"Paduka tidak dapat menemui bangsa unicorn setiap saat, karena bangsa mereka memiliki ritual tertentu dan mereka hanya bisa ditemui bangsa lain dalam waktu tertentu." Patih Rouvin menginterupsi, membuat gerakan sang Raja yang sudah hendak bersiap pergi jadi terhenti.
"Benarkah apa yang kau katakan itu, Patih Rouvin?" Raja Arsen menatap menyelidik ke arah sang Patih."Hamba mengatakan yang sebenarnya, Paduka.""Lalu, kapan kita bisa menemui ratu bangsa unicorn itu, Patih Rouvin? Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Apa kau mau kabar tentang putriku ini menyebar ke seluruh negeri?" Ratu Cassandra yang menyahut.Sebagai seorang ibu tentu saja sang ratu sangat khawatir. Aludra adalah seorang putri raja, bagaimana dia bisa menjalani hidup yang bahagia jika nasibnya seperti sekarang? Terlebih, bagaimana ia bisa mendapat jodoh seorang pangeran nantinya? Adakah pangeran yang bersedia mendampingi putri yang beraroma tidak sedap seperti Aludra? Ya, bahkan pikiran sang ratu sudah begitu jauh sampai memikirkan tentang jodoh putri Aludra di masa depan."Ampun, Permaisuri, hamba tentu tidak ingin kabar itu menyebar luas, semua orang ingin yang terbaik untuk putri Aludra. Tapi hamba khawatir Permaisuri akan kecewa," tutur sang patih lagi."Apa maksudmu, Patih Rouvin? Katakan dengan jelas!""Bangsa unicorn hanya bisa ditemui ketika bulan purnama bulan merah, Permaisuri," tutur Patih Rouvin lugas."Apa? Kau bercanda, bukan?" Sang ratu histeris mendengar penuturan Patih Rouvin."Yang dikatakan Patih Rouvin benar, Permaisuri!" Penasehat Evander ikut angkat bicara, setelah sejak tadi hanya sebagai pendengar setia saja mengikuti alur terjadinya rapat."Jadi itu benar? Lalu bagaimana nasib putriku, Penasehat Evander? Bulan merah baru saja terjadi beberapa hari lalu, dan itu akan terjadi tujuh belas tahun kemudian. Apakah selama tujuh belas tahun ini putriku akan menjalani penderitaan yang ... Ya Dewa! Aku tidak bisa membayangkan itu terjadi pada putriku." Seketika sang ratu terduduk lemas tak berdaya, seakan tulang-tulangnya diloloskan dari raganya."Bangsa unicorn termasuk bangsa yang suci, tidak sembarang orang bisa bertemu dengan bangsa mereka, kecuali mereka yang memiliki hati lembut," kata Penasehat Evander lagi."Lalu bagaimana caranya aku bisa bertemu ratu mereka? Apakah tidak ada cara lain selain menunggu bulan purnama bulan merah?" Raja Arsen pun semakin tak tenang mendengar tutur demi tutur yang dilontarkan sang patih dan juga penasehat kerajaan."Hamba memikirkan sebuah cara, namun aku tidak yakin ini akan berhasil, Paduka.""Katakan! Sekecil apapun keberhasilan yang akan didapatkan, aku tetap akan berusaha dengan maksimal. Aku tidak akan diam saja melihat putriku menderita," pinta sang raja tegas."Paduka pernah dipertemukan dengan bangsa sebelumnya, itu artinya Paduka adalah orang terpilih. Menurut hamba, Paduka bisa melakukan komunikasi dengan ratu unicorn dengan cara meditasi. Dan itu harus dilakukan di lembah Ilusi, tempat pertemuan terakhir Paduka dengan ratu unicorn." Sang penasehat menuturkan pemikirannya."Apakah bisa seperti itu?" Sang raja menanyakan kepastiannya. Bukan meragukan, hanya saja ia telah mendengar pengakuan sang patih dan juga sang penasehat bahwa bangsa unicorn tidak akan mudah ditemui."Kita hanya bisa berusaha dan memohon pada Dewa Yang Agung agar rencana ini berhasil.""Baiklah, aku setuju pada rencanamu, Penasehat Evander. Panglima Felix, atur perjalanan. Aku akan pergi sebelum fajar tiba!" titah sang raja."Baik, Paduka raja!"Panglima Felix undur diri untuk melaksanakan perintah raja Arsen dan rapat pun diakhiri.Sang permaisuri kembali ke kamar putri Aludra yang dijaga oleh pengasuhnya.Mendekati sang putri yang telah tertidur, ratu Cassandra mengusap pipi bayi mungil itu dan menciumnya penuh kasih. Jika orang lain mungkin akan merasa jijik atau mual untuk sekedar mendekati putri Aludra yang berbau tidak sedap ketika malam hari, namun tidak bagi ratu Cassandra. Wanita yang dikenal sebagai ratu dengan hati yang lembut itu memperlakukan putri Aludra seperti seharusnya, menyayangi dengan sepantasnya."Kau boleh pergi, Miya, aku ingin tidur berdua saja dengan putriku. Aku akan mengurus putriku," titah sang ratu pada pengasuh putri Aludra."Baik, Permaisuri, hamba undur diri."Ratu Cassandra membelai pipi putrinya. Dengan perasaan terluka sang ratu menatap putri mungilnya itu, hingga tanpa sadar air mata menetes dari sudut mata wanita itu."Putriku, ibu dan ayah tidak akan tinggal diam. Kami akan berusaha sebaik mungkin agar kau bisa sembuh, agar kutukan itu runtuh." Ratu Cassandra berbicara sambil terus memandangi putrinya. Lalu tiba-tiba bibir putri mungilnya itu terangkat, membentuk sebuah senyum yang amat cantik. Ya, bayi itu tersenyum dengan mata yang terpejam.Ratu Cassandra ikut tersenyum, gemas melihat sang putri tersenyum. Hatinya terasa sejuk. Sesaat perasaan cemasnya terganti oleh perasaan hangat menyelimuti.Ratu Cassandra merasa, arti senyum sang putri adalah sebuah penerimaan."Jadilah gadis yang berhati baik, Putriku. Ibu yakin kau akan tumbuh menjadi wanita yang hebat." Usai mengucapkan kalimat itu, ratu Cassandra mengecup kening putri Aludra kemudian berbaring di sisi sang putri."Selamat malam, Putriku."***Dini hari Raja Arsen mendatangi kamar putrinya untuk memberitahu sang permaisuri bahwa dirinya harus segera pergi ke lembah Ilusi, seperti yang sudah direncanakan sebelumnya.Raja Arsen mendekati sang permaisuri yang tengah menimang putri mereka yang kebetulan tengah terjaga ketika Sang Raja masuk ke ruangan tersebut."Biarkan aku menggendongnya," pinta raja Arsen mengambil alih putrinya dari gendongan ratu Cassandra."Dia seperti tahu kau akan pergi, hingga dia tidak tenang saat tidur dan kemudian terbangun," ujar ratu Cassandra."Putriku ternyata sangat peka. Aku bisa merasakan bahwa dia adalah gadis berhati lembut seperti dirimu, Permaisuriku," puji raja Arsen yang juga merupakan sebuah doa untuk putrinya.Rau Cassandra tersenyum simpul, merasa tersanjung."Apa kau sudah akan pergi, Suamiku?""Benar, Panglima Felix dan pasukannya sudah menunggu. Tapi sebelum aku pergi aku ingin menemui putri kita dan menyampaikan bahwa aku sangat mencintainya. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi—""Kau akan baik-baik saja, Suamiku. Kau tidak pergi berperang, kau hanya meminta keadilan, jadi kau harus kembali dengan selamat." Ratu Cassandra menyela ucapan sang raja.Raja Arsen membuang napas panjang. "Aku tidak pernah merasa takut sekali pun aku akan pergi ke medan perang yang sangat berbahaya, namun kali ini aku sangat merasa takut. Bagaimana jika aku gagal? Aku tidak sanggup jika aku harus menyaksikan putri kita menderita sepanjang hidupnya.""Kau tidak boleh bicara seperti itu, Suamiku. Lihatlah, putri kita tersenyum, dia sama sekali tidak merasa menderita. Dia gadis yang baik. Dia mampu menerima cobaan yang menimpanya, Dewa menyayangi putri kita."Melihat putri Aludra tersenyum, entah mengapa sang raja tak kuasa untuk tidak tersenyum."Putriku, ayah akan berusaha semampu ayah untuk mematahkan kutukan itu. Ayah akan berusaha yang terbaik untukmu. Kau harus dengarkan ayah, jadilah gadis penurut, kau tidak boleh merepotkan ibumu selagi ayah pergi. Ayah mencintaimu," tutur raja Arsen kemudian mengecup kening putri Aludra cukup lama seolah menyalurkan rasa sayangnya."Aku harus segera pergi," lanjut sang raja."Berikan padaku. Bergegaslah, jangan membuat mereka terlalu lama menunggu. Ayo, aku dan putri kita akan mengantar kepergianmu.""Kalian di dalam saja, di luar terlalu dingin.""Jangan halangi niatku, Suamiku.""Baiklah, ayo." Sang raja akhirnya mengalah, membiarkan saja ratu Cassandra membawa putri Aludra untuk melepas kepergiannya.Rombongan raja Arsen memacu kuda dengan kecepatan penuh. Lokasi lembah Ilusi yang jauh dari negeri Putih membuat rombongan membutuhkan waktu yang cukup panjang, dan raja Arsen ingin sampai di lembah Ilusi sebelum matahari kembali terbenam. Menurut patih Rouvin, waktu yang memungkinkan raja Arsen bisa bertemu dengan ratu Penelope adalah saat-saat terbenamnya matahari.Patih Rouvin bertanggung jawab penuh di kerajaan selama sang raja melakukan perjalanan bersama panglima Felix dan beberapa prajurit pilihan. Penasehat Evander bertugas mendampingi patih Rouvin dan diberikan tanggung jawab untuk memberikan keputusan jika terjadi sesuatu hal yang diluar dugaan. Dua orang kepercayaan raja Arsen itu tidak pernah mengecewakan."Panglima Felix, kau sudah memastikan perjalanan kita aman, bukan? Aku tidak mau terjadi hambatan yang berarti sehingga membuat perjalanan kita tertunda. Aku tidak bisa menunda sedetik pun untuk menyelamatkan putriku, kau paham!" seru sang raja di sela kegiatannya menungg
Panglima Felix terpaksa meninggalkan raja Arsen sendiri di lembah Ilusi, mematuhi perintah sang raja untuk membawa rombongan kembali pulang ke istana negeri Putih.Para kuda putih yang menjadi tunggangan warga kerajaan negeri Putih telah memasuki gerbang istana. Tergopoh ratu Casandra berlari menemui rombongan yang baru saja kembali, namun wajahnya seketika suram ketika menyadari tidak ada sang suami di antara rombongan tersebut."Panglima Felix, di mana paduka raja?" Pertanyaan itu langsung dilancarkan sang ratu pada panglima Felix selaku pimpinan rombongan."Ampun, Ratu, paduka raja telah bersumpah untuk tetap tinggal di lembah Ilusi sampai ratu bangsa unicorn bersedia mencabut kutukan yang diderita tuan putri Aludra." Panglima Felix menjelaskan."Apa maksudmu, Panglima Felix!" Ratu Cassandra nampak shock.Panglima Felix hendak menjelaskan lebih lanjut, namun Patih Rouvin buru-buru mencegah."Tahan! Sebaiknya kita bicarakan ini di ruang rapat saja," ujar sang Patih."Patih Rouvin ben
"Apa yang terjadi pada putriku, Miya!"Ratu Cassandra menghampiri sang putri yang berada di atas tempat tidur dengan mata terpejam.Tak lama kemudian patih Rouvin, penasehat Evander, dan panglima Felix sampai di kamar putri Aludra, ikut menyusul sang ratu untuk memastikan apa yang terjadi pada putri Aludra."Ampun, Paduka ratu. Hamba tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ketika hamba menidurkan tuan putri di atas tempat tidur tiba-tiba saja sebuah asap kehitaman menguap keluar dari tubuhnya dan tuan putri menangis hebat. Namun tak lama asap itu kembali masuk ke dalam tubuh tuan putri seiring matanya yang tertutup."Ratu Cassandra membekap mulut manahan suara tangisnya. Ia kini semakin terguncang."Apa yang terjadi pada putriku ...." Pertanyaan itu keluar dari mulut sang ratu begitu saja.Panglima Felix memburu tubuh putri Aludra dan meneliti kondisi bayi kecil itu."Denyut nadi tuan putri sangat lemah, kita harus segera melakukan pertolongan," ujar panglima Felix kemudian berjalan ke
"Aku hanya ingin membuat raja Arsen mengerti bahwa keberadaannya di lembah Ilusi tidak akan membuahkan hasil apapun, karena aku pun tidak bisa menghapus kutukan itu."Ratu Penelope terlihat tidak tenang ketika mengucapkan kalimatnya, sedangkan Raja Eros terlihat berpikir sangat serius untuk mengabulkan permintaan sang permaisuri. Snag raja merasa khawatir kemarahan sang istri kembali tersulut jika berhadapan dengan Raja Arsen, sebab sejak kehilangan sang putri tercinta ratu Penelope menjadi lebih emosional."Aku berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi, Raja, izinkan aku menemui raja Arsen. Tidak akan ada kemarahan, aku hanya ingin bicara pada raja Arsen sebagai seorang ibu, itu saja."Melihat sang raja yang masih saja diam, ratu Penelope kembali melontarkan kalimatnya."Baiklah, aku mengizinkan. Aku yakin kau tidak akan melanggar janji, Permaisuriku.""Terima kasih, Raja."Raja Eros merentangkan tangannya kemudian Ratu Penelope menghambur memeluk sang suami lalu diusapnya rambut
"Aku memang merasa sangat kehilangan putriku, aku merasa terpukul, namun aku tidak ingin hidup dalam kebencian dan rasa dendam. Diluar itu, aku pun ingin memberimu pelajaran, jadi beri aku waktu sampai putrimu berusia tujuh belas tahun, agar aku bisa mensucikan hatiku dari perasaan marah. Setelah itu aku akan mencabut kutukan yang aku berikan pada putrimu." Ratu Penelope memberikan penjelasan yang cukup panjang.Raja Arsen tentu saja merasa terbantu dan merasa sedikit lebih lega, namun tujuh belas tahun? Apakah selama tujuh belas tahun putri Aludra harus menanggung kutukan itu dan menjalani hari dengan derita? Tujuh belas tahun bukanlah waktu yang sebentar."Aku sangat berterima kasih atas kemurahan hatimu, Ratu, namun tujuh belas tahun, apakah tidak terlalu lama? Maksudku, itu artinya putriku harus menghadapi harinya dengan penuh cemooh selama tujuh belas tahun? Aku tidak tega melihatnya, Ratu ...." Raja Arsen langsung berlutut begitu saja di hadapan ratu Penelope, berharap ratu dari
"Aku sudah melakukan banyak cara dan banyak penelitian, tapi tidak satupun usahaku yang membuahkan hasil. Aku tidak bisa menemukan apapun. Kekuatan itu sangat besar, dan aku tidak bisa menembusnya." Tabib Cakara menjelaskan demikian untuk menjawab pertanyaan yang diajukan padanya mengenai kemajuannya dalam upaya menyelamatkan sang putri raja."Kau tidak pernah gagal, Tabib Cakara, lalu kali ini?" Panglima Felix seolah tak percaya dengan penjelasan tabib."Aku tidak mengatakan aku gagal, hanya saja aku belum berhasil mendeteksi penyakit apa yang di derita tuan putri Aludra, dan aku pun tidak bisa mendeteksi kekuatan jahat yang menyerangnya berasal dari mana. Tapi aku pastikan itu bukan berasal dari bangsa unicorn," jelas tabib Cakara lagi."Jadi maksudmu ada pihak lain yang juga ingin mencelakakan tuan putri Aludra, begitu?" tanya penasehat Evander."Siapa? Raja orang yang baik, beliau bahkan sering mengulurkan tangan untuk membantu siapapun yang membutuhkan, memangnya siapa yang beran
Raja Arsen kembali melakukan meditasi setelah raja dan ratu bangsa unicorn pergi meninggalkannya.Kalimat ratu dan raja bangsa unicorn yang mengatakan bahwa tempat itu sudah tidak ramah lagi untuknya, kini terngiang di benaknya, namun raja Arsen tidak berniat untuk mundur ataupun menyerah.Hingga tiba-tiba sebuah angin besar bergelung dan mencoba mengacaukan meditasi yang dilakukan oleh raja Arsen. Raja dari negeri Putih itu ingin mengirimkan berita bahwa ratu Penelope telah memberikan keringanan untuk kutukan yang diderita putrinya, namun serangan angin itu semakin mata hingga meditasinya terganggu.Angin itu semakin brutal menyerang raja Arsen hingga mau tidak mau sang raja menghentikan meditasinya kemudian bergerak melawan gelungan angin yang sejak tadi menyerangnya.Kekuatan angin itu kian bercampur dengan kekuatan es hingga bisa serangan yang diluncurkan bisa menyebabkan kerusakan fatal pada bagian-bagian tubuh yang tepat terkena serangan.Raja Arsen dengan kemampuan bertarungnya
Tujuh belas tahun telah berlalu dan selama tujuh belas tahun pula putri Aludra harus hidup dengan kutukannya. Berat? Tentu saja, namun putri Aludra tidak menyalahkan siapapun atas apa yang menimpa dirinya.Tidak banyak orang yang mau berteman dengan putri Aludra, baik itu warga istana maupun rakyat biasa, semua terkesan mengucilkan sang putri raja dan juga mencibir sana-sini, apalagi semakin hari bau busuk yang berasal dari tubuh sang putri semakin menyengat, bagaikan bangkai yang kian membusuk, namun sekali lagi hati bersih putri Aludra tidak membenci satu orang pun.Hanya Adolf dan Miya yang selalu setia mendampingi putri Aludra. Mereka sama sekali tidak terusik dengan aroma busuk yang menyengat itu. Adolf sangat melindungi putri Aludra, sedangkan Miya pun sangat menjaga putri raja yang dirawatnya sejak bayi tersebut.Hari ini usianya genap tujuh belas tahun, dan malam ini raja Arsen mengadakan pesta ulang tahun sang putri semata wayangnya itu.Sejak kelahiran Aludra yang kurang ber