"Jangan takut, Nona Yue. Tuan Muda ini pastinya akan berhati-hati dengan pelayan Nona Yue. Lagipula Qibo ini hanya akan melakukan satu gerakan." Qibo meyakinkan, dengan dagu terangkat ia berdiri agak jauh di depan Aaron.
Nona Yue menghela napas, sangat di sayangkan jika terjadi sesuatu dengan anak itu. Ia cukup cekatan dan bertenaga, akan sangat berguna di perjalanan. Namun berbeda dengan Yue, kakaknya Xia terlihat sangat antusias. Ia memang menyukai pertunjukkan semacam itu. Melihat upaya nona Yue gagal, Aaron menarik napas berat, sepertinya ia tidak bisa menghindari hal ini. Sementara Yue meliriknya dengan raut wajah kasihan. Ia menyesalkan saudari perempuannya yang memprovokasi Qibo untuk menunjukkan jurus klannya, hanya karena Qibo mengatakan ia telah mempelajari teknik terbaik klannya itu di usianya yang masih muda. "Apa kamu siap?" tanya Qibo kepada Aaron, namun ia mengambil sikap menyerang bahkan sebelum Aaron menjawab. Aaron hanya berdiri diam, mata jernihnya tajam memperhatikan gerakan tangan Qibo. Ia merasakan luapan Qi yang keluar dari tubuh Qibo dan berkumpul di kedua telapak tangannya. Matanya menyipit, Qi berwarna kuning di tangan Qibo perlahan mulai berubah bentuk menjadi tiga buah tombak Qi di depannya. Terdengar suara menderu saat tombak itu berputar. "Bahkan ia telah mampu mengubah Qi energinya menjadi bentuk senjata," ujar Luche memberikan sanjungan. "Bakat tuan Qibo memang dianugerahi langsung oleh surga." "Saat ini, saya baru bisa mengaktiflan tiga buah tombak. Tetapi di antara pemuda seusia saya, kebetulan hanya Qibo ini yang bisa melakukannya," ujar Qibo dengan bangga. Pada puncak seni keterampilan ini, seorang kultivator ranah Mortal Langit akan dapat menampilkan seribu tombak sekaligus. Itu adalah tekhnik klan Arsena yang legendaris. Ranah Mortal langit berada beberapa tingkat di atas mortal jiwa. Tetapi nona Yue sama sekali tidak tertarik, ia lebih mencemaskan anak itu sekarang. Jika tombak-tombak itu mengenainya, bisa dipastikan seseorang dengan ranah di bawah Mortal Jiwa akan mendapatkan cedera serius, hal terburuk anak laki-laki itu bisa mati seketika. Berbeda dengan nona Xia dan yang lainnya, mata mereka berbinar membayangkan apa yang akan terjadi. Suara menderu terdengar semakin kuat, tombak itu berputar cepat dan dalam satu hentakkan tangannya, Qibo mendorong ke depan. Wuusshhh! Secepat kilat ketiga tombak tersebut meluncur deras, terarah langsung menuju dada Aaron. Kecepatan tombak itu membuat debu-debu berterbangan seperti angin puyuh. Semua orang bergidik, tidak seperti yang Qibo katakan sebelumnya bahwa ia akan menahan diri dan menekan kekuatannya, serangan itu sendiri bahkan terlihat dilakukan dengan kekuatan penuh dan gerakan menghancurkan. Baammm!!! Terdengar suara ledakan keras, seketika tempat hantaman itu terjadi diselimuti debu. Semua orang menanti dengan antisipasi, Yue terlihat cemas. Sementara yang lainnya menunggu awan debu menghilang untuk mengetahui apa yang terjadi pada anak itu. Qibo sendiri telah memperkirakan bahwa anak laki-laki itu akan terbaring berlumuran darah di tanah. Sama seperti semua orang menunggu awan debu itu menghilang, perlahan terlihat bayangan seseorang di dalam kabut masih berdiri tegak. Yue dan yang lainnya terperangah. Alih-alih melihat tubuh terbaring berlumuran darah, sepasang mata jernih dan tajam terlihat memandang mereka dengan tubuh masih berdiri kokoh. Tidak terlihat sedikit pun cedera padanya, bahkan pakaiannya pun seperti tidak tersentuh. Hanya satu jawaban untuk menjelaskan ini, jika tubuh anak itu tidak sangat kuat berarti ranah kultivasinya harus sama dengan Qibo sendiri. Qibo tertegun, wajahnya menjadi gelap. Ia sama sekali tidak menyangka anak tersebut mampu memblokir serangannya, meskipun itu tidak dengan seluruh kekuatannya, tetapi itu adalah teknik terkuatnya. "Oh, ternyata kamu memiliki sedikit kemampuan." Suara Qibo terdengar gusar, ia merasa sangat tidak puas. Sangat memalukan bahwa pertunjukkannya di depan nona Yue telah digagalkan oleh bocah ini. Aaron segera maju dengan langkah santai ke depan. Menangkupkan kedua tangan ia berkata, "Serangan Tuan Qibo benar-benar kuat. Hanyalah keberuntungan saya tidak terluka dalam hal ini." Setelah mengatakan itu Aaron langsung membalikkan tubuhnya. Mengabaikan keping perak di tanah dan hendak berjalan menjauh, ia tidak ingin terlibat masalah lebih lanjut. "Tunggu, saya katakan ini selesai kalau sudah berakhir!" sergah Qibo sambil mengangkat satu tangannya mengisyaratkan ia belum selesai. Aaron tidak menghiraukannya dan terus berjalan. Melihat tuan mudanya diabaikan, Luche berteriak marah lalu bergegas mengejar. "Sampah! Apa kau tidak mendengar Tuan Qibo memanggilmu!" Dengan berteriak ia memburu ke depan. Aaron berhenti, dipanggil sampah matanya berkilat marah, namun ia meredam amarahnya. "Bukankah tuanmu mengatakan hanya satu serangan?" tanya Aaron tanpa menoleh. "Berdiri di sini dan jangan banyak tanya!" bentak Luche. "Omong-kosong." Aaron menggelengkan kepalanya dan akan pergi. Namun saat itu juga ia merasakan angin serangan datang dari belakang. Luche melancarkan pukulan ganas dengan kultivasi mortal raganya tingkat delapan. Merasakan itu, Aaron memutar tubuhnya, tinju itu lewat di samping kepalanya. Sangat malu serangannya gagal, Luche melayangkan satu lagi pukulan tepat ke arah kepala Aaron. Aaron menunduk dan lagi-lagi serangan itu hanya mengenai kekosongan. Terlalu banyak kesempatan bagi Aaron membalas, tetapi untuk menghindari masalah ia hanya mengelak dan menahan diri. Justru hal itu yang membuat Luche menjadi semakin kalap. Merasa kehilangan muka di depan tuan mudanya, ia menyerang dengan membabi buta. Tapi jangankan mengenai tubuh Aaron, menyentuh pakaiannya saja tidak dapat ia lakukan. Yue dan yang lainnya terperangah melihat kelincahan anak laki-laki tersebut. Bagaimana mungkin seseorang dengan status rendah memiliki keterampilan seperti itu? Untuk berkultivasi memerlukan sumber daya yang banyak dan mahal, hanya pemuda-pemuda berbakat dari klan yang kaya-raya yang bisa mengakomodasi sumber-sumber daya tersebut untuk mencapai ranah lanjut dalam usia yang sangat muda. Terengah-engah Luche berteriak, "Bajingan! cepat berlutut kepada Tuan Qibo, atau kau akan merasakan akibatnya!" Putus asa ia mengisyaratkan di dalam kata-katanya untuk Qibo turun tangan membelanya. Mendengar itu, Qibo segera mendekat, diikuti gadis-gadis yang juga menonton. "Ternyata anak ini tidaklah biasa saja." Terdengar suara seorang gadis tertawa sambil menutup mulutnya. Tubuh idealnya yang mempesona terbalut gaun merah muda dengan lekukan yang dalam di beberapa bagian. Gadis itu adalah nona Maye, sepupu dari Qibo yang juga akan mengikuti ujian akademi. Telinga Qibo terasa panas. Ia diejek oleh sepupunya sendiri, namun tidak mengatakan apa-apa untuk membalasnya. Gadis itu memiliki status yang lebih tinggi dari dirinya sendiri di klan. "Hanya satu serangan lagi, maka ini kuanggap selesai," ujar Qibo setelah berdiri tidak jauh di depan Aaron. Nona Yue yang merasa ini sudah agak melampaui batas, bergegas maju dan berdiri di depan Aaron. "Cukup, Tuan Qibo. Yue ini sudah melihat kehebatan teknik Murka Tombak klan Arsena, jadi tidak perlu untuk di lanjutkan lagi." Melihat gadis pujaannya berdiri untuk seorang pelayan rendahan, mendadak rasa cemburu meledak dari dalam hatinya. Dengan susah-payah ia berusaha menekan amarahnya. "Apakah Nona Yue bermaksud membela pelayan rendahan ini?" tanya Qibo dengan gusar. "Tidak sama sekali, hanya saja kami perlu bantuan tenaganya untuk melanjutkan perjalanan," jawab Yue memberi alasan. "Hahaha ... Qibo ini akan memberi dua pelayan untuk Nona Yue sebagai gantinya. Apa yang Nona katakan?" tawar Qibo yang merasa belum puas untuk mengakhiri ini. ...Nona Yue berada di posisi yang berat, menolak Qibo akan dianggap tidak memberikan wajah kepadanya. Meskipun ia tidak takut, namun ia juga tidak bisa tidak memberikan muka kepada Qibo atas nama klannya. Klannya dan klan Qibo adalah dua dari empat klan besar yang menguasai wilayah tempat mereka berasal.Dalam kebuntuan itu, tiba-tiba dua sosok mendekati, satu orang gemuk dan satu lagi tinggi tegap dengan jubah abu-abu."Yue, Xia. Beri hormat sesepuh klan Arsena." Paman Hong memberi perintah kepada kedua gadis keponakannya."Salam, Tuan Mutsa." Serempak kedua gadis itu menyatukan kedua telapak tangan di depan dada dan memberi hormat. Tuan Mutsa tertawa sambil mengusap janggutnya."Sungguh anak-anak yang sopan," ujarnya."Kalian bertiga juga beri hormat kepada Tuan Hong," suruh tuan Mutsa kepada Qibo dan kedua yang lainnya. Suaranya berat dan berwibawa. Tuan Mutsa adalah penatua yang memimpin rombongan untuk menjaga tiga orang tersebut diperjalanan.Paman Hong menyambut salam mereka deng
Mendengar saran nona Xia, Aaron terdiam. Ia telah berjanji kepada ayah dan ibunya suatu hari nanti akan menjadi seorang yang kuat. Masuk akademi adalah jalan untuknya menjadi terampil dengan cepat, namun membayangkan harapan itu akan hilang sekarang hatinya sangat tidak rela."Aku akan mencoba mencari cara," jawab Aaron menanggapi saran Xia."Bodoh, bahkan jika kamu bisa masuk ke dalam akademi, kamu hanya akan menjadi bahan bully-an siswa lain. Tapi terserahmu, kamu yang akan mengalaminya," ucap Xia dengan sinis. Sebenarnya ia lebih suka jika Aaron ikut dengan paman Hong, dengan demikian mereka akan mendapatkan tenaga yang cukup cekatan dan lincah. Mendengus lalu ia bangkit dan pergi menuju tendanya, suasana hatinya menjadi buruk."Maafkan sikap kakakku, tolong jangan dimasukkan ke dalam hati," kata Yue. Meskipun saat ini Aaron adalah bawahannya, namun setelah pekerjaannya selesai nanti hubungan majikan dan pelayan akan berakhir."Tidak masalah, Nona. Kakak Xia benar dengan perkataann
Dua sosok saling kejar-kejaran di dalam hutan. Satu laki-laki basah kuyup, satunya gadis dengan tubuh menawan mengejar di belakang."Nona, tunggu ... dengarkan penjelasanku!" teriak Aaron. Ia membalikkan tubuhnya.Tetapi gadis itu tidak memberi Aaron kesempatan, ia memanfaatkan momen itu untuk meluncurkan tusukan pedangnya ke arah Aaron."Hanya kematianmu yang bisa menjelaskan, bocah cabul!" teriak gadis itu dengan wajah penuh amarah. Dengan ngeri Aaron membalikkan tubuhnya dan berlari kembali.Sungguh wanita yang ganas, pikirnya. Ia mencari cara untuk meloloskan diri, namun pinggir sungai ini terlalu terbuka dan tidak ada tempat untuk bersembunyi.Mengarahkan pelariannya ke arah hutan, Aaron meliuk dengan gesit di antara pepohonan. Namun gadis di belakangnya sedikit pun tidak melonggarkan pengejarannya. Barangkali jika ia mendapatkan Aaron saat ini, mungkin saja Aaron akan menjadi daging cincang dan terpotong-potong.Semakin lama mereka semakin jauh masuk ke dalam hutan. Bagi Aaron u
Maye tetap berada di dahan pohon sambil matanya celingukkan melihat jika ada gerakan dari anak laki-laki itu. Namun telah beberapa lama, ia tidak melihat satu gerakan pun.Sangat khawatir ia berencana untuk turun, tetapi teringat pesan bocah itu untuk harus terus berada di dahan pohon, ia mengurungkan niatnya.Dalam kebingungan tiba-tiba terdengar suara keresek dari balik pepohonan. Seorang pemuda berjalan sempoyongan dan berlumuran darah berjalan ke arahnya. Bajunya robek di beberapa bagian dan wajahnya penuh cipratan merah yang membuatnya terlihat mengerikan seperti seseorang yang baru saja keluar dari medan pertempuran.Gadis itu segera melompat turun, ia bergegas ke depan dan menghampiri anak muda itu.Namun setelah dekat, tubuh laki-laki muda itu jatuh merosot dan akan tumbang. Maye buru-buru menangkap tubuhnya. Aaron samar-samar mencium aroma harum dan segar dari tubuh wanita itu. Maye terlihat sangat cemas dan berpikir pastilah serigala-serigala itu telah merobek tubuh si peny
Konvoi berhenti di lapangan luas yang dikhususkan untuk parkiran pengunjung pasar kota. Qibo dan yang lainnya segera turun dari kereta. "Apa yang dilakukan anak itu?" tanya Xia sambil mengernyitkan keningnya. Yue menoleh, dan melihat Aaron menjemur pakaiannya di atap kereta barang. Maye yang juga melihat tidak dapat menyembunyikan senyumnya. Menahan tawa ia berjalan menuju pasar bersama Qibo dan yang lainnya.Aaron tidak menyadari hal itu dan terus menjemur pakaiannya, setelah selesai ia bergabung dengan kakek Long dan paman Lei. Mengobrol sebentar kemudian ia merasa bosan. "Paman, bolehkah aku jalan-jalan ke dalam pasar sebentar?" tanya Aaron."Oh, tentu saja, tapi ingat jangan terlalu lama. Kamu harus kembali sebelum tuan Hong selesai berbelanja," jawab Paman Lei mengizinkan....Pasar itu cukup luas, di sisi kiri dan kanan jalan banyak kios-kios pedagang yang menawarkan barang jualan. Aaron hanya melirik sesekali tanpa niat membeli. Bukan karena tidak tertarik, hanya saja ia tida
Wajah Qibo terlihat merah padam, sementara di hadapannya seorang lelaki bertubuh cukup besar berdiri dengan kokoh dan tegas. Di sampingnya gadis bergaun merah yang terlihat manja sedang memainkan kipas bermotifkan bunga-bunga yang menebarkan aroma harum samar saat itu digerakkan. Seorang pria tampan memakai jubah putih ada di antara mereka yang tampak bersikap dingin dan acuh."Nona Yue terlebih dahulu membeli kipas itu, jadi bagaimanapun juga itu adalah milik Nona Yue. Bujia, kamu tidak bisa bersikap arogan dengan mengatakan itu adalah milik Nona Houlin hanya karena dia menginginkannya." Qibo sangat marah. Ketika mereka sedang tawar-menawar, wanita bergaun merah itu datang dan tiba-tiba saja merebut kipas di tangan Yue. "Milik Nona Yue? Bahkan itu belum dibayar, maka pemiliknya adalah yang mendapatkan barang tersebut. Sudahlah, Qibo, jika kamu ingin bertarung pun kamu tidak memiliki cukup kemampuan untuk itu," cibir Bujia memandang remeh kepada Qibo.Amarah Qibo terlihat dengan jela
Xia memandang pemuda itu dengan tatapan rumit, anak muda yang menolongnya itu siapa lagi kalau bukan Aaron?"Siapa kamu berani ikut campur urusan Tuan Muda ini!" Bujia yang melihat pemuda itu berpenampilan biasa saja, segera membentak dengan marah.Aaron mengabaikannya, lalu berjalan mendekati Xia, "Kamu baik-baik saja?" ia bertanya dan memperhatikan keadaan Xia. Xia mengangguk dengan wajah bingung.Sekilas Aaron melirik Yue dan Maye yang berdiri di pinggir lapangan, mengabaikan Qibo yang masih terduduk membersihkan muntahan darah di bajunya.Mata Qibo terbelalak tidak percaya, anak itu telah memblokir serangan kultivator bintang lima!Pemuda tampan berjubah putih mendengus dingin. "Hmmm ... dengan kekuatan puncak bintang satu kamu bisa memblokir seranganku. Nampaknya kamu memiliki cukup kemampuan tersembunyi di balik lengan bajumu," ujarnya menatap Aaron dengan penuh perhatian."Lupakanlah, kenapa kita tidak saling mundur satu langkah dan melepaskan kejadian hari ini?" ajak Aaron me
Mendapatkan tiga rumput roh fajar seharga tiga koin emas, Aaron tersenyum senang. Tinggal kristal-kristal itu sekarang. Nona Yue telah berjanji untuk meminjamkan sebelumnya, tetapi ia berpikir lebih baik jika mendapatkannya sendiri, meskipun itu tentu saja tidak akan begitu mudah.Saat Aaron selesai melipat pakaiannya yang dijemur di atas kereta barang, Yue bersama Xia datang menghampiri."Aaron, terima kasih telah membantuku tadi," ujar Xia. Nada arogan dan ketus seperti biasanya ia berbicara kepada Aaron telah tidak ada lagi. Tatapan sinisnya berganti dengan rasa malu karena telah menganggap remeh anak muda tersebut sebelumnya."Tidak masalah," jawab Aaron. "Aku hanya melakukannya secara acak, untung saja Hougan memiliki kebijaksanaan, jika tidak ... aku takut mereka akan melibatkan peringkat yang lebih tinggi," jelas Aaron.Xia mendesah ringan. "Yah ... untung saja begitu. Houlin dan Bujia itu sangat tidak masuk akal, dan mereka pendendam. Aku khawatir mereka belum menganggap ini b
Aaron yang melihat kelima orang itu berada di bawah, hanya mengabaikan mereka dan terus memanen Jamur Api."Woi, apakah kau tuli? Turun ke sini!" bentak Felou dari bawah. Aaron, benar-benar tidak menggubris panggilan itu dan menganggap mereka tidak ada. Mendapatkan perlakuan seperti itu, Felou dan keempat orang-orangnya menjadi sangat marah. Salah satunya langsung memanjat naik ke atas pohon. "Jika kau tidak mau turun, aku akan memaksa dan menjatuhkanmu dari atas," ucap pemuda tersebut. Usianya sekitar sembilan belas tahun, dan tampaknya senior yang telah lama berada di akademi luar dan tidak memiliki kemampuan untuk masuk ke akademi dalam. Di susul salah satu rekannya yang lain yang juga memanjat, dua orang sekarang mengejar Aaron naik ke atas pohon. Aaron mengangkat sudut mulutnya, lalu menyeringai dengan aneh. Kemudian ia mengubah wajahnya menjadi ekspresi ketakutan. "A-apa yang kalian lakukan?" ucapnya sambil melihat ke bawah dengan raut wajah khawatir. Kedua orang yang me
Selesai di pos pendaftaran, mereka berempat masuk ke dalam hutan. Mengikuti saran penjaga di pos yang mengatakan mereka sebaiknya tidak masuk terlalu dalam ke dalam hutan, mereka berencana hanya mengeksplorasi zona aman. Lima puluh mil pertama adalah zona aman yang hanya memiliki penjaga binatang buas tingkat rendah, dua puluh mil setelahnya adalah zona berbahaya dan di luar garis itu, adalah daerah yang ditandai garis merah dan bisa mengancam keselamatan para siswa. Jalur yang mereka lalui memiliki pohon-pohon yang tidak terlalu besar, dengan celah-celah yang masih dapat dimasuki cahaya matahari, sehingga d dalam hutan tidak terlalu gelap. Sesekali mereka bertemu rombongan lainnya yang juga berburu herbal. Melihat banyaknya para siswa yang ada di tempat ini, sepertinya tidak sedikit yang menggunakan cara ini untuk menambah jumlah Poin Kontribusi mereka. Setelah berjalan selama satu jam, akhirnya mereka menemukan target pertama mereka. Tanaman kelas rendah, rumput roh yang tumb
Saat melewati Aaron, keduanya tersenyum dan mengangguk. Lalu mereka mendekati Putri Youya. "Semuanya sudah kami persiapkan, Nona," ucap Jeyun. Mendengar itu, wajah Putri Youya langsung berbinar. "Oh, ya? Kapan kita berangkat?" tanyanya dengan antusias. "Terserah Nona, kami hanya menunggu kapan kamu punya waktu, dan kita bisa pergi kapan saja," jawab Jeyun. "Oh, bagaimana jika sekarang?" Jeyun dan Zemmo langsung tertawa. "Ini sudah terlalu sore. Bagaimana kalau besok pagi saja?" usul Jeyun. Putri Youya mematung, tetapi kemudian memikirkan ini benar-benar telah sore, ia akhirnya mengangguk. "Baik, besok pagi saja kalau begitu," ucapnya. Kemudian ia menoleh kepada Aaron. "Aaron, kamu mau ikut dengan kami?" Aaron yang sejak kedatangan kedua orang itu hanya diam, langsung bertanya, "Ikut kemana, Nona?" Putri Youya berdiri, ia berjalan ke pagar gazebo dan menunjuk ke satu arah, di mana di tempat itu ada hutan dengan lautan pepohonan sejauh mata memandang. "Lembah Seribu Daun, kawas
Putri Youya melangkah keluar halaman paviliun, penampilannya yang begitu mempesona membuat Aaron terpana seolah-olah terakhir dengan seluruh tubuhnya membeku. Melihat ekspresi anak muda itu, Putri Youya mengernyitkan keningnya. "Apa kamu baik-baik saja? Kenapa kamu menjadi seperti itu?" tanyanya ketika berada beberapa langkah di depan Aaron. Aaron langsung tergagap, menundukkan pandangannya dan dengan cepat mengulurkan botol giok di tangannya. "A-aku memberikan ini untuk membalas kebaikan Nona Putri sebelumnya. Maafkan jika ini tidak seperti hasil karya pembuat eliksir terbaik, saya baru belajar," ucapnya dengan gagap. "Apa ini?" Putri Youya meraih botol giok itu dan membukanya. Kemudian menoleh kepada Aaron yang tampak kikuk. "Eliksir Kecantikan," jawab Aaron dengan wajah memerah. Berbeda dengan gadis-gadis lain yang pernah ditemuinya, aura Putri Youya sangat berbeda, terasa agung dan memiliki aura penguasa. "Eliksir ini, kamu yang membuatnya?" tanya Putri Youya. Aaron mengangg
Aaron tercengang sesaat, ia telah mendengar bahwa di aula pertarungan orang-orang bisa memperoleh Poin Kontribusi untuk kemenangan mereka, dan kadang-kadang juga mereka mempertaruhkan poin mereka sendiri, sehingga mendapatkan banyak uang. Yofan ini, sepertinya adalah bandar perjudian yang mengumpulkan orang-orang, mencari penantang untuk jagoannya, dan mendapatkan uang. Meskipun itu cara yang bagus untuk berlatih, tetapi Aaron belum berpikir sampai ke sana. Ia menggelengkan kepalanya. "Mungkin belum sekarang, Kakak Yofan," ucap Aaron menolak dengan sopan. "Aku hanya akan membuat eliksir terlebih dahulu sebelum pergi ke Aula Pertarungan." Jawaban itu jelas membuat Yofan tampak sangat kecewa, tetapi ia juga tidak bisa memaksa. Jika bukan hari ini saatnya, di lain waktu barangkali ia akan memiliki kesempatan. "Baiklah, Aaron. Tetapi jangan lupa hubungi aku kembali jika kamu tertarik. Aku akan selalu berada di sekitar Aula Pertarungan," ucapnya. Aaron mengangguk, setelah memberi sal
Bersikap seolah-olah Aaron tidak ada, Luan benar-benar tidak menghiraukannya. Lalu ia berjalan mendekati etalase di sebelah Yue. "Kakak Senior," panggilnya kepada salah satu pelayan stand yang kebetulan lewat. Ia mengeluarkan kartu kontribusinya lalu dengan sombong berkata, "Apakah dia perhiasan ini yang diinginkan oleh kedua temanku? Berapa harganya? Aku akan membayar untuk mereka," ucapnya. Ia sekilas melirik kepada Aaron yang tercengang di sebelah Maye dan Yue yang berada di antara mereka. Siswa Senior itu melongok sesaat, memegang perhiasan rambut itu lalu menjawab, "Satunya lima puluh Poin Kontribusi, kalau dua jumlahnya seratus." Mendengar harga seratus Poin Kontribusi, Luan terbelalak. Wajahnya langsung merah padam. "M-mahal sekali?!" ucapnya dengan suara hampir setengah berteriak. Siswa senior itu hanya mengangkat bahunya dan berlalu. Aaron hampir tertawa berguling-guling melihat ekspresi Luan. Raut wajahnya yang terkejut mendengar harga seratus poin teramat menggelikan.
Aaron seperti mendapatkan semangat baru ketika mengetahui eliksir-nya dihargai dengan harga cukup tinggi oleh Aula Obat. Meskipun Aula Obat terkenal angkuh dengan orang-orangnya, tampaknya Master Yujin sendiri bukanlah orang yang seperti itu, ia menilai dengan objektif dan adil, membuat Aaron merasa nyaman dan tidak merasa dikecilkan. Berjalan bersama Yue dan Maye, Aaron mengajak keduanya menuju stand pameran yang diadakan di area akademi. Sebelum tahun ajaran di mulai, selalu ada pasar seperti ini setiap tahun. Berbagai macam item yang diperjual belikan, dan tentu saja, semua dihargai dengan Poin Kontribusi, atau barter sesuai kesepakatan penjual dan pembeli. Pasar pameran sangat ramai, dengan belum adanya kegiatan belajar mengajar, para siswa hampir sebagian besar mengunjungi pameran tersebut. Saat memasuki gerbang pameran, beberapa orang memperhatikan Aaron dan kedua gadis yang bersamanya, diikuti bisik-bisik mereka yang sepertinya mengagumi kecantikan dua gadis tersebut. Aaron
Aaron berdiri di depan etalase kaca, tersenyum kepada pemuda berjubah Alkemis yang sama sekali tidak memberikan reaksi apa-apa. "Ada apa? Apakah kau memiliki sesuatu untuk dijual?" ucap pemuda itu dengan raut wajah datar. Aaron langsung menjadi kikuk, menghadapi orang-orang seperti ini, kepercayaan dirinya jadi sedikit terganggu. Tetapi dengan cepat ia melupakannya, ia hanya berniat untuk berdagang. "Aku menawarkan beberapa Eliksir jika Aula Obat berminat," ucapnya dengan suara sedikit bergetar. Pemuda itu mengangkat sedikit dagunya, menunjukkan gestur ia menunggu Aaron mengeluarkan Eliksir obat miliknya. Dengan cepat Aaron mengeluarkan botol-botol giok kecil yang telah dipersiapkannya, dan meletakkan di atas etalase. Pemuda itu mengambilnya satu, membuka sumbatnya dan mengintip ke dalam dengan satu mata menyipit, kemudian ia mencium mendekatkan ke hidungnya.Saat mencium aroma eliksir tersebut, ia sedikit mengernyitkan kening. "Eliksir penyembuhan luka ringan?" ucapnya tak yaki
Kembali ke paviliunnya, Aaron langsung menuju ke halaman belakang, ada sebuah bangunan kecil yang tampaknya adalah sebuah gudang kosong yang disediakan bagi siswa penghuni paviliun. Ukurannya tidak terlalu besar, tetapi juga tidak terlalu kecil.Memperhatikan keadaan di dalam gudang itu yang cukup bersih, Aaron tersenyum, ini adalah tempat yang cocok baginya untuk meramu obat. Aaron mengeluarkan semua bahan-bahan herbal dari tas semestanya, dan menumpuknya di lantai, seluruh herbal-herbal itu terlihat menggunung. Selama perjalanan bersama dengan Tim Meiyo di Gunung Herbal, ia telah mengumpulkan banyak, dari yang kelas rendah, hingga kelas menengah. Herbal tingkat tinggi yang didapatkannya hanyalah Sumsum Pengolah Raga. Selain salep-salep yang lebih pekat, ia juga memiliki tabung-tabung berisi liquid yang lebih cair. Ada enam botol cairan liquid, satu botol telah ia berikan kepada Xia dan Yue, sehingga ia memiliki lima yang tersisa. Sementara Inti Herbal yang berbentuk salep, masih