Beranda / Fantasi / Puncak Benua / Bab 7 Jangan Mati, Tuan!

Share

Bab 7 Jangan Mati, Tuan!

Penulis: Milky Way
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-20 14:44:02

Maye tetap berada di dahan pohon sambil matanya celingukkan melihat jika ada gerakan dari anak laki-laki itu. Namun telah beberapa lama, ia tidak melihat satu gerakan pun.

Sangat khawatir ia berencana untuk turun, tetapi teringat pesan bocah itu untuk harus terus berada di dahan pohon, ia mengurungkan niatnya.

Dalam kebingungan tiba-tiba terdengar suara keresek dari balik pepohonan. Seorang pemuda berjalan sempoyongan dan berlumuran darah berjalan ke arahnya. Bajunya robek di beberapa bagian dan wajahnya penuh cipratan merah yang membuatnya terlihat mengerikan seperti seseorang yang baru saja keluar dari medan pertempuran.

Gadis itu segera melompat turun, ia bergegas ke depan dan menghampiri anak muda itu.

Namun setelah dekat, tubuh laki-laki muda itu jatuh merosot dan akan tumbang. Maye buru-buru menangkap tubuhnya. Aaron samar-samar mencium aroma harum dan segar dari tubuh wanita itu.

Maye terlihat sangat cemas dan berpikir pastilah serigala-serigala itu telah merobek tubuh si penyelamatnya ini.

Membaringkan kepala pemuda itu di pangkuannya, gadis itu mengambil sehelai sapu tangan dan membersihkan noda darah di wajah anak laki-laki itu.

Aaron mengerang, meracau tidak jelas. Sepertinya ia benar-benar akan segera mati, hingga membuat gadis itu semakin ketakutan.

Mengangkat satu tangannya dan berusaha menunjuk sesuatu, Aaron berkata terbata-bata, "Katakan ... ke... kepada .. Nona Yue ..." Belum sempat ucapannya sampai, tangannya jatuh kembali ke tanah dan kepalanya tergolek ke satu sisi.

Maye panik. "Kamu, jangan mati!" teriaknya. "Tolooong!" ia berteriak lagi sekuat tenaga berharap seseorang mendengar.

Berpikir anak ini kehabisan darah, ia memeriksa sekujur tubuhnya mencari di mana luka parahnya berada. Namun setelah beberapa saat, ia tidak menemukan luka di mana pun.

Maye agak bingung, tidak ada luka di tubuhnya. Memeriksa sekali lagi, tetap tidak menemukan satu sayatan pun. Darah di bajunya bukanlah keluar dari luka fisik anak ini.

Mengamati wajah anak itu, Maye tertegun. Anak ini cukup tampan, hidungnya sedikit mancung, alis hitamnya yang tegas, bulu matanya ... tiba-tiba wajah Maye berubah gelap, bulu mata itu bergerak-gerak, anak ini sama sekali tidak pingsan!

Sangat keras ia menarik hidung laki-laki itu. "Jangan pura-pura! Kamu tidak pingsan!" sungut Maye dengan marah.

Merasakan hidungnya sangat sakit, Aaron terlonjak dan membuka matanya, ia bergegas menjauh. "Nona, kejam sekali!" protesnya. Ia menggosok hidungnya yang terasa mau copot.

Maye tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis, laki-laki ini terlalu berakting. Sesaat hatinya lega anak muda itu baik-baik saja, namun amarahnya muncul lagi teringat tubuhnya telah ditonton sedemikian rupa sebelumnya.

Dengan satu gerakan ia menghunus pedangnya dan mengarahkannya ke leher Aaron. Perasaan dingin menyebabkan bulu kuduk Aaron merinding, ia mengangkat kedua tangannya berharap untuk menjernihkan kesalah pahaman.

"A ... aku bisa menjelaskan ... " ucapnya terbata. Dengan cepat Aaron menjelaskan apa yang dialaminya sehingga ia berakhir di dalam sungai.

Maye menggigit bibir, sekilas tatapan rumit melintas di matanya. Apapun alasannya itu tetap saja tidak merubah kenyataan bahwa Aaron telah melihat tubuhnya. Meski kebenarannya ia melihat kelinci itu sebelumnya.

"Siapa namamu?"

"Aaron ... " jawab Aron. Dengan lambat ia menurunkan tangannya dan menggeser perlahan ujung pedang gadis itu.

Merasa tidak dapat melakukan apa-apa terhadap anak ini, Maye menghela napas dengan sedih lalu menarik pedangnya dengan lemah. "Aku harap kamu bijaksana dan berpura-pura hari ini tidak ada yang terjadi. Jika saja ini menyebar, akibatnya tidak akan baik untukmu." Maye berbalik dan melangkah pergi.

Aaron memandangi lekuk tubuh wanita menawan itu yang berjalan menjauh. Memejamkan matanya dengan pahit ia

mengambil bungkusan di tanah yang berisi empat taring serigala.

Memang seharusnya itu tidak perlu diingat, meskipun pernah jatuh di lubang yang sama namun pada akhirnya wanita itu tetaplah berada pada tempat yang tidak bisa dijangkaunya saat ini. Matanya melirik sepotong kain penuh darah, ia mengambilnya dan mengetahui kalau itu adalah milik gadis tersebut. Sekilas ia melihat sebuah nama di salah satu sudutnya, Aaron jadi tahu nama gadis pemilik sapu tangan itu adalah Maye.

Aaron berjalan mengikuti di belakang dengan menjaga jarak, khawatir gadis itu akan kembali menjadi gila dan melakukan hal-hal bodoh seperti mencongkel matanya.

Sesampai di pinggir sungai, Aaron langsung menceburkan dirinya ke dalam sungai. Maye terkejut dan menoleh ke belakang. Melihat anak itu bertelanjang dada wajahnya jadi merah, "Cabul! Kenapa kamu tidak menungguku pergi terlebih dahulu?!" bentaknya dengan marah.

Aaron tertegun, menyadari keadaan dirinya ia membenamkan tubuhnya lalu menatap gadis itu dengan tatapan tak bersalah.

Gadis itu merengut, lalu menghentakkan kakinya dan berbalik. Namun suara Aaron menghentikannya.

"Tunggu, maukah Nona melemparkan bajuku yang tertinggal di atas tebing?" pintanya.

Wajah Maye merah padam, sejak kapan ada seorang pelayan yang berani memerintahnya?

"Apa kamu pikir aku pembantumu?!" teriaknya dengan marah.Tanpa menoleh ia terus berjalan menaiki tangga menuju ke atas tebing. Sesampai di atas ia melihat buntalan kain. Maye hendak mengabaikannya, namun beberapa langkah kemudian ia memejamkan mata. Menggigit bibirnya ia berbalik, dengan kesal disepaknya buntalan kain itu hingga jatuh ke dalam jurang tempat Aaron sedang mandi. Namun memperhatikan arah jatuhnya buntalan itu, mau tidak mau gadis itu menutup mulutnya dan tertawa geli.

Aaron melihat buntalan kainnya meluncur jatuh ke dalam sungai, terlonjak ia berusaha mengejar agar itu tidak terendam air. Namun terlambat, buntalannya itu langsung tenggelam begitu menyentuh permukaan sungai.

Sungguh gadis yang kejam! teriaknya di dalam hati dengan marah.

...

Kembali ke perkemahan, paman Lei tertegun saat melihat Aaron datang dengan memakai pakaian yang basah.

"Ada apa denganmu?" tanya Paman Lei sambil melepaskan tenda dari kait tiangnya.

"Aku terjatuh, Paman," jawab Aaron. Paman Lei geleng-geleng kepala lalu mengalihkan perhatiannya.

Segera Aaron bergegas membantu paman Lei membongkar tenda-tenda dan peralatan untuk memasukkannya kembali ke dalam gerbong barang.

Seperti seorang majikan pada umumnya, Nona Yue terlihat acuh pagi ini. Ia hanya melirik sekilas kepada Aaron dan tidak menyapanya. Aaron menjadi agak kikuk. Tentang itu tidak ada yang perlu dikatakannya, ia hanyalah seorang pelayan kecil sekarang.

Seperti yang telah disepakati, iring-iringan kereta tuan Hong dan tuan Mutsa berangkat bersamaan.

Kereta yang di tumpangi Aaron tetap berada di paling belakang, kakek Long mengendalikan kuda-kuda dengan santai.

Melirik ke kereta di depannya Aaron menyaksikan Xia dan yang lainnya asik bercerita. Mereka berada dalam satu kereta yang tirainya dibiarkan terbuka, sehingga Aaron dapat melihatnya dengan jelas.

Bertemu tatapan dengan kedua mata cantik milik Maye, Maye segera membuang pandangannya dan mengacuhkan Aaron seperti ia tidak mengenalinya. Aaron hanya tersipu dengan canggung.

Tidak lama kemudian, iring-iringan kereta memasuki sebuah kota persinggahan untuk mereka semua mengisi bekal kembali.

...

Bab terkait

  • Puncak Benua   Bab 8 Menjual Hasil Buruan

    Konvoi berhenti di lapangan luas yang dikhususkan untuk parkiran pengunjung pasar kota. Qibo dan yang lainnya segera turun dari kereta. "Apa yang dilakukan anak itu?" tanya Xia sambil mengernyitkan keningnya. Yue menoleh, dan melihat Aaron menjemur pakaiannya di atap kereta barang. Maye yang juga melihat tidak dapat menyembunyikan senyumnya. Menahan tawa ia berjalan menuju pasar bersama Qibo dan yang lainnya.Aaron tidak menyadari hal itu dan terus menjemur pakaiannya, setelah selesai ia bergabung dengan kakek Long dan paman Lei. Mengobrol sebentar kemudian ia merasa bosan. "Paman, bolehkah aku jalan-jalan ke dalam pasar sebentar?" tanya Aaron."Oh, tentu saja, tapi ingat jangan terlalu lama. Kamu harus kembali sebelum tuan Hong selesai berbelanja," jawab Paman Lei mengizinkan....Pasar itu cukup luas, di sisi kiri dan kanan jalan banyak kios-kios pedagang yang menawarkan barang jualan. Aaron hanya melirik sesekali tanpa niat membeli. Bukan karena tidak tertarik, hanya saja ia tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Puncak Benua   Bab 9 Penolong Tak Terduga

    Wajah Qibo terlihat merah padam, sementara di hadapannya seorang lelaki bertubuh cukup besar berdiri dengan kokoh dan tegas. Di sampingnya gadis bergaun merah yang terlihat manja sedang memainkan kipas bermotifkan bunga-bunga yang menebarkan aroma harum samar saat itu digerakkan. Seorang pria tampan memakai jubah putih ada di antara mereka yang tampak bersikap dingin dan acuh."Nona Yue terlebih dahulu membeli kipas itu, jadi bagaimanapun juga itu adalah milik Nona Yue. Bujia, kamu tidak bisa bersikap arogan dengan mengatakan itu adalah milik Nona Houlin hanya karena dia menginginkannya." Qibo sangat marah. Ketika mereka sedang tawar-menawar, wanita bergaun merah itu datang dan tiba-tiba saja merebut kipas di tangan Yue. "Milik Nona Yue? Bahkan itu belum dibayar, maka pemiliknya adalah yang mendapatkan barang tersebut. Sudahlah, Qibo, jika kamu ingin bertarung pun kamu tidak memiliki cukup kemampuan untuk itu," cibir Bujia memandang remeh kepada Qibo.Amarah Qibo terlihat dengan jela

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Puncak Benua   Bab 10 Kalian Tidak Berguna!

    Xia memandang pemuda itu dengan tatapan rumit, anak muda yang menolongnya itu siapa lagi kalau bukan Aaron?"Siapa kamu berani ikut campur urusan Tuan Muda ini!" Bujia yang melihat pemuda itu berpenampilan biasa saja, segera membentak dengan marah.Aaron mengabaikannya, lalu berjalan mendekati Xia, "Kamu baik-baik saja?" ia bertanya dan memperhatikan keadaan Xia. Xia mengangguk dengan wajah bingung.Sekilas Aaron melirik Yue dan Maye yang berdiri di pinggir lapangan, mengabaikan Qibo yang masih terduduk membersihkan muntahan darah di bajunya.Mata Qibo terbelalak tidak percaya, anak itu telah memblokir serangan kultivator bintang lima!Pemuda tampan berjubah putih mendengus dingin. "Hmmm ... dengan kekuatan puncak bintang satu kamu bisa memblokir seranganku. Nampaknya kamu memiliki cukup kemampuan tersembunyi di balik lengan bajumu," ujarnya menatap Aaron dengan penuh perhatian."Lupakanlah, kenapa kita tidak saling mundur satu langkah dan melepaskan kejadian hari ini?" ajak Aaron me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Puncak Benua   Bab 11 Sepuluh Kristal Berharga

    Mendapatkan tiga rumput roh fajar seharga tiga koin emas, Aaron tersenyum senang. Tinggal kristal-kristal itu sekarang. Nona Yue telah berjanji untuk meminjamkan sebelumnya, tetapi ia berpikir lebih baik jika mendapatkannya sendiri, meskipun itu tentu saja tidak akan begitu mudah.Saat Aaron selesai melipat pakaiannya yang dijemur di atas kereta barang, Yue bersama Xia datang menghampiri."Aaron, terima kasih telah membantuku tadi," ujar Xia. Nada arogan dan ketus seperti biasanya ia berbicara kepada Aaron telah tidak ada lagi. Tatapan sinisnya berganti dengan rasa malu karena telah menganggap remeh anak muda tersebut sebelumnya."Tidak masalah," jawab Aaron. "Aku hanya melakukannya secara acak, untung saja Hougan memiliki kebijaksanaan, jika tidak ... aku takut mereka akan melibatkan peringkat yang lebih tinggi," jelas Aaron.Xia mendesah ringan. "Yah ... untung saja begitu. Houlin dan Bujia itu sangat tidak masuk akal, dan mereka pendendam. Aku khawatir mereka belum menganggap ini b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Puncak Benua   Bab 12 Dilamar Kapten Cantik

    Aaron mendengarkan seluruh percakapan itu, ia menjadi tertarik dan ingin untuk bergabung. Dengan sedikit keraguan, Aaron bangkit, berdiri dan mendekati meja pemuda-pemuda itu. Mereka terlihat berusia di antara 20 sampai 25 tahun. Memakai pakaian seragam yang sama dengan tulisan dan logo sebuah perusahaan di dadanya. Melihat Aaron mendekat, mereka memandangnya dengan penuh perhatian. "Maaf, Kakak semua. Kebetulan saya dengan tidak sopan telah mendengar percakapan Kakak. Apakah Kakak semua membutuhkan tambahan orang untuk melakukan pekerjaan?" tanya Aaron. Ketiga orang itu memandangi Aaron dengan tercengang, salah satunya memindai tubuh Aaron dari atas sampai ke bawah. "Bocah, kamu belum cukup umur untuk mengerjakan pekerjaan orang dewasa," ucapnya, disambut tawa dua temannya. Aaron langsung menjadi malu, ia hanya melamar secara acak, tidak tahu misi apa sebenarnya yang dilakukan orang ini. "Pergilah, misi ini tidak cocok untukmu," ujar pria itu sambil melambaikan tangannya menyur

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Puncak Benua   Bab 13 Tas Semesta

    Mata laki-laki angkuh itu memandangi Aaron dari kaki hingga rambutnya, melihat buntalan di bahunya ia terbahak dan geleng-geleng kepala. Tetapi sebelum ia sempat berkata, Meiyo segera mengajak Aaron dan anggotanya untuk menjauhi para lelaki itu.Terdengar tawa ejekan di belakang mereka saat melangkah pergi.Meiyo melemparkan sebuah benda kepada Aaron, "Kamu gunakan tas itu untuk menyimpan barang-barangmu atau jika kamu menemukan sesuatu yang berharga di perjalanan. Kembalikan padaku setelah misi kita selesai," ujarnya, saat melirik buntalan kain yang dibawa oleh Aaron, ia menggelengkan kepalanya. Bocah itu tampaknya benar-benar miskin. Aaron menyambutnya, dan menemukan sebuah tas seukuran kantong yang memiliki kaitan kunci untuk dipasang di dalam saku jubahnya. Itu adalah tas penyimpanan, orang-orang menyebutnya Tas Semesta. Tas Semesta memiliki ruangan spasial di dalamnya dengan fungsi sama seperti cincin penyimpanan, hanya saja Tas Semesta berada pada kelas yang lebih rendah. Namun

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Puncak Benua   Bab 14 Kerusuhan di Malam Buta

    Aaron mengambil sebuah botol dari dalam tas semesta. "Apa itu?" tanya Goukin."Ini bubuk penghilang aroma, akan efektif untuk menjauhkan monster evolusi dari kawasan di sekitar kita," jawab Aaron menjelaskan.Goukin mengernyit lalu berkata, "Aku sudah menaburkan itu sebelumnya." "Tidak apa-apa, lebih banyak akan lebih bagus," ujar Aaron. Ia tidak akan mengatakan bahwa miliknya jauh lebih baik, itu akan menyinggung yang lain.Setelah selesai menaburkan bubuk itu ke sekeliling tempat mereka beristirahat, Aaron menaburkan sebagian ke tubuhnya. Kemudian memberikan kepada Goukin sedikit, lalu meminta Goukin meratakan ke tubuhnya sendiri. Goukin mengermyit. "Untuk apa melakukan itu?""Lakukan saja," desak Nero dengan senyum misterius. Goukin terpana sesaat, tetapi ia tetap melakukannya. Ia ingin tahu apa maksud bocah ini."Ayo kita tangkap pengintai itu," ajak Aaron dengan bersemangat. Goukin tercengang. "Apakah kamu tahu apa itu yang mengintai?" tanyanya heran."Ikut saja, tempat ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Puncak Benua   Bab 15 Merampok Hasil Buruan

    "Sungguh tangkapan yang besar," ujar Ciyo. "Tuan muda ini tidak menyangka tim Nona Meiyo sanggup menundukkan monster ganas ini." "Pergilah, Ciyo. Kami tidak mengharapkan kehadiranmu di sini. Tangkapan itu, jangan pernah punya ide tentangnya," ketus Meiyo. Ia berdiri dan membenahi roknya. "Sebenarnya kami telah mengejar badak ini selama beberapa hari, Tuan Muda ini sangat berterima kasih tim Nona Meiyo telah menangkapnya untuk kami. Sebagai kompensasi, Tuan Muda ini dengan murah hati akan memberikan dua puluh batu kristal," ucap Ciyo tanpa merasa malu. Kontan tim Meiyo yang mendengar menjadi marah. Badak itu keseluruhan bernilai tidak akan kurang dari dua ratus batu kristal. "Omong kosong! Tutup mulutmu dan menjauhlah," teriak Meiyo sambil meludah ke tanah. Namun Ciyo hanya tertawa dengan santai, di belakangnya sepuluh orang bertubuh kekar terlihat bersiap, meskipun mereka anak buah Ciyo, namun sedikit rasa sungkan mereka terhadap putri pemilik serikat masih ada. Jadi mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08

Bab terbaru

  • Puncak Benua   Bab 56 Dikejar Felou

    Aaron yang melihat kelima orang itu berada di bawah, hanya mengabaikan mereka dan terus memanen Jamur Api."Woi, apakah kau tuli? Turun ke sini!" bentak Felou dari bawah. Aaron, benar-benar tidak menggubris panggilan itu dan menganggap mereka tidak ada. Mendapatkan perlakuan seperti itu, Felou dan keempat orang-orangnya menjadi sangat marah. Salah satunya langsung memanjat naik ke atas pohon. "Jika kau tidak mau turun, aku akan memaksa dan menjatuhkanmu dari atas," ucap pemuda tersebut. Usianya sekitar sembilan belas tahun, dan tampaknya senior yang telah lama berada di akademi luar dan tidak memiliki kemampuan untuk masuk ke akademi dalam. Di susul salah satu rekannya yang lain yang juga memanjat, dua orang sekarang mengejar Aaron naik ke atas pohon. Aaron mengangkat sudut mulutnya, lalu menyeringai dengan aneh. Kemudian ia mengubah wajahnya menjadi ekspresi ketakutan. "A-apa yang kalian lakukan?" ucapnya sambil melihat ke bawah dengan raut wajah khawatir. Kedua orang yang me

  • Puncak Benua   Bab 55 Kejar Kalau Bisa!

    Selesai di pos pendaftaran, mereka berempat masuk ke dalam hutan. Mengikuti saran penjaga di pos yang mengatakan mereka sebaiknya tidak masuk terlalu dalam ke dalam hutan, mereka berencana hanya mengeksplorasi zona aman. Lima puluh mil pertama adalah zona aman yang hanya memiliki penjaga binatang buas tingkat rendah, dua puluh mil setelahnya adalah zona berbahaya dan di luar garis itu, adalah daerah yang ditandai garis merah dan bisa mengancam keselamatan para siswa. Jalur yang mereka lalui memiliki pohon-pohon yang tidak terlalu besar, dengan celah-celah yang masih dapat dimasuki cahaya matahari, sehingga d dalam hutan tidak terlalu gelap. Sesekali mereka bertemu rombongan lainnya yang juga berburu herbal. Melihat banyaknya para siswa yang ada di tempat ini, sepertinya tidak sedikit yang menggunakan cara ini untuk menambah jumlah Poin Kontribusi mereka. Setelah berjalan selama satu jam, akhirnya mereka menemukan target pertama mereka. Tanaman kelas rendah, rumput roh yang tumb

  • Puncak Benua   Bab 54 Lembah Seribu Daun

    Saat melewati Aaron, keduanya tersenyum dan mengangguk. Lalu mereka mendekati Putri Youya. "Semuanya sudah kami persiapkan, Nona," ucap Jeyun. Mendengar itu, wajah Putri Youya langsung berbinar. "Oh, ya? Kapan kita berangkat?" tanyanya dengan antusias. "Terserah Nona, kami hanya menunggu kapan kamu punya waktu, dan kita bisa pergi kapan saja," jawab Jeyun. "Oh, bagaimana jika sekarang?" Jeyun dan Zemmo langsung tertawa. "Ini sudah terlalu sore. Bagaimana kalau besok pagi saja?" usul Jeyun. Putri Youya mematung, tetapi kemudian memikirkan ini benar-benar telah sore, ia akhirnya mengangguk. "Baik, besok pagi saja kalau begitu," ucapnya. Kemudian ia menoleh kepada Aaron. "Aaron, kamu mau ikut dengan kami?" Aaron yang sejak kedatangan kedua orang itu hanya diam, langsung bertanya, "Ikut kemana, Nona?" Putri Youya berdiri, ia berjalan ke pagar gazebo dan menunjuk ke satu arah, di mana di tempat itu ada hutan dengan lautan pepohonan sejauh mata memandang. "Lembah Seribu Daun, kawas

  • Puncak Benua   Bab 53 Bertemu Jeyun Gutha

    Putri Youya melangkah keluar halaman paviliun, penampilannya yang begitu mempesona membuat Aaron terpana seolah-olah terakhir dengan seluruh tubuhnya membeku. Melihat ekspresi anak muda itu, Putri Youya mengernyitkan keningnya. "Apa kamu baik-baik saja? Kenapa kamu menjadi seperti itu?" tanyanya ketika berada beberapa langkah di depan Aaron. Aaron langsung tergagap, menundukkan pandangannya dan dengan cepat mengulurkan botol giok di tangannya. "A-aku memberikan ini untuk membalas kebaikan Nona Putri sebelumnya. Maafkan jika ini tidak seperti hasil karya pembuat eliksir terbaik, saya baru belajar," ucapnya dengan gagap. "Apa ini?" Putri Youya meraih botol giok itu dan membukanya. Kemudian menoleh kepada Aaron yang tampak kikuk. "Eliksir Kecantikan," jawab Aaron dengan wajah memerah. Berbeda dengan gadis-gadis lain yang pernah ditemuinya, aura Putri Youya sangat berbeda, terasa agung dan memiliki aura penguasa. "Eliksir ini, kamu yang membuatnya?" tanya Putri Youya. Aaron mengangg

  • Puncak Benua   Bab 52 Hadiah Untuk Putri Youya

    Aaron tercengang sesaat, ia telah mendengar bahwa di aula pertarungan orang-orang bisa memperoleh Poin Kontribusi untuk kemenangan mereka, dan kadang-kadang juga mereka mempertaruhkan poin mereka sendiri, sehingga mendapatkan banyak uang. Yofan ini, sepertinya adalah bandar perjudian yang mengumpulkan orang-orang, mencari penantang untuk jagoannya, dan mendapatkan uang. Meskipun itu cara yang bagus untuk berlatih, tetapi Aaron belum berpikir sampai ke sana. Ia menggelengkan kepalanya. "Mungkin belum sekarang, Kakak Yofan," ucap Aaron menolak dengan sopan. "Aku hanya akan membuat eliksir terlebih dahulu sebelum pergi ke Aula Pertarungan." Jawaban itu jelas membuat Yofan tampak sangat kecewa, tetapi ia juga tidak bisa memaksa. Jika bukan hari ini saatnya, di lain waktu barangkali ia akan memiliki kesempatan. "Baiklah, Aaron. Tetapi jangan lupa hubungi aku kembali jika kamu tertarik. Aku akan selalu berada di sekitar Aula Pertarungan," ucapnya. Aaron mengangguk, setelah memberi sal

  • Puncak Benua   Bab 51 Bersikap Besar Malah Malu Sendiri

    Bersikap seolah-olah Aaron tidak ada, Luan benar-benar tidak menghiraukannya. Lalu ia berjalan mendekati etalase di sebelah Yue. "Kakak Senior," panggilnya kepada salah satu pelayan stand yang kebetulan lewat. Ia mengeluarkan kartu kontribusinya lalu dengan sombong berkata, "Apakah dia perhiasan ini yang diinginkan oleh kedua temanku? Berapa harganya? Aku akan membayar untuk mereka," ucapnya. Ia sekilas melirik kepada Aaron yang tercengang di sebelah Maye dan Yue yang berada di antara mereka. Siswa Senior itu melongok sesaat, memegang perhiasan rambut itu lalu menjawab, "Satunya lima puluh Poin Kontribusi, kalau dua jumlahnya seratus." Mendengar harga seratus Poin Kontribusi, Luan terbelalak. Wajahnya langsung merah padam. "M-mahal sekali?!" ucapnya dengan suara hampir setengah berteriak. Siswa senior itu hanya mengangkat bahunya dan berlalu. Aaron hampir tertawa berguling-guling melihat ekspresi Luan. Raut wajahnya yang terkejut mendengar harga seratus poin teramat menggelikan.

  • Puncak Benua   Bab 50 Pasar Pameran Akademi

    Aaron seperti mendapatkan semangat baru ketika mengetahui eliksir-nya dihargai dengan harga cukup tinggi oleh Aula Obat. Meskipun Aula Obat terkenal angkuh dengan orang-orangnya, tampaknya Master Yujin sendiri bukanlah orang yang seperti itu, ia menilai dengan objektif dan adil, membuat Aaron merasa nyaman dan tidak merasa dikecilkan. Berjalan bersama Yue dan Maye, Aaron mengajak keduanya menuju stand pameran yang diadakan di area akademi. Sebelum tahun ajaran di mulai, selalu ada pasar seperti ini setiap tahun. Berbagai macam item yang diperjual belikan, dan tentu saja, semua dihargai dengan Poin Kontribusi, atau barter sesuai kesepakatan penjual dan pembeli. Pasar pameran sangat ramai, dengan belum adanya kegiatan belajar mengajar, para siswa hampir sebagian besar mengunjungi pameran tersebut. Saat memasuki gerbang pameran, beberapa orang memperhatikan Aaron dan kedua gadis yang bersamanya, diikuti bisik-bisik mereka yang sepertinya mengagumi kecantikan dua gadis tersebut. Aaron

  • Puncak Benua   Bab 49 Apakah Kau Seorang Alkemis?

    Aaron berdiri di depan etalase kaca, tersenyum kepada pemuda berjubah Alkemis yang sama sekali tidak memberikan reaksi apa-apa. "Ada apa? Apakah kau memiliki sesuatu untuk dijual?" ucap pemuda itu dengan raut wajah datar. Aaron langsung menjadi kikuk, menghadapi orang-orang seperti ini, kepercayaan dirinya jadi sedikit terganggu. Tetapi dengan cepat ia melupakannya, ia hanya berniat untuk berdagang. "Aku menawarkan beberapa Eliksir jika Aula Obat berminat," ucapnya dengan suara sedikit bergetar. Pemuda itu mengangkat sedikit dagunya, menunjukkan gestur ia menunggu Aaron mengeluarkan Eliksir obat miliknya. Dengan cepat Aaron mengeluarkan botol-botol giok kecil yang telah dipersiapkannya, dan meletakkan di atas etalase. Pemuda itu mengambilnya satu, membuka sumbatnya dan mengintip ke dalam dengan satu mata menyipit, kemudian ia mencium mendekatkan ke hidungnya.Saat mencium aroma eliksir tersebut, ia sedikit mengernyitkan kening. "Eliksir penyembuhan luka ringan?" ucapnya tak yaki

  • Puncak Benua   Bab 48 Eliksir Kecantikan

    Kembali ke paviliunnya, Aaron langsung menuju ke halaman belakang, ada sebuah bangunan kecil yang tampaknya adalah sebuah gudang kosong yang disediakan bagi siswa penghuni paviliun. Ukurannya tidak terlalu besar, tetapi juga tidak terlalu kecil.Memperhatikan keadaan di dalam gudang itu yang cukup bersih, Aaron tersenyum, ini adalah tempat yang cocok baginya untuk meramu obat. Aaron mengeluarkan semua bahan-bahan herbal dari tas semestanya, dan menumpuknya di lantai, seluruh herbal-herbal itu terlihat menggunung. Selama perjalanan bersama dengan Tim Meiyo di Gunung Herbal, ia telah mengumpulkan banyak, dari yang kelas rendah, hingga kelas menengah. Herbal tingkat tinggi yang didapatkannya hanyalah Sumsum Pengolah Raga. Selain salep-salep yang lebih pekat, ia juga memiliki tabung-tabung berisi liquid yang lebih cair. Ada enam botol cairan liquid, satu botol telah ia berikan kepada Xia dan Yue, sehingga ia memiliki lima yang tersisa. Sementara Inti Herbal yang berbentuk salep, masih

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status