Rombongan raja Arsen memacu kuda dengan kecepatan penuh. Lokasi lembah Ilusi yang jauh dari negeri Putih membuat rombongan membutuhkan waktu yang cukup panjang, dan raja Arsen ingin sampai di lembah Ilusi sebelum matahari kembali terbenam. Menurut patih Rouvin, waktu yang memungkinkan raja Arsen bisa bertemu dengan ratu Penelope adalah saat-saat terbenamnya matahari.
Patih Rouvin bertanggung jawab penuh di kerajaan selama sang raja melakukan perjalanan bersama panglima Felix dan beberapa prajurit pilihan. Penasehat Evander bertugas mendampingi patih Rouvin dan diberikan tanggung jawab untuk memberikan keputusan jika terjadi sesuatu hal yang diluar dugaan. Dua orang kepercayaan raja Arsen itu tidak pernah mengecewakan."Panglima Felix, kau sudah memastikan perjalanan kita aman, bukan? Aku tidak mau terjadi hambatan yang berarti sehingga membuat perjalanan kita tertunda. Aku tidak bisa menunda sedetik pun untuk menyelamatkan putriku, kau paham!" seru sang raja di sela kegiatannya menunggang kuda yang dipacu dengan kecepatan penuh."Hamba sudah mengirim beberapa prajurit ke beberapa titik untuk mengamankan perjalanan kita, Paduka. Hamba sudah memastikan perjalanan kita aman," jawab panglima Felix yakin."Bagus! Kau tidak pernah mengecewakan aku, Panglima Felix!""Kepuasan Paduka adalah kewajiban hamba.""Dengar, Panglima Felix, jika sesuatu terjadi maka kau harus pulang dengan selamat ke kerajaan untuk melapor pada patih Rouvin dan juga Plpenasehat Evander, kau ingat itu!""Tidak akan terjadi apapun pada Paduka Raja. Kita pergi bersama maka harus pulang bersama pula," sahut panglima Felix yang secara halus menolak perintah sang raja. Tentu saja ia tidak tega meninggalkan junjungannya seorang diri."Ini perintah! Tidak ada diskusi, mengerti!" titah sang raja begitu tegas sehingga tak terbantahkan."Baik, Paduka!" Panglima Felix tak bisa berkata-kata selain mengiyakan perintah sang junjungan."Percepat pergerakan! Sebentar lagi sang surya akan kembali ke peraduan." Raja Arsen memberikan aba-aba dan semua rombongan kompak memacu kuda agar bergerak lebih cepat lagi.***Warna keemasan matahari di ufuk barat memberikan satu kehangatan. Rombongan raja Arsen telah tiba di lembah Ilusi dan kini mereka tengah menunggu saat-saat bangsa unicorn menampakkan diri, sebelum kembalinya sang surya ke peraduan kemudian digantikan oleh sang bulan.Raja Arsen telah melakukan meditasi di posisinya, posisi di mana kala itu ia berdiri ketika ratu Penelope memberikan kutukan padanya, sedangkan Panglima Felix dan rombongannya mengawasi dari kejauhan.Harum semerbak menelusup ke indera penciuman sang raja negeri Putih. Menurut informasi yang diberikan penasehat Evander, aroma seperti itu adalah pertanda kedatangan bangsa unicorn. Raja Arsen telah mempersiapkan diri untuk menghadap ratu Penelope dan ia akan berusaha meminta pengampunan kepada bangsa yang suci itu, agar ratu Penelope bersedia mencabut kutukan yang diderita putri Aludra."Sepertinya kita memiliki seorang tamu terhormat, Raja." Ratu Penelope yang menyadari keberadaan raja Arsen, bicara demikian pada sang raja."Sebaiknya kita temui Raja Arsen, Ratuku," sahut raja Eros.Ratu Penelope mengangguk setuju. Perlahan mereka mulai menampakkan diri di hadapan raja Arsen, disusul para pengawal yang juga ikut menampakkan diri atas izin raja Eros.Ya, bangsa unicorn adalah bangsa yang suci. Mereka tidak mudah untuk ditemui dan mereka juga tidak akan menampakkan diri di depan sembarang orang. Jika sekarang mereka menampakkan diri di depan raja Arsen maka mereka memang menginginkan dirinya dilihat oleh raja Arsen."Sebuah kehormatan raja dari negeri Putih singgah ke wilayah kami. Selamat datang, Raja Arsen." Raja Eros menyambut kedatangan raja Arsen dengan ramah."Terimalah salah hormatku, Raja Eros, Ratu Penelope." Raja Arsen menjura hormat."Tidak perlu sungkan, Raja Arsen," balas raja Eros. "Jika aku perhatikan sepertinya kau sedang gelisah. Apa yang membuatmu begitu gelisah, Raja Arsen?" lanjutnya."Aku memang sedang gelisah, Raja, dan aku sangat membutuhkan pertolongan kalian, terutama pertolongan ratu Penelope.""Apa yang bisa aku lakukan untuk menolongmu, Raja Arsen?" tanya ratu Penelope tanpa basa-basi."Mohon ampuni dosaku dan hapuskan kutukan yang diterima putriku, Ratu," kata Raja Arsen memohon."Putri?" Raja Eros merapons."Benar, Raja. Aku baru saja dikaruniai seorang putri. Istriku telah melahirkan seorang putri yang sangat cantik dan beraroma sangat harum, namun seiring bergantinya siang menjadi malam, aroma harum itu pun berganti menjadi aroma bangkai. Mohon ratu Penelope untuk menghapus kutukan yang melekat pada putriku," jelas Raja Arsen panjang."Selamat atas kelahiran putri pertamamu, Raja Arsen. Aku turut senang karena kau telah memiliki keturunan. Tapi maaf sepertinya kedatanganmu kemari sia-sia, aku tidak bisa mencabut kutukan itu. Pantang bagiku untuk menarik kembali kata-kata yang pernah aku ucapkan." Ratu Penelope membalas ucapan raja Arsen sama panjangnya."Ampuni aku, Ratu.""Aku telah mengampuni kesalahanmu, Raja Arsen, namun kutukan tetap berjalan. Aku hanya ingin memberimu peringatan bahwa sebagai raja kau seharusnya lebih berhati-hati dalam bertindak!" ucap ratu Penelope tegas."Tolonglah aku, Ratu, aku rela melakukan apapun demi putriku, tolong ....""Tidak ada yang bisa mengubah keputusan yang telah aku buat. Pergilah, karena kau tidak akan mendapatkan apa yang kau inginkan!" kata Ratu Penelope lalu membalikkan tubuhnya untuk segera kembali ke kerajaannya. "Kita pergi, Raja," lanjutnya sebelum ia menghilang dari pandangan raja Arsen."Raja, tolong. Bantulah aku." Raja Arsen kembali memohon."Aku minta maaf, Raja Arsen, tidak ada yang bisa aku lakukan untuk membantumu. Keputusan ratuku sudah bulat." Setelah mengucapkan itu raja Eros ikut berbalik dan menghilang dari pandangan Raja Arsen."Demi menebus dosaku, dan demi mendapatkan pengampunan dari Ratu Penelope, aku akan tinggal di sini sampai Ratu bersedia menghapuskan kutukan yang diderita putriku," ujar raja Arsen sungguh-sungguh. Meskipun raja dan ratu dari bangsa unicorn sudah tidak terlihat oleh pandangan matanya, namun raja Arsen masih bisa merasakan keberadaan mereka.Dari kejauhan panglima Felix merasa was-was melihat perubahan mimik wajah sang junjungan. Firasatnya mengatakan bahwa sang raja tidak berhasil membujuk ratu dari bangsa unicorn tersebut.Kali ini panglima Felix dan beberapa pengawal tidak bisa melihat bangsa unicorn yang berhadapan dengan raja Arsen tadi, berbeda dengan kala itu saat ratu Penelope mengucapkan kutukan, semua warga negeri Putih dapat melihat bangsa unicorn.Panglima Felix segera berlari menghampiri sang raja ketika tiba-tiba saja raja Arsen duduk bersimpuh di atas tanah begitu saja."Paduka, bangunlah!""Jangan menggangguku! Biarkan aku tetap seperti ini!" Raja Arsen menepis tangan panglima Felix yang hendak membantunya berdiri."Apa yang terjadi, Paduka? Apakah ratu Penelope tidak mengabulkan keinginan Paduka?" tanya panglima Felix cemas.Raja Arsen menggeleng."Pulanglah! Tinggalkan aku di sini. Perintahkan semua pasukan untuk pulang bersamamu!""Tidak, Paduka, itu sangat berbahaya jika Paduka seorang diri di sini!""Tidak ada yang akan menggangguku, Panglima Felix! Tidak ada yang berani menginjakkan kaki di lembah Ilusi.""Jika hamba pulang maka Paduka harus ikut. Semua orang menunggu kabar dari Paduka." Panglima Felix masih mencoba membujuk sang raja untuk ikut pulang ke kerajaan negeri Putih."Sampaikan bahwa aku belum berhasil membujuk ratu Penelope, tapi aku tidak akan menyerah. Aku telah bersumpah untuk tidak beranjak dari tempat ini sampai ratu Penelope mengabulkan permintaanku!"Panglima Felix terpaksa meninggalkan raja Arsen sendiri di lembah Ilusi, mematuhi perintah sang raja untuk membawa rombongan kembali pulang ke istana negeri Putih.Para kuda putih yang menjadi tunggangan warga kerajaan negeri Putih telah memasuki gerbang istana. Tergopoh ratu Casandra berlari menemui rombongan yang baru saja kembali, namun wajahnya seketika suram ketika menyadari tidak ada sang suami di antara rombongan tersebut."Panglima Felix, di mana paduka raja?" Pertanyaan itu langsung dilancarkan sang ratu pada panglima Felix selaku pimpinan rombongan."Ampun, Ratu, paduka raja telah bersumpah untuk tetap tinggal di lembah Ilusi sampai ratu bangsa unicorn bersedia mencabut kutukan yang diderita tuan putri Aludra." Panglima Felix menjelaskan."Apa maksudmu, Panglima Felix!" Ratu Cassandra nampak shock.Panglima Felix hendak menjelaskan lebih lanjut, namun Patih Rouvin buru-buru mencegah."Tahan! Sebaiknya kita bicarakan ini di ruang rapat saja," ujar sang Patih."Patih Rouvin ben
"Apa yang terjadi pada putriku, Miya!"Ratu Cassandra menghampiri sang putri yang berada di atas tempat tidur dengan mata terpejam.Tak lama kemudian patih Rouvin, penasehat Evander, dan panglima Felix sampai di kamar putri Aludra, ikut menyusul sang ratu untuk memastikan apa yang terjadi pada putri Aludra."Ampun, Paduka ratu. Hamba tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ketika hamba menidurkan tuan putri di atas tempat tidur tiba-tiba saja sebuah asap kehitaman menguap keluar dari tubuhnya dan tuan putri menangis hebat. Namun tak lama asap itu kembali masuk ke dalam tubuh tuan putri seiring matanya yang tertutup."Ratu Cassandra membekap mulut manahan suara tangisnya. Ia kini semakin terguncang."Apa yang terjadi pada putriku ...." Pertanyaan itu keluar dari mulut sang ratu begitu saja.Panglima Felix memburu tubuh putri Aludra dan meneliti kondisi bayi kecil itu."Denyut nadi tuan putri sangat lemah, kita harus segera melakukan pertolongan," ujar panglima Felix kemudian berjalan ke
"Aku hanya ingin membuat raja Arsen mengerti bahwa keberadaannya di lembah Ilusi tidak akan membuahkan hasil apapun, karena aku pun tidak bisa menghapus kutukan itu."Ratu Penelope terlihat tidak tenang ketika mengucapkan kalimatnya, sedangkan Raja Eros terlihat berpikir sangat serius untuk mengabulkan permintaan sang permaisuri. Snag raja merasa khawatir kemarahan sang istri kembali tersulut jika berhadapan dengan Raja Arsen, sebab sejak kehilangan sang putri tercinta ratu Penelope menjadi lebih emosional."Aku berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi, Raja, izinkan aku menemui raja Arsen. Tidak akan ada kemarahan, aku hanya ingin bicara pada raja Arsen sebagai seorang ibu, itu saja."Melihat sang raja yang masih saja diam, ratu Penelope kembali melontarkan kalimatnya."Baiklah, aku mengizinkan. Aku yakin kau tidak akan melanggar janji, Permaisuriku.""Terima kasih, Raja."Raja Eros merentangkan tangannya kemudian Ratu Penelope menghambur memeluk sang suami lalu diusapnya rambut
"Aku memang merasa sangat kehilangan putriku, aku merasa terpukul, namun aku tidak ingin hidup dalam kebencian dan rasa dendam. Diluar itu, aku pun ingin memberimu pelajaran, jadi beri aku waktu sampai putrimu berusia tujuh belas tahun, agar aku bisa mensucikan hatiku dari perasaan marah. Setelah itu aku akan mencabut kutukan yang aku berikan pada putrimu." Ratu Penelope memberikan penjelasan yang cukup panjang.Raja Arsen tentu saja merasa terbantu dan merasa sedikit lebih lega, namun tujuh belas tahun? Apakah selama tujuh belas tahun putri Aludra harus menanggung kutukan itu dan menjalani hari dengan derita? Tujuh belas tahun bukanlah waktu yang sebentar."Aku sangat berterima kasih atas kemurahan hatimu, Ratu, namun tujuh belas tahun, apakah tidak terlalu lama? Maksudku, itu artinya putriku harus menghadapi harinya dengan penuh cemooh selama tujuh belas tahun? Aku tidak tega melihatnya, Ratu ...." Raja Arsen langsung berlutut begitu saja di hadapan ratu Penelope, berharap ratu dari
"Aku sudah melakukan banyak cara dan banyak penelitian, tapi tidak satupun usahaku yang membuahkan hasil. Aku tidak bisa menemukan apapun. Kekuatan itu sangat besar, dan aku tidak bisa menembusnya." Tabib Cakara menjelaskan demikian untuk menjawab pertanyaan yang diajukan padanya mengenai kemajuannya dalam upaya menyelamatkan sang putri raja."Kau tidak pernah gagal, Tabib Cakara, lalu kali ini?" Panglima Felix seolah tak percaya dengan penjelasan tabib."Aku tidak mengatakan aku gagal, hanya saja aku belum berhasil mendeteksi penyakit apa yang di derita tuan putri Aludra, dan aku pun tidak bisa mendeteksi kekuatan jahat yang menyerangnya berasal dari mana. Tapi aku pastikan itu bukan berasal dari bangsa unicorn," jelas tabib Cakara lagi."Jadi maksudmu ada pihak lain yang juga ingin mencelakakan tuan putri Aludra, begitu?" tanya penasehat Evander."Siapa? Raja orang yang baik, beliau bahkan sering mengulurkan tangan untuk membantu siapapun yang membutuhkan, memangnya siapa yang beran
Raja Arsen kembali melakukan meditasi setelah raja dan ratu bangsa unicorn pergi meninggalkannya.Kalimat ratu dan raja bangsa unicorn yang mengatakan bahwa tempat itu sudah tidak ramah lagi untuknya, kini terngiang di benaknya, namun raja Arsen tidak berniat untuk mundur ataupun menyerah.Hingga tiba-tiba sebuah angin besar bergelung dan mencoba mengacaukan meditasi yang dilakukan oleh raja Arsen. Raja dari negeri Putih itu ingin mengirimkan berita bahwa ratu Penelope telah memberikan keringanan untuk kutukan yang diderita putrinya, namun serangan angin itu semakin mata hingga meditasinya terganggu.Angin itu semakin brutal menyerang raja Arsen hingga mau tidak mau sang raja menghentikan meditasinya kemudian bergerak melawan gelungan angin yang sejak tadi menyerangnya.Kekuatan angin itu kian bercampur dengan kekuatan es hingga bisa serangan yang diluncurkan bisa menyebabkan kerusakan fatal pada bagian-bagian tubuh yang tepat terkena serangan.Raja Arsen dengan kemampuan bertarungnya
Tujuh belas tahun telah berlalu dan selama tujuh belas tahun pula putri Aludra harus hidup dengan kutukannya. Berat? Tentu saja, namun putri Aludra tidak menyalahkan siapapun atas apa yang menimpa dirinya.Tidak banyak orang yang mau berteman dengan putri Aludra, baik itu warga istana maupun rakyat biasa, semua terkesan mengucilkan sang putri raja dan juga mencibir sana-sini, apalagi semakin hari bau busuk yang berasal dari tubuh sang putri semakin menyengat, bagaikan bangkai yang kian membusuk, namun sekali lagi hati bersih putri Aludra tidak membenci satu orang pun.Hanya Adolf dan Miya yang selalu setia mendampingi putri Aludra. Mereka sama sekali tidak terusik dengan aroma busuk yang menyengat itu. Adolf sangat melindungi putri Aludra, sedangkan Miya pun sangat menjaga putri raja yang dirawatnya sejak bayi tersebut.Hari ini usianya genap tujuh belas tahun, dan malam ini raja Arsen mengadakan pesta ulang tahun sang putri semata wayangnya itu.Sejak kelahiran Aludra yang kurang ber
Ratu Penelope sudah berada di posisinya, siap melakukan ritualnya. Hari ini ia akan memenuhi janjinya untuk mencabut kutukan yang ia lancarkan pada keturunan raja Arsen.Jauh sebelum hari ini, sang ratu dari bangsa unicorn itu telah benar-benar membersihkan hati, tidak ada sedikitpun kemarahan di hati ratu Penelope, apalagi dendam, semua telah lenyap. Hingga hari ini ia begitu yakin akan berhasil mencabut kutukan tersebut."Maafkan aku telah membuat dirimu menderita selama tujuh belas tahun ini, Putri Aludra." Ratu Penelope berbisik."Ini bukan kesalahanmu, Ratu, aku tidak menyalahkan siapapun, tidak ada yang perlu minta maaf." Putri Aludra membalas.Ratu Penelope tersenyum mendengar jawaban putri Aludra, kemudian ia mengambil posisi untuk segera melepaskan kutukan yang selama ini menjerat putri Aludra.Ratu Penelope mengerahkan segenap kekuatan, namun ada sebuah kekuatan yang seolah menghalangi niatnya tersebut. Ratu Penelope berusaha sekuat tenaga melawan kekuatan yang menghalanginy