Reikhan makan siang bersama kekasihnya yang sudah setahun ini menjalin hubungan dengannya.
Sebenarnya Vanya adalah wanita yang dijodohkan ibu tirinya kepadanya. Vanya seorang designer dan dia adalah anak teman dekat dari ibu tirinya.Reikhan tidak seperti Nowel kakaknya yang suka bergonta ganti pasangan.Reikhan hanya memiliki dua mantan pacar, bersama Vanya sebenarnya dia tidak terlalu suka. Hanya karena Vanya adalah wanita yang mandiri dan juga baik, jadi Reikhan yang sekarang super sibuk memilih untuk menyetujui perjodohan ini. Lagi pula dia terlalu malas untuk berpacaran lagi."kapan kita tunangan?"Vanya bertanya kepada Reikhan yang terlihat sedang sibuk dengan ponselnya."hm... Aku akan melihat jadwal kosongku untuk menentukan tanggalnya."Tatapan Reikhan masih fokus kepada ponselnya, dan itu membuat Vanya kesal."Reikhan bisakah kau melihat ku saat kita bersama?" Vanya menaikkan nada suaranya."sudah setahun dan kita hanya jalan ditempat." Vanya benar-benar muak sekarang dan dia pergi meninggalkan Reikhan yang menarik nafas lalu bergegas menyusulnya."hei.. hei.. Vanya, ayolah jangan marah begitu. Kau harus mengerti aku sangat sibuk, apalagi setelah papa meninggal. Kau tahu sendiri bagaimana keadaan perusahaan sekarang.""jangan menjadikan semua itu alasan Reikhan. Sudah setahun tapi kau masih terus cuek terhadapku. Kau ini menyukai ku atau tidak ha?"Vanya diam dan membuang muka nya kearah lain. Meski ini perjodohan tapi Vanya menyukai dan mencintai Reikhan. Reikhan tampan, terpelajar, dan juga nilai plusnya pria ini kaya raya girls."cuek bagaimana Vanya, aku menemanimu kemana pun. Kencan, liburan, semua nya aku turuti, lalu apa nya kurang?""tapi kau melakukannya hanya karena aku yang meminta. Dan pikiranmu tidak sepenuhnya denganku, kau memikirkan entah apa yang tidak ku ketahui."Saat Vanya ingin berbicara lagi Reikhan mencium bibir Vanya sebentar."pulanglah... Aku ada meeting. Kita akan bertemu besok pagi, aku akan menjemputmu besok."Reikhan berjalan dari cafe itu menuju kantornya yang dekat dengan cafe tempat mereka bertemu tadi. Sedangkan Vanya hanya diam setelah Reikhan mencium nya, Reikhan selalu seperti ini jika dia sudah mengeluh. Tapi Vanya menyukai setiap kecupan yang diberikan Reikhan. Ya... Reikhan hanya mencium sebentar bibirnya tidak lebih dari semenit. Begitu sopan bukan.Saat dijalan Reikhan menabrak seorang wanita dengan pakaian yang pasti membuat mata lelaki melihat kearahnya. Wanita itu marah karena blouse putih yang dia kenakan terkena tumpahan kopi yang dibawa wanita itu sendiri.Saat wanita itu mengoceh Reikhan tidak terlalu mendengarkan. Dia hanya melihati wanita itu dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya. Wajah manis dan mata yang menggoda, dan harum wanita ini benar-benar menggodanya.Satu kalimat yang dapat didengar Reikhan, yaitu dia sudah membuat wanita ini terlambat interview.Dia berpikir apakah ada interview dengan rok minim dan blouse tipis seperti ini.Sesuatu dibawah sana mengeras saat tidak sengaja Reikhan melihat bentuk payudara wanita ini.Dia membantu wanita yang masih mengoceh kepadanya ini untuk berdiri, lalu dia teringat dengan meeting yang akan dia hadiri.Dia pergi begitu saja setelah minta maaf, tapi senyuman muncul dibibirnya. Wangi wanita itu seperti menempel dihidungnya, dan itu membuatnya tidak berkonsentrasi sepanjang jalan ke kantor hingga meeting, bahkan dia tersenyum sendiri jika mengingat wajah wanita itu mengomel lagi.*********Zyan masih menertawakan Zia yang kesal dan mengoceh mengumpati Reikhan Edward."kau diam, atau keluar dari apartement ku kak." Zia menunjuk Zyan dengan garpu dimeja makan."oke.. oke..." Zyan berusaha menahan tawanya."kau mengerti bukan kalau Reikhan tidak mudah ditaklukan.""lebih baik kau cari info apa yang dikerjakan dan kemana si mata petak itu akan pergi." sungut Zia.Zyan tertawa lagi mendengar panggilan Zia untuk Reikhan.Dan dengan cepat orang suruhannya yang memata-matai Reikhan dari jauh mendapatkan informasi."baiklah adik manis, kau harus bersiap-siap ke Diamond's hotel malam ini. Reikhan akan menghadiri pesta ulang tahun temannya malam ini. Dan kau apa bisa kesana?"Zia berpikir sebentar dan dia tahu acara pesta yang dimaksud Zyan."ah... Aku ingat, Angelika ingin meminta ku menemaninya ke pesta temannya malam ini. Mudah saja, aku akan beraksi malam ini, dan tidak akan gagal."Zia memakai dress hitam pendek tanpa lengannya. Dress itu membentuk tubuhnya yang ramping, dan dia melapisinya dengan jaket kulit. Sedikit payudaranya dapat terlihat, dan itu sengaja dia lakukan. Rambutnya dia gerai. Angelika sudah menjemputnya dan dia pergi setelah berpamitan dengan Zyan. Zyan akan memantau Zia dari kejauhan, misi mereka kali ini harus berhasil. Semakin cepat Reikhan Edward takluk akan semakin bagus.Angelika terkejut melihat penampilan Zia."kau benar Zia bukan?"Zia hanya tertawa dan menyuruh Angelika mengemudi dengan diam.Setelah Zia menceritakan semuanya barulah Angelika mengerti dan dia berjanji akan membantu penyamaran Zia.Mereka sampai dipesta, lalu Angelika masuk kedalam bersama Zia.Tapi mereka berpisah saat didalam tempat diadakannya pesta. Seseorang bisa curiga jika melihat mereka bersama, karena sudah banyak orang tahu kalau Zia dan Angelika itu adalah sahabat dekat.Pesta ditaman resort hotel ini sangat mewah, suasana dinginnya pantai membuat banyak orang meneguk minuman mereka.Zia duduk sendirian didekat bar yang ada dipantai, dia melihat Reikhan sedang berjalan bersama dua orang temannya. Dan dia segera berjalan kearah Reikhan, dia berpura-pura melambaikan tangannya entah pada siapa dan dia berbalik badan, lalu dia menabrak tubuh Reikhan dan wine yang dia pegang mengenai tubuhnya dan juga Reikhan."oh... Betapa sialnya aku hari ini. Sorry... Sorry..." Zia berpura-pura terkejut saat melihat wajah didepannya."kamu... Oh... Sangat menyebalkan."Zia berusaha membersihkan tubuhnya dan Reikhan juga sama."apa kau sering melakukan hal ini nona?" Zia memasang wajah jutek nya berpura-pura tidak dengar."apa kau mengenal wanita cantik ini Rei?" Adam teman dekat Reikhan bertanya sambil. Memandangi Zia."tidak, tapi sepertinya kami selalu bertemu dengan keadaan seperti ini."Reikhan tersenyum dan Zia berniat pergi dan berharap Reikhan akan mengejarnya dan juga meminta berkenalan dengannya. Tapi Reikhan masih sama tidak mengajaknya berkenalan, dalam hati Zia dia sangat murka. Zia mengirimkan pesan kepada Zyan untuk menjemputnya. Dan mengatakan kalau dia belum berhasil.Dari jauh Reikhan melihat Zia yang cemberut sambil membersihkan tangan dan juga dressnya. Ntah kenapa Zia membuatnya selalu tersenyum, tapi dia kembali mengobrol dengan kedua temannya Adam dan juga Evan. Kedua teman baiknya, saat dia kembali melihat kearah dimana Zia berada tadi Zia sudah tidak ada ditempatnya. Dia melihat kesana kemari tapi sosok Zia tidak terlihat.Dentuman musik DJ membuat suasana pesta semakin meriah tapi Reikhan hanya biasa saja, dia tidak mengajak Vanya kesini karena dia butuh waktu bersama teman-temannya."kau mencari wanita yang menabrakmu tadi bukan?"Pertanyaan Evan membuat Reikhan tertawa."dia sangat menggiurkan Rei, kenapa kau tidak mengajaknya berkenalan dan berkencan malam ini dengannya. Kau tidak membawa Vanya juga bukan".Reikhan tertawa dan meminum anggurnya Mendengar ocehan Evan."kenapa kau tidak membawa Vanya kesini, setidaknya kami tidak harus menemanimu Rei." Adam terlihat tidak sabaran menggoda para wanita yang ada dipesta ini."aku butuh waktu bersama kalian, jadi kupikir untuk apa membawa Vanya. Jika ada Vanya aku tidak akan bisa mengikat kalian disini bersamaku.""dasar sial kau Rei." Umpat Evan dan Adam membuat Reikhan tertawa.Sementara Zia dengan kesal masuk kedalam mobil yang dikemudikan Zyan. "kau harus memikirkan cara lain untuk menarik perhatiannya Zia.""aku tahu, malam ini aku akan memikirkannya."Zia benar-benar kesal dibuat Reikhan, dia harus membuat pria itu bertekuk lutut secepatnya dengannya. Dan dia harus memikirkan caranya malam ini juga.Bersambung....
❤❤❤❤Zia sudah mendapatkan info dari orang suruhan Zyan kalau perusahaan yang ditangani oleh Reikhan sedang membutuhkan sekertaris untuk Reikhan, dan dia akan melamar kerja disana. Zia dengan begitu yakin kalau dia akan diterima bekerja diperusahaan minyak itu. Zia mengikuti interview pagi ini dengan blouse pink muda dan rok hitam yang lebih sopan, meski masih diatas lutut nya. Hels hitam menjadi pilihannya. Setelah rapi dia melihat ponselnya dan mengetikkan sesuatu. Aku akan berangkat ke lokasi sekarang, aku titip salam rindu untuk ibunda dan ayah. Zyan pagi ini akan kembali ke Fortania, dia berpesan kepada Zia agar tidak terburu-buru.Dan zia mengerti hal itu, Zyan takut kalau Nowel akan tahu penyamarannya. Dan semuanya akan gagal total. Zia mengendarai mobilnya menuju ke perusahaan Reikhan. Kebetulan perusahaan itu tidak jauh dari lokasi apartementnya, dia memarkirkan mobilnya sedikit jauh dari perusahaan. Pengawalnya datang untuk mengamb
Zia berlari dari luar kantor terburu-buru, dia bangun kesiangan akibat semalaman menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Reikhan. Saat dia sampai dikantor untungnya dia belum telat, dia tidak sempat bersisir tadi karena terburu-buru, jadi saat dia berada didalam lift dia menyisir rambutnya dengan tangan. Pintu lift terbuka lagi sebelum naik ke lantai atas. Dia tidak menyadari siapa yang masuk kedalam lift itu karena terlalu sibuk membenarkan rambutnya. "apa kau terlambat miss. Ara?" Zia melihat orang yang menyapanya. "ehm, Sepertinya tidak sir. Masih lima menit lagi sebelum jam masuk kantor." Zia melihat jam dipergelangan tangannya. "lalu kau bangun terlambat?" Zia mulai bosan dengan pria berkacamata disebelahnya ini. Tapi dia terpaksa senyum menanggapi. "kancing kemeja mu terbuka".Wajah Zia memucat dan dia segera melihat kearah kancing yang terbuka itu. "tenang saja aku sudah terbiasa melihat wanita menggodaku seperti itu."
Zia sedang berada didalam toilet kantor, ini sudah jam pulang kantor dan dia mengganti pakaian kerjanya dengan dress hitam ketat yang membentuk sempurna tubuh nya. Zia sedikit kesal dengan ukuran payudaranya yang terkadang membuatnya depresi karena terlalu menonjol. Mungkin faktor keturunan pikirnya karena teringat kembaran nya yang juga merasakan hal yang sama dengannya. Saat dia keluar dari toilet tidak sengaja dia menabrak Reikhan. Dan Zia meringis karena keningnya terkena dagu Reikhan. Reikhan memandangi Zia dari atas hingga bawah, dan Zia masih meringis tidak tahu siapa yang dia tabrak. "Ara kamu mau kemana?" Zia melihat dan ekspresinya kesal. Tidak disengaja ataupun sengaja selalu saja Reikhan yang dia tabrak. "mau kencan sir, ini sudah jam pulang kantor. Dan tadi saya juga sudah permisi pulang dengan anda." "bukannya kamu tidak punya pacar,"Zia sangat kesal dengan sikaca mata ini. "anda tidak perlu menegaskannya sir. Lagi
Zia sedang tertawa bersama dengan Nowel dimeja bar, Nowel mengajaknya lagi untuk kelantai dansa dan dia menyetujui. Dari jauh Reikhan melihat dua orang yang sedang berdansa sambil tertawa. Zia mengalungkan tangannya dileher Nowel dan Nowel mendekap erat pinggul Zia. Ntah apa yang sebenarnya ada dibenak Zia, dia seberani ini dekat dengan musuhnya. Nowel mendekatinya ingin menyentuh tubuh Zia tapi Zia tertawa dan menggeleng kan kepalanya, membuat Nowel semakin penasaran dengan Zia. Seseorang membawa minuman dan tertumpah mengenai dress Zia. "Shit, kalau jalan lihat-lihat dong." Zia mengumpat dan orang yang menabrak Zia meminta maaf. Zia berpamitan dengan Nowel untuk ke toilet. Saat sampai ditoilet dia menarik nafas dan mengambil ponsel kecilnya dari saku dress nya. Ada satu pesan dari Zyan dan dia membukanya. Reikhan menyuruh orang mengikutimu dan juga nowel. Dia sekarang
Reikhan kesal dengan Zia yang sangat lama memilih apartement yang cocok untuknya. Sudah ditawarkan tinggal di apartementnya tapi wanita ini tidak mau, sekarang dia pusing sendiri memikirkan mencari kemana lagi apartement yang akan dia tempati pikir Reikhan." Ara bisakah kita makan malam terlebih dahulu, aku sangat lapar."Zia melihat jam tangannya dan sudah menunjukan pukul enam sore, matilah dia ada janji dengan managernya. Bukannya menjawab pertanyaan Reikhan Zia malah mengetikkan sesuatu kepada managernya, lalu dia tersenyum kepada Reikhan."Baiklah ayo kita makan." Reikhan tidak habis pikir dengan tingkah Zia, dia dibuat kesal, terpesona, dan marah. Tapi semua itu malah membuatnya semakin tertarik kepada Zia.Reikhan memilih makan di Restoran cepat saji karena Zia juga setuju.Zia hanya makan sedikit dan minum air mineral, dirinya sudah terbiasa menjaga makanannya agar tubuhnya tetap bagus. Karen
Reikhan keluar dari ruang meeting dan melihat Zia yang juga berjalan dibelakangnya. Dilihatnya jam dipergelangan tangannya sudah jam lima, dan itu artinya jam pulang kantor. Semalam mereka habiskan waktu hanya diam sambil duduk di gazebo, Zia yang memutuskan untuk tidur dan meninggalkan Reikhan yang masih setia menatap langit gelap London malam itu. Paginya saat dia bangun, Zia sudah siap dengan pakaian kerjanya dan sedang memakan sarapan yang dia buat sendiri. Zia juga menyiapkan sarapan untuknya, tapi Zia tidak ingin pergi kekantor bersamanya dengan Alasan tidak ingin karyawan kantor tahu. Bagi Reikhan, sepertinya Zia sedikit terganggu dengan pertengkarannya dengan Vanya semalam. Apa Zia tersinggung pikirnya. Baru saja dia ingin berbicara dengan Zia, Vanya sudah ada didepannya dengan hidung yang merah dan wajah yang sembab. Reikhan tidak tahu kenapa bisa ada Vanya dikantornya, apa Vanya menunggu dia sampai selesai meeting. "Rei... Aku ingin kita berbicara"
Reikhan sedang berkaca didepan cermin dikamarnya dan dia sedang memikirkan apa yang dia lihat kemarin. Tidurny menjadi tidak tenang karena melihat Zia memakai handuk kemarin. Mata nya menyipit melihat sesuatu yang aneh dibawah tempat tidur nya. Reikhan semakin memicingkan matanya untuk melihat benda itu. Saat dia berbalik ingin mengambil benda itu pintu kamarnya diketuk. Dia membuka pintu kamarnya dan melihat Zia dengan mata yang sembab. Dalam pikiran Reikhan adalah Zia sedang sakit. "kau kenapa? Apa kau sakit?" Zia mengangguk dan menatap Reikhan dengan lesu. Terlihat bibirnya pucat, itu membuat Reikhan menjadi khawatir. "bisakah aku tidak masuk kerja hari ini, kepala ku sakit sekali. Aku akan kerumah sakit sebentar lagi." "tentu saja boleh, aku akan mengantarkanmu kerumah sakit." Zia dengan cepat menggeleng. "ehm.. Tidak usah, aku tidak suka kau bersikap berliebihan kepadaku. Kau pergi saja bekerja, aku akan baik-baik saja." Rei
Aston meminta Zia untuk tidak dekat-dekat dengan Nowel, tidak perduli dengan alasan apa pun Zia tidak boleh berdua dengan bajingan itu, menurut Aston. Dan Zia berkata akan mengusahakannya. Zia turun dengan Aston dari dalam mobilnya didepan sebuah restoran Indonesia di London. Zia memang sangat mencintai Indonesia, dan ini adalah restoran favoritnya. Aston sudah membooking restoran ini untuk dirinya. Aston tahu kalau Zia tidak suka berita kedekatan mereka menjadi bahan perbincangan nantinya, sehingga jika mereka jalan berdua Aston akan menyiapkan tempat private. Saat akan memasuki restoran, mata Zia membulat melihat Vanya keluar bersama seorang wanita paruh baya. Dari balik kaca mata hitamnya Zia berpikir mungkin itu adalah ibu nya Vanya. Aston menggenggam tangannya dan Vanya menatap tajam kedirinya. "Lihat lah, beruntung sekali wanita yang dikencani seorang bilioner muda itu Vanya. Harusnya kau bisa juga menaklukan Reikhan". Suara ibu Vanya hanya dapat dideng
"Karena aku ingin memastikan sesuatu" Zia menatap raut wajah yang jelas terlihat kecewa itu. Zia berhambur langsung memeluk tubuh Aston, dan pria itu membalasnya. "Aku mencintaimu Zia." suara berat Aston membuat Zia semakin merasa bersalah. Bagaimana bisa Aston mencintainya sedalam ini. "Sangat mencintaimu." Zia mengangguk memberitahu kalau dia tahu apa yang dirasakan Aston kepadanya. "Ku mohon jangan tinggalkan aku Aston. Ku mohon jangan. Aku menginginkan kebahagian bersamamu." Saat hati dan logikamu tidak sejalan maka kau pasti akan merasa sakit sendiri. Seperti yang dirasakan Zia saat ini.Aston melepaskan pelukan mereka dan melihat mata Zia, dia menangkup wajah Zia dengan sebelah tangannya sedangkan tangan satunya membelai wajah Zia dengan lembut. Aston mencium Zia dengan dalam, dia ciuman yang dibalas oleh Zia itu membuat hatinya hancur. Dia harus melepaskan wanita yang dia cintai selama ini, dia tidak bisa lagi mempertahankannya. Aston semakin mendekatkan tubuh Zia dengan
Zia sedang memilih beberapa contoh souvenir untuk pernikahannya dan juga menu katring yang akan disajikan di Fortania. Semua waktunya tersita hanya untuk mengurusi pernikahannya dengan Aston yang tinggal dua hari lagi. Masalah baju dan dekorasi sudah selesai undangan juga sudah.Aston malam ini akan tiba di Fortania, bersama keluarganya. Vienza dan Akhtar sudah tiba semalam sore, Vienza sedang hamil muda. Tapi demi Zia, Vienza berusaha kuat berjalan jauh menaiki pesawat. Saat Zia sudah menyelesaikan pemilihannya dia bernafas lega dan Vienza duduk disebelahnya." Zi," panggil Vienza serius."Ya Vi," balas Zia dan tertawa. Vienza berdecak kesal karena Zia masih sempat-sempatnya bercanda."Aku serius Zia". Adiknya itu tersenyum dan menyatukan telapak tangannya membentuk kata maaf."Ada apa kak?""Apa kau serius ingin menikah?""Apa aku terlihat main-main kak. Lihat aku bahkan baru saja memilih souvenir pernikahan." Zia mencoba tersenyum, dia mengerti sebenarnya arah tujuan pembicaraan ini
Vienza melihat Zia yang sedang berada dikamar hotel tempat diadakannya acara pertunangan dirinya dan Aston. Hari ini adalah salah satu hari penting seumur hidup Zia, dia akan bertunangan dengan Aston dan satu minggu kemudian dia akan mendapatkan gelar keluarha Orlando dibelakang namanya. Vienza menatap Zia dari belakang tubuh Zia."Kau yakin?" tanya Vienza menghampiri Zia yang sedang dirias oleh make up artis."Tentu saja kak" jawab Zia tersenyum meyakinkan. Vienza hanya bisa mengangguk mendengar jawaban itu."Kau dan keponakanku sehat bukan?" Zia mengelus perut Zia dari tempatnya duduk. Mereka tertawa bersama. Rambut, baju, dan semuanya sudah selesai. Zia memilih menggunakan dress merah yang cukup terang. Sedangkan Aston memakai kemeja merah senada dengan dress Zia dan dibalut dengan jas hitam.Zia sudah siap dan dia mencoba tersenyum. Dia melihat pantulan dirinya di cermin melihat bagaimana sempurnanya make up dan rambutnya yang ditata sesuai keinginannya. Mata Zia tak percaya
Ibu tiri Reikhan itu mengajak Reikhan bangkit untuk menuju tempat tidur. Dia mengobati luka ditangan Reikhan. Putranya ternyata sedang patah hati. Setelah selesai dia membelai sayang puncak kepala Reikhan. "Rei." Reikhan melihat Mommyirnyt-nya dengan tatapan dingin. "Rei, apa kamu benar-benar mencintai Zia?" Reikhan mengangguk dan mengalihkan pandanganny dari bola mata Ibu nya. "Dengar nak, jika kamu memang benar mencintainya kamu pasti ingin melihatnya bahagia bukan?" Reikhan masih diam dengan wajah dingin dan datarnya. "Kau harus bisa menerima pilihan Zia, dan berdoa agar Zia bahagia. Sedangkan dirimu harus bisa bangkit kembali nak. Nowel mengatakan akhir-akhir ini kau tidak fokus memimpin rapat ataupun hal lainnya." "Kita boleh jatuh cinta Rei, tapi ingat jangan sampai cinta itu merubah kita masuk kedalam jurang hitam yang tiada batas." "Kau harus berhenti meratapi ini semua, kau seorang pria dan kau harus kuat. Kau haru
Zia dibawa menaiki helikopter oleh Aston dari lantai atas hotel Orlando. Aston mengatakan akan membawa Zia berlibur, Zia hanya menurut karena dia malas untuk berdebat dengan Aston. Dia hanya menyuruh Aston mengganti rugi semua perjanjian kontrak kerjanya yang akan dia lakukan besok. Bagi Aston tidak masalah sama sekali karena hal itu bukan apa-apa baginya.Helikopter mereka terlihat berhenti dan memurun. Saat Zia melihat kebawah mereka ternyata ini adalah sebuah dermaga. Zia melihat Aston tapi pria itu hanya tersenyum tanpa mau memberitahukan apa-apa. Hingga saat turun barulah dia sadar ternyata mereka akan menaiki sebuah kapal berwarna putih.Kapal pesiar kecil tapi mewah ini membuat Zia mengerti maksud Aston. Pria ini akan membawanya berlibur dikapal ini. Zia menyakinkan hatinya jika dia akan bis melupakan bayang-bayang Reikhan karena dia sudah berdamai dengan masalalu nya.
Sesak di dada Zia seakan bertambah dengan kehadiran Reikhan. Logika nya menolak Reikhan tapi hatinya seperti tidak sejalan dengan apa yang dia inginkan."Kembalilah padaku Zia, aku mencintaimu".Kalimat itu terulang lagi membuat Zia semakin membisu. Reikhan mencium pundaknya dan membalikkan tubuh Zia. Mata Zia menangkap sorot kerinduan dimata Reikhan."Aku mencintaimu, dan kau mencintaiku. Apakah semua itu masih kurang?"Zia hanya diam. Reikhan menarik nafasnya karena Zia hanya diam dan membisu seperti tidak ingin berkata apapun."Jika kau tidak mencintaiku kau tidak akan datang kesini malam ini Zia."Sedetik kemudian air mata Zia jatuh dan Reikhan terkejut Zia menangis didepannya secara terang-terangan. Apakah sesakit ini yang Zia rasakan. Jika memang ben
Aston sudah tidak bisa melepaskan tubuh Zia yang membuatnya tidak bisa menahan sesuatu dibawah sana. Bibir Aston menyapu leher Zia, ada air mata yang keluar dari mata Zia. Ya, dia menangis. Hatinya sekarang begitu sakit, dia menyakiti Reikhan dan dia menyakiti Aston. Tapi Zia buru-buru mengenyahkan perasaan nya, Aston mencium pundak Zia yang terbuka karena saat ini baju Zia memang bermodel kerah sabrina."jika aku melanjutkannya aku tidak akan bisa berhenti." Aston mencoba menahan sesuatu ditubuhnya yang ingin terus mencumbu Zia. Tapi dia masih berpikiran waras untuk melakukan itu. Dia bangkit dRi tempat tidur dan melihat mata Zia yang tersenyum kepadanya."Aku akan mandi sebentar. Kau mau menungguku?"Zia mengangguk dan Aston pergi kekamar mandi....Sofia men
Reikhan hari ini terlihat sibuk melihat ponselnya sambil duduk manis di loby studio Foto ternama di London. Apalagi yang dia lakukan jika bukan menunggu pujaan hatinya yang sangat ingin dia menjauh."Hai Rei, kau disini juga?" Angelika keluar bersama seorang pria yang Reikhan tidak tahu siapa."Ah iya. Aku sedang menunggu Zia."Angelika tampak tersenyum bahagia. Lalu menyuruh pria yang sekarang Reikhan tahu adalah asisten Angelika pergi keluar dari studio itu."Apa kau sekarang berusaha mendapatkannya?"Tatapan Angelika menyelidiki Reikhan."Kau benar Angel." Reikhan tampak bersemangat mengatakannya. Tapi wajah Angelika mendadak berubah takut."Kau ya
Aston sangat menyebalkan, dia memencet bel apartment berulang-ulang. Zia terpaksa bangun dari kamarnya, padahal baru lima belas menit dia masuk kedalam kamarnya setelah menangis di balik pintu apartement. Dia yakin ini Aston karena hanya Aston yang segila ini.Zia membuka pintu apartment nya dan ternyata benar Aston sudah berada didepan pintu dengan wajahnya yang masih babbak belur. Aston meraih tubuh Zia dan memeluknya erat."dengar detak jantung ini?" Zia merasakan apa yang dikatakan Aston. Dan dia mengangguk kecil."Saat ini aku sangat takut kehilanganmu. Aku takut tidak lagi bisa memelukmu seperti ini. Maafkan keegoisanku"Zia mengangguk dan memeluk erat tubuh Aston. Entah bagaimana lagi dia harus mengatakan jika Aston adalah pria yang special baginya. Tapi sekarang kenapa semua seperti ini?Aston mencium p