Zia sudah mendapatkan info dari orang suruhan Zyan kalau perusahaan yang ditangani oleh Reikhan sedang membutuhkan sekertaris untuk Reikhan, dan dia akan melamar kerja disana.
Zia dengan begitu yakin kalau dia akan diterima bekerja diperusahaan minyak itu. Zia mengikuti interview pagi ini dengan blouse pink muda dan rok hitam yang lebih sopan, meski masih diatas lutut nya. Hels hitam menjadi pilihannya.Setelah rapi dia melihat ponselnya dan mengetikkan sesuatu.Aku akan berangkat ke lokasi sekarang, aku titip salam rindu untuk ibunda dan ayah.Zyan pagi ini akan kembali ke Fortania, dia berpesan kepada Zia agar tidak terburu-buru.Dan zia mengerti hal itu, Zyan takut kalau Nowel akan tahu penyamarannya.Dan semuanya akan gagal total.Zia mengendarai mobilnya menuju ke perusahaan Reikhan.Kebetulan perusahaan itu tidak jauh dari lokasi apartementnya, dia memarkirkan mobilnya sedikit jauh dari perusahaan. Pengawalnya datang untuk mengambil mobil dan pergi.Zia berjalan kaki sedikit dan dia sekarang berada didalam loby perusahaan. Seorang karyawan mengantarkannya ke ruangan HRD, beberapa karyawan melihat Zia dengan penasaran ada juga yang terang-terangan mempelototinya.Zia mengetuk pintu dan masuk kedalam ruangan HRD itu dan dipersilahkan untuk duduk. Pak boby memang sangat ramah kepadanya, terlihat dengan senyuman yang diberikan pria yang usianya mungkin sudah 43 tahun itu.Setelah semua sesi interview dijawab oleh Zia dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya, akhirnya dia selesai juga dengan interview membosankan ini pikirnya. Pak boby hanya menanyainya hal-hal yang tidak penting. Salah satunya adalah apakah Zia punya pacar atau tidak.Saat Zia ingin keluar dari kantor yang sangat besar itu, Reikhan melihatnya dari kejauhan.Sebuah pesan masuk dari nomer Faulo pengawal Zia yang sedang memata-matai Reikhan dari jauh.Target melihat anda putriZia tersenyum tapi mempercepat langkahnya. Kali ini dia akan membuat Reikhan penasaran dengannya.Reikhan melihati Zia yang terus berjalan lalu menyetop taksi didepan jalanan kantor.Vanya yang ada disebelahnya bertanya ada apa, tapi Reikhan tidak menjawab dan membawa Vanya masuk kedalam mobilnya yang sudah ada didepan kantor."pulanglah, supirku akan mengantarkanmu."Vanya hanya diam menyetujui, toh dia tidak ada artinya meski seharian berada diruang kerja Reikhan. Reikhan akan tetap fokus pada laptop dan berkas-berkas nya.*****Zia terbangun karena suara alaram yang begitu nyaring membuatnya tidak bisa terus tidur.Seperti biasa Zia akan mengecek ponselnya terlebih dahulu melihat jadwal pemotretan ataupun acara yang akan dia datangi setiap harinya dari managernya.Dia menepuk jidatnya lupa kalau dia sudah meminta libur sementara kepada managernya dan juga agency yang menaunginya. Zia mengatakan akan merawat ayahnya yang sedang sakit di Fortania.Dia masuk kedalam kamar mandi dengan malas-malasan, ponselnya bergetar dan tidak ada nama yang tertera.Siapa yang menelponnya di jam 8 pagi begini pikirnya."hallo...."Hallo miss Arrabella, saya HRD di perusahaan Edward's corp ingin meminta anda bergabung bersama perusahaan kami. Apakah anda setuju?Zia langsung loncat-loncat kegirangan dan dia sangat bahagia."saya setuju sir, jadi kapan saya bisa mulai bekerja?"Hari ini juga jika kamu bisa kamu bisa langsung bekerja. Kebetulan besok Mr. Reikhan akan keluar negri dan jika kamu sudah bisa kamu bisa ikut dengannya besok.Zia senang bukan main, dia loncat ketempat tidurnya dengan kuat."baiklah sir, saya akan datang kekantor pagi ini juga. Thank you sir..."Zia buru-buru masuk kekamar mandi dan mandi dengan secepat kilat.Rambutnya dia sanggul rapi make up tipis lipstik pink dan kemeja kerja berwarna putih gading tak lupa rok hitam dan hels hitam.Dia memakai taksi setelah memberikan info kepada Faulo kalau misi awal mereka berhasil dan dia segera menyuruh Faulo menyiapkan apartement lebih kecil untuknya. Sebagai persiapan jika nanti dia sudah dekat dengan Reikhan, tidak mungkin dia memberi tahu apartement aslinya.Tidak ada orang normal biasa yang tinggal di apartement mewah seperti miliknya. Bukan dia sombong hanya memang itu kenyataan didunia ini.Dia sampai sepuluh menit dari apartementnya dan langsung menaiki lift menuju ruang Pak bobby."oh, Arabella kau sudah tiba dikantor hanya dengan setengah jam setelah aku menelponmu, benar-benar pekerja yang baik."Zia tersenyum ceria dan pak Bobby mendekatinya."aku akan memperkenalkanmu dengan bos besar kita, ingat satu hal Ara. Mr. Reikhan adalah pewaris kerajaan minyak yang terbesar di Erofa dan dia sangat tidak suka kesalahan apa pun yang sekertarisnya lakukan."Zia mengangguk mengerti dan dia sangat bersemangat kali ini. Dia harus bisa membuat Reikhan Edward penasaran dengannya.Pak Bobby membawanya masuk kedalam lift dan dia menekan tombol dua puluh lima, lantai teratas perusahaan ini.Zia masih terus tersenyum dan tidak sengaja mereka berpapasan dengan wanita cantik berambut pirang yang melihatnya juga.Pak Bobby menyuruhnya menunduk dan di mengikuti kode dari pak Bobby."dia adalah calon tunangan Mr. Reikhan, namanya miss Vanya Thomsons. Keluarga mereka adalah teman baik nyonya Elia."Zia hanya mengangguk mengerti lagi, tapi dalam hatinya dia menilai wanita yang akan dia saingi untuk mendapatkan tujuannya.Dari sekali lihat Zia bisa melihat wanita tadi adalah wanita yang perfeksionis dan juga tidak liar seperti dirinya.Ah, dia bukan liar dia hanya suka bersenang-senang. batin Zia membela dirinya sendiri.Pintu ruang kerja Reikhan dibuka oleh pak Bobby."selamat pagi sir, saya sudah mendapatkan sekertaris baru untuk anda."Reikhan yang awalnya melihat serius ke laptopnya melihat kearah dua orang didepannya dan dia terkejut melihat Zia ada disana. Zia juga berpura-pura terkejut dan merasa gugup, padahal dia ingin tertawa saat ini melihat wajah tampan dengan kaca mata itu."terimakasih bobby, aku akan memberitahumu penilaianku nanti."Pak bobby keluar dari ruangan itu dan Zia benar-benar gugup sekarang. Tatapan mata Reikhan tak lepas dari wajahnya."so, siapa namamu miss?""nama saya Arabella sir.""hanya Arabella, nama keluargamu?""tidak ada sir, saya hidup seorang diri sudah sangat lama."Dalam hati Zia meminta maaf karena sudah berbohong."oke sorry, jadi kau sudah tahu tugas-tugasmu diperusahaan ini?"Zia mengangguk dan Reikhan masih melihat wajah Zia sambil duduk di kursi kerjanya."good, kita langsung saja. Aku ada pekerjaan untukmu dan dalam waktu 20 menit kau harus sudah selesai mengerjakannya. Jika sudah selesai kau bisa masuk kembali kesini.""ya sir,"Saat Zia ingin berbalik Reikhan membuatnya berhenti melangkah."miss. Ara, aku sudah melupakan kejadian yang kemarin dan kuharap kau juga begitu. Jadi kau bisa dengan tenang bekerja."Zia pergi dari ruang kerja Reikhan dan duduk dimeja depan dekat dengan pintu masuk keruangan Reikhan.Dia menyalakan komputer serta sedikit membersihkan debu di area tempat dirinya bekerja.Setelah selesai dia membuka map dan betapa terkejutnya dia melihat jadwal padat Reikhan. Bagaimana bisa ini terjadi, sepertinya kakaknya Zyan tidak serepot ini untuk mengurus perusahaan.Karena otak cerdas miliknya dalam waktu lima belas menit Zia sudah mengerjakan tugas yang diberikan Reikhan dan dia sudah memeriksanya.Dia berjalan masuk kedalam ruangan Reikhan setelah sebelumnya mengetuk pintu terlebih dahulu."sir. Ini tugas yang anda berikan. Jadwal anda di Los angeles besok juga sudah saya atur. Hanya tinggal konfirmasi dari anda untuk menghubungi kolega anda disana sir."Reikhan melihat jam dan dia tahu zia mengerjakannya dengan cepat."bawakan kesini. Aku ingin mengeceknya terlebih dahulu."Zia memutari meja kerja Reikhan dan meletakkan jadwal kegiatan dan kunjungan Reikhan bulan ini. Lalu dia berdiri disebelah Reikhan yang duduk memeriksa hasil kerjanya."ini bagus, Reikhan menandatangani kegiatan yang sudah disusun Zia. Lalu memberikan map itu kepada Zia sambil tersenyum."Zia lega dan ingin kembali ketempat kerjanya untuk menghubungi kolega bisnis Reikhan, untuk mengatur jam pertemuan mereka besok dengan Reikhan. Tapi Reikhan mengagetkannya."ARA"Zia hampir terjatuh karena panggilan dadakan dari Reikhan. Tubuhnya ditahan oleh Reikhan dan rambutnya terurai mengeluarkan aroma yang disukai Reikhan.Reikhan menatap setiap inci wajah Zia begitupun dengan Zia.Jantung Zia berdetak tidak karuan saat berdekatan dengan Reikhan seperti ini.Suara dua orang pria membuat Reikhan dan Zia berdiri dengan benar dan menjadi salah tingkah."oh Rei, maaf kami mengganggu mu. Hahahhaaha".Evan yang bersuara dan adam tertawa."permisi sir."Zia ingin pergi tapi Reikhan membuatnya lagi-lagi berhenti."ehm Ara, besok kamu harus ikut saya ke Los Angeles. Siapkan semua berkas yang saya butuhkan.""ya sir,"Adam dan Evan menepuk pundak Reikhan dan tertawa."Rei, bukankah itu si seksi yang kita lihat di pesta waktu itu."Adam memperhatikan wajah Zia yang tak asing."ya, dia melamar disini dan posisinya sekertarisku."Evan bertepuk tangan dan duduk begitu saja di sofa yang ada diruang kerja Reikhan."sepertinya kalian berjodoh Rei, kalian terus saja bertemu. Dan sekarang dia sekertarismu. Aku dapat melihat kau menyukainya."Evan masih mengoceh dan Reikhan hanya mendengarkannya saja.Dua jam mereka mengobrol ini dan itu lalu kedua sahabat Reikhan pergi dari kantor setelah menyapa Zia dimejanya dengan ramah.Reikhan berteriak memanggil Zia dan Zia langsung masuk kedalam ruang kerja Reikhan. Padahal ini jam istirahat pikir Zia."ya sir.""bisa kau bantu aku mengerjakan ini,"Zia memutari meja kerja Reikhan dan melihat proposal di layar laptop. Saat Zia bertanya kepada Reikhan, Reikhan tidak mendengarkan melainkan menatap wajah Zia dari samping. Zia tahu hal itu, tapi dia membiarkannya karena itulah tujuannya.Pintu terbuka dan Vanya melihat pemandangan itu."Reikhan"Panggil Vanya yang masuk tiba-tiba ke ruang kerjanya. Vanya tidak bersalah karena pintu ruangan Reikhan tidak tertutup jadi dia bisa melihat dan masuk begitu saja."ada apa?"Reikhan masih melihat wajah Zia sambil bertanya.Zia menggeleng dan menunjuk Vanya."bukan saya sir, tapi "Reikhan menoleh kearah telunjuk Zia dan melihat wajah marah dari Vanya."kau bisa keluar dari sini"Perintah Reikhan kepada Zia."tidak, aku ingin kau menjelaskan siapa wanita ini. Apa dia simpananmu?"Zia ingin menyiram wajah Vanya saat itu juga."jaga ucapanmu Vanya, dia sekertarisku.""ah Sekertaris. Pantas saja,"Reikhan bangkit dari duduknya dan menarik Zia untuk keluar ruangannya. Tapi Zia berhenti saat didepan Vanya."maaf nona, saya memang hanya sekertaris. Tapi saya tidak berniat menjadi simpanan bapak Reikhan. Apalagi menggoda nya. Permisi."Vanya hanya diam mendengar jawaban itu, dia memang melihat Reikhan lah yang tidak berkedip menatap Zia saat sekertarisnya itu berbicara.Vanya merasa khawatir sekarang. Pasalnya sekertaris baru Reikhan itu begitu cantik dan Vanya tidak suka itu.Vanya ingin mempercepat tanggal pertunangan mereka agar Reikhan secepatnya bisa menikahinya.Bersambung...Mau tau aksi Zia lagi???Silahkan di vote dan koment ya....😘😘😘😘😘❤❤❤Zia berlari dari luar kantor terburu-buru, dia bangun kesiangan akibat semalaman menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Reikhan. Saat dia sampai dikantor untungnya dia belum telat, dia tidak sempat bersisir tadi karena terburu-buru, jadi saat dia berada didalam lift dia menyisir rambutnya dengan tangan. Pintu lift terbuka lagi sebelum naik ke lantai atas. Dia tidak menyadari siapa yang masuk kedalam lift itu karena terlalu sibuk membenarkan rambutnya. "apa kau terlambat miss. Ara?" Zia melihat orang yang menyapanya. "ehm, Sepertinya tidak sir. Masih lima menit lagi sebelum jam masuk kantor." Zia melihat jam dipergelangan tangannya. "lalu kau bangun terlambat?" Zia mulai bosan dengan pria berkacamata disebelahnya ini. Tapi dia terpaksa senyum menanggapi. "kancing kemeja mu terbuka".Wajah Zia memucat dan dia segera melihat kearah kancing yang terbuka itu. "tenang saja aku sudah terbiasa melihat wanita menggodaku seperti itu."
Zia sedang berada didalam toilet kantor, ini sudah jam pulang kantor dan dia mengganti pakaian kerjanya dengan dress hitam ketat yang membentuk sempurna tubuh nya. Zia sedikit kesal dengan ukuran payudaranya yang terkadang membuatnya depresi karena terlalu menonjol. Mungkin faktor keturunan pikirnya karena teringat kembaran nya yang juga merasakan hal yang sama dengannya. Saat dia keluar dari toilet tidak sengaja dia menabrak Reikhan. Dan Zia meringis karena keningnya terkena dagu Reikhan. Reikhan memandangi Zia dari atas hingga bawah, dan Zia masih meringis tidak tahu siapa yang dia tabrak. "Ara kamu mau kemana?" Zia melihat dan ekspresinya kesal. Tidak disengaja ataupun sengaja selalu saja Reikhan yang dia tabrak. "mau kencan sir, ini sudah jam pulang kantor. Dan tadi saya juga sudah permisi pulang dengan anda." "bukannya kamu tidak punya pacar,"Zia sangat kesal dengan sikaca mata ini. "anda tidak perlu menegaskannya sir. Lagi
Zia sedang tertawa bersama dengan Nowel dimeja bar, Nowel mengajaknya lagi untuk kelantai dansa dan dia menyetujui. Dari jauh Reikhan melihat dua orang yang sedang berdansa sambil tertawa. Zia mengalungkan tangannya dileher Nowel dan Nowel mendekap erat pinggul Zia. Ntah apa yang sebenarnya ada dibenak Zia, dia seberani ini dekat dengan musuhnya. Nowel mendekatinya ingin menyentuh tubuh Zia tapi Zia tertawa dan menggeleng kan kepalanya, membuat Nowel semakin penasaran dengan Zia. Seseorang membawa minuman dan tertumpah mengenai dress Zia. "Shit, kalau jalan lihat-lihat dong." Zia mengumpat dan orang yang menabrak Zia meminta maaf. Zia berpamitan dengan Nowel untuk ke toilet. Saat sampai ditoilet dia menarik nafas dan mengambil ponsel kecilnya dari saku dress nya. Ada satu pesan dari Zyan dan dia membukanya. Reikhan menyuruh orang mengikutimu dan juga nowel. Dia sekarang
Reikhan kesal dengan Zia yang sangat lama memilih apartement yang cocok untuknya. Sudah ditawarkan tinggal di apartementnya tapi wanita ini tidak mau, sekarang dia pusing sendiri memikirkan mencari kemana lagi apartement yang akan dia tempati pikir Reikhan." Ara bisakah kita makan malam terlebih dahulu, aku sangat lapar."Zia melihat jam tangannya dan sudah menunjukan pukul enam sore, matilah dia ada janji dengan managernya. Bukannya menjawab pertanyaan Reikhan Zia malah mengetikkan sesuatu kepada managernya, lalu dia tersenyum kepada Reikhan."Baiklah ayo kita makan." Reikhan tidak habis pikir dengan tingkah Zia, dia dibuat kesal, terpesona, dan marah. Tapi semua itu malah membuatnya semakin tertarik kepada Zia.Reikhan memilih makan di Restoran cepat saji karena Zia juga setuju.Zia hanya makan sedikit dan minum air mineral, dirinya sudah terbiasa menjaga makanannya agar tubuhnya tetap bagus. Karen
Reikhan keluar dari ruang meeting dan melihat Zia yang juga berjalan dibelakangnya. Dilihatnya jam dipergelangan tangannya sudah jam lima, dan itu artinya jam pulang kantor. Semalam mereka habiskan waktu hanya diam sambil duduk di gazebo, Zia yang memutuskan untuk tidur dan meninggalkan Reikhan yang masih setia menatap langit gelap London malam itu. Paginya saat dia bangun, Zia sudah siap dengan pakaian kerjanya dan sedang memakan sarapan yang dia buat sendiri. Zia juga menyiapkan sarapan untuknya, tapi Zia tidak ingin pergi kekantor bersamanya dengan Alasan tidak ingin karyawan kantor tahu. Bagi Reikhan, sepertinya Zia sedikit terganggu dengan pertengkarannya dengan Vanya semalam. Apa Zia tersinggung pikirnya. Baru saja dia ingin berbicara dengan Zia, Vanya sudah ada didepannya dengan hidung yang merah dan wajah yang sembab. Reikhan tidak tahu kenapa bisa ada Vanya dikantornya, apa Vanya menunggu dia sampai selesai meeting. "Rei... Aku ingin kita berbicara"
Reikhan sedang berkaca didepan cermin dikamarnya dan dia sedang memikirkan apa yang dia lihat kemarin. Tidurny menjadi tidak tenang karena melihat Zia memakai handuk kemarin. Mata nya menyipit melihat sesuatu yang aneh dibawah tempat tidur nya. Reikhan semakin memicingkan matanya untuk melihat benda itu. Saat dia berbalik ingin mengambil benda itu pintu kamarnya diketuk. Dia membuka pintu kamarnya dan melihat Zia dengan mata yang sembab. Dalam pikiran Reikhan adalah Zia sedang sakit. "kau kenapa? Apa kau sakit?" Zia mengangguk dan menatap Reikhan dengan lesu. Terlihat bibirnya pucat, itu membuat Reikhan menjadi khawatir. "bisakah aku tidak masuk kerja hari ini, kepala ku sakit sekali. Aku akan kerumah sakit sebentar lagi." "tentu saja boleh, aku akan mengantarkanmu kerumah sakit." Zia dengan cepat menggeleng. "ehm.. Tidak usah, aku tidak suka kau bersikap berliebihan kepadaku. Kau pergi saja bekerja, aku akan baik-baik saja." Rei
Aston meminta Zia untuk tidak dekat-dekat dengan Nowel, tidak perduli dengan alasan apa pun Zia tidak boleh berdua dengan bajingan itu, menurut Aston. Dan Zia berkata akan mengusahakannya. Zia turun dengan Aston dari dalam mobilnya didepan sebuah restoran Indonesia di London. Zia memang sangat mencintai Indonesia, dan ini adalah restoran favoritnya. Aston sudah membooking restoran ini untuk dirinya. Aston tahu kalau Zia tidak suka berita kedekatan mereka menjadi bahan perbincangan nantinya, sehingga jika mereka jalan berdua Aston akan menyiapkan tempat private. Saat akan memasuki restoran, mata Zia membulat melihat Vanya keluar bersama seorang wanita paruh baya. Dari balik kaca mata hitamnya Zia berpikir mungkin itu adalah ibu nya Vanya. Aston menggenggam tangannya dan Vanya menatap tajam kedirinya. "Lihat lah, beruntung sekali wanita yang dikencani seorang bilioner muda itu Vanya. Harusnya kau bisa juga menaklukan Reikhan". Suara ibu Vanya hanya dapat dideng
Jadi aku sekarang kekasihmu hmm? "Reikhan tersenyum tapi jantungnya berdebar mendapat tatapan intens dari Zia. "Maaf, aku hanya tidak ingin kakakku terus menganggumu. "Zia akhirnya mengangguk paham. Dia menutup mata nya untuk meredam kemarahannya pada Aston. Bisa-bisanya dia hampir membongkar identitas Zia. Lihat saja jika bertemu nanti, pikir Zia. Reikhan memarkirkan mobilnya dibasement dan mereka turun dengan hanya saling diam. Zia sibuk dengan pemikiran bagaimana dia bisa mendapatkan surat perjanjian itu, dan Reikhan sendiri sibuk dengan perasaannya yang tak menentu jika melihat Zia. "Kenapa kau pergi ke club jika sedang sakit?""Aku hanya ingin bertemu temanku sebentar tadi. Dan sialnya bertemu dengan tuan Nowel. Ah.. Sangat menyebalkan. "Zia benar-benar kesal dengan kejadian malam ini. Semoga tidak ada para wartawan yang tahu kalau dia adalah Zia. "Ya sudah istirahatlah. Selamat malam "Reikhan masuk kedalam kamarnya, begitu juga Zia. Didalam k
Zia dibawa menaiki helikopter oleh Aston dari lantai atas hotel Orlando. Aston mengatakan akan membawa Zia berlibur, Zia hanya menurut karena dia malas untuk berdebat dengan Aston. Dia hanya menyuruh Aston mengganti rugi semua perjanjian kontrak kerjanya yang akan dia lakukan besok. Bagi Aston tidak masalah sama sekali karena hal itu bukan apa-apa baginya.Helikopter mereka terlihat berhenti dan memurun. Saat Zia melihat kebawah mereka ternyata ini adalah sebuah dermaga. Zia melihat Aston tapi pria itu hanya tersenyum tanpa mau memberitahukan apa-apa. Hingga saat turun barulah dia sadar ternyata mereka akan menaiki sebuah kapal berwarna putih.Kapal pesiar kecil tapi mewah ini membuat Zia mengerti maksud Aston. Pria ini akan membawanya berlibur dikapal ini. Zia menyakinkan hatinya jika dia akan bis melupakan bayang-bayang Reikhan karena dia sudah berdamai dengan masalalu nya.
Sesak di dada Zia seakan bertambah dengan kehadiran Reikhan. Logika nya menolak Reikhan tapi hatinya seperti tidak sejalan dengan apa yang dia inginkan."Kembalilah padaku Zia, aku mencintaimu".Kalimat itu terulang lagi membuat Zia semakin membisu. Reikhan mencium pundaknya dan membalikkan tubuh Zia. Mata Zia menangkap sorot kerinduan dimata Reikhan."Aku mencintaimu, dan kau mencintaiku. Apakah semua itu masih kurang?"Zia hanya diam. Reikhan menarik nafasnya karena Zia hanya diam dan membisu seperti tidak ingin berkata apapun."Jika kau tidak mencintaiku kau tidak akan datang kesini malam ini Zia."Sedetik kemudian air mata Zia jatuh dan Reikhan terkejut Zia menangis didepannya secara terang-terangan. Apakah sesakit ini yang Zia rasakan. Jika memang ben
Aston sudah tidak bisa melepaskan tubuh Zia yang membuatnya tidak bisa menahan sesuatu dibawah sana. Bibir Aston menyapu leher Zia, ada air mata yang keluar dari mata Zia. Ya, dia menangis. Hatinya sekarang begitu sakit, dia menyakiti Reikhan dan dia menyakiti Aston. Tapi Zia buru-buru mengenyahkan perasaan nya, Aston mencium pundak Zia yang terbuka karena saat ini baju Zia memang bermodel kerah sabrina."jika aku melanjutkannya aku tidak akan bisa berhenti." Aston mencoba menahan sesuatu ditubuhnya yang ingin terus mencumbu Zia. Tapi dia masih berpikiran waras untuk melakukan itu. Dia bangkit dRi tempat tidur dan melihat mata Zia yang tersenyum kepadanya."Aku akan mandi sebentar. Kau mau menungguku?"Zia mengangguk dan Aston pergi kekamar mandi....Sofia men
Reikhan hari ini terlihat sibuk melihat ponselnya sambil duduk manis di loby studio Foto ternama di London. Apalagi yang dia lakukan jika bukan menunggu pujaan hatinya yang sangat ingin dia menjauh."Hai Rei, kau disini juga?" Angelika keluar bersama seorang pria yang Reikhan tidak tahu siapa."Ah iya. Aku sedang menunggu Zia."Angelika tampak tersenyum bahagia. Lalu menyuruh pria yang sekarang Reikhan tahu adalah asisten Angelika pergi keluar dari studio itu."Apa kau sekarang berusaha mendapatkannya?"Tatapan Angelika menyelidiki Reikhan."Kau benar Angel." Reikhan tampak bersemangat mengatakannya. Tapi wajah Angelika mendadak berubah takut."Kau ya
Aston sangat menyebalkan, dia memencet bel apartment berulang-ulang. Zia terpaksa bangun dari kamarnya, padahal baru lima belas menit dia masuk kedalam kamarnya setelah menangis di balik pintu apartement. Dia yakin ini Aston karena hanya Aston yang segila ini.Zia membuka pintu apartment nya dan ternyata benar Aston sudah berada didepan pintu dengan wajahnya yang masih babbak belur. Aston meraih tubuh Zia dan memeluknya erat."dengar detak jantung ini?" Zia merasakan apa yang dikatakan Aston. Dan dia mengangguk kecil."Saat ini aku sangat takut kehilanganmu. Aku takut tidak lagi bisa memelukmu seperti ini. Maafkan keegoisanku"Zia mengangguk dan memeluk erat tubuh Aston. Entah bagaimana lagi dia harus mengatakan jika Aston adalah pria yang special baginya. Tapi sekarang kenapa semua seperti ini?Aston mencium p
"Terima kasih kau sudah menolong kekasihku".Reikhan mengerti maksud semua itu. Aura bolak-balik melihat Reikhan dan Aston yang saling mengeratkan rahang mereka. Lalu Zia juga sama dengan Aura."Tidak masalah," jawab Reikhan lalu melanjutkan apa yang dia dan Aura kerjakan tadi. Ghafur dan Devin juga ikut bersitegang melihat ekspresi Aston tadi. Langkahnya pasti dan matanya tajam lurus melihat Reikhan dan Zia.Ghafur lalu menghidupkan sebuah musik agar suasana jadi santai. Devin berdecik kepada Ghafur."Dasar musisi." Ghafur hanya tertawa dan menghampiri Angelika di pantry dalam.Semua berjalan lancar malam itu. Mereka bagaikan sekumpulan anak muda yang sedang kasmaran dan mengadakan pesta. Ghafur memainkan gitar lalu bernyanyi sedangkan Zia hanya menatap Ghafur dan terbayang akan Vienza. Pantas saja kakaknya it
Zia membuka pintu apartmentnya saat Angelika mengatakan mengunjunginya bersama dengan Diana salah satu teman mereka yang juga seorang model."Oh Tuhan, aku pikir habis melihat panda." ujar Angelika melihat wajah sembab dan mata panda Zia."Apa kau habis menangis Zi ?"Tanya Diana yang meneliti Zia dari atas hingga bawah. Zia memakai kimono tidurnya yang berwarna merah tapi tampilan wajahnya benar-benar kacau juga rambutnya yang acak-acakan. Tanpa dipersilahkan masuk Angelika dan Diana sudah masuk kedalam apartement itu, Zia hanya memutar kedua bola matanya."Apa kalian tidak ada pemotretan atau pekerjaan lainnya selain kesini huh??"Angelika dan Diana tersenyum bersama, tapi tidak menjawab pertanyaan Zia. Mereka sibuk membuka lemari es dan menutup lemari es itu dengan kesal."Apa kau tidak menyimpan makanan lainnya selain buah dan jus?"Zia hanya tersenyum dan masuk kedalam kamarnya. Dia sangat malas untuk mandi, lebih baik dia tidur lagi." Zi... Nanti Ghafur dan Devin akan kesini bo
Setiap orang punya masa lalu begitu juga Reikhan. Tapi masa lalunya membuatnya tak bisa menjalani hidupnya dengan baik seperti dulu lagi. Reikhan memutuskan menjual apartment nya, karena jika dia tetap berada di sana dia akan terus mengingat Zia. Seperti saat ini dia sedang berada dimeja makan dan ingatannya kembali saat dia memangku Zia. Jika dia beralih keruang tamu dia mengingat juga kenangan nya dan Zia saat bermain game.Reikhan memutuskan untuk kembali ke mansion keluarganya. Dia tidak bisa terus mengingat Zia, setelah pertemuan terakhirnya dan Zia waktu acara fashion show itu Reikhan tidak lagi pernah melihat Zia. Terkadang dia ingin menemui Zia tapu terkadang hatinya meradang mengingat kebohongan Zia. Bahkan Zia tidak meminta maaf atas apa yang dia lakukan kepada dirinya.Jika kalian bertanya kenapa Reikhan tidak berusaha mengga
Aston memeluk tubuh Zia yang tertidur di brankar rumah sakit. Ya malam itu Aston dan yang lainnya mengantar Zia ke apartment nya. Zia membersihkan dirinya, karena semua tubuhnya basah. Dia beranjak ingin tidur dan hanya Aston yang tetap disana, menunggu Zia untuk tidur dan terlelap. Tapi tengah malam Aston mendengar Zia membuka pintu, dia bilang ingin mengambil obat karena kepalanya terasa pusing. Aston memeriksa kening Zia dan panas badan Zia membuatnya khawatir. Tanpa bertanya Aston sudah membawanya kerumah sakit. Jadi disinilah mereka, setelah mendapatkan penanganan mereka berbaring di atas brankar itu. Aston tidak memberitahu Vienza dan Zyan karena dilarang Zia. Dia tidak mau semuanya jadi khawatir kepadanya, padahal dirinya hanya demam."Kau mengantuk sweet heart?" Zia mengangguk didalam pelukan Aston. Dan pria itu mencium keningnya.