putri raja dan juga mencibir sana-sini, apalagi semakin hari bau busuk yang berasal dari tubuh sang putri semakin menyengat, bagaikan bangkai yang kian membusuk, namun sekali lagi hati bersih putri Aludra tidak membenci satu orang pun.Hanya Adolf dan Miya yang selalu setia mendampingi putri Aludra. Mereka sama sekali tidak terusik dengan aroma busuk yang menyengat itu. Adolf sangat melindungi putri Aludra, sedangkan Miya pun sangat menjaga putri raja yang dirawatnya sejak bayi tersebut.Hari ini usianya genap tujuh belas tahun, dan malam ini raja Arsen mengadakan pesta ulang tahun sang putri semata wayangnya itu.Sejak kelahiran Aludra yang kurang ber

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-25
  • Putri Bunga Bangkai   11. Gagal Mematahkan Kutukan

    Ratu Penelope sudah berada di posisinya, siap melakukan ritualnya. Hari ini ia akan memenuhi janjinya untuk mencabut kutukan yang ia lancarkan pada keturunan raja Arsen.Jauh sebelum hari ini, sang ratu dari bangsa unicorn itu telah benar-benar membersihkan hati, tidak ada sedikitpun kemarahan di hati ratu Penelope, apalagi dendam, semua telah lenyap. Hingga hari ini ia begitu yakin akan berhasil mencabut kutukan tersebut."Maafkan aku telah membuat dirimu menderita selama tujuh belas tahun ini, Putri Aludra." Ratu Penelope berbisik."Ini bukan kesalahanmu, Ratu, aku tidak menyalahkan siapapun, tidak ada yang perlu minta maaf." Putri Aludra membalas.Ratu Penelope tersenyum mendengar jawaban putri Aludra, kemudian ia mengambil posisi untuk segera melepaskan kutukan yang selama ini menjerat putri Aludra.Ratu Penelope mengerahkan segenap kekuatan, namun ada sebuah kekuatan yang seolah menghalangi niatnya tersebut. Ratu Penelope berusaha sekuat tenaga melawan kekuatan yang menghalanginy

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02

Bab terbaru

  • Putri Bunga Bangkai   31. Menemukan Cinta Sejati

    Setelah tiga hari kepergian Panglima Felix dan Tabib Cakara, akhirnya kini mereka kembali. Dan kembalinya mereka disambut meriah oleh seluruh warga negeri Putih karena mereka pulang bersama Putri Aludra.Kabar sembuhnya Putri Aludra dari kutukan seketika menyebar luas, dan semua berbahagia mendengar kabar tersebut.Ratu Cassandra menyambut kepulangan putrinya dengan penuh perasaan bahagia. Air mata bahagia tiada hentinya membanjiri pipi.“Terima kasih banyak atas kebaikan Anda. Aku berhutang nyawa kepada Anda, dan demi membalas kebaikan Anda, aku akan mengerahkan pasukanku untuk mencari keberadaan muridmu yang tidak diketahui keberadaannya. Aku juga akan meminta bantuan kenalanku dari beberapa negeri lain untuk ikut mencari muridmu sampai ia ditemukan,” tutur Raja Arsen panjang, berterima kasih serta berjanji untuk membantu Guru Arkatama menemukan Philip.“Alhamdulillah, aku sangat berterima kasih atas kesediaan Anda untuk membantu mencari keberadaan muridku yang hilang,” balas Guru

  • Putri Bunga Bangkai   30. Mencari Kebenaran

    Negeri Putih digegerkan dengan ditemukannya seorang pria tak sadarkan diri di perbatasan dengan luka-luka yang tidak bisa dikatakan biasa saja.Atas perintah raja, pria yang ditemukan terluka parah itu dibawa ke istana untuk diberikan pengobatan terbaik. Tabib Cakara bertugas untuk mengobati pria yang terdampar itu.“Bagaimana keadaannya, Tabib?” Raja Arsen turun tangan langsung untuk menanyakan keadaan pria malang itu.“Kondisinya sangat parah, Paduka Raja, luka-lukanya serius. Sepertinya dia baru saja melakukan pertarungan yang hebat,” jelas Tabib Cakara.“Lakukan yang terbaik, Tabib Cakara, siapa pun dia, karena dia terdampar di negeri kita, maka aku menganggap dia adalah warga kita,” titah sang raja.“Baik, Paduka, sesuai perintah Anda.”Baru saja Raja Arsen ingin meninggalkan ruangan, Pamglima Felix masuk membawa berita penting.“Ada apa, Panglima Felix?”“Adolf mengirimkan surat, Paduka Raja,” jawab Panglima Felix sambil menyerahkan sebuah gulungan kecil pada sang saja.“Semoga

  • Putri Bunga Bangkai   29. Putri Aludra Selamat, Philip Tewas?

    Philip panik, fokusnya terbagi antara harus menjaga kendi itu atau harus melakukan sesuatu agar racun yang ditebarkan oleh Raja Aristama tidak mengenai obat penawar yang dicari.Kutukan Putri Aludra tidak bisa dipatahkan dengan kematian raja Aristama, melainkan hanya bisa dipatahkan dengan obat penawar. Lalu bagaimana jika obat penawar itu tercemar? Maka tidak ada lagi harapan bagi Putri Aludra.Guru Arkatama segera menghampiri Philip, berusaha membantu mengamankan mata air itu. Semakin lama racun itu semakin mendekat ke arah mata air itu, hendak mencemari. Guru Arkatama berusaha menghalau racun namun tidak banyak yang biasa ia lakukan karena racun itu menyatu dengan air, sedangkan air terus mengalir."Guru ... aku rela menukar nyawaku demi obat penawar itu bisa aku lakukan. Selamatkan Aludra, Guru ...."Philip tidak tahu harus bagaimana, ia merasa putus asa, bahkan saat ini dirinya pun mulai merasa lemah karena menghirup racun yang ditebarkan oleh Raja Aristama terus-menerus. Ditamba

  • Putri Bunga Bangkai   28. Pertarungan Yang Sebenarnya

    Raja Aristama langsung menyerang Philip tanpa ampun. Philip tidak bisa diam saja. Terpaksa Philip menjauh dari letak matabair itu agar tidak rusak terkena serangan dari sang raja iblis.Philip terus bergerak melakukan perlawanan, sambil terus berpikir keras bagaimana ia bisa menghindari pertemuan dengan Raja Aristama dan mengambil obat penawar itu jika seperti ini terus sedangkan satu raganya yang lain masih disibukkan dengan pertarungan melawan para prajurit pilihan sang raja iblis.Sepertinya Raja Aristama benar-benar ingin menggagalkan rencana Philip, bahkan mungkin ingin membunuh Philip."Kau seharusnya tidak ikut campur, anak muda! Kau menghalangi rencanaku maka kau akan aku habisi!" Ancaman Raja Aristama terdengar mematikan, bersamaan serangan telak yang mengenai Philip hingga pria itu terpental serta muntah darah.Philip memegangi dadanya yang terkena serangan telak, masih sambil terbatuk-batuk pria itu bangun, tidak mau menyerah."Rencanamu yang ingin menghancurkan perdamaian d

  • Putri Bunga Bangkai   27. Cinta Dan Keyakinan

    "Kau ingin menjadi muridku? Untuk apa? Dalam hal apa?" tanya Guru Arkatama berbondong."Aku ingin belajar tentang keyakinan yang Guru yakini, dan semua hal yang berhubungan dengan itu," balas Putri Aludra.Guru Arkatama terdiam sesaat. "Apa yang membuatmu ingin belajar tentang hal yang kami yakini? Apakah hanya karena Philip semata?" tanya Guru Arkatama dengan tatapan menyelidik.Kini giliran Putri Aludra yang terdiam mendengar pertanyaan Guru Arkatama.Sejujurnya Putri Aludra mulai goyah dan takut ketika Guru Arkatama mengatakan ia dan Philip tidak bisa bersatu karena berbeda keyakinan. Ini kali pertama Putri Aludra merasa jatuh cinta pada seorang pria. Tentu saja Putri Aludra berharap bisa memperjuangkan cintanya. Maka ketika mendengar pernyataan Guru Arkatama, Putri Aludra bertekad harus memperjuangkan Philip apalagi Philip bahkan rela melawan bahaya demi dirinya."Aludra, jangan terlalu terburu-buru, pikirkan dulu baik-baik sebelum kau mengambil keputusan. Karena setiap keputusan

  • Putri Bunga Bangkai   26. Keputusan Philip

    Philip memikirkan baik-baik kemungkinan keberhasilan usaha yang bisa dia lakukan, memperhitungkan segalanya. Mulai dari jarak pendopo dengan laut Perak yang tidak bisa dikatakan dekat, kemudian kedalam laut yang mencapai lebih dari 15.000 meter serta rintangan yang harus dihadapi. Semua itu diperhitungkan oleh Philip hingga terdengar suara sang guru yang menegurnya."Semakin kau banyak berpikir maka waktumu semakin habis. Putuskan, Philip!" seru sang guru."Aku tetap akan maju, Guru!" jawab Philip cepat dan tegas.Guru Arkatama mengulas senyum tipis. "Baik. Gunakan kendi ini sebagai wadah obat yang aku jelaskan tadi. Kau sudah cukup mampu untuk membelah diri, Philip, tapi kau hanya memiliki kesempatan satu kali, jadi pergunakan kesempatan itu sebaik mungkin. Jangan lupa selalu niatkan semua atas nama Allah. Pergilah, waktu terus berjalan, jangan membuang waktu!"Philip menerima kendi kecil itu, menyimpannya dan tanpa banyak kata ia segera bersiap untuk pergi karena waktu semakin berjal

  • Putri Bunga Bangkai   25. Di Antara Dua Pilihan

    "Itu merupakan salah satu ibadah di agama kami. Namanya shalat istikharah, di mana kita meminta petunjuk dari Tuhan, agar kita bisa yakin ketika kita dihadapkan pada dua pilihan sulit, maka Tuhan akan memberikan jawaban yang terbaik untuk kaumnya." Guru Arkatama menjelaskan tentang pertanyaan Putri Aludra yang tampak tidak mengerti."Apakah Tuhan akan langsung memberikan jawaban saat kita meminta petunjuk?" tanya Putri Aludra lagi."Tidak secara langsung, namun Tuhan memberikan isyarat. Kami menyebut Tuhan kami dengan Allah.""Apakah aku juga bisa meminta petunjuk pada Tuhan kalian?""Pada dasarnya Tuhan hanya ada satu, namun keyakinan orang berbeda. Dan kuncinya adalah yakin. Jika kau yakin Dewa yang kau sebut Tuhan bisa membantumu, maka mintalah pertolongan Dewa," tutur Guru Arkatama."Maaf, tadi aku mendengar kau menyebut agama, apa itu?" Adolf ikut mengajukan pertanyaan."Agama adalah kepercayaan, kepercayaan kepada Tuhan, seperti yang aku jelaskan tadi. Dan kami memeluk agama Isl

  • Putri Bunga Bangkai   24. Arkatama Dan Aristama

    "Bukan Guru yang melakukannya tapi--"Ucapan Philip terhenti ketika satu tangan Guru Arkatama terangkat ke udara. Philip paham bahwa gurunya melarang ia melanjutkan kalimatnya.Bukan hanya Philip saja yang paham isyarat itu, semua orang di sana juga paham, jadi Putri Aludra menunggu saja apakah guru Arkatama akan menjelaskan sesuatu atau tidak."Sebelumnya aku ingin menceritakan sedikit tentang kisahku dengan saudaraku, kakak kandungku." Suara Guru Arkatama terdengar setelah hening beberapa saat."Aku Arkatama, dan kakakku Aristama, kami dididik oleh satu guru yang sama, yaitu ayah kami sendiri. Banyak kemampuan dan ilmu yang diturunkan oleh ayah kami kepada kami. Namun setelah ayah kami wafat, kakakku memilih jalan yang berbeda, dia menempuh aliran hitam. Aku sudah berusaha menyadarkannya untuk kembali jalan yang benar, namun dia sudah terlalu jauh melangkah hingga aku tidak bisa mengejarnya, dia pergi jauh," tutur Guru Arkatama mulai menjelaskan."Kemudian suatu hari dia menantang d

  • Putri Bunga Bangkai   23. Adakah Kebencian?

    Adolf memperlambat pacuan kudanya ketika dirasa sudah cukup aman, kemudian berhenti diikuti oleh Philip yang juga berhenti."Kalian bisa mendengar suara ombak itu tapi aku tidak mendengar karena tempat itu tertutup ilusi. Namun saat tidak ada lagi kabut ilusi di sana, aku langsung merasakan ombak itu akan segera menghantam kita, itulah mengapa aku menghimbau untuk segera pergi dari sana." Tanpa diminta Adolf sudah langsung menjelaskan, dan ya, dari kejauhan mereka dapat melihat bagaimana air itu melahap daratan."Kita masih belum aman, sebaiknya kita segera pergi dari sini." Philip menginterupsi."Kami belum tahu akan pergi dan tinggal di mana setelah ini. Kami hanya ingin keberadaan kami tidak mengganggu makhluk lain, terutama keberadaanku dengan bau yang menyengat ini," sahut Putri Aludra."Tidak perlu dipikirkan, kalian ikut saja denganku. Guruku pasti akan menerima kedatangan kalian," kata Philip memberi solusi."Kau benar-benar tidak akan melanjutkan perjalanan tugasmu? Kau bisa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status