Reikhan kesal dengan Zia yang sangat lama memilih apartement yang cocok untuknya. Sudah ditawarkan tinggal di apartementnya tapi wanita ini tidak mau, sekarang dia pusing sendiri memikirkan mencari kemana lagi apartement yang akan dia tempati pikir Reikhan.
" Ara bisakah kita makan malam terlebih dahulu, aku sangat lapar."
Zia melihat jam tangannya dan sudah menunjukan pukul enam sore, matilah dia ada janji dengan managernya.Bukannya menjawab pertanyaan Reikhan Zia malah mengetikkan sesuatu kepada managernya, lalu dia tersenyum kepada Reikhan."Baiklah ayo kita makan."
Reikhan tidak habis pikir dengan tingkah Zia, dia dibuat kesal, terpesona, dan marah. Tapi semua itu malah membuatnya semakin tertarik kepada Zia.Reikhan memilih makan di Restoran cepat saji karena Zia juga setuju.
Zia hanya makan sedikit dan minum air mineral, dirinya sudah terbiasa menjaga makanannya agar tubuhnya tetap bagus. Karena sebagai seorang model itu adalah hal yang penting baginya."Tubuhmu sudah sangat kurus Ara jadi makanlah yang banyak."
Zia menggeleng dan permisi ke Toilet.Didalam Toilet dia langsung menelpon Angelika dan langsung saja Angelika mengoceh padanya."Shit kau Zia, kenapa mendadak minta digantikan. Aku ada kencan kau tau!!! Ugh..."
"Hehehhehe please An.. kau kan sahabat ku dan juga malaikatku. Kali ini saja oke."
"Dasar kau ini.. Baiklah... Baiklah... Aku akan menggantikan pekerjaanmu. Bayarannya adalah tas hermes mu yang dibelikan Aston oke."
"Tidak masalah." Tapi kemudian Zia tersadar. "What !? please yang lain, Aston akan marah besar kepadaku kau tahu."
"Baiklah.. baiklah..."
"Terima kasih oh aku mencintaimu Angel."
Angel di kamarnya mengumpat dan langsung mematikan sambungan telpon itu. Zia bernafas lega lalu keluar dari toilet.Zia melihat Reikhan dari belakang dan sedikit kesal harus berakting kembali."Kau sudah selesai ? Jika sudah aku akan mengantarkanmu pulang."
Zia menggeleng dan tersenyum."Aku akan mencari apartement lagi, anda pulang saja sir."
Reikhan melihat dengan serius wajah Zia dan dia menarik nafasnya."Sudah kukatakan jika memang sangat mendesak kau bisa tinggal di apartement ku. Aku tidak akan macam-macam miss sok cantik."
Reikhan sedikit membuat Zia kesal saat ini dan itu sengaja dia lakukan."Ohohohoho... Aku memang cantik tuan Reikhan Edward. Aku tentu saja tidak mau tinggal bersamamu karena calon tunangan mu dan juga karyawan di kantor akan menggosipkan ku sebagai simpanan mu."
Reikhan tertawa dan menggelengkan kepalanya."Terserah, jika kau ingin mencari apartement lagi aku akan ikut."
Zia tersenyum dalam hatinya."Baiklah-baiklah..aku akan tinggal diapartement mu tapi untuk sementara waktu dan kau harus berjanji tidak boleh ada yang tau kalau aku tinggal bersamamu."
"Oke no problem, aku akan doa kan kau akan mendapatkan apartement sesuai dengan keinginanmu miss. Ara, yang murah dan nyaman." Reikhan tertawa membuat Zia kesal.
"Ayo ku antar pulang,"
"Tidak usah, aku akan pergi kesuatu tempat sebentar. Aku minta alamat apartement mu besok pagi aku akan memindahkan barang-barang ku sir, apa anda keberatan."
Reikhan sangat bahagia mendengarnya dan dia langsung tersenyum."Aku akan mengirim alamat ku ke nomermu, baiklah aku pulang dulu dan satu hal lagi Ara, aku jarang berada di apartementku. Aku lebih sering tinggal di Mansion bersama mommy ku, jadi kau tidak perlu khawatir."
Reikhan tersenyum lalu pergi setelah mengacak rambut Zia yang biasa saja, walau senyuman Reikhan membuatnya terpesona**********
Reikhan terbangun karena ponselnya berbunyi nyaring dan dia dengan malas-malasan mengangkatnya.
"Ehm... Halo... ""Aku sudah didepan pintu apartement anda sir Reikhan Edward."
Reikhan langsung duduk lalu dengan cepat keluar kamarnya untuk membuka pintu apartementnya.Pintu terbuka dan Zia menutup wajahnya karena Reikhan hanya menggunakan boxer saat ini.
"Sorry sorry masuklah, aku akan mandi sebentar."Reikhan masuk ke kamar nya lagi dengan cepat dan Zia masuk kedalam apartement itu sambil membawa dua koper besar barang-barangnya.Zia duduk diruang tamu sambil mengamati Apartement luas milik Reikhan.
Hanya sepuluh menit Reikhan keluar sudah dengan wajah yang segar dan senyuman khasnya."Maaf membuatmu menunggu lama."
"It's oke sir, lagi pula kita tidak sedang berkencan. Kau tidak perlu mengatakan itu." Zia tertawa begitu juga Reikhan.
"Ayo aku tunjukan kamarmu."
Zia bergerak mengikuti Reikhan yang membawakan kedua koper miliknya, kamar Zia berada didekat ruangan home theater milik Reikhan. Zia menyukai kamar itu tapi dia teringat dimana kamar mandinya."Apa kamar mandinya berada diluar kamar ini.?" Reikhan mengangguk menunjukan toilet didekat dapur nya.
Lalu Zia menutup pintu kamarnya membuat Reikhan terkejut, tak lama pintu itu terbuka memperlihatkan seorang gadis cantik yang sedang mengikat rambutnya dengan balutan tank top putih dan celana pendek berwarna cream.Zia sudah siap ingin membersihkan kamarnya, dia mencari-cari dimana sapu tapi tidak ketemu.Akhirnya dia bertanya kepada Reikhan yang sedang melihatinya sedari tadi."Susst terpesona denganku hmm ?" Reikhan terkejut dan salah tingkah.
"Sapu dimana? Aku sudah mencari tapi tidak ada.""Hah itu sapu ada dibalkon belakang mungkin."
Zia sedikit mengernyit tak suka dengan jawaban Reikhan. Dapat terlihat pasti Reikhan tidak pernah bersih-bersih apartementnya sebelumnya.Zia berjalan kearah pintu balkon dan matanya takjub dengan pemandangan balkon belakang milik Reikhan. Bukannya dia tidak pernah melihat balkon belakang apartement, dia juga memilikinya hanya saja balkon ini terasa lebih menarik dari miliknya.
Dibalkon itu ada kolam renang dan gazebo kecil berwarna putih.
Ada beberapa alat alat gym, yang pastinya milik situan rumah ini."Kau suka ?" tanya Reikhan dari belakangnya, Reikhan menikmati senyuman Zia saat melihat balkon belakang apartementnya."ya... Aku sangat suka." Tapi Zia langsung tersadar."Memangnya kita pengantin baru, buat apa kau bertanya seperti itu padaku sir."
Reikhan tertawa dan melihat Zia yang mengambil sapu sambil berdecak.Reikhan hanya menatap Zia yang membereskan kamarnya dari depan pintu. Keringat Zia membuat kesan wanita itu semakin seksi dimata Reikhan.
Terkadang Reikhan membantu mengangkat perabotan yang berat atau membantu hal yang tidak bisa Zia kerjakan sendiri.Alhasil kamar apartement itupun sangat berubah dari sebelumnya. Zia tertawa puas dan tawanya semakin kencang saat mendengar suara perut Reikhan yang berbunyi.Hari memang sudah siang saat ini, dan mereka berdua belum makan apa pun sedari tadi.
"Ehm... Ara apakah kau keberatan jika aku memesan makanan?""Tentu tidak, aku juga lapar. Pesan saja, aku akan mandi sebentar." Zia keluar sambil memegang handuk dan alat mandinya. Dia melewati Reikhan yang sedang serius memesan delivery order untuk mereka.
Saat Zia selesai mandi dia melihat Reikhan yang sedang membuka pintu dan mengambil makanan.
Zia buru-buru masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu untuk memakai pakaiannya. Dia memilih menggunakan kaos polos berwarna pink pich dan celana pendek berwarna hitam. Kaos itu membentuk tubuhnya yang sempurna dan dia bahagia melihat dirinya sudah terlihat menawan saat ini, rambutnya yang basah masih dia lilitkan handuk dan dia keluar dari kamar menghampiri Reikhan yang menata makanan mereka dimeja makan."Ayo makan, aku hanya memesan steak dan juga pizza." Reikhan tersenyum dan beralih ke lemari es mengambil jus jeruk yang selalu ada.
Mereka makan sambil sesekali menceritakan hal konyol yang membuat mereka tertawa. Setelah selesai Zia mengangkat piring kotor dan sisa makanan mereka untuk dibersihkan. Reikhan sibuk dengan ponselnya dan terlihat serius.Jiwa ingin tahu Zia keluar dan dia berjalan memutari Reikhan sambil sedikit mengintip apa yang diketik Reikhan.
Usahanya percuma karena dia tidak bisa melihat apa yang sedang dilakukan Reikhan.Zia mencuci piring bekas mereka makan dan saat selesai dia terkejut karena Reikhan ada dibelakangnya.
"Hei kenapa mengejutkanku," ujar Zia.Reikhan hanya tertawa dan mendekati Zia. Mereka saling bertatapan dan tatapan itu semakin dalam. Reikhan menyentuh pipi Zia membuat pipi Zia memanas.Saat Reikhan ingin mencium bibir Zia tiba-tiba bel apartmentnya berbunyi.
Reikhan salah tingkah dan langsung melihat siapa yang datang ke apartement nya.Zia sendiri merasakan kakinya lemas, dia buru-buru masuk kekamarnya dan mengunci pintu kamar.
Reikhan melihat dari lubang kecil pintu apartmentnya kalau Nowel sedang berdiri sambil terus memencet bel.Bisa kacau jika Nowel tahu Zia tinggal bersamanya. Reikhan memilih tidak membuka pintu agar kakaknya itu mengira kalau dirinya tidak ada didalam.Dan tak lama bel itupun berhenti berbunyi juga Nowel sudah pergi dari sana. Reikhan menarik nafas lega dan berjalan kembali kemeja makan.Zia sudah tidak ada disana, dia tersenyum kepada dirinya sendiri.
Dia mengetikkan pesan untuk Zia.Keluarlah, aku ingin membeli beberapa buah untuk isi kulkas. Apa kau mau ikut??
Tak lama Zia keluar sudah siap dengan kemeja denim dan celana jeans yang berwarna senada.
"Kau cepat sekali sudah siap-siap.""Aku memang ingin keluar sebentar tadi, ingin membeli sesuatu. Jadi sekalian saja jika kau tidak keberatan."
"Tentu tidak, baiklah aku akan berganti pakaian sebentar."
Zia menunggu Reikhan diruang tamu sambil dia memakai sepatu boats nya.Reikhan keluar dan membuat Zia terpesona. Reikhan memakai kemeja hitam dengan kaos putih sebagai dalamannya dan yang membuat Zia suka adalah Reikhan tidak memakai kaca mata nya."Ayo..." Zia berdiri dan ikut pergi bersama Reikhan.
Mereka singgah di super market membeli buah-buahan seperti yang dikatakan Reikhan dan Zia menambahnya dengan roti, sosis, telur, sayur, dan selai. Semuanya Reikhan yang membayar meski Zia bersikeras ingin membayar belanjaannya sendiri tapi Reikhan tetap keras kepala dan memaksa.Saat akan pulang ke apartement Reikhan mendapatkan pesan dari sahabatnya dan dia ingin pergi kesebuah club dimana sahabatnya sudah menunggu.
"Apa kau keberatan jika kita ke club sebentar, ada yang harus kulihat."Setelah berpikir sebentar, dan Zia menjawab tidak masalah.Reikhan membuka pintu mobil untuk Zia dan mereka turun bersama.
Reikhan mencari-cari dimana keberadaan kedua sahabatnya itu dan dia menemukan mereka. Adam dan Evan sedang duduk bersama tiga wanita yang minum bersama mereka.Reikhan menyapa teman-temannya itu dan mengenalkan Zia sebagai temannya.
Evan melihati Zia dari atas hingga bawah begitu juga Adam."Apa kita pernah bertemu sebelumnya nona?" tanya Evan."Ah ! aku tahu dia sekertaris mu bukan ?"
Adam yang menjawab pertanyaan Evan dan mereka menggoda Reikhan. Zia hanya tersenyum sedikit dan memilih melihat keramaian didepannya."Apa yang ingin kau tunjukan padaku," tanya Reikhan mengingat pesan yang di kirim Evan untuknya tadi.
"Oh itu, aku hampir lupa. Aku melihat Vanya dan seorang pria masuk kedalam club ini tadi. Mereka terlihat sangat mesra, Adam bahkan melihat mereka berciuman saat dilantai dansa." Reikhan merasa dicurangi oleh Vanya dan dia sangat ingin melihat langsung hal yang dikatakan Evan itu.
"Rei... Rei... Bukankah itu."
Zia menunjukkan kedepan lantai dansa dimana Vanya dan seorang pria sedang berdansa dengan sangat liar. Pria itu bahkan sekarang sedang mencium bibir Vanya. Vanya memeluk pria itu dan tertawa Reikhan menggeram dan langsung bangkit dari duduknya, Zia mengejarnya dan ingin menahan Reikhan tapi terlambat. Reikhan sudah memukul wajah pria yang sedang bersama Vanya.Vanya berteriak dan dia terkejut melihat Reikhan disana."Rei.. Ini, ini tidak seperti yang kau pikirkan." Reikhan menatap penuh amarah kearah Vanya.
"Bitch, kau tahu apa yang kupikirkan ha !?" Vanya lalu menatap Reikhan dengan penuh penyesalan.
"Kau menolakku waktu itu, dan kau tahu apa yang aku rasakan. Kau tidak tahu Rei karena wanita ini sudah membuatmu tidak memperdulikanku." Vanya menunjuk wajah Zia.
"Jangan menyalahkannya, aku ingin bertanya kepadamu. Apa dirimu serendah ini Vanya?" Vanya memegang tangan Reikhan dan mereka semua disana menjadi bahan tontonan.
Reikhan menghempaskan tangan Vanya dan tersenyum datar.
"Tidak perlu menjawabnya Vanya. Simpan jawaban itu untuk dirimu sendiri. Aku ingin mengatakan hubungan kita berakhir, walau aku memang ingin mengatakannya menanti saat yang tepat. Kurasa inilah waktu yang tepat itu."Reikhan menarik tangan Zia dan meninggalkan Vanya bersama pria-nya disana. Zia berhenti saat Vanya bersuara."Karena bitch ini kau seperti ini kan. Harusnya kau tidak menyalahkanku, kau lah yang membuatku seperti ini."
Zia mengambil gelas berisi minuman di meja dekat dia berdiri dan menyiram wajah Vanya membuat Adam dan Evan tertawa."Maaf seharusnya kau berkaca saat mengatakan aku apa tadi ? Bitch," kata Ziaia menyindir Vanya dan didepan semua orang disana Zia mencium bibir Reikhan. Lumayan lama sampai Adam dan juga Evan menutup lalu membuka mata mereka kembali.
Zia setelahnya tersenyum dan melihat kearah Vanya lagi.
"Aku melakukan apa yang kau minta nona Vanya. Ehm but not like you."Zia menarik tangan Reikhan pergi dari sana.Reikhan melihat Zia didepannya dan terus berjalan tidak tahu kemana Zia membawanya. Ciuman yang diberikan Zia tadi seperti sesuatu yang dia cari selama ini. Bagai sesuatu yang sangat dia nantikan.
Mungkinkah dia benar-benar menginginkan Zia sebagai wanita yang akan dia jadikan wanita terakhirnya ?Bersambung.....
Semoga kalian suka ya... Kalau mau aku up lagi. Silahkan koment dan vote nya dibanyakin ya... 😍😍😍😍😘😘
Reikhan keluar dari ruang meeting dan melihat Zia yang juga berjalan dibelakangnya. Dilihatnya jam dipergelangan tangannya sudah jam lima, dan itu artinya jam pulang kantor. Semalam mereka habiskan waktu hanya diam sambil duduk di gazebo, Zia yang memutuskan untuk tidur dan meninggalkan Reikhan yang masih setia menatap langit gelap London malam itu. Paginya saat dia bangun, Zia sudah siap dengan pakaian kerjanya dan sedang memakan sarapan yang dia buat sendiri. Zia juga menyiapkan sarapan untuknya, tapi Zia tidak ingin pergi kekantor bersamanya dengan Alasan tidak ingin karyawan kantor tahu. Bagi Reikhan, sepertinya Zia sedikit terganggu dengan pertengkarannya dengan Vanya semalam. Apa Zia tersinggung pikirnya. Baru saja dia ingin berbicara dengan Zia, Vanya sudah ada didepannya dengan hidung yang merah dan wajah yang sembab. Reikhan tidak tahu kenapa bisa ada Vanya dikantornya, apa Vanya menunggu dia sampai selesai meeting. "Rei... Aku ingin kita berbicara"
Reikhan sedang berkaca didepan cermin dikamarnya dan dia sedang memikirkan apa yang dia lihat kemarin. Tidurny menjadi tidak tenang karena melihat Zia memakai handuk kemarin. Mata nya menyipit melihat sesuatu yang aneh dibawah tempat tidur nya. Reikhan semakin memicingkan matanya untuk melihat benda itu. Saat dia berbalik ingin mengambil benda itu pintu kamarnya diketuk. Dia membuka pintu kamarnya dan melihat Zia dengan mata yang sembab. Dalam pikiran Reikhan adalah Zia sedang sakit. "kau kenapa? Apa kau sakit?" Zia mengangguk dan menatap Reikhan dengan lesu. Terlihat bibirnya pucat, itu membuat Reikhan menjadi khawatir. "bisakah aku tidak masuk kerja hari ini, kepala ku sakit sekali. Aku akan kerumah sakit sebentar lagi." "tentu saja boleh, aku akan mengantarkanmu kerumah sakit." Zia dengan cepat menggeleng. "ehm.. Tidak usah, aku tidak suka kau bersikap berliebihan kepadaku. Kau pergi saja bekerja, aku akan baik-baik saja." Rei
Aston meminta Zia untuk tidak dekat-dekat dengan Nowel, tidak perduli dengan alasan apa pun Zia tidak boleh berdua dengan bajingan itu, menurut Aston. Dan Zia berkata akan mengusahakannya. Zia turun dengan Aston dari dalam mobilnya didepan sebuah restoran Indonesia di London. Zia memang sangat mencintai Indonesia, dan ini adalah restoran favoritnya. Aston sudah membooking restoran ini untuk dirinya. Aston tahu kalau Zia tidak suka berita kedekatan mereka menjadi bahan perbincangan nantinya, sehingga jika mereka jalan berdua Aston akan menyiapkan tempat private. Saat akan memasuki restoran, mata Zia membulat melihat Vanya keluar bersama seorang wanita paruh baya. Dari balik kaca mata hitamnya Zia berpikir mungkin itu adalah ibu nya Vanya. Aston menggenggam tangannya dan Vanya menatap tajam kedirinya. "Lihat lah, beruntung sekali wanita yang dikencani seorang bilioner muda itu Vanya. Harusnya kau bisa juga menaklukan Reikhan". Suara ibu Vanya hanya dapat dideng
Jadi aku sekarang kekasihmu hmm? "Reikhan tersenyum tapi jantungnya berdebar mendapat tatapan intens dari Zia. "Maaf, aku hanya tidak ingin kakakku terus menganggumu. "Zia akhirnya mengangguk paham. Dia menutup mata nya untuk meredam kemarahannya pada Aston. Bisa-bisanya dia hampir membongkar identitas Zia. Lihat saja jika bertemu nanti, pikir Zia. Reikhan memarkirkan mobilnya dibasement dan mereka turun dengan hanya saling diam. Zia sibuk dengan pemikiran bagaimana dia bisa mendapatkan surat perjanjian itu, dan Reikhan sendiri sibuk dengan perasaannya yang tak menentu jika melihat Zia. "Kenapa kau pergi ke club jika sedang sakit?""Aku hanya ingin bertemu temanku sebentar tadi. Dan sialnya bertemu dengan tuan Nowel. Ah.. Sangat menyebalkan. "Zia benar-benar kesal dengan kejadian malam ini. Semoga tidak ada para wartawan yang tahu kalau dia adalah Zia. "Ya sudah istirahatlah. Selamat malam "Reikhan masuk kedalam kamarnya, begitu juga Zia. Didalam k
Mereka berdua pergi bersama kekantor. Reikhan melingkarkan tangannya dipinggang Zia, semua anak buahnya melihat mereka saat masuk kedalam kantor bersama dan wajah juga ekspresi keduanya menandakan mereka sedang kasmaran. Zia dan Reikhan masuk kedalam lift, didalam lift Reikhan menatap lekat dua mata indah milik Zia dan mengecupnya. Zia mendorong tubuh Reikhan karena malu. Reikhan sengaja menggoda Zia karena baginya wajah Zia sangat lucu jika sedang kesal seperti ini. Satu harian ini Reikhan selalu tersenyum dan terlihat sangat bahagia. Saat biasanya dia akan mengamuk jika ada kesalahan dari bagian audit keuangan, hari ini dia sangat lembut mengatakan kepada pak Eko bagian keuangan untuk merevisi kesalahan yang ada. Pak Eko bahkan sampai tidak percaya jika Reikhan yang biasa selama ini kaku dan disiplin bisa tersenyum seperti ini. Sudah tiba jam makan siang dan Reikhan memanggil Zia dari telpon ruangan kerjanya. "Sayang..." Zia ditempatnya geli men
Zia mengetik dengan kecepatan yang luar biasa diatas keyboard. Reikhan sedang ke Skotlandia dan malam ini baru akan kembali, Zia tidak ikut karena harus mengurus meeting di London. Zia mengetahui hari ini adalah hari ulang tahun Reikhan dan sebenarnya ulang tahunnya juga. Tapi dia tidak tahu apakah Reikhan akan ingat. Ponselnya berdering dan dia segera mengangkatnya. Happy birhday sweet heart... I love you. Zia tahu itu pasti Aston, dia tersenyum karena baru kali ini Aston telat mengucapkannya. Biasanya tengah malam dia adalah orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. "Terimakasih kak, aku pikir kau lupa." Aston dikamarnya memandangi foto Zia dan dirinya disebuah bingkai. "Tidak pernah sedikitpun aku melupakan semua tentangmu. Nanti malam aku tunggu direstoran tempat biasa kita bertemu oke." "Ehm.. Kak maaf. Aku ada janji dengan Reikhan, lagi pula kita tidak bisa bertemu untuk sementara waktu ini." Aston mengg
Zia berjalan keruangan Reikhan sambil membawa sebuah map dan tablet seperti biasanya. Reikhan tidak mendengarkan penjelasan Zia, dia hanya menatap wajah yang sedang menunduk membaca semua kegiatannya hari ini. Zia yang merasa tidak direspon oleh Reikhan melihat kearah pria itu. Akhirnya Zia memutari meja Reikhan dan duduk dipangkuan Reikhan. Mata mereka bertemu, ada rasa khawatir didalam hati Zia jika suatu saat Reikhan tahu kalau yang dia lakukan ini adalah sebuah kebohongan. Zia melepaskan kaca mata Reikhan dan mengusap rambut Reikhan. Reikhan menciumnya dalam dan menghanyutkan, ciuman itu berakhir saat ponsel Zia bergetar. Zia melihat ponselnya dengan Reikhan yang memperhatikan Zia. Aku ada dikantor kekasihmu itu. Temui aku sekarang di toilet wanita. Dan tenang saja, aku sudah menyamar. Lihat lah pintu yang tertutup, aku berada disana. Zia sangat takut saat ini. Bagaimana bisa Aston melakukan hal seperti ini. Pria ini benar-benar ingin mengacaukan se
Zia sedang berada di salah satu department store. Dia tahu ada yang mengikutinya dan dia mencoba untuk sesantai mungkin. Setelah selesai dengan urusannya Zia keluar lagi mencari sebuah cafe. Dia meletakan uang untuk pembayaran ice chocolate nya diselipan tisu yang ada. Zia ke toilet dan mengganti bajunya dengan cepat. Memakai topi dan menggerai rambutnya, dengan begini pasti orang yang mengikutinya tidak tahu kalau dia sudah keluar dari cafe itu. Dia datang ke tempat dimana dia mendengar Reikhan ingin bertemu Paman yang di sebut Reikhan. Mata Zia mencari dimana keberadaan Reikhan dan dia mendapati Reikhan sedang duduk berhadapan dengan seorang Pria yang seumuran dengan Ayah nya. Kebetulan restoran Jepang itu tidak terlalu ramai jadi Zia bisa dengan leluasa melihat apa yang dilakukan Reikhan meski dia tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Reikhan. Reikhan menerima sebuah map berwarna merah dan dia berjabat tangan dengan pria itu. Zia
Zia dibawa menaiki helikopter oleh Aston dari lantai atas hotel Orlando. Aston mengatakan akan membawa Zia berlibur, Zia hanya menurut karena dia malas untuk berdebat dengan Aston. Dia hanya menyuruh Aston mengganti rugi semua perjanjian kontrak kerjanya yang akan dia lakukan besok. Bagi Aston tidak masalah sama sekali karena hal itu bukan apa-apa baginya.Helikopter mereka terlihat berhenti dan memurun. Saat Zia melihat kebawah mereka ternyata ini adalah sebuah dermaga. Zia melihat Aston tapi pria itu hanya tersenyum tanpa mau memberitahukan apa-apa. Hingga saat turun barulah dia sadar ternyata mereka akan menaiki sebuah kapal berwarna putih.Kapal pesiar kecil tapi mewah ini membuat Zia mengerti maksud Aston. Pria ini akan membawanya berlibur dikapal ini. Zia menyakinkan hatinya jika dia akan bis melupakan bayang-bayang Reikhan karena dia sudah berdamai dengan masalalu nya.
Sesak di dada Zia seakan bertambah dengan kehadiran Reikhan. Logika nya menolak Reikhan tapi hatinya seperti tidak sejalan dengan apa yang dia inginkan."Kembalilah padaku Zia, aku mencintaimu".Kalimat itu terulang lagi membuat Zia semakin membisu. Reikhan mencium pundaknya dan membalikkan tubuh Zia. Mata Zia menangkap sorot kerinduan dimata Reikhan."Aku mencintaimu, dan kau mencintaiku. Apakah semua itu masih kurang?"Zia hanya diam. Reikhan menarik nafasnya karena Zia hanya diam dan membisu seperti tidak ingin berkata apapun."Jika kau tidak mencintaiku kau tidak akan datang kesini malam ini Zia."Sedetik kemudian air mata Zia jatuh dan Reikhan terkejut Zia menangis didepannya secara terang-terangan. Apakah sesakit ini yang Zia rasakan. Jika memang ben
Aston sudah tidak bisa melepaskan tubuh Zia yang membuatnya tidak bisa menahan sesuatu dibawah sana. Bibir Aston menyapu leher Zia, ada air mata yang keluar dari mata Zia. Ya, dia menangis. Hatinya sekarang begitu sakit, dia menyakiti Reikhan dan dia menyakiti Aston. Tapi Zia buru-buru mengenyahkan perasaan nya, Aston mencium pundak Zia yang terbuka karena saat ini baju Zia memang bermodel kerah sabrina."jika aku melanjutkannya aku tidak akan bisa berhenti." Aston mencoba menahan sesuatu ditubuhnya yang ingin terus mencumbu Zia. Tapi dia masih berpikiran waras untuk melakukan itu. Dia bangkit dRi tempat tidur dan melihat mata Zia yang tersenyum kepadanya."Aku akan mandi sebentar. Kau mau menungguku?"Zia mengangguk dan Aston pergi kekamar mandi....Sofia men
Reikhan hari ini terlihat sibuk melihat ponselnya sambil duduk manis di loby studio Foto ternama di London. Apalagi yang dia lakukan jika bukan menunggu pujaan hatinya yang sangat ingin dia menjauh."Hai Rei, kau disini juga?" Angelika keluar bersama seorang pria yang Reikhan tidak tahu siapa."Ah iya. Aku sedang menunggu Zia."Angelika tampak tersenyum bahagia. Lalu menyuruh pria yang sekarang Reikhan tahu adalah asisten Angelika pergi keluar dari studio itu."Apa kau sekarang berusaha mendapatkannya?"Tatapan Angelika menyelidiki Reikhan."Kau benar Angel." Reikhan tampak bersemangat mengatakannya. Tapi wajah Angelika mendadak berubah takut."Kau ya
Aston sangat menyebalkan, dia memencet bel apartment berulang-ulang. Zia terpaksa bangun dari kamarnya, padahal baru lima belas menit dia masuk kedalam kamarnya setelah menangis di balik pintu apartement. Dia yakin ini Aston karena hanya Aston yang segila ini.Zia membuka pintu apartment nya dan ternyata benar Aston sudah berada didepan pintu dengan wajahnya yang masih babbak belur. Aston meraih tubuh Zia dan memeluknya erat."dengar detak jantung ini?" Zia merasakan apa yang dikatakan Aston. Dan dia mengangguk kecil."Saat ini aku sangat takut kehilanganmu. Aku takut tidak lagi bisa memelukmu seperti ini. Maafkan keegoisanku"Zia mengangguk dan memeluk erat tubuh Aston. Entah bagaimana lagi dia harus mengatakan jika Aston adalah pria yang special baginya. Tapi sekarang kenapa semua seperti ini?Aston mencium p
"Terima kasih kau sudah menolong kekasihku".Reikhan mengerti maksud semua itu. Aura bolak-balik melihat Reikhan dan Aston yang saling mengeratkan rahang mereka. Lalu Zia juga sama dengan Aura."Tidak masalah," jawab Reikhan lalu melanjutkan apa yang dia dan Aura kerjakan tadi. Ghafur dan Devin juga ikut bersitegang melihat ekspresi Aston tadi. Langkahnya pasti dan matanya tajam lurus melihat Reikhan dan Zia.Ghafur lalu menghidupkan sebuah musik agar suasana jadi santai. Devin berdecik kepada Ghafur."Dasar musisi." Ghafur hanya tertawa dan menghampiri Angelika di pantry dalam.Semua berjalan lancar malam itu. Mereka bagaikan sekumpulan anak muda yang sedang kasmaran dan mengadakan pesta. Ghafur memainkan gitar lalu bernyanyi sedangkan Zia hanya menatap Ghafur dan terbayang akan Vienza. Pantas saja kakaknya it
Zia membuka pintu apartmentnya saat Angelika mengatakan mengunjunginya bersama dengan Diana salah satu teman mereka yang juga seorang model."Oh Tuhan, aku pikir habis melihat panda." ujar Angelika melihat wajah sembab dan mata panda Zia."Apa kau habis menangis Zi ?"Tanya Diana yang meneliti Zia dari atas hingga bawah. Zia memakai kimono tidurnya yang berwarna merah tapi tampilan wajahnya benar-benar kacau juga rambutnya yang acak-acakan. Tanpa dipersilahkan masuk Angelika dan Diana sudah masuk kedalam apartement itu, Zia hanya memutar kedua bola matanya."Apa kalian tidak ada pemotretan atau pekerjaan lainnya selain kesini huh??"Angelika dan Diana tersenyum bersama, tapi tidak menjawab pertanyaan Zia. Mereka sibuk membuka lemari es dan menutup lemari es itu dengan kesal."Apa kau tidak menyimpan makanan lainnya selain buah dan jus?"Zia hanya tersenyum dan masuk kedalam kamarnya. Dia sangat malas untuk mandi, lebih baik dia tidur lagi." Zi... Nanti Ghafur dan Devin akan kesini bo
Setiap orang punya masa lalu begitu juga Reikhan. Tapi masa lalunya membuatnya tak bisa menjalani hidupnya dengan baik seperti dulu lagi. Reikhan memutuskan menjual apartment nya, karena jika dia tetap berada di sana dia akan terus mengingat Zia. Seperti saat ini dia sedang berada dimeja makan dan ingatannya kembali saat dia memangku Zia. Jika dia beralih keruang tamu dia mengingat juga kenangan nya dan Zia saat bermain game.Reikhan memutuskan untuk kembali ke mansion keluarganya. Dia tidak bisa terus mengingat Zia, setelah pertemuan terakhirnya dan Zia waktu acara fashion show itu Reikhan tidak lagi pernah melihat Zia. Terkadang dia ingin menemui Zia tapu terkadang hatinya meradang mengingat kebohongan Zia. Bahkan Zia tidak meminta maaf atas apa yang dia lakukan kepada dirinya.Jika kalian bertanya kenapa Reikhan tidak berusaha mengga
Aston memeluk tubuh Zia yang tertidur di brankar rumah sakit. Ya malam itu Aston dan yang lainnya mengantar Zia ke apartment nya. Zia membersihkan dirinya, karena semua tubuhnya basah. Dia beranjak ingin tidur dan hanya Aston yang tetap disana, menunggu Zia untuk tidur dan terlelap. Tapi tengah malam Aston mendengar Zia membuka pintu, dia bilang ingin mengambil obat karena kepalanya terasa pusing. Aston memeriksa kening Zia dan panas badan Zia membuatnya khawatir. Tanpa bertanya Aston sudah membawanya kerumah sakit. Jadi disinilah mereka, setelah mendapatkan penanganan mereka berbaring di atas brankar itu. Aston tidak memberitahu Vienza dan Zyan karena dilarang Zia. Dia tidak mau semuanya jadi khawatir kepadanya, padahal dirinya hanya demam."Kau mengantuk sweet heart?" Zia mengangguk didalam pelukan Aston. Dan pria itu mencium keningnya.