Sesaat kemudian, Sella semakin bertingkah saja.
"Oh iya, Nek … aku bawa kado loh buat Nenek, kadonya besar!" lontarnya antusias sambil melirik sinis Aldo dan Dyta. Sekali lagi dia berniat pamer pastinya.
"Sungguh? Mana?" tanya Sang nenek tak kalah antusiasnya.
Dari ekspresi Tanti, Aldo mulai memahami karakter si nenek ini, sejujurnya ada sedikit rasa kecewa yang mampir di benaknya.
Awalnya Aldo pikir Tanti pasti nenek yang sangat baik, sebab Dyta selalu menceritakan hal-hal baik tentangnya. Ia tidak menyangka karakter Tanti ternyata seburuk ini.
Namun apapun itu, lagipula Dyta juga seperti sangat menyayangi perempuan renta tersebut, Aldo pun tak ada niat untuk membalas perlakuan nenek dengan cara yang keji. Ia justru merasa perlu menghormati nenek bagaimanapun sikapnya, dan berpikir mungkin akan memberikan sebuah kejutan padanya keesokan pagi.
"Ada di mobil, Nek. Dirly yang belikan buat Nenek loh," terang Sella membanggakan kekasihnya
Tidak! Dyta tak akan diam lagi sekarang, kali ini nenek sudah keterlaluan. Dia yang mengajak Aldo kesana, mana mungkin dia membiarkan neneknya menghina kekasihnya itu sedemikian rupa. Sekalipun Aldo mencegah dia tetap akan berbicara pada nenek. Namun, sebelum dia melakukannya, Aldo justru mendahuluinya.“Aku bawa hadiah kok, Nek. Kecil aja sih tapi,” sahut Aldo dengan santainya.Sella dan Tanti nampak menyunggingkan senyuman sinis sekaligus merendahkan pada sudut bibir mereka.“Kecil, tapi mampu membuat kalian bisu!” batin Aldo.Aldo sengaja tak ingin mengungkapkan secara langsung, biarlah mereka terkejut di keesokan harinya setelah melihat hadiah yang akan dia persiapkan ini.Sebenarnya bukan lagi akan, dia memang sudah mempersiapkannya sedari awal. Sebelumnya dia takut hadiah tersebut terlalu berlebihan, tapi sepertinya justru akan sangat bermanfaat.Sementara Dyta yang tidak tahu-menahu tentang Aldo membawa kado ha
Ingin sekali Dyta mengungkapkan kebenaran yang ada, mengenai identitas Aldo yang sesungguhnya untuk membungkam mulut neneknya itu.Yang membuat dia tertegun, Aldo justru tak terlihat terganggu dengan kalimat kasar yang sedari tadi dilontarkan sang nenek dan Sella. Dia hanya diam saja.Dyta pun bingung pastinya kalau bergerak satu langkah di depan, takut salah bertindak. Apalagi di sana ada Dirly, dia tidak mau mengacaukan rencana Aldo yang sedang dalam misi memberi pelajaran pada para pengkhianat itu. Sella juga belum mengetahui penyamaran Aldo.Terlebih sikap yang ditunjukkan Aldo sih, dia sangat tenang dan memperlihatkan kesabaran yang teramat, sejak tadi selalu Dyta yang terpancing. Sejujurnya, Aldo seperti ini cukup menyita perhatian Dyta.Jika dibandingkan dengan Aldo yang dulu, jauh sekali perbedaannya, sungguh membuat Dyta bingung akan perubahan tersebut. Namun, Dyta menyukainya, dia diam-diam merasa kagum pada Aldo.Sesaat, Tanti kembali be
Bagaimana Aldo tidak terkejut? Pasalnya Luxury Resort yang disebut Dyta memang miliknya, masih merupakan anak cabang dari hotel Diamond Luxury yang tersebar di beberapa kota besar kota Indonesia. Masalahnya, seharusnya Dyta belum mengetahui hal itu.“Kok Dyta tahu itu milikku? Siapa yang kasih tau?” batin Aldo penasaran. “Atau mungkin ini kerjaan Dave?” Yah, asistennya itu yang patut dicurigai sekarang ini.“Sialan kamu Dave! Apa maumu sebenarnya?” ekspresi Aldo berubah total, sangat dingin. Untung tidak ada yang menyadari walaupun semua orang sedang menatap dia dan Dyta bergantian.Padahal dia tidak tahu saja, sebenarnya Dyta asal bicara, begitu kebetulan. Sekarang Dyta sedang berdebar, merasa tidak damai. Dyta jarang berbual, hampir tidak pernah. Apalagi sama neneknya, baru kali ini dia lakukan.Orang yang tidak biasa berbohong pastinya sangat mudah ketahuan, dapat dikenali dari raut wajah mereka yang khas. Terlihat t
Semua orang sontak menoleh padanya. Termasuk pria paruh baya yang baru muncul itu. Dia masih berusaha menyimak apa yang terjadi saat itu dia belum sepenuhnya paham karena Tanti baru menjelaskan sedikit saja.Dyta seperti mendapatkan surprise sekarang, akhirnya Aldo mau bersuara membela dia juga. Walaupun villa itu bukan milik Aldo, tapi setidaknya kalau kekasihnya itu membongkar jati dirinya, mungkin orang-orang itu akan percaya bahwa dia memang pemilik Villa tersebut. Begitu juga baik, pikir Dyta.“Dasar tidak tau malu!” umpat Tanti berhasil membuyarkan lamunan Dyta. “Ternyata memang benar, Dyta menjadi pembohong karena belajar darimu, kan? Kau sungguh membawa pengaruh buruk bagi cucuku!”“Aldo bukan pembohong, Nek!” sambung Dyta.“Diam kamu, Dyta! Apa perlu nenek u ….”“Aku berkata benar, villa itu milikku!” tekan Aldo memotong kalimat Tanti.Wajah Aldo sangat serius, dan j
Kasturi Merah yang dulu pernah berada di atas puncak kejayaan, direbut dan dijual oleh Mega Murni 5 tahun silam, sekarang berhasil diambil alih kembali oleh Aldo. Setelah mendapatkannya, Aldo mengubah namanya menjadi Luxury yang kini dikelola oleh Diamond Luxury group.Satu per satu aset keluarga Eduard berhasil Aldo dapatkan lagi, dan mengembangkannya jauh lebih maju dari sebelumnya. Dia memang telah berjanji pada dirinya sendiri, ketika dia berhasil bangkit, dia harus merebut kembali milik keluarga mereka.Sampai saat ini, ada satu aset terpenting yang belum berhasil dia dapatkan, yakni rumah keluarga Eduard yang penuh dengan kenangan. Itu karena pemilik rumah tidak ingin menjual walaupun Aldo berkata akan membayar mahal.Tapi tentu saja Aldo tidak akan menyerah begitu saja, dia masih mengusahakan berbagai cara untuk mendapatkan rumah itu kembali walaupun hingga saat ini belum ada hasil yang diinginkan.“Cih! Mantan pemilik masih belagu!” Su
Pastinya Dirly bertambah tak nyaman dan tidak sanggup membalas tatapan Aldo, kepalanya itu sontak tertunduk. Hal ini jelas menarik perhatian seisi ruangan. “Kamu kenapa, Sayang? Kok kayak ketakakutan gitu?” kepo Sella heran. “Kamu masih bertanya? Semua ini gara-gara kamu!” rutuk Dirly dalam hati. Beruntung kondisi seperti ini tidak berlangsung lama. Seperti biasa, Dyta bergegas bertindak sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. Bagaimanapun Dyta tak ingin Aldo mengacau di rumah neneknya, dan meninggalkan kesan tak baik. “Sudahlah, Do … jangan buang-buang tenagamu buat ngurusin pengkhianat seperti dia,” lembut Dyta menyindir Dirly sembari diusap-usapnya punggung Aldo. Tetap saja kalimat Dyta justru membuat semua orang semakin bertanya-tanya. Namun sejenak ia beralih pada Sella. Dyta nampak menggigit sudut bibir bawah. Bukan hanya Sella, tapi dia melirik Sella dan Jalu bergantian. Ayah dan anak itu tidak pernah berubah di matanya. Masalahnya A
Kau mengancamku?" Jalu jelas tidak terima. Wajahnya yang sudah merah semakin memerah. "Kau pikir aku takut padamu?" Suaranya terdengar bergetar. "Lihat ini!"Dia bahkan mengubah niatnya, dia yang awalnya hendak menampar balik Dyta, kini justru mengepal telapak tangannya. Dengan kecepatan tinggi dia mengayunkan tinju menuju pipi Dyta, tanpa mengindahkan kecaman Aldo sedikitpun, membuat retina Aldo membulat besar.Suasana menjadi tegang, teriakan lolos dari mulut Tanti, masih untung dia tidak jantungan."Jalu! Kamu sudah gila!" sergah Tanti menambahkan setelah berteriak.Tentunya pria paruh baya itu tetap tidak menggubris, ia tak menghentikan gerakannya, memperlambat pun tidak. Sedikit lagi, tinjunya itu akan benar-benar menyentuh kulit Dyta, perempuan itu nampak memejamkan mata."Bangsat! Aku akan menghabisimu!"Aldo tak lagi hanya menghardik kali ini, dia telah berlari kencang hendak menahan pukulan Jalu, seharusnya dia tidak dapat, karena j
Untungnya Aldo tidak menghiraukan kalimat Sella, setidaknya mereka semua bisa sedikit lebih tenang, terutama Dyta. Dia sempat berdebar sebelumnya ketika Sella kembali berteriak, dia takut Aldo akan terpancing lagi.Justru sekarang ini bukan lagi Dyta yang menarik tangan Aldo pergi dari rumah sang nenek, tapi kebalikannya. Aldo yang menarik tangan Dyta cukup cepat, sehingga Dyta harus setengah berlari demi mengimbangi langkah Aldo.Kebisingan di dalam rumah nenek terdengar semakin samar ketika mereka berdua semakin menjauh. Kini bergantikan suara roda koper Dyta yang mendominasi telinga mereka. Sejenak saja, mereka sudah berada di luar rumah, dan sedang melangkah di jalanan.“Maafin aku, Dyt … seharusnya aku nggak bikin keributan di depan nenekmu,” sesal Aldo membuka pembicaraan tanpa berhenti melangkah.“Nggak kok, kamu nggak salah. Aku yang mulai, jadi … aku yang salah.”“Aku yang seharusnya minta maaf u