Maye tetap berada di dahan pohon sambil matanya celingukkan melihat jika ada gerakan dari anak laki-laki itu. Namun telah beberapa lama, ia tidak melihat satu gerakan pun.
Sangat khawatir ia berencana untuk turun, tetapi teringat pesan bocah itu untuk harus terus berada di dahan pohon, ia mengurungkan niatnya. Dalam kebingungan tiba-tiba terdengar suara keresek dari balik pepohonan. Seorang pemuda berjalan sempoyongan dan berlumuran darah berjalan ke arahnya. Bajunya robek di beberapa bagian dan wajahnya penuh cipratan merah yang membuatnya terlihat mengerikan seperti seseorang yang baru saja keluar dari medan pertempuran. Gadis itu segera melompat turun, ia bergegas ke depan dan menghampiri anak muda itu. Namun setelah dekat, tubuh laki-laki muda itu jatuh merosot dan akan tumbang. Maye buru-buru menangkap tubuhnya. Aaron samar-samar mencium aroma harum dan segar dari tubuh wanita itu. Maye terlihat sangat cemas dan berpikir pastilah serigala-serigala itu telah merobek tubuh si penyelamatnya ini. Membaringkan kepala pemuda itu di pangkuannya, gadis itu mengambil sehelai sapu tangan dan membersihkan noda darah di wajah anak laki-laki itu. Aaron mengerang, meracau tidak jelas. Sepertinya ia benar-benar akan segera mati, hingga membuat gadis itu semakin ketakutan. Mengangkat satu tangannya dan berusaha menunjuk sesuatu, Aaron berkata terbata-bata, "Katakan ... ke... kepada .. Nona Yue ..." Belum sempat ucapannya sampai, tangannya jatuh kembali ke tanah dan kepalanya tergolek ke satu sisi. Maye panik. "Kamu, jangan mati!" teriaknya. "Tolooong!" ia berteriak lagi sekuat tenaga berharap seseorang mendengar. Berpikir anak ini kehabisan darah, ia memeriksa sekujur tubuhnya mencari di mana luka parahnya berada. Namun setelah beberapa saat, ia tidak menemukan luka di mana pun. Maye agak bingung, tidak ada luka di tubuhnya. Memeriksa sekali lagi, tetap tidak menemukan satu sayatan pun. Darah di bajunya bukanlah keluar dari luka fisik anak ini. Mengamati wajah anak itu, Maye tertegun. Anak ini cukup tampan, hidungnya sedikit mancung, alis hitamnya yang tegas, bulu matanya ... tiba-tiba wajah Maye berubah gelap, bulu mata itu bergerak-gerak, anak ini sama sekali tidak pingsan! Sangat keras ia menarik hidung laki-laki itu. "Jangan pura-pura! Kamu tidak pingsan!" sungut Maye dengan marah. Merasakan hidungnya sangat sakit, Aaron terlonjak dan membuka matanya, ia bergegas menjauh. "Nona, kejam sekali!" protesnya. Ia menggosok hidungnya yang terasa mau copot. Maye tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis, laki-laki ini terlalu berakting. Sesaat hatinya lega anak muda itu baik-baik saja, namun amarahnya muncul lagi teringat tubuhnya telah ditonton sedemikian rupa sebelumnya. Dengan satu gerakan ia menghunus pedangnya dan mengarahkannya ke leher Aaron. Perasaan dingin menyebabkan bulu kuduk Aaron merinding, ia mengangkat kedua tangannya berharap untuk menjernihkan kesalah pahaman. "A ... aku bisa menjelaskan ... " ucapnya terbata. Dengan cepat Aaron menjelaskan apa yang dialaminya sehingga ia berakhir di dalam sungai. Maye menggigit bibir, sekilas tatapan rumit melintas di matanya. Apapun alasannya itu tetap saja tidak merubah kenyataan bahwa Aaron telah melihat tubuhnya. Meski kebenarannya ia melihat kelinci itu sebelumnya. "Siapa namamu?" "Aaron ... " jawab Aron. Dengan lambat ia menurunkan tangannya dan menggeser perlahan ujung pedang gadis itu. Merasa tidak dapat melakukan apa-apa terhadap anak ini, Maye menghela napas dengan sedih lalu menarik pedangnya dengan lemah. "Aku harap kamu bijaksana dan berpura-pura hari ini tidak ada yang terjadi. Jika saja ini menyebar, akibatnya tidak akan baik untukmu." Maye berbalik dan melangkah pergi. Aaron memandangi lekuk tubuh wanita menawan itu yang berjalan menjauh. Memejamkan matanya dengan pahit ia mengambil bungkusan di tanah yang berisi empat taring serigala. Memang seharusnya itu tidak perlu diingat, meskipun pernah jatuh di lubang yang sama namun pada akhirnya wanita itu tetaplah berada pada tempat yang tidak bisa dijangkaunya saat ini. Matanya melirik sepotong kain penuh darah, ia mengambilnya dan mengetahui kalau itu adalah milik gadis tersebut. Sekilas ia melihat sebuah nama di salah satu sudutnya, Aaron jadi tahu nama gadis pemilik sapu tangan itu adalah Maye. Aaron berjalan mengikuti di belakang dengan menjaga jarak, khawatir gadis itu akan kembali menjadi gila dan melakukan hal-hal bodoh seperti mencongkel matanya. Sesampai di pinggir sungai, Aaron langsung menceburkan dirinya ke dalam sungai. Maye terkejut dan menoleh ke belakang. Melihat anak itu bertelanjang dada wajahnya jadi merah, "Cabul! Kenapa kamu tidak menungguku pergi terlebih dahulu?!" bentaknya dengan marah. Aaron tertegun, menyadari keadaan dirinya ia membenamkan tubuhnya lalu menatap gadis itu dengan tatapan tak bersalah. Gadis itu merengut, lalu menghentakkan kakinya dan berbalik. Namun suara Aaron menghentikannya. "Tunggu, maukah Nona melemparkan bajuku yang tertinggal di atas tebing?" pintanya. Wajah Maye merah padam, sejak kapan ada seorang pelayan yang berani memerintahnya? "Apa kamu pikir aku pembantumu?!" teriaknya dengan marah.Tanpa menoleh ia terus berjalan menaiki tangga menuju ke atas tebing. Sesampai di atas ia melihat buntalan kain. Maye hendak mengabaikannya, namun beberapa langkah kemudian ia memejamkan mata. Menggigit bibirnya ia berbalik, dengan kesal disepaknya buntalan kain itu hingga jatuh ke dalam jurang tempat Aaron sedang mandi. Namun memperhatikan arah jatuhnya buntalan itu, mau tidak mau gadis itu menutup mulutnya dan tertawa geli. Aaron melihat buntalan kainnya meluncur jatuh ke dalam sungai, terlonjak ia berusaha mengejar agar itu tidak terendam air. Namun terlambat, buntalannya itu langsung tenggelam begitu menyentuh permukaan sungai. Sungguh gadis yang kejam! teriaknya di dalam hati dengan marah. ... Kembali ke perkemahan, paman Lei tertegun saat melihat Aaron datang dengan memakai pakaian yang basah. "Ada apa denganmu?" tanya Paman Lei sambil melepaskan tenda dari kait tiangnya. "Aku terjatuh, Paman," jawab Aaron. Paman Lei geleng-geleng kepala lalu mengalihkan perhatiannya. Segera Aaron bergegas membantu paman Lei membongkar tenda-tenda dan peralatan untuk memasukkannya kembali ke dalam gerbong barang. Seperti seorang majikan pada umumnya, Nona Yue terlihat acuh pagi ini. Ia hanya melirik sekilas kepada Aaron dan tidak menyapanya. Aaron menjadi agak kikuk. Tentang itu tidak ada yang perlu dikatakannya, ia hanyalah seorang pelayan kecil sekarang. Seperti yang telah disepakati, iring-iringan kereta tuan Hong dan tuan Mutsa berangkat bersamaan. Kereta yang di tumpangi Aaron tetap berada di paling belakang, kakek Long mengendalikan kuda-kuda dengan santai. Melirik ke kereta di depannya Aaron menyaksikan Xia dan yang lainnya asik bercerita. Mereka berada dalam satu kereta yang tirainya dibiarkan terbuka, sehingga Aaron dapat melihatnya dengan jelas. Bertemu tatapan dengan kedua mata cantik milik Maye, Maye segera membuang pandangannya dan mengacuhkan Aaron seperti ia tidak mengenalinya. Aaron hanya tersipu dengan canggung. Tidak lama kemudian, iring-iringan kereta memasuki sebuah kota persinggahan untuk mereka semua mengisi bekal kembali. ...Konvoi berhenti di lapangan luas yang dikhususkan untuk parkiran pengunjung pasar kota. Qibo dan yang lainnya segera turun dari kereta. "Apa yang dilakukan anak itu?" tanya Xia sambil mengernyitkan keningnya. Yue menoleh, dan melihat Aaron menjemur pakaiannya di atap kereta barang. Maye yang juga melihat tidak dapat menyembunyikan senyumnya. Menahan tawa ia berjalan menuju pasar bersama Qibo dan yang lainnya.Aaron tidak menyadari hal itu dan terus menjemur pakaiannya, setelah selesai ia bergabung dengan kakek Long dan paman Lei. Mengobrol sebentar kemudian ia merasa bosan. "Paman, bolehkah aku jalan-jalan ke dalam pasar sebentar?" tanya Aaron."Oh, tentu saja, tapi ingat jangan terlalu lama. Kamu harus kembali sebelum tuan Hong selesai berbelanja," jawab Paman Lei mengizinkan....Pasar itu cukup luas, di sisi kiri dan kanan jalan banyak kios-kios pedagang yang menawarkan barang jualan. Aaron hanya melirik sesekali tanpa niat membeli. Bukan karena tidak tertarik, hanya saja ia tida
Wajah Qibo terlihat merah padam, sementara di hadapannya seorang lelaki bertubuh cukup besar berdiri dengan kokoh dan tegas. Di sampingnya gadis bergaun merah yang terlihat manja sedang memainkan kipas bermotifkan bunga-bunga yang menebarkan aroma harum samar saat itu digerakkan. Seorang pria tampan memakai jubah putih ada di antara mereka yang tampak bersikap dingin dan acuh."Nona Yue terlebih dahulu membeli kipas itu, jadi bagaimanapun juga itu adalah milik Nona Yue. Bujia, kamu tidak bisa bersikap arogan dengan mengatakan itu adalah milik Nona Houlin hanya karena dia menginginkannya." Qibo sangat marah. Ketika mereka sedang tawar-menawar, wanita bergaun merah itu datang dan tiba-tiba saja merebut kipas di tangan Yue. "Milik Nona Yue? Bahkan itu belum dibayar, maka pemiliknya adalah yang mendapatkan barang tersebut. Sudahlah, Qibo, jika kamu ingin bertarung pun kamu tidak memiliki cukup kemampuan untuk itu," cibir Bujia memandang remeh kepada Qibo.Amarah Qibo terlihat dengan jela
Xia memandang pemuda itu dengan tatapan rumit, anak muda yang menolongnya itu siapa lagi kalau bukan Aaron?"Siapa kamu berani ikut campur urusan Tuan Muda ini!" Bujia yang melihat pemuda itu berpenampilan biasa saja, segera membentak dengan marah.Aaron mengabaikannya, lalu berjalan mendekati Xia, "Kamu baik-baik saja?" ia bertanya dan memperhatikan keadaan Xia. Xia mengangguk dengan wajah bingung.Sekilas Aaron melirik Yue dan Maye yang berdiri di pinggir lapangan, mengabaikan Qibo yang masih terduduk membersihkan muntahan darah di bajunya.Mata Qibo terbelalak tidak percaya, anak itu telah memblokir serangan kultivator bintang lima!Pemuda tampan berjubah putih mendengus dingin. "Hmmm ... dengan kekuatan puncak bintang satu kamu bisa memblokir seranganku. Nampaknya kamu memiliki cukup kemampuan tersembunyi di balik lengan bajumu," ujarnya menatap Aaron dengan penuh perhatian."Lupakanlah, kenapa kita tidak saling mundur satu langkah dan melepaskan kejadian hari ini?" ajak Aaron me
Mendapatkan tiga rumput roh fajar seharga tiga koin emas, Aaron tersenyum senang. Tinggal kristal-kristal itu sekarang. Nona Yue telah berjanji untuk meminjamkan sebelumnya, tetapi ia berpikir lebih baik jika mendapatkannya sendiri, meskipun itu tentu saja tidak akan begitu mudah.Saat Aaron selesai melipat pakaiannya yang dijemur di atas kereta barang, Yue bersama Xia datang menghampiri."Aaron, terima kasih telah membantuku tadi," ujar Xia. Nada arogan dan ketus seperti biasanya ia berbicara kepada Aaron telah tidak ada lagi. Tatapan sinisnya berganti dengan rasa malu karena telah menganggap remeh anak muda tersebut sebelumnya."Tidak masalah," jawab Aaron. "Aku hanya melakukannya secara acak, untung saja Hougan memiliki kebijaksanaan, jika tidak ... aku takut mereka akan melibatkan peringkat yang lebih tinggi," jelas Aaron.Xia mendesah ringan. "Yah ... untung saja begitu. Houlin dan Bujia itu sangat tidak masuk akal, dan mereka pendendam. Aku khawatir mereka belum menganggap ini b
Aaron mendengarkan seluruh percakapan itu, ia menjadi tertarik dan ingin untuk bergabung. Dengan sedikit keraguan, Aaron bangkit, berdiri dan mendekati meja pemuda-pemuda itu. Mereka terlihat berusia di antara 20 sampai 25 tahun. Memakai pakaian seragam yang sama dengan tulisan dan logo sebuah perusahaan di dadanya. Melihat Aaron mendekat, mereka memandangnya dengan penuh perhatian. "Maaf, Kakak semua. Kebetulan saya dengan tidak sopan telah mendengar percakapan Kakak. Apakah Kakak semua membutuhkan tambahan orang untuk melakukan pekerjaan?" tanya Aaron. Ketiga orang itu memandangi Aaron dengan tercengang, salah satunya memindai tubuh Aaron dari atas sampai ke bawah. "Bocah, kamu belum cukup umur untuk mengerjakan pekerjaan orang dewasa," ucapnya, disambut tawa dua temannya. Aaron langsung menjadi malu, ia hanya melamar secara acak, tidak tahu misi apa sebenarnya yang dilakukan orang ini. "Pergilah, misi ini tidak cocok untukmu," ujar pria itu sambil melambaikan tangannya menyur
Mata laki-laki angkuh itu memandangi Aaron dari kaki hingga rambutnya, melihat buntalan di bahunya ia terbahak dan geleng-geleng kepala. Tetapi sebelum ia sempat berkata, Meiyo segera mengajak Aaron dan anggotanya untuk menjauhi para lelaki itu.Terdengar tawa ejekan di belakang mereka saat melangkah pergi.Meiyo melemparkan sebuah benda kepada Aaron, "Kamu gunakan tas itu untuk menyimpan barang-barangmu atau jika kamu menemukan sesuatu yang berharga di perjalanan. Kembalikan padaku setelah misi kita selesai," ujarnya, saat melirik buntalan kain yang dibawa oleh Aaron, ia menggelengkan kepalanya. Bocah itu tampaknya benar-benar miskin. Aaron menyambutnya, dan menemukan sebuah tas seukuran kantong yang memiliki kaitan kunci untuk dipasang di dalam saku jubahnya. Itu adalah tas penyimpanan, orang-orang menyebutnya Tas Semesta. Tas Semesta memiliki ruangan spasial di dalamnya dengan fungsi sama seperti cincin penyimpanan, hanya saja Tas Semesta berada pada kelas yang lebih rendah. Namun
Aaron mengambil sebuah botol dari dalam tas semesta. "Apa itu?" tanya Goukin."Ini bubuk penghilang aroma, akan efektif untuk menjauhkan monster evolusi dari kawasan di sekitar kita," jawab Aaron menjelaskan.Goukin mengernyit lalu berkata, "Aku sudah menaburkan itu sebelumnya." "Tidak apa-apa, lebih banyak akan lebih bagus," ujar Aaron. Ia tidak akan mengatakan bahwa miliknya jauh lebih baik, itu akan menyinggung yang lain.Setelah selesai menaburkan bubuk itu ke sekeliling tempat mereka beristirahat, Aaron menaburkan sebagian ke tubuhnya. Kemudian memberikan kepada Goukin sedikit, lalu meminta Goukin meratakan ke tubuhnya sendiri. Goukin mengermyit. "Untuk apa melakukan itu?""Lakukan saja," desak Nero dengan senyum misterius. Goukin terpana sesaat, tetapi ia tetap melakukannya. Ia ingin tahu apa maksud bocah ini."Ayo kita tangkap pengintai itu," ajak Aaron dengan bersemangat. Goukin tercengang. "Apakah kamu tahu apa itu yang mengintai?" tanyanya heran."Ikut saja, tempat ini
"Sungguh tangkapan yang besar," ujar Ciyo. "Tuan muda ini tidak menyangka tim Nona Meiyo sanggup menundukkan monster ganas ini." "Pergilah, Ciyo. Kami tidak mengharapkan kehadiranmu di sini. Tangkapan itu, jangan pernah punya ide tentangnya," ketus Meiyo. Ia berdiri dan membenahi roknya. "Sebenarnya kami telah mengejar badak ini selama beberapa hari, Tuan Muda ini sangat berterima kasih tim Nona Meiyo telah menangkapnya untuk kami. Sebagai kompensasi, Tuan Muda ini dengan murah hati akan memberikan dua puluh batu kristal," ucap Ciyo tanpa merasa malu. Kontan tim Meiyo yang mendengar menjadi marah. Badak itu keseluruhan bernilai tidak akan kurang dari dua ratus batu kristal. "Omong kosong! Tutup mulutmu dan menjauhlah," teriak Meiyo sambil meludah ke tanah. Namun Ciyo hanya tertawa dengan santai, di belakangnya sepuluh orang bertubuh kekar terlihat bersiap, meskipun mereka anak buah Ciyo, namun sedikit rasa sungkan mereka terhadap putri pemilik serikat masih ada. Jadi mereka
Setelah acara pendaftaran masuk akademi selesai, Aaron dan seluruh murid-murid baru dikumpulkan. Setiap kelompok memiliki instruktur mereka masing-masing. Para instruktur itu menggiring seluruh rombongan menuju pinggang gunung, di mana mereka akan dibawa ke pondok-pondok tempat menginap selama menjadi murid Akademi.Akademi Menara Putih, memiliki dua tingkat pelatihan, Akademi Luar dan Akademi Dalam. Akademi Luar adalah tempat bagi murid-murid tingkat rendah yang baru direkrut masuk ke dalam akademi. Akademi Dalam adalah lingkup inti Akademi, di mana selama di Akademi Luar, mereka adalah murid yang terbaik atau direkrut langsung sebagai murid inti. Perlakuan yang diberikan tentu juga berbeda terhadap kedua akademi ini. Sekte lebih memprioritaskan fasilitas untuk murid-murid Akademi Dalam, seperti teknik tingkat tinggi, harta rahasia, guru terbaik dan pelatihan khusus yang tidak tersedia di Akademi Luar. Namun, itu tidak berlaku bagi seratus murid yang menempati kelas satu Akademi L
Mata Tanggu terbelalak, ia tidak menyangka Tuan Amusa juga akan berada di tempat ini. Bukankah orang itu dikabarkan jatuh sakit dan tidak mampu bahkan untuk berjalan? Tetapi saat ini kondisinya jauh lebih baik. Meskipun auranya tampak sedikit kacau, itu sangat jauh dari lumpuh seperti yang diberitakan.Tanggu memutar tubuhnya ke samping dan berdiri dengan sikap hormat, begitupun seluruh bawahannya, mereka menangkupkan tangan dan memberi salam kepada pimpinan utama serikat tersebut. "Salam, Tuan Amusa," ucap mereka serempak.Termasuk Guyo, yang dalam hal ini benar-benar tidak berkutik. Ia bisa sembarangan terhadap Meiyo, tetapi ia benar-benar tidak bisa untuk tidak memberi hormat kepada ayah gadis itu."Hahaha ... apa yang terjadi di sini?" ucap Tuan Amusa dengan suara berat dan berwibawa. Ia melirik sekilas kepada Tanggu dan bawahannya, selanjutnya kepada Hong dan Mutsa. "Salam, Tuan Serikat," secara bersamaan Hong dan Mutsa menangkupkan tangan. Tuan Amusa membalas dengan anggukan.
Gegap gempita terdengar setelah semua siswa kembali berkumpul di lapangan bawah.Tuan Hong dan tuan Mutsa secara pribadi mengucapkan terima kasih kepada Aaron. Mereka melihat semua penampilan Aaron dan keponakan mereka melalui cermin layar yang ditempatkan pada layar lapangan bawah. Tidak pernah dalam generasi mereka sebelumnya seseorang menempati posisi kelas satu di dalam klan, Maye dan Yue memecahkan rekor itu dan tentu saja tuan Hong dan tuan Mutsa menyambutnya dengan gembira. Jika kabar ini dilaporkan kepada pemimpin klan, mereka yakin klan akan mengadakan pesta untuk beberapa hari. Sebagai anggota siswa kelas satu, akademi akan memberi klan mereka status khusus dan dianggap sebagai mitra khusus akademi, status ini bukanlah main-main, mengingat kekutan akademi sendiri yang sangat kuat.Xia yang pertama kalinya sempat meragukan Aaron, kali ini berterima kasih dengan sepenuh hati. Berbeda saat dirinya mengikuti tes pendaftaran dulu, ia memulai pada tingkat delapan mortal raga, kem
"Teknik apa itu?" gumam pemuda yang memegang kipas."Entahlah, aku tidak pernah melihat teknik seperti itu sebelumnya," balas Youya yang memandang tidak berkedip. Sementara Jeyun menyipitkan matanya. Ia mengenal setiap teknik dari para genius yang dikenalnya, namun baru hari ini ia melihat teknik yang ditampilkan oleh anak muda itu"Ia terlalu memaksakan diri, sepertinya teknik itu belum dikuasainya secara penuh," gumam Jeyun setelah mengamati ekspresi Aaron."Benarkah? Jadi menurutmu siapakah yang akan kalah dalam pertukaran ini?" tanya laki-laki tampan yang memegang kipas.Namun Jeyun hanya diam, ia hanya mendengus dan terus mengamati.Taying yang secara langsung dapat merasakan betapa kuatnya bola matahari tersebut, tertegun sesaat. Namun, dengan geraman berat ia mengabaikan, lalu mengarahkan kedua lengannya ke arah Aaron. Dua naga api yang melilit lengan dan tubuhnya meluncur deras dengan suara gemuruh dan ganas.Rooooooaaarrrr!Aaron tidak ketinggalan dan dengan susah payah mend
Menghadapi serangan Taying tiba-tiba, Aaron menangkis dengan satu lengan yang terbalut energi putih menyilaukan, benturan keras terjadi. Tidak ada yang diuntungkan dari pertukaran pertama ini. Namun Taying agak merasa terkejut Aaron mampu menahan serangan itu tanpa kesulitan. Jika itu bintang dua biasa, paling tidak mereka akan terlempar ke belakang beberapa meter.Merasa serangan pertamanya gagal, Taying meningkatkan kekuatannya dan kembali menyerbu dengan ganas. Aaron tak berkedip, tinju Taying yang datang ke arahnya seperti dibalut ilusi yang menyala. Itu haruslah atribut api yang membakar, sama sepertinya yang juga memiliki atribut api, namun miliknya lebih seperti panas cahaya matahari, itu menyilaukan dan panas dengan terik."Baiklah, siapa yang lebih panas di antara kita," gumam Aaron sambil meledakkan energi Qi dari dantiannya. Semburan terik menyilaukan segera membungkus lengannya dan secara langsung ia meninju ke depan."Anak itu gila, berani bertabrakan dengan bintang lim
Wajah Aaron berubah dingin, hatinya dipenuhi kemarahan saat ini, anak ini telah mengganggunya berkali-kali dan ia punya batas kesabaran. Merasa tidak ingin untuk memperpanjang debat kata dengan orang itu, Aaron meledak dengan energi Qi di sekujur tubuhnya. Ia membentuk beberapa segel dan tubuhnya berubah menjadi bayangan saat melesat ke depan dan meninju dengan ganas. Felou yang merasakan ancaman bahaya dari serangan ini bergegas menyilangkan kedua tangannya dan membentuk perisai Qi berwarna hijau.Duaaaakkkkk!Pukulan tangan Aaron yang terbungkus Qi perak menghantam perisai itu, benturan langsung tersebut menimbulkan suara keras diikuti suara retak dan perisai itu hancur berkeping-keping.Felou memandang dengan ngeri ketika melihat teror lainnya datang dengan cepat dan menghantam kedua tangannya yang tidak terlindung perisai Qi.Kachaaa!Matanya mendelik tak percaya saat bunyi retak tulang-tulangnya pecah dan tinju itu masih terus melesat menuju dadanya.Duaaakkkkk!Tanpa ampun tub
Hanya disediakan seratus platform untuk kelas satu, lima ratus untuk kelas dua dan sisanya adalah siswa kelas tiga. Akademi sengaja membuat pengaturan bahwa siswa sendirilah yang harus menentukan di kelas mana mereka berada. Dengan perjuangan dan ketekunan mereka untuk mendapatkan kelas yang lebih tinggi, tentu saja hal tersebut akan menyebabkan konflik di antara para siswa sendiri yang sama-sama menginginkan tempat yang lebih tinggi. Karena itu, pertarungan pun pastinya tidak akan dapat dihindari.Saat aba-aba jatuh dari Master Akademi, letusan energi meledak di seluruh lapangan itu dan ribuan siswa seperti air banjir melesat menuju piramida yang menjulang di depan mereka.Aaron berlari diikuti Maye dan Yue, mereka harus melewati lantai ubin sepanjang satu kilometer untuk mencapai piramida tersebut, dapat di bayangkan itu akan terlihat seperti lautan semut yang mengerubungi piramida gula di depan mereka.Energi Qi mengamuk saat semua orang berlomba untuk lebih cepat dari yang lainny
Insiden kecil itu ditonton oleh banyak orang, melihat hal tersebut tampaknya para siswa senior lainnya yang menjaga meja mulai ketakutan dan berlaku dengan adil. Mereka juga tidak mengerti, biasanya hal tersebut hanya akan diabaikan oleh akademi, jadi mengapa sekarang itu menjadi insiden?Menduga bahwa mungkin saja master akademi sedang dalam suasana hati yang buruk, mereka tidak berani main-main lagi. Beberapa juga memikirkan kemungkinan lain, bisa jadi anak muda itu adalah sosok yang diperhatikan oleh para tetua. Dugaan mana yang benar, mereka segera melupakan kejadian itu dan melayani para calon siswa dengan benar.Yue memandang Aaron dengan sudut matanya, laki-laki muda tersebut semakin berubah dari hari ke hari sejak ia pertama kali bertemu dengannya. Pemuda lusuh itu yang ditemuinya di jalan, hari ini telah membantunya untuk masuk menjadi murid resmi akademi merah putih. Bagaimanapun juga itu adalah sebuah pencapaian bagi dirinya sendiri, sebelumnya ia tidak memiliki keyakinan
Mengetahui bahwa sebenarnya orang yang di depannya ini adalah bawahan Meiyo, yang berarti dia memiliki status lebih rendah di bawahnya, wajah Guyo langsung menjadi gelap. "Beraninya kau, aku adalah putra dari pemimpin serikat, apakah kau tahu hal itu?" teriaknya. Ia mendengus dengan mata berapi-api. Telah terbayang olehnya akan membuat anak laki-laki ini hancur berkeping-keping."Lalu bagaimana jika kau adalah putra pemimpin serikat? Nona Meiyo adalah putri pemilik serikat," cibir Aaron.Wajah Guyo merah padam, apa yang di katakan Aaron benar, Meiyo adalah anak pemilik serikat. Tetapi ia tidak merasa takut sekarang. "Hanya tinggal menunggu waktu, tidak lama lagi serikat akan menjadi milik ayahku," sanggahnya dengan marah. Aaron memandangnya dengan sinis, orang ini bahkan tidak perlu menyembunyikan pengkhianatan yang dilakukan oleh keluarganya. Perdebatan itu berhenti ketika kerumunan orang-orang datang dari arah lain, menyadari mereka telah kehilangan banyak waktu, Aaron segera be