Langkah laki-laki muda itu tegas berjalan di bawah teriknya matahari, kepalanya dibaluti sehelai kain untuk menghalangi sengatan panas yang mendera. Buntalan kain usang yang tersandang di bahunya menjadi serasi dengan jubah hijau yang telah agak kecokelatan ditempeli debu di mana-mana.
Aaron, masih berusia sekitar 17 tahun, berasal dari dusun terpencil di sebuah kaki gunung tempat keluarga dan klannya berada. Tujuannya adalah ke kota untuk mendaftar menjadi murid sebuah akademi karena beberapa hari lagi penerimaan siswa baru akademi terkenal di negeri itu akan segera dibuka. Terus berjalan dengan langkahnya yang tegas, tiba-tiba terdengar suara derap pacu kuda dari kejauhan, Aaron berhenti dan menoleh ke belakang. Konvoi kereta tampak berlari mendekat, debu-debu membubung tinggi mengikuti iring-iringan kereta tersebut. Anak muda itu memundurkan dirinya ke pinggir jalan. Selalu seperti ini setiap ada kuda atau kereta yang lewat, ia akan berhenti dan menonton di tepi jalan. Mengagumi kekuatan kuda-kuda dan juga orang-orang yang menungganginya. Sesekali jika beruntung, ada saja orang baik yang melemparkan sesuatu untuknya, entah itu sepotong kue, atau sekantong air. Namun sesekali ia juga akan menemukan orang-orang jahat, yang melayangkan cambuk panjang dari atas kudanya, memperingatkannya untuk menyingkir jauh-jauh. Biasanya para prajurit atau pengawal pejabat kerajaan yang berkendara membawa keluarga tuan besarnya. Matanya hampir tidak berkedip memandangi gerbong pertama, tirai gerbong kereta tersebut sedikit terbuka. Di dalamnya seorang pria gendut nampak duduk dengan malas. Matanya sedikit tertegun melihat anak laki-laki muda itu, namun segera kereta itu berlalu. Beberapa saat kemudian kereta kedua lewat, memperhatikan ke balik tirai yang terbuka, pandangannya bertatapan langsung dengan sepasang mata jernih milik seorang gadis seusianya. Seakan tersihir oleh pemandangan itu, Aaron tidak mampu mengalihkan pandangannya. Gadis itu begitu lembut dan kulitnya sehalus sutra, wajahnya mencerminkan kemurnian yang terhormat, dengan hidung sedikit mancung dan bulu mata yang berkibar, rambut hitam lurusnya sedikit tergerai di pipinya yang halus. Aaron belum pernah melihat kecantikan seperti itu sebelumnya. Berdegup, laki-laki muda itu menyadari kesalahannya, ia menundukkan pandangan. Jika gadis itu adalah keluarga orang besar, takutnya pengawal mereka tidak akan menerima putri majikannya dipandang dengan lancang. Itu adalah hal yang tidak sopan untuk orang kecil memandang langsung keluarga besar yang tidak dikenalinya, apalagi jika itu adalah seorang gadis terhormat. Ketika kereta gadis itu berlalu. Aaron melayangkan pandangan ke gerbong yang ketiga, namun itu hanyalah sebuah kereta barang, tidak ada yang istimewa, tentunya gerbong itu hanya berisi peralatan dan barang-barang. Menutup mulut dengan sisa kain penutup kepalanya, ia melanjutkan perjalanan. Aaron terus berjalan ketika melihat iring-iringan kereta yang baru saja melewatinya tiba-tiba berhenti. Seorang penunggang kuda datang ke arahnya. Tepat ketika kuda itu hampir menabrak Aaron, penunggang itu menarik tali kekang tiba-tiba, sehingga dua kaki depan kuda itu naik ke udara. Aaron terkejut dan hendak menghindar, namun pengawal itu segera berteriak. "Anak Muda, tuan kami menyuruhku untuk memanggilmu!" Aaron terkejut. Timbul sedikit kecurigaan di dalam hatinya karena ia telah memandang gadis itu dengan lancang sebelumnya. Wanita itu mungkin saja melaporkan kepada tuan-nya. Jantungnya berdetak kencang, ia tidak ingin ada masalah dengan orang-orang ini. "Ada apa, Paman?" tanya Aaron. "Jangan banyak tanya, ikut saja denganku. Naik di belakang!" perintah pengawal tersebut dengan tidak sabar. Aaron semakin bingung, namun menyadari ia tidak punya pilihan. Dengan terpaksa ia menghampiri, lalu sedikit agak ragu Aaron melompat naik ke punggung kuda pengawal tersebut. "Hiyaaa!" Hantaman kaki pengawal tersebut mengejutkan kuda dan segera berlari meluncur ke depan, Aaron hampir terjatuh jika saja ia tidak buru-buru menstabilkan tubuhnya. Sesampai di rombongan kereta tersebut, pengawal itu menyuruh Aaron turun. Dengan sigap ia melompat ke bawah. Seorang laki-laki paruh baya bertubuh gendut berdiri menghampirinya. "Siapa namamu?" tanya pria itu. Matanya memperhatikan Aaron dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Aaron, Tuan," jawab Aaron. "Kami butuh pekerja kasar untuk mengangkat barang, apakah kamu tertarik?" tanya pria gendut itu setelah mengetahui kultivasi anak di depannya tidaklah cukup tinggi. "Saya sebenarnya hendak ke kota, Tuan. Jika yang Tuan maksudkan adalah pekerjaan tetap, maaf, saya tidak bisa," jawab Aaron secara langsung menyatakan keberatannya. "Tidak ... tidak, hanya pekerjaan lepas selama di perjalanan. Setelah sampai di kota, kami akan memberimu beberapa keping uang dan kamu bebas untuk pergi," jelas pria gendut itu dengan santai. Pucuk dicinta ulam tiba, pikir Aaron. Akan sangat baik jika ia memiliki tumpangan. Menghitung waktu, akan butuh sedikitnya enam hari lagi baginya sampai di kota dengan berjalan kaki. Jika dengan kereta hanya akan memakan waktu paling lama dua hari, itu sangat menghemat waktu. Menangkupkan tangan, Aaron segera menerima tawaran itu. "Kalau begitu saya mengucapkan terima kasih kepada Tuan," jawabnya menyetujui. "Baiklah, panggil saya Hong. Kamu naik di kereta barang di belakang, tugasmu juga untuk mengawasi keadaan sekitar selama perjalanan," jelasnya. Sekali lagi berterima kasih, Aaron menuju kereta barang di urutan paling akhir. Ia tidak berani menatap gerbong nomor dua, khawatir jika orang-orang itu menangkap pandangannya. Kusir kereta barang tersebut adalah lelaki yang sudah sangat tua, namun tidak terlihat sangat lemah. Meskipun tidak ada jejak kultivasi dari tubuhnya, ia terlihat cukup mahir mengendalikan kereta. Aaron duduk di sebelahnya, memperhatikan kakek tua itu mengendalikan tali kuda. Kakek tua itu bernama Ah Long, ia cukup ramah dan menawarkan Aaron beberapa makanan. Dari Ah Long juga Aaron tahu bahwa nama nona muda mereka adalah Naruya Yue, dan ternyata di gerbong tersebut bukan hanya ada satu orang gadis, bersama Yue adalah kakak perempuannya yang bernama Naruya Xia yang telah terlebih dahulu masuk akademi, tetapi Aaron tidak melihat gadis itu sebelumnya, mungkin karena terhalang tirai kereta. Tuan Hong adalah paman dari nona Yue. Menurut keterangan kakek Long, ternyata tujuan mereka ke kota sama dengan Aaron, putri tuan besar mereka Yue akan mengikuti ujian masuk akademi tahun ini. Di samping itu kebetulan mereka juga mengantar barang dagangan, gerbong barang yang ditumpangi Aaron berisi barang dagangan tersebut. Tiba-tiba tirai gerbong di depannya tersingkap, Aaron dengan jelas melihat sepasang mata cantik menatapnya, hanya beberapa saat kemudian tirai itu tertutup lagi. Aaron tidak percaya gadis itu mengintip untuk melihatnya. Kakek Long sepertinya menyadari apa yang terjadi. "Jangan pikirkan itu, Nak, kalau jatuh nanti rasanya sakit," ujarnya menggoda. Aaron terkesiap. "Tidak seperti yang Kakek pikirkan. Aku bukan laki-laki seperti itu," kilah Aaron. "Hahaha ... di mana-mana laki-laki itu sama. Aku sudah hidup terlalu lama untuk kau bohongi, Nak." Kakek Long terbahak. Tidak berdaya Aaron hanya duduk menopang dagu. Kakek ini terlalu sensitif, gerutunya di dalam hati. ...Matahari telah condong di barat, cuaca panas berganti hangat dan cahaya keemasan senja di mana-mana. Sebentar lagi malam akan menjelang."Kita akan berhenti tidak jauh di depan, itu tempat para pedagang biasanya mendirikan kemah untuk menginap. Bersiaplah, anak muda. Kamu harus bekerja untuk mendirikan kemah-kemah." Kakek Long mengingatkan."Baik, Kakek," jawab Aaron. Jadi itulah pekerjaannya, membantu pekerjaan kasar bagi kebutuhan orang-orang ini.Aaron telah terbiasa melakukan itu. Ia sering pergi berburu dengan ayahnya dan menginap di hutan. Jadi pekerjaan seperti mendirikan kemah dan mencari kayu bakar bukanlah pekerjaan sulit baginya.Kakek Long juga baik selama di perjalanan. Ia mengajari Aaron cara mengendalikan kuda-kuda penarik kereta. Aaron cukup cerdas, hanya dengan beberapa instruksi dari kakek Long ia sudah bisa melakukannya.Tidak lama kemudian mereka sampai di tempat yang dimaksud oleh kakek Long, sebuah hutan kecil dengan aliran sungai berair jernih. Hamparan rumput y
"Jangan takut, Nona Yue. Tuan Muda ini pastinya akan berhati-hati dengan pelayan Nona Yue. Lagipula Qibo ini hanya akan melakukan satu gerakan." Qibo meyakinkan, dengan dagu terangkat ia berdiri agak jauh di depan Aaron.Nona Yue menghela napas, sangat di sayangkan jika terjadi sesuatu dengan anak itu. Ia cukup cekatan dan bertenaga, akan sangat berguna di perjalanan.Namun berbeda dengan Yue, kakaknya Xia terlihat sangat antusias. Ia memang menyukai pertunjukkan semacam itu.Melihat upaya nona Yue gagal, Aaron menarik napas berat, sepertinya ia tidak bisa menghindari hal ini. Sementara Yue meliriknya dengan raut wajah kasihan. Ia menyesalkan saudari perempuannya yang memprovokasi Qibo untuk menunjukkan jurus klannya, hanya karena Qibo mengatakan ia telah mempelajari teknik terbaik klannya itu di usianya yang masih muda."Apa kamu siap?" tanya Qibo kepada Aaron, namun ia mengambil sikap menyerang bahkan sebelum Aaron menjawab.Aaron hanya berdiri diam, mata jernihnya tajam memperhati
Nona Yue berada di posisi yang berat, menolak Qibo akan dianggap tidak memberikan wajah kepadanya. Meskipun ia tidak takut, namun ia juga tidak bisa tidak memberikan muka kepada Qibo atas nama klannya. Klannya dan klan Qibo adalah dua dari empat klan besar yang menguasai wilayah tempat mereka berasal.Dalam kebuntuan itu, tiba-tiba dua sosok mendekati, satu orang gemuk dan satu lagi tinggi tegap dengan jubah abu-abu."Yue, Xia. Beri hormat sesepuh klan Arsena." Paman Hong memberi perintah kepada kedua gadis keponakannya."Salam, Tuan Mutsa." Serempak kedua gadis itu menyatukan kedua telapak tangan di depan dada dan memberi hormat. Tuan Mutsa tertawa sambil mengusap janggutnya."Sungguh anak-anak yang sopan," ujarnya."Kalian bertiga juga beri hormat kepada Tuan Hong," suruh tuan Mutsa kepada Qibo dan kedua yang lainnya. Suaranya berat dan berwibawa. Tuan Mutsa adalah penatua yang memimpin rombongan untuk menjaga tiga orang tersebut diperjalanan.Paman Hong menyambut salam mereka deng
Mendengar saran nona Xia, Aaron terdiam. Ia telah berjanji kepada ayah dan ibunya suatu hari nanti akan menjadi seorang yang kuat. Masuk akademi adalah jalan untuknya menjadi terampil dengan cepat, namun membayangkan harapan itu akan hilang sekarang hatinya sangat tidak rela."Aku akan mencoba mencari cara," jawab Aaron menanggapi saran Xia."Bodoh, bahkan jika kamu bisa masuk ke dalam akademi, kamu hanya akan menjadi bahan bully-an siswa lain. Tapi terserahmu, kamu yang akan mengalaminya," ucap Xia dengan sinis. Sebenarnya ia lebih suka jika Aaron ikut dengan paman Hong, dengan demikian mereka akan mendapatkan tenaga yang cukup cekatan dan lincah. Mendengus lalu ia bangkit dan pergi menuju tendanya, suasana hatinya menjadi buruk."Maafkan sikap kakakku, tolong jangan dimasukkan ke dalam hati," kata Yue. Meskipun saat ini Aaron adalah bawahannya, namun setelah pekerjaannya selesai nanti hubungan majikan dan pelayan akan berakhir."Tidak masalah, Nona. Kakak Xia benar dengan perkataann
Dua sosok saling kejar-kejaran di dalam hutan. Satu laki-laki basah kuyup, satunya gadis dengan tubuh menawan mengejar di belakang."Nona, tunggu ... dengarkan penjelasanku!" teriak Aaron. Ia membalikkan tubuhnya.Tetapi gadis itu tidak memberi Aaron kesempatan, ia memanfaatkan momen itu untuk meluncurkan tusukan pedangnya ke arah Aaron."Hanya kematianmu yang bisa menjelaskan, bocah cabul!" teriak gadis itu dengan wajah penuh amarah. Dengan ngeri Aaron membalikkan tubuhnya dan berlari kembali.Sungguh wanita yang ganas, pikirnya. Ia mencari cara untuk meloloskan diri, namun pinggir sungai ini terlalu terbuka dan tidak ada tempat untuk bersembunyi.Mengarahkan pelariannya ke arah hutan, Aaron meliuk dengan gesit di antara pepohonan. Namun gadis di belakangnya sedikit pun tidak melonggarkan pengejarannya. Barangkali jika ia mendapatkan Aaron saat ini, mungkin saja Aaron akan menjadi daging cincang dan terpotong-potong.Semakin lama mereka semakin jauh masuk ke dalam hutan. Bagi Aaron u
Maye tetap berada di dahan pohon sambil matanya celingukkan melihat jika ada gerakan dari anak laki-laki itu. Namun telah beberapa lama, ia tidak melihat satu gerakan pun.Sangat khawatir ia berencana untuk turun, tetapi teringat pesan bocah itu untuk harus terus berada di dahan pohon, ia mengurungkan niatnya.Dalam kebingungan tiba-tiba terdengar suara keresek dari balik pepohonan. Seorang pemuda berjalan sempoyongan dan berlumuran darah berjalan ke arahnya. Bajunya robek di beberapa bagian dan wajahnya penuh cipratan merah yang membuatnya terlihat mengerikan seperti seseorang yang baru saja keluar dari medan pertempuran.Gadis itu segera melompat turun, ia bergegas ke depan dan menghampiri anak muda itu.Namun setelah dekat, tubuh laki-laki muda itu jatuh merosot dan akan tumbang. Maye buru-buru menangkap tubuhnya. Aaron samar-samar mencium aroma harum dan segar dari tubuh wanita itu. Maye terlihat sangat cemas dan berpikir pastilah serigala-serigala itu telah merobek tubuh si peny
Konvoi berhenti di lapangan luas yang dikhususkan untuk parkiran pengunjung pasar kota. Qibo dan yang lainnya segera turun dari kereta. "Apa yang dilakukan anak itu?" tanya Xia sambil mengernyitkan keningnya. Yue menoleh, dan melihat Aaron menjemur pakaiannya di atap kereta barang. Maye yang juga melihat tidak dapat menyembunyikan senyumnya. Menahan tawa ia berjalan menuju pasar bersama Qibo dan yang lainnya.Aaron tidak menyadari hal itu dan terus menjemur pakaiannya, setelah selesai ia bergabung dengan kakek Long dan paman Lei. Mengobrol sebentar kemudian ia merasa bosan. "Paman, bolehkah aku jalan-jalan ke dalam pasar sebentar?" tanya Aaron."Oh, tentu saja, tapi ingat jangan terlalu lama. Kamu harus kembali sebelum tuan Hong selesai berbelanja," jawab Paman Lei mengizinkan....Pasar itu cukup luas, di sisi kiri dan kanan jalan banyak kios-kios pedagang yang menawarkan barang jualan. Aaron hanya melirik sesekali tanpa niat membeli. Bukan karena tidak tertarik, hanya saja ia tida
Wajah Qibo terlihat merah padam, sementara di hadapannya seorang lelaki bertubuh cukup besar berdiri dengan kokoh dan tegas. Di sampingnya gadis bergaun merah yang terlihat manja sedang memainkan kipas bermotifkan bunga-bunga yang menebarkan aroma harum samar saat itu digerakkan. Seorang pria tampan memakai jubah putih ada di antara mereka yang tampak bersikap dingin dan acuh."Nona Yue terlebih dahulu membeli kipas itu, jadi bagaimanapun juga itu adalah milik Nona Yue. Bujia, kamu tidak bisa bersikap arogan dengan mengatakan itu adalah milik Nona Houlin hanya karena dia menginginkannya." Qibo sangat marah. Ketika mereka sedang tawar-menawar, wanita bergaun merah itu datang dan tiba-tiba saja merebut kipas di tangan Yue. "Milik Nona Yue? Bahkan itu belum dibayar, maka pemiliknya adalah yang mendapatkan barang tersebut. Sudahlah, Qibo, jika kamu ingin bertarung pun kamu tidak memiliki cukup kemampuan untuk itu," cibir Bujia memandang remeh kepada Qibo.Amarah Qibo terlihat dengan jela
Meiyo segera mengeluarkan beberapa buah tabung dari tas semestanya. Melakukan itu membuatnya terus meringis kesakitan. Aaron membantunya, lalu mengisi seluruh tabung itu dengan cairan Sumsum. Saat semuanya telah terisi, Meiyo mengatakan kalau tabung untuk menyimpan cairan sudah habis. Ada dua belas seluruhnya, dan di dalam kolam masih banyak cairan itu. Aaron memberikan enam tabung untuk Meiyo dan menyimpan enam lainnya untuk dirinya sendiri. "Tidak apa-apa, lain kali kita bisa datang lagi kesini dan mengambilnya," ujar Aaron. Namun, segera ia teringat sesuatu, bagian paling berharga dari cairan sumsum ini adalah endapan di dasar paling bawah kolam. Matanya segera berbinar. Tanpa pikir panjang ia segera mengeluarkan beberapa botol giok dari tas semestanya, melupakan ada Meiyo di sampingnya ia membuka baju. Meiyo memalingkan mukanya dengan malu. Aaron mengabaikan lalu perlahan masuk ke dalam kolam, air kolam itu tidak terlalu dalam, hanya setinggi lehernya jika ia duduk di dala
Aaron merasakan tubuhnya remuk, menyadari tempat terjatuhnya berada di dekat lorong tempatnya masuk sebelumnya, ia mengumpulkan seluruh tenaganya dan membuang tubuh Meiyo yang tidak sadarkan diri ke dalam lorong itu. Dua belalai kembali menjulang di kolam, sepertinya binatang monster itu tidak akan membiarkan Aaron lolos dan menghujaninya dengan serangan membabi buta, dengan sisa tenaganya Aaron merangkak masuk ke dalam terowongan menyusul Meiyo. Suara hantaman belalai itu membuat bunyi gemuruh dan gua serasa akan runtuh, batu-batu bulan berjatuhan dan berserakan di lantai. Tidak ingin berada di lorong itu lebih lama, Aaron sekuat tenaga mengangkat tubuh Meiyo dan berjalan tertatih menuju tempat mereka pertama datang.Ia mendengar suara gaduh dan keributan hebat di belakang. Suara pekik dan jerit kemarahan monster itu terdengar mengerikan, namun Aaron tidak memikirkan itu, yang paling penting adalah menjauh sesegera mungkin. Beruntung sepertinya makhluk tersebut tidak bisa melewati
Di ujung lorong, mereka menemukan ruangan yang cukup luas. Sama seperti ruangan sebelumnya, ruangan ini juga dipenuhi dengan batu bulan. Di tengah-tengah ruangan mereka melihat ada sebuah kolam yang mengepulkan uap panas, Meiyo dan Aaron mendekati. Samar-samar di balik uap tersebut mereka melihat tiga pilar batu yang mencuat dari dalam kolam. Memperhatikan lebih teliti, Meiyo menarik napas lega. Dengan tersenyum ia berkata, "Kita tidak salah, memang di sini tempatnya."Aaron memperhatikan apa yang dimaksud Meiyo, segera ia menemukan tumbuhan seperti bunga anggrek di puncak ketiga pilar tersebut. Bunga itu menyemburkan sinar merah muda, di bagian bawah bunga itu ada beberapa daun berwarna gelap tua. Terasa konsentrasi aliran energi panas seperti berkumpul di sekitar bunga itu. Herbal mistis itu tampak belum terlalu tua, tetapi telah memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai bahan obat.Meiyo berjongkok di pinggir kolam, memperhatikan air berwarna merah bening dengan uap hangat. Dengan s
Pagi hari mereka mengetahui ternyata tempat mereka bermalam adalah lokasi badak trisula untuk minum air di sungai dekat mereka bermalam, mereka menemukan jejak-jejak kaki badak itu di pinggirannya.Tim Meiyo melanjutkan perjalanan lebih jauh masuk ke dalam hutan, mereka menuju bagian barat Hutan Herbal untuk menelusuri keberadaan barang yang mereka cari.Sepanjang perjalanan Aaron terus mengambil daging dendengnya satu per satu dan mengunyahnya. Anggota lainnya sangat heran dengan nafsu makan anak itu yang besar, bahkan mereka mengejeknya dengan mengalahkan nafsu makan si gendut Goukin.Aaron hanya tertawa menanggapi, Setelah berjalan setengah hari, mereka menemukan sebuah danau yang cukup luas. Danau besar itu dikitari oleh bukit-bukit di sekelilingnya. "Di sinilah tempatnya," kata Meiyo."Di sebelah mana gua itu?" tanya Guzo, yang lain memperhatikan sekeliling."Andai saja begitu mudah. Informan itu hanya mengatakan bahwa gua itu ada di dekat danau, dia tidak memberitahukan di man
"Sungguh tangkapan yang besar," ujar Ciyo. "Tuan muda ini tidak menyangka tim Nona Meiyo sanggup menundukkan monster ganas ini." "Pergilah, Ciyo. Kami tidak mengharapkan kehadiranmu di sini. Tangkapan itu, jangan pernah punya ide tentangnya," ketus Meiyo. Ia berdiri dan membenahi roknya. "Sebenarnya kami telah mengejar badak ini selama beberapa hari, Tuan Muda ini sangat berterima kasih tim Nona Meiyo telah menangkapnya untuk kami. Sebagai kompensasi, Tuan Muda ini dengan murah hati akan memberikan dua puluh batu kristal," ucap Ciyo tanpa merasa malu. Kontan tim Meiyo yang mendengar menjadi marah. Badak itu keseluruhan bernilai tidak akan kurang dari dua ratus batu kristal. "Omong kosong! Tutup mulutmu dan menjauhlah," teriak Meiyo sambil meludah ke tanah. Namun Ciyo hanya tertawa dengan santai, di belakangnya sepuluh orang bertubuh kekar terlihat bersiap, meskipun mereka anak buah Ciyo, namun sedikit rasa sungkan mereka terhadap putri pemilik serikat masih ada. Jadi mereka
Aaron mengambil sebuah botol dari dalam tas semesta. "Apa itu?" tanya Goukin."Ini bubuk penghilang aroma, akan efektif untuk menjauhkan monster evolusi dari kawasan di sekitar kita," jawab Aaron menjelaskan.Goukin mengernyit lalu berkata, "Aku sudah menaburkan itu sebelumnya." "Tidak apa-apa, lebih banyak akan lebih bagus," ujar Aaron. Ia tidak akan mengatakan bahwa miliknya jauh lebih baik, itu akan menyinggung yang lain.Setelah selesai menaburkan bubuk itu ke sekeliling tempat mereka beristirahat, Aaron menaburkan sebagian ke tubuhnya. Kemudian memberikan kepada Goukin sedikit, lalu meminta Goukin meratakan ke tubuhnya sendiri. Goukin mengermyit. "Untuk apa melakukan itu?""Lakukan saja," desak Nero dengan senyum misterius. Goukin terpana sesaat, tetapi ia tetap melakukannya. Ia ingin tahu apa maksud bocah ini."Ayo kita tangkap pengintai itu," ajak Aaron dengan bersemangat. Goukin tercengang. "Apakah kamu tahu apa itu yang mengintai?" tanyanya heran."Ikut saja, tempat ini
Mata laki-laki angkuh itu memandangi Aaron dari kaki hingga rambutnya, melihat buntalan di bahunya ia terbahak dan geleng-geleng kepala. Tetapi sebelum ia sempat berkata, Meiyo segera mengajak Aaron dan anggotanya untuk menjauhi para lelaki itu.Terdengar tawa ejekan di belakang mereka saat melangkah pergi.Meiyo melemparkan sebuah benda kepada Aaron, "Kamu gunakan tas itu untuk menyimpan barang-barangmu atau jika kamu menemukan sesuatu yang berharga di perjalanan. Kembalikan padaku setelah misi kita selesai," ujarnya, saat melirik buntalan kain yang dibawa oleh Aaron, ia menggelengkan kepalanya. Bocah itu tampaknya benar-benar miskin. Aaron menyambutnya, dan menemukan sebuah tas seukuran kantong yang memiliki kaitan kunci untuk dipasang di dalam saku jubahnya. Itu adalah tas penyimpanan, orang-orang menyebutnya Tas Semesta. Tas Semesta memiliki ruangan spasial di dalamnya dengan fungsi sama seperti cincin penyimpanan, hanya saja Tas Semesta berada pada kelas yang lebih rendah. Namun
Aaron mendengarkan seluruh percakapan itu, ia menjadi tertarik dan ingin untuk bergabung. Dengan sedikit keraguan, Aaron bangkit, berdiri dan mendekati meja pemuda-pemuda itu. Mereka terlihat berusia di antara 20 sampai 25 tahun. Memakai pakaian seragam yang sama dengan tulisan dan logo sebuah perusahaan di dadanya. Melihat Aaron mendekat, mereka memandangnya dengan penuh perhatian. "Maaf, Kakak semua. Kebetulan saya dengan tidak sopan telah mendengar percakapan Kakak. Apakah Kakak semua membutuhkan tambahan orang untuk melakukan pekerjaan?" tanya Aaron. Ketiga orang itu memandangi Aaron dengan tercengang, salah satunya memindai tubuh Aaron dari atas sampai ke bawah. "Bocah, kamu belum cukup umur untuk mengerjakan pekerjaan orang dewasa," ucapnya, disambut tawa dua temannya. Aaron langsung menjadi malu, ia hanya melamar secara acak, tidak tahu misi apa sebenarnya yang dilakukan orang ini. "Pergilah, misi ini tidak cocok untukmu," ujar pria itu sambil melambaikan tangannya menyur
Mendapatkan tiga rumput roh fajar seharga tiga koin emas, Aaron tersenyum senang. Tinggal kristal-kristal itu sekarang. Nona Yue telah berjanji untuk meminjamkan sebelumnya, tetapi ia berpikir lebih baik jika mendapatkannya sendiri, meskipun itu tentu saja tidak akan begitu mudah.Saat Aaron selesai melipat pakaiannya yang dijemur di atas kereta barang, Yue bersama Xia datang menghampiri."Aaron, terima kasih telah membantuku tadi," ujar Xia. Nada arogan dan ketus seperti biasanya ia berbicara kepada Aaron telah tidak ada lagi. Tatapan sinisnya berganti dengan rasa malu karena telah menganggap remeh anak muda tersebut sebelumnya."Tidak masalah," jawab Aaron. "Aku hanya melakukannya secara acak, untung saja Hougan memiliki kebijaksanaan, jika tidak ... aku takut mereka akan melibatkan peringkat yang lebih tinggi," jelas Aaron.Xia mendesah ringan. "Yah ... untung saja begitu. Houlin dan Bujia itu sangat tidak masuk akal, dan mereka pendendam. Aku khawatir mereka belum menganggap ini b