Share

Pria yang Menciumku Malam Itu Ternyata Bosku
Pria yang Menciumku Malam Itu Ternyata Bosku
Author: R. Angela

Chapter 1 - Malam Tak Terlupakan

“Bibirmu manis sekali.” 

Matanya terpejam, sementara bibir dan lidahnya sedang berdansa dengan lawan mainnya.

Adalah Keona, gadis cantik bermata indah yang tengah terjebak dalam situasi tak terduga dengan pria asing di atasnya, tapi tidak bisa menolak karena tengah  menikmati sensasi luar biasa. Untuk pertama kalinya.

Candu. Setiap jamah tangan pria itu pada tubuhnya yang panas justru membuat Keona menginginkan lebih. 

Apakah itu juga yang sedang dirasakan oleh pria itu?

“Tuan, aku–” Keona bergumam di antara sadar dan tidak, antara ciuman dari sosok itu yang membuatnya kehilangan napas. 

Sebagian sadarnya menolak kecupan sosok asing itu, serta jari pria itu yang bermain di dalam miliknya di bawah sana. Namun, pengaruh obat yang dicampur dalam minumannya tadi tidak bisa ia tolak. 

Tubuhnya menginginkan sentuhan pria ini lebih jauh.

Permainan mereka berlanjut, makin intens tiap detiknya dan baru berakhir ketika terdengar desahan nikmat yang lolos dari bibir keduanya. Dalam kamar hotel super mewah yang ada di kawasan pusat ibu kota.

***

Bola mata indah milik Keona, perlahan terbuka. Desakan ingin ke kamar mandi, buatnya terbangun. 

“A-aah,” rintih Keona pelan, menghentikan niatnya untuk bangkit. 

Rasa sakit pada bagian inti tubuhnya menyadarkan Keona kalau semua tidak baik-baik saja. Ini tidak seperti paginya yang biasa 

Perlahan ingatannya kembali setelah mengamati dengan jelas langit-langit ruangan yang bukan kamarnya tersebut.

“Astaga!” batinnya menyadari sesuatu yang mengerikan sudah terjadi. Sepasang matanya membeliak sesaat setelah ia mengintip ke bawah selimut, mendapati bahwa tubuh polosnya tidak mengenakan pakaian apa pun.

Keona menggigit tangan agar teriakannya tidak keluar dari bibirnya, sementara air mata turun membanjiri pipi.

Dia ingat semua. Malam terkutuk itu membuatnya kehilangan mahkota yang sejak dulu dia jaga. 

“Kamu temui Tuan Hendrawan. Dia akan membantu menyelamatkan ayahmu!” Suara Bu Ratna, ibu tiri Keona, kembali terngiang di kepala Keona sembari ia memutar ingatan akan kejadian semalam. Wanita paruh baya itu menyodorkan secarik kertas pada Keona.

“Di hotel, Bu?” tanya Keona memastikan. Benaknya sempat bertanya kenapa ia harus bertemu dengan partner kerja sekaligus kawan lama sang ayah di sebuah hotel di malam hari.

“Ck. Jangan banyak tanya!” Ibu tirinya justru membentak. “Cepat temui Tuan Hendrawan, jangan biarkan beliau menunggu. Dia itu pria baik, pasti mau bantu.” 

“Iya.” Saudara tirinya menimpali dari arah pintu. “Kamu gak mau kan, ayah kamu mati?” 

Pandangan Keona yang semula menatap sedih wajah ayahnya yang terbaring lemas, beralih pada kertas itu. Diambil lalu dibaca. 

Seharusnya ia curiga. Karena seumur hidupnya, dia tidak pernah mendengar ayahnya punya teman dekat bernama Hendrawan. Namun, situasinya yang tengah terdesak membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

Ayahnya sedang sakit, tubuhnya lemah digerogoti penyakit semnetara harta dan perusahaan sudah habis disia-siakan oleh ibu dan saudara tirinya. Keduanya bahkan tidak mau untuk sekadar membantu merawat atau mengusahakan uang dan justru menyuruh Keona meminta bantuan pihak lain.

Seperti sudah dibuang.

Karenanya, Keona tidak punya pilihan lain. Tanpa tahu bahwa di hotel itu, kemudian, setelah Keona meminum minuman yang katanya “welcome drink”, ia akan dipeluk, dicium, dan bahkan nyaris diperkosa oleh pria buncit berusia kira-kira 50 tahun. 

“Lepaskan!” teriak Keona meronta. Jantungnya berdegup kencang, merasa takut dan juga putus asa. 

Namun, ada yang aneh. Kenapa … tubuhnya bereaksi pada sentuhan-sentuhan tersebut?

Pria buncit itu rupanya kuat juga. Sosok itu mengunci dirinya dengan tenaganya yang besar, lalu tanpa ragu, menciumi ceruk leher Keoan, dan pekikan gadis itu kembali terdengar, kala tua bangka sialan itu berhasil meremas dadanya.

Duak!

Dengan sisa kewarasannya, Keona berhasil menendang tulang kering Hendrawan hingga lolos. 

Tanpa buang waktu, Keona melarikan diri dari sana, berlari menyelusuri koridor. Naik ke lift lalu melintasi koridor lagi. Ketakutan membuatnya masuk ke dalam kamar yang saat itu pintunya terbuka, berpikir bahwa ia selamat.

Namun, tak lama kemudian, sesosok pria asing justru masuk ke dalam kamar tersebut, menyebutnya sebagai wanita sewaan dan–

“Astaga!” batin Keona lagi. Kepalanya tiba-tiba menoleh ke samping saat sudut matanya menangkap gerakan kecil dari seorang pria yang tertidur di sebelahnya.

Khawatir dan takut. Itu adalah yang dirasakan oleh Keona saat melihat wajah tampan pria yang masih terlelap itu.

Bagaimana jika pria ini terbangun, lalu menyentuhnya lagi? Ia sudah tidak lagi dalam pengaruh obat dan pikiran waras seratus persen. Kegilaannya semalam berhenti di sini, sekalipun otaknya terus memutar ulang kegiatan semalam.

Dengan perasaan yang berantakan, Keona memaksakan diri untuk bangun, menahankan rasa sakit dan perih pada miliknya setiap kali bergerak.

Ia harus menuntut jawaban pada ibu tirinya. Orang yang memulai kegilaan semalam.

Apakah wanita itu dengan sengaja ingin menjualnya pada si pria buncit!? Dengan embel-embel biaya pengobatan sang ayah?

Sekarang, bahkan Keona tidak yakin bahwa ia akan mendapatkan uangnya sekalipun ia menjual dirinya pada pria buncit itu semalam.

Namun, belum sempat menuntut keadilan, jambakan di rambutnya membuat Keona menjerit kesakitan.

“Dasar gadis bodoh, tidak berguna! Apa yang sudah kau perbuat pada Tuan Hendrawan, hah!? Kenapa dia justru menuntut uang lebih pada kita!?”

“Apa yang–”

“Tuan Hendrawan masuk rumah sakit karena kamu, berengsek!” Ibu tirinya menghempaskan Keona hingga gadis itu tersungkur. “Sekarang beliau menuntut ganti rugi. Dengan apa kamu akan membayarnya, hah? Sudah dibantu, bukannya berterima kasih malah mencari masalah!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status