Ting nong!
Selang 2 detik saja pintu lift terbuka, dan dia telah berada di lantai paling atas. Sella buru-buru keluar dari lift. Dia melanjutkan langkah menuju ruangan presdir tapi dengan langkah pelan saja sekarang. Terlebih saat ia mendengar suara pembicaraan samar di sekitar sana. Sella berjalan mengikuti suara itu, dan semakin jelas pula suara itu terdengar.
“Friska, mulai hari ini Tuan Morgan akan mengangkatmu sebagai sekretaris menggantikan Resti.”
Deg!
Kalimat tersebut berhasil menghentikan gerakan Sella. “Friska, maksudnya si OB miskin itu?”
Sella buru-buru mengintip dari balik tembok, dimana di depan sana ada yang sedang berbicara. Dia seperti mengenal suara perempuan yang kemudian menyahut, sepertinya memang suara Friska si babu itu, tapi dia tidak ingin menebak-nebak. Lebih baik melihat secara langsung saja.
Selalu melongo, mengintip sedikit saja, dan ternyata memang benar perempuan itu adalah Friska si OB
“Memangnya ada urusan apa dengan kamu?”“Bu-bukan apa-apa, hanya tidak pantas rasanya seorang OB diangkat menjadi seorang sekretaris. Bukannya seorang sekretaris itu harus berpendidikan tinggi? Sedangkan dia ….”“Kurang tinggi apa memangnya? Nona Friska tamatan S2,” beber Rio.“Apa? S2?”Sella tentu saja terbelalak. Friska tamatan s2 kenyataannya dia hanya seorang OB selama ini. Benar-benar tidak bisa dipercaya.“Anda tidak sedang bercanda kan, Pak Rio?” cecar Sella masih dengan wajah terkejutnya.“Apa saya kelihatan sedang bercanda? Lagipula ini hal serius, tidak patut dibuat bercanda. Nona Friska memang tamatan s2, dan dia pantas untuk diangkat menjadi seorang sekretaris menggantikan Resti.”“Baiklah, mari Nona Friska ikut saya … kita ngobrol di dalam ruangan Pak Morgan saja,” alih Rio kemudian.“Oh … i-iya, Pak.&rdq
Aldo mengangguk-angguk walau tidak mengetahui apa alasan Sella mencarinya, setidaknya dia mengerti siapa yang dicari perempuan itu, yakni Aldo seorang OB, bukannya Aldo sebagai Morgan.“Baiklah, Rio … kamu tolong selesaikan urusan pengangkatan jabatan. Aku akan keluar buat temui Sella,” kata Aldo sambil beranjak.“Baik, Tuan.”Maksud Aldo adalah mengenai segala sesuatu yang harus dijelaskan pada Friska, misalnya apa saja yang harus dia kerjakan, di mana ruangannya sekarang dan lain sebagainya.Selanjutnya Aldo berjalan mendekati pintu, Friska memperhatikan dia secara seksama. Friska terlihat menatapnya heran, perempuan itu sedang menilai penampilan Aldo yang mengenakan pakaian biasa saja, sehelai t-shirt dengan celana panjang casual, sama sekali tidak mirip dengan penampilan seorang bos.Friska sampai memutar wajahnya mengikuti pergerakan Aldo yang terus melangkah tanpa merasa terganggu sedikitpun oleh tatapannya. Per
Dia kemudian memilih berbalik hendak pergi meninggalkan Sella saja, daripada dia semakin emosi dan melakukan hal yang tidak diinginkan. Namun, Sella justru menahannya.“Heh! Aku tau kenapa kamu tidak mau membantuku, pasti kamu iri kan? Aku terus naik jabatan sedangkan kamu … hanya bisa terus menjadi OB,” julid Sella.Aldo seketika menghentikan pergerakannya, hatinya jadi panas sekali. Sedangkan Sella masih bisa tersenyum penuh kemenangan di belakangnya. Seandainya Aldo melihat ekspresi Sella saat ini mungkin dia akan semakin murka terhadap perempuan itu.“Benar kan apa kataku? Ngaku aja,” cecarnya.Pada detik ini dia berhasil membuat Aldo membalikkan lagi wajah menghadapnya.“Setelah semua yang pernah aku lakukan terhadapmu selama ini, apa kau pikir ini pembalasan yang pantas untuk kamu lakukan terhadapku?”Jujur, Aldo tak ingin membahas semua ini, ia tidak pernah mengungkit kebaikan apapun yang per
“Baiklah, aku harus bertemu Dyta sekarang,” alih Aldo kemudian sambil beranjak.“M-mau kemana, Tuan?”Aldo mengerutkan dahi melihat ekspresi Dave yang berubah cemas. Entahlah … Aldo merasa ada yang aneh dengan Dave, setiap membicarakan perihal Dyta dia akan bertingkah sedikit di luar batas kewajaran.“Memangnya kenapa, kok kamu sampai kaget gitu?”“Bukan apa-apa, Tuan. Hanya ingin tau saja. Barangkali ada yang perlu saya siapkan buat Tuan dan Nona.” Begitu Dave berkilah.Aldo bukan orang yang mudah dibodohi pastinya, jawaban Dave sama sekali tak masuk akal. Aldo menatap asistennya itu intens sehingga Dave memilih menundukkan kepala.Sejak kapan memangnya Dave perlu menyiapkan segalanya? Sekalipun Aldo akan mengajak Dyta pergi berlibur keluar negeri. Sebab Aldo sangat mandiri, dia tidak pernah meminta asistennya mengerjakan hal-hal seperti kebanyakan tuan muda lainnya, harus menyiapkan ko
Masalahnya, bepergian dengan Dyta juga hal yang sangat penting, dia tidak bisa seenaknya saja membatalkan kegiatan tersebut, apalagi sepihak. Pastinya Dyta akan marah besar karena mereka bukan hanya sekedar jalan-jalan saja. Lagian Aldo juga tak ingin membuat kekasihnya itu kecewa.Aldo menyetir sambil melamun, ia tidak menyadari laju mobilnya semakin ke tengah. Hingga sejenak kemudian suara klakson yang berasal dari kendaraan yang berlawanan dengannya berbunyi keras mengejutkan dia.Mata Aldo seketika melotot besar terkejut melihat posisinya saat ini yang hampir menabrak mobil di depannya, wajahnya sontak memucat, detak jantungnya juga berpacu cepat sekali. Beruntung sikap refleknya masih bekerja, dengan cekatan ia memutar setir ….Ban mobil berdecit kencang karena bergesekan dengan aspal menambah suasana tegang, Aldo membanting setir ke arah kiri, dua detik kemudian ia berhasil menghindari kecelakaan tersebut.Glek!Ia menelan ludah kelega
Masalahnya, bepergian dengan Dyta juga hal yang sangat penting, dia tidak bisa seenaknya saja membatalkan kegiatan tersebut, apalagi sepihak. Pastinya Dyta akan marah besar karena mereka bukan hanya sekedar jalan-jalan saja. Lagian Aldo juga tak ingin membuat kekasihnya itu kecewa.Aldo menyetir sambil melamun, ia tidak menyadari laju mobilnya semakin ke tengah. Hingga sejenak kemudian suara klakson yang berasal dari kendaraan yang berlawanan dengannya berbunyi keras mengejutkan dia.Mata Aldo seketika melotot besar terkejut melihat posisinya saat ini yang hampir menabrak mobil di depannya, wajahnya sontak memucat, detak jantungnya juga berpacu cepat sekali. Beruntung sikap refleknya masih bekerja, dengan cekatan ia memutar setir ….Ban mobil berdecit kencang karena bergesekan dengan aspal menambah suasana tegang, Aldo membanting setir ke arah kiri, dua detik kemudian ia berhasil menghindari kecelakaan tersebut.Glek!Ia menelan ludah kelega
Aldo nampak gelisah, tangan lainnya yang tidak menggenggam hape jari-jarinya berdendang pada setir kemudi menghasilkan suara dentingan nada tak jelas, sambil sesekali matanya melirik layar. Aldo sedang menimbang-nimbang keputusan-keputusannya yang masih gamblang.Jika dia menghubungi Dave dan menanyakan semuanya sekarang, mungkin saja pria itu akan berusaha berkilah karena Aldo juga belum meminta bukti pada Zacky.Lalu kalau saja semua itu memang terjadi, kemungkinan besar Dave akan lebih waspada setelahnya. Mata-mata yang dia kirimkan bisa jadi akan kesulitan mencari informasi selanjutnya tentang asistennya ini.Atau bahkan parahnya, Dave akan menyingkirkan Zacky beserta semua bukti yang ada, lebih mengerikannya Zacky mungkin dipengaruhi Dave dengan cara apapun, mencuci otaknya mungkin? Otak Aldo sepertinya terlalu gila, hal tak masuk akal pun masih sempat mampir di kepalanya.Yah, beginilah Aldo yang terlalu banyak merasakan kekecewaan selama ini, sekec
Dari jakarta menuju bandung, Aldo memilih mengajak Dyta menggunakan jasa kereta api. Dia sengaja melakukan itu karena ingin merasakan suasana kendaraan panjang tersebut seperti apa. Sebab seumur hidupnya, dia belum pernah naik kereta.Jadi yang dimaksudkan Aldo hampir terlambat adalah mengejar jam keberangkatan kereta api yang akan berangkat 20 menit.Sedari kecil kalau mau bepergian ke Bandung pastinya Aldo dan keluarganya selalu menggunakan mobil pribadi. Atau ketika berkunjung ke tempat yang lebih jauh pastinya selalu mengandalkan jalur udara yang praktis dan cepat sampai.Berawal dari Dyta yang menceritakan tentang masa kecil, pernah beberapa kali keluarga mereka sengaja memilih berkunjung ke rumah nenek dengan menggunakan jasa kereta api, untuk menghadirkan kesan yang berbeda. Dan ternyata sangat mengasyikkan."Aku jadi kangen masa-masa itu," ungkap Dyta terlihat sangat menginginkan masa kecilnya terulang kembali. Ekspresi Dyta mirip dengan seorang a