Jegrek!
Ternyata ruangan itu memang tidak kosong, seorang pria sedang duduk di kursi kebesaran sambil berbicara di telepon. Mungkin ini penyebab dia tidak menjawab Resti.
Masalahnya Resti bisa melihat jelas wajah pria itu yang tak lain adalah Aldo, jelas membuatnya mematung sekarang dengan sepasang Retina membulat.
“Baiklah, Rio … aku tunggu kamu di ruanganku sekarang juga,” tutup Aldo sambil menatap serius Resti.
“J-jadi ….” Resti bahkan tidak mampu meneruskan ucapannya yang hendak mengatakan, “Jadi kamu memang Tuan Morgan?”
Ia justru menambahkan kalimat lain, “Ini nggak mungkin! Atau kamu yang tidak tau malu udah membujuk Tuan Morgan seperti biasa supaya bisa mewakilinya menghakimiku?”
Aldo tersenyum singkat mendengar kalimatnya itu. Ia sudah tidak heran akan mendengar tuduhan seperti ini, yah … di balik dia sering mengalami tudingan demikian, dia memang terlalu sering me
Sella yang sedari tadi berusaha mencari cara agar memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Tuan Morgan akhirnya dia berhasil menemukan sebuah cara juga.Entahlah … terdengar konyol pastinya … ia berpikir akan menemui Aldo dan mengambil alih tugasnya mengantarkan minuman ke ruangan presdir. Saat ini Sella sedang melangkah penuh semangat menuju dapur.Tiba di sana, ia pastinya tidak menemukan sosok Aldo, yang ada hanya Friska, salah satu teman sekerja Aldo selama menjabat sebagai OB.“Eh, kamu liat Aldo si miskin itu nggak?” tanyanya tanpa ada sopan-sopannya sama sekali.Friska tentu tahu Sella sedang berbicara dengannya, tapi dia berpura-pura tidak dengar karena tidak menyukai sikap perempuan itu, hingga Sella pun murka.“Heh! Kamu tuli?! Aku lagi ngomong sama kamu!” bentaknya sambil membalikkan bahu Friska.“Oh … maaf Mbak …,” santai Friska menanggapi, bahkan sambil tersenyum ma
Ting nong!Selang 2 detik saja pintu lift terbuka, dan dia telah berada di lantai paling atas. Sella buru-buru keluar dari lift. Dia melanjutkan langkah menuju ruangan presdir tapi dengan langkah pelan saja sekarang. Terlebih saat ia mendengar suara pembicaraan samar di sekitar sana. Sella berjalan mengikuti suara itu, dan semakin jelas pula suara itu terdengar.“Friska, mulai hari ini Tuan Morgan akan mengangkatmu sebagai sekretaris menggantikan Resti.”Deg!Kalimat tersebut berhasil menghentikan gerakan Sella. “Friska, maksudnya si OB miskin itu?”Sella buru-buru mengintip dari balik tembok, dimana di depan sana ada yang sedang berbicara. Dia seperti mengenal suara perempuan yang kemudian menyahut, sepertinya memang suara Friska si babu itu, tapi dia tidak ingin menebak-nebak. Lebih baik melihat secara langsung saja.Selalu melongo, mengintip sedikit saja, dan ternyata memang benar perempuan itu adalah Friska si OB
“Memangnya ada urusan apa dengan kamu?”“Bu-bukan apa-apa, hanya tidak pantas rasanya seorang OB diangkat menjadi seorang sekretaris. Bukannya seorang sekretaris itu harus berpendidikan tinggi? Sedangkan dia ….”“Kurang tinggi apa memangnya? Nona Friska tamatan S2,” beber Rio.“Apa? S2?”Sella tentu saja terbelalak. Friska tamatan s2 kenyataannya dia hanya seorang OB selama ini. Benar-benar tidak bisa dipercaya.“Anda tidak sedang bercanda kan, Pak Rio?” cecar Sella masih dengan wajah terkejutnya.“Apa saya kelihatan sedang bercanda? Lagipula ini hal serius, tidak patut dibuat bercanda. Nona Friska memang tamatan s2, dan dia pantas untuk diangkat menjadi seorang sekretaris menggantikan Resti.”“Baiklah, mari Nona Friska ikut saya … kita ngobrol di dalam ruangan Pak Morgan saja,” alih Rio kemudian.“Oh … i-iya, Pak.&rdq
Aldo mengangguk-angguk walau tidak mengetahui apa alasan Sella mencarinya, setidaknya dia mengerti siapa yang dicari perempuan itu, yakni Aldo seorang OB, bukannya Aldo sebagai Morgan.“Baiklah, Rio … kamu tolong selesaikan urusan pengangkatan jabatan. Aku akan keluar buat temui Sella,” kata Aldo sambil beranjak.“Baik, Tuan.”Maksud Aldo adalah mengenai segala sesuatu yang harus dijelaskan pada Friska, misalnya apa saja yang harus dia kerjakan, di mana ruangannya sekarang dan lain sebagainya.Selanjutnya Aldo berjalan mendekati pintu, Friska memperhatikan dia secara seksama. Friska terlihat menatapnya heran, perempuan itu sedang menilai penampilan Aldo yang mengenakan pakaian biasa saja, sehelai t-shirt dengan celana panjang casual, sama sekali tidak mirip dengan penampilan seorang bos.Friska sampai memutar wajahnya mengikuti pergerakan Aldo yang terus melangkah tanpa merasa terganggu sedikitpun oleh tatapannya. Per
Dia kemudian memilih berbalik hendak pergi meninggalkan Sella saja, daripada dia semakin emosi dan melakukan hal yang tidak diinginkan. Namun, Sella justru menahannya.“Heh! Aku tau kenapa kamu tidak mau membantuku, pasti kamu iri kan? Aku terus naik jabatan sedangkan kamu … hanya bisa terus menjadi OB,” julid Sella.Aldo seketika menghentikan pergerakannya, hatinya jadi panas sekali. Sedangkan Sella masih bisa tersenyum penuh kemenangan di belakangnya. Seandainya Aldo melihat ekspresi Sella saat ini mungkin dia akan semakin murka terhadap perempuan itu.“Benar kan apa kataku? Ngaku aja,” cecarnya.Pada detik ini dia berhasil membuat Aldo membalikkan lagi wajah menghadapnya.“Setelah semua yang pernah aku lakukan terhadapmu selama ini, apa kau pikir ini pembalasan yang pantas untuk kamu lakukan terhadapku?”Jujur, Aldo tak ingin membahas semua ini, ia tidak pernah mengungkit kebaikan apapun yang per
“Baiklah, aku harus bertemu Dyta sekarang,” alih Aldo kemudian sambil beranjak.“M-mau kemana, Tuan?”Aldo mengerutkan dahi melihat ekspresi Dave yang berubah cemas. Entahlah … Aldo merasa ada yang aneh dengan Dave, setiap membicarakan perihal Dyta dia akan bertingkah sedikit di luar batas kewajaran.“Memangnya kenapa, kok kamu sampai kaget gitu?”“Bukan apa-apa, Tuan. Hanya ingin tau saja. Barangkali ada yang perlu saya siapkan buat Tuan dan Nona.” Begitu Dave berkilah.Aldo bukan orang yang mudah dibodohi pastinya, jawaban Dave sama sekali tak masuk akal. Aldo menatap asistennya itu intens sehingga Dave memilih menundukkan kepala.Sejak kapan memangnya Dave perlu menyiapkan segalanya? Sekalipun Aldo akan mengajak Dyta pergi berlibur keluar negeri. Sebab Aldo sangat mandiri, dia tidak pernah meminta asistennya mengerjakan hal-hal seperti kebanyakan tuan muda lainnya, harus menyiapkan ko
Masalahnya, bepergian dengan Dyta juga hal yang sangat penting, dia tidak bisa seenaknya saja membatalkan kegiatan tersebut, apalagi sepihak. Pastinya Dyta akan marah besar karena mereka bukan hanya sekedar jalan-jalan saja. Lagian Aldo juga tak ingin membuat kekasihnya itu kecewa.Aldo menyetir sambil melamun, ia tidak menyadari laju mobilnya semakin ke tengah. Hingga sejenak kemudian suara klakson yang berasal dari kendaraan yang berlawanan dengannya berbunyi keras mengejutkan dia.Mata Aldo seketika melotot besar terkejut melihat posisinya saat ini yang hampir menabrak mobil di depannya, wajahnya sontak memucat, detak jantungnya juga berpacu cepat sekali. Beruntung sikap refleknya masih bekerja, dengan cekatan ia memutar setir ….Ban mobil berdecit kencang karena bergesekan dengan aspal menambah suasana tegang, Aldo membanting setir ke arah kiri, dua detik kemudian ia berhasil menghindari kecelakaan tersebut.Glek!Ia menelan ludah kelega
Masalahnya, bepergian dengan Dyta juga hal yang sangat penting, dia tidak bisa seenaknya saja membatalkan kegiatan tersebut, apalagi sepihak. Pastinya Dyta akan marah besar karena mereka bukan hanya sekedar jalan-jalan saja. Lagian Aldo juga tak ingin membuat kekasihnya itu kecewa.Aldo menyetir sambil melamun, ia tidak menyadari laju mobilnya semakin ke tengah. Hingga sejenak kemudian suara klakson yang berasal dari kendaraan yang berlawanan dengannya berbunyi keras mengejutkan dia.Mata Aldo seketika melotot besar terkejut melihat posisinya saat ini yang hampir menabrak mobil di depannya, wajahnya sontak memucat, detak jantungnya juga berpacu cepat sekali. Beruntung sikap refleknya masih bekerja, dengan cekatan ia memutar setir ….Ban mobil berdecit kencang karena bergesekan dengan aspal menambah suasana tegang, Aldo membanting setir ke arah kiri, dua detik kemudian ia berhasil menghindari kecelakaan tersebut.Glek!Ia menelan ludah kelega