Masalahnya, bepergian dengan Dyta juga hal yang sangat penting, dia tidak bisa seenaknya saja membatalkan kegiatan tersebut, apalagi sepihak. Pastinya Dyta akan marah besar karena mereka bukan hanya sekedar jalan-jalan saja. Lagian Aldo juga tak ingin membuat kekasihnya itu kecewa.
Aldo menyetir sambil melamun, ia tidak menyadari laju mobilnya semakin ke tengah. Hingga sejenak kemudian suara klakson yang berasal dari kendaraan yang berlawanan dengannya berbunyi keras mengejutkan dia.
Mata Aldo seketika melotot besar terkejut melihat posisinya saat ini yang hampir menabrak mobil di depannya, wajahnya sontak memucat, detak jantungnya juga berpacu cepat sekali. Beruntung sikap refleknya masih bekerja, dengan cekatan ia memutar setir ….
Ban mobil berdecit kencang karena bergesekan dengan aspal menambah suasana tegang, Aldo membanting setir ke arah kiri, dua detik kemudian ia berhasil menghindari kecelakaan tersebut.
Glek!
Ia menelan ludah kelega
Aldo nampak gelisah, tangan lainnya yang tidak menggenggam hape jari-jarinya berdendang pada setir kemudi menghasilkan suara dentingan nada tak jelas, sambil sesekali matanya melirik layar. Aldo sedang menimbang-nimbang keputusan-keputusannya yang masih gamblang.Jika dia menghubungi Dave dan menanyakan semuanya sekarang, mungkin saja pria itu akan berusaha berkilah karena Aldo juga belum meminta bukti pada Zacky.Lalu kalau saja semua itu memang terjadi, kemungkinan besar Dave akan lebih waspada setelahnya. Mata-mata yang dia kirimkan bisa jadi akan kesulitan mencari informasi selanjutnya tentang asistennya ini.Atau bahkan parahnya, Dave akan menyingkirkan Zacky beserta semua bukti yang ada, lebih mengerikannya Zacky mungkin dipengaruhi Dave dengan cara apapun, mencuci otaknya mungkin? Otak Aldo sepertinya terlalu gila, hal tak masuk akal pun masih sempat mampir di kepalanya.Yah, beginilah Aldo yang terlalu banyak merasakan kekecewaan selama ini, sekec
Dari jakarta menuju bandung, Aldo memilih mengajak Dyta menggunakan jasa kereta api. Dia sengaja melakukan itu karena ingin merasakan suasana kendaraan panjang tersebut seperti apa. Sebab seumur hidupnya, dia belum pernah naik kereta.Jadi yang dimaksudkan Aldo hampir terlambat adalah mengejar jam keberangkatan kereta api yang akan berangkat 20 menit.Sedari kecil kalau mau bepergian ke Bandung pastinya Aldo dan keluarganya selalu menggunakan mobil pribadi. Atau ketika berkunjung ke tempat yang lebih jauh pastinya selalu mengandalkan jalur udara yang praktis dan cepat sampai.Berawal dari Dyta yang menceritakan tentang masa kecil, pernah beberapa kali keluarga mereka sengaja memilih berkunjung ke rumah nenek dengan menggunakan jasa kereta api, untuk menghadirkan kesan yang berbeda. Dan ternyata sangat mengasyikkan."Aku jadi kangen masa-masa itu," ungkap Dyta terlihat sangat menginginkan masa kecilnya terulang kembali. Ekspresi Dyta mirip dengan seorang a
Ketika Aldo melontarkan kalimat tersebut, mereka telah tiba di stasiun. Aldo barusan memarkirkan kendaraannya. Mereka berdua masih berada di dalam mobil saat itu.Kalimat Aldo membuat wajah Dyta kembali bersemu. Ia agak kesal juga Aldo terus mengungkit kata kawin yang dikatakannya tadi, sekaligus menyesal pernah mengucapkan kata itu yang seperti menjebak dirinya sendiri.“Dasar mesum!” umpat Dyta sambil menempelkan boneka beruang di pelukannya pada wajah Aldo.“Tapi kamu suka, kan?” kekeh Aldo.“Suka banget, sampe pengen cubit!”Tak hanya bicara saja, Dyta benar-benar melakukannya. Ia mencubit perut Aldo yang membuat pria itu menjerit mesra. Serta tangan Aldo bekerja reflek menangkap tangan Dyta, lalu menariknya sehingga Dyta terjatih ke dalam pelukannya.Ekspresi keduanya sama-sama berubah serius sekarang, mereka saling menoleh dalam posisi wajah hampir tak berjarak, tubuh keduanya bahkan saling menempel.
Aldo benar-benar parah, dia masih saja mengingat kata itu. Dyta sampai terperangah mendengarnya. Dia sendiri telah melupakannya, tak disangka tidak dengan Aldo.“Kamu ya, dasar si bapak mesum!” gemes Dyta mendorong mesra bahu Aldo yang nyaris tak bergerak. Tubuhnya itu sangat kekar, tenaga Dyta sama sekali tak mampu mengusiknya.“Kamu yang memulai, ingatlah untuk bertanggung jawab,” goda Aldo semakin menjadi. Ia kini sedang mendekatkan wajahnya ke arah Dyta, perempuan itu agak syok.“Kamu ngapain?” sergahnya dengan suara sedikit mengeras, orang-orang di dalam kereta sampai melirik ke arah mereka.Dyta mengangguk canggung pada mereka semua, wajahnya sampai memerah, malu sekali dia. Parahnya Aldo tak terusik sedikitpun. Bahkan pria itu masih mau nyosor seperti tak peduli pada keadaan.“Ish, nggak tau malu banget sih kamu Om mesum!” omel Dyta dengan suara kecil sembari menjejalkan telapak tangannya pada
Bukan hanya Dyta dan Aldo yang terkejut, pria yang datang bersama Sella juga ikut kaget melihat mereka berdua. Namun ketiganya tidak ada yang bersuara.Sella juga tidak bicara apa-apa, dia justru merasa senang menemukan ekspresi keterkejutan pada wajah Dyta dan Aldo. Sella gagal paham, dia berpikir Aldo dan Dyta terkejut karena penampilan kekasihnya yang wah. Padahal saja sebenarnya Dyta, Aldo serta pacarnya itu saling mengenal satu sama lain.Suara nenek yang akhirnya memecahkan keheningan."Sella, kamu belum jawab nenek, dia siapa? Pacar kamu?" cecar perempuan renta itu.Tanti mengulang pertanyaannya antusias sambil menatap pria di samping Sella dengan tatapan kagum. Berbeda sekali cara dia memperlakukan Aldo dan pria itu."Bener banget, Nek … ini pacar aku, ganteng kan, Nek?" berkata sambil memperlihatkan senyuman sombong yang ditujukan pada Aldo dan Dyta, dia sedang memamerkan kekasihnya itu."Iya, ganteng. Kamu lebih pintar
Sesaat kemudian, Sella semakin bertingkah saja."Oh iya, Nek … aku bawa kado loh buat Nenek, kadonya besar!" lontarnya antusias sambil melirik sinis Aldo dan Dyta. Sekali lagi dia berniat pamer pastinya."Sungguh? Mana?" tanya Sang nenek tak kalah antusiasnya.Dari ekspresi Tanti, Aldo mulai memahami karakter si nenek ini, sejujurnya ada sedikit rasa kecewa yang mampir di benaknya.Awalnya Aldo pikir Tanti pasti nenek yang sangat baik, sebab Dyta selalu menceritakan hal-hal baik tentangnya. Ia tidak menyangka karakter Tanti ternyata seburuk ini.Namun apapun itu, lagipula Dyta juga seperti sangat menyayangi perempuan renta tersebut, Aldo pun tak ada niat untuk membalas perlakuan nenek dengan cara yang keji. Ia justru merasa perlu menghormati nenek bagaimanapun sikapnya, dan berpikir mungkin akan memberikan sebuah kejutan padanya keesokan pagi."Ada di mobil, Nek. Dirly yang belikan buat Nenek loh," terang Sella membanggakan kekasihnya
Tidak! Dyta tak akan diam lagi sekarang, kali ini nenek sudah keterlaluan. Dia yang mengajak Aldo kesana, mana mungkin dia membiarkan neneknya menghina kekasihnya itu sedemikian rupa. Sekalipun Aldo mencegah dia tetap akan berbicara pada nenek. Namun, sebelum dia melakukannya, Aldo justru mendahuluinya.“Aku bawa hadiah kok, Nek. Kecil aja sih tapi,” sahut Aldo dengan santainya.Sella dan Tanti nampak menyunggingkan senyuman sinis sekaligus merendahkan pada sudut bibir mereka.“Kecil, tapi mampu membuat kalian bisu!” batin Aldo.Aldo sengaja tak ingin mengungkapkan secara langsung, biarlah mereka terkejut di keesokan harinya setelah melihat hadiah yang akan dia persiapkan ini.Sebenarnya bukan lagi akan, dia memang sudah mempersiapkannya sedari awal. Sebelumnya dia takut hadiah tersebut terlalu berlebihan, tapi sepertinya justru akan sangat bermanfaat.Sementara Dyta yang tidak tahu-menahu tentang Aldo membawa kado ha
Ingin sekali Dyta mengungkapkan kebenaran yang ada, mengenai identitas Aldo yang sesungguhnya untuk membungkam mulut neneknya itu.Yang membuat dia tertegun, Aldo justru tak terlihat terganggu dengan kalimat kasar yang sedari tadi dilontarkan sang nenek dan Sella. Dia hanya diam saja.Dyta pun bingung pastinya kalau bergerak satu langkah di depan, takut salah bertindak. Apalagi di sana ada Dirly, dia tidak mau mengacaukan rencana Aldo yang sedang dalam misi memberi pelajaran pada para pengkhianat itu. Sella juga belum mengetahui penyamaran Aldo.Terlebih sikap yang ditunjukkan Aldo sih, dia sangat tenang dan memperlihatkan kesabaran yang teramat, sejak tadi selalu Dyta yang terpancing. Sejujurnya, Aldo seperti ini cukup menyita perhatian Dyta.Jika dibandingkan dengan Aldo yang dulu, jauh sekali perbedaannya, sungguh membuat Dyta bingung akan perubahan tersebut. Namun, Dyta menyukainya, dia diam-diam merasa kagum pada Aldo.Sesaat, Tanti kembali be
“Anda tidak terlihat seperti badut, Nona … tapi sangat cantik, gaun ini benar-benar cocok untuk Anda,” puji si perias. “Ayo Nona kita turun sekarang!”“Tapi aku nggak mungkin berpenampilan begini, apa yang akan dikatakan orang-orang? Di rumah sakit tapi mengenakan pakaian begini.”“Tidak perlu menghiraukan ucapan orang lain, karena mau seperti apapun kita tetap saja akan ada yang nyiyirin hidup kita, kayak saya,” lirih sang perias yang merupakan janda itu. Dia telah menceritakan semuanya pada Dyta selama prosesi berdandan berlangsung, Dyta jadi ikut prihatin.“Mbak benar, jangan dengarkan nyinyiran orang lain, toh mereka juga tidak menghidupimu. Semangat ya, Mbak!”Si perias tersenyum mendengarnya, lain yang dipikirkan Dyta lain pula yang dipikirkan sang perias, “Kalau begitu ayo kita turun sekarang!”Ia bergegas menarik tangan Dyta agar beranjak dari posisi duduk.
Sekuat apapun Aldo berusaha menahan diri untuk tidak terlihat lemah di hadapan Dyta, tetap saja dia tidak dapat melakukannya. Terlalu sulit melewatinya, Aldo tak sanggup. Keadaan Dyta sangat mengkhawatirkan, bagaimana bisa dia menyembunyikan perasaannya itu.Akhirnya tetap meledak, Aldo justru menangis histeris di hadapan Dyta yang terbaring lemah, menangisi kekasihnya itu sambil sesekali melontarkan kalimat berikut secara berulang-ulang."Dyta … kamu nggak boleh ninggalin aku, aku nggak akan bisa hidup tanpamu. Kamu harus bangun, Dyt! Bangun!""Bangunlah, aku mohon, Dyt!"Siapapun jika mengalami kondisi demikian kemungkinan besar akan seperti Aldo pastinya, ini merupakan cobaan paling berat seumur hidupnya, terancam kehilangan separuh napas adalah yang paling menyakitkan. Jika ditinggal selingkuh saja mampu membuat Aldo hampir gila, apalagi ditinggal pergi selamanya, rasanya jauh lebih menyakitkan. Aldo tak siap, dia benar-benar tidak siap.
Para tim medis saja dibuat terkejut bukan main, barusan keadaan Dyta masih stabil, tapi dalam sekejap sudah seperti ini jelas sangat membingungkan.“Gimana, Dok? Apa yang terjadi dengan Dyta?”“Entahlah … tapi kondisinya benar-benar menurun sekarang.”“Sus, tolong pasangkan lagi semua peralatan tadi!” alih sang sang dokter pada timnya.Perasaan Aldo jangan ditanya lagi, ketakutan dan kepanikannya bertambah berkali-kali lipat sekarang ini.“Tolong, Dok … tolong selamatkan Dyta! Lakukan apa saja, yang penting Dyta harus selamat!” cecarnya.“Kami pasti akan melakukan yang terbaik, itu sudah bagian dari tugas kami.”Sang dokter juga memerintahkan agar Aldo keluar dari ruangan tersebut, para tim medis tentu tidak akan dapat bekerja maksimal jika dia terus-terusan bersikap panik seperti tadi. Pasien pun akan merasa terganggu.“Nggak, Dok! Aku harus menema
Tanpa disangka sedikitpun, ternyata Cecep bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kemampuannya melebihi Recky dan Robert, apalagi Aldo sudah sangat kelelahan saat ini jelas membutuhkan perjuangan luar biasa dalam menumbangkan lawannya ini. Aldo sendiri telah babak belur, barulah berhasil menjatuhkan Cecep.“Sekarang terima kematianmu, Bangsat!”Aldo yang awalnya cukup lega berhasil menumbangkan Cecep harus kembali dibuat terkejut, pria itu memang belum mati, Aldo masih harus membereskannya, hanya saja ia membutuhkan jeda untuk mengambil napas. Hal tak terduga lainnya justru terjadi.Pria itu tiba-tiba mendapatkan senjata, dan sedang mengarahkannya ke arah Aldo. Matanya hampir meloncat keluar saking terkejutnya dia. Bagaimana tidak, nyawanya sungguh sedang terancam.Aldo benar-benar kelelahan sampai tidak dapat mengelak saat ini, beranjak dari posisi tersungkur bahkan agak sulit dia lakukan. Dia benar-benar kehabisan tenaga buat menumbangkan Cecep
Suasana di sana saat ini lumayan mengerikan, mayat tergeletak dimana-mana, baik itu anak buah Aldo maupun para musuh, jumlah mereka hampir sama banyaknya. Ada yang tewas karena luka tembak, maupun baku hantam.Aldo pun baru menyadari ternyata yang satu-satunya yang tersisa hanya dia seorang, tentunya cukup mengejutkan dia. Akan tetapi dia tidak akan mundur, satu lawan satu mana mungkin dia akan menyerah.Aldo baru akan melanjutkan langkahnya, suara tembakan membuatnya seketika mundur. Kurang seinci lagi dia hampir tertembak.“Aku seperti mengenal tembakan ini!” batin Aldo agak panik. Ia juga mengingat sesuatu, “Sniper handal itu!”Yah, dia orang yang terlibat pada kejadian di penjara beberapa waktu lalu. Drama penembakan Recky dan Robert saat itu.“Sial! Jadi dia ada disini!Jelas merupakan sebuah kegawatan. Aldo bergegas mencari tempat persembunyian dan bersikap waspada. Namun hal ini tetap tidak akan mengurung
Ketika mereka berdua tiba di hadapannya, Aldo justru berhasil menangkap tangan Robert yang hendak menyerang bagian perut, mematahkan tangannya itu tanpa ampun. Suara erangan mengaum keras.Sementara saat tendangan Recky yang mengincar kepalanya hampir menyentuhnya, Aldo juga dengan gesit menangkap kaki bajingan satu ini, lalu turut melayangkan sebuah tendangan mematikan tepat ke arah junior Recky.Sesaat Robert bangkit lagi, awalnya dia hendak menembak Aldo, tapi segera digagalkan Aldo dengan menendang senjata di tangannya hingga terhempas. Selanjutnya pertarungan sengit sempat menghiasi pertempuran seakan mereka seperti tandingan yang seimbang, hingga Aldo kembali berhasil menjatuhkan lawannya itu. Bagaimanapun dia tidak mungkin menang, dia bukanlah lawan Aldo, apalagi tangannya sedang terluka.Aldo bahkan menghajarnya cukup fatal kali ini, melampiaskan seluruh emosi yang menguasai jiwanya, sampai pria itu tak mampu bangkit lagi.Sambut-menyambut silih b
Perasaan Aldo benar-benar hancur melihat keadaan kekasihnya itu, sedikitpun dia tidak pernah menyangka hal setragis ini akan terjadi terhadap Dyta. Padahal sebentar lagi mereka akan menjadi pasangan paling berbahagia, tapi keadaan justru berbalik seperti ini.Sakit sekali pastinya, Aldo yang tak kuasa menahan diri. Untuk pertama kalinya ia tak memedulikan keadaan sekeliling, tangisannya meledak sudah sambil menggenggam tangan Dyta.“Maafin aku, Dyt … seharusnya aku tidak membiarkan kamu pergi sendirian, aku yang patut disalahkan!”“Dyta, bangunlah! Bangun, Sayang!”Ternyata Aldo sungguh tidak dapat mengontrol dirinya untuk bersikap tenang sehingga dokter harus memperingatkan dia, mengatakan bahwa orang yang sedang koma seharusnya disupport, bukan ditangisi seperti ini. Sebab walau Dyta sedang tak sadar tapi dia bisa mendengar semua yang dikatakan Aldo saat ini.Akhirnya Aldo harus berusaha tegar, menahan emosinya yang
Betapa terkejutnya Aldo mendapatkan kabar yang disampaikan oleh Dave barusan. Tanpa berpikir panjang dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari ruangan rapat begitu saja. Dia tentu harus menuju rumah sakit saat itu juga.Aldo pergi seorang diri, lagipula Dave harus mengambil alih meneruskan rapat yang sedang berlangsung. Keadaan Aldo tentu sangat tidak stabil, ia mengemudi dengan sangat brutal. Namun keberuntungan selalu memihak padanya di jalanan. Aldo berhasil tiba di rumah sakit dalam keadaan selamat.Usai memarkirkan kendaraannya secara sembarangan tak memedulikan apapun lagi, Aldo bergegas berlarian menuju ke dalam rumah sakit secepat mungkin.Baru saja dia menginjakkan kaki di pintu lift menuju ruangan VVIP, panggilan untuknya telah terdengar karena mobilnya yang parkir seenak jidat itu, tapi Aldo tetap tak menghiraukannya, bukannya kembali ke depan, Aldo justru melangkah memasuki lift.Mau mobilnya itu diderek atau diapapun, dia tak
Lain halnya dengan Dave yang segera mengiyakan kalimat Aldo, Dyta justru dibuat terkejut bukan main.“S-sekarang? Kenapa kalian para pria suka sekali seenaknya begini sih?!” rutuk perempuan itu kesal.Bagaimana tidak, barusan menghadapi Cecep yang bertingkah seenak jidat memaksa menikahinya, sekarang giliran Aldo yang melakukan hal serupa.“Kamu kok kayak nggak senang gitu, memangnya kamu keberatan nikah sama aku?”Aldo agak salah mengerti.“Bukan begitu, tapi menikah kan bukan main-main, Do … kita perlu menyiapkannya dengan mateng! Gimana bisa seenaknya aja begini, mau nikah ya nikah aja gitu!”“Kau pikir nggak akan bikin kaget kedua orang tuaku apa? Terus papi sama mami kamu, bisa-bisa mereka jantungan mikirin ide gilamu itu!”Dyta ngambek lagi, ia membuang muka keluar jendela sambil memeluk tangan. Ternyata mereka telah memasuki kawasan mansion Aldo berada.“Oh, ak