Pastinya Dirly bertambah tak nyaman dan tidak sanggup membalas tatapan Aldo, kepalanya itu sontak tertunduk. Hal ini jelas menarik perhatian seisi ruangan.
“Kamu kenapa, Sayang? Kok kayak ketakakutan gitu?” kepo Sella heran.
“Kamu masih bertanya? Semua ini gara-gara kamu!” rutuk Dirly dalam hati.
Beruntung kondisi seperti ini tidak berlangsung lama. Seperti biasa, Dyta bergegas bertindak sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. Bagaimanapun Dyta tak ingin Aldo mengacau di rumah neneknya, dan meninggalkan kesan tak baik.
“Sudahlah, Do … jangan buang-buang tenagamu buat ngurusin pengkhianat seperti dia,” lembut Dyta menyindir Dirly sembari diusap-usapnya punggung Aldo.
Tetap saja kalimat Dyta justru membuat semua orang semakin bertanya-tanya. Namun sejenak ia beralih pada Sella. Dyta nampak menggigit sudut bibir bawah. Bukan hanya Sella, tapi dia melirik Sella dan Jalu bergantian. Ayah dan anak itu tidak pernah berubah di matanya. Masalahnya A
Kau mengancamku?" Jalu jelas tidak terima. Wajahnya yang sudah merah semakin memerah. "Kau pikir aku takut padamu?" Suaranya terdengar bergetar. "Lihat ini!"Dia bahkan mengubah niatnya, dia yang awalnya hendak menampar balik Dyta, kini justru mengepal telapak tangannya. Dengan kecepatan tinggi dia mengayunkan tinju menuju pipi Dyta, tanpa mengindahkan kecaman Aldo sedikitpun, membuat retina Aldo membulat besar.Suasana menjadi tegang, teriakan lolos dari mulut Tanti, masih untung dia tidak jantungan."Jalu! Kamu sudah gila!" sergah Tanti menambahkan setelah berteriak.Tentunya pria paruh baya itu tetap tidak menggubris, ia tak menghentikan gerakannya, memperlambat pun tidak. Sedikit lagi, tinjunya itu akan benar-benar menyentuh kulit Dyta, perempuan itu nampak memejamkan mata."Bangsat! Aku akan menghabisimu!"Aldo tak lagi hanya menghardik kali ini, dia telah berlari kencang hendak menahan pukulan Jalu, seharusnya dia tidak dapat, karena j
Untungnya Aldo tidak menghiraukan kalimat Sella, setidaknya mereka semua bisa sedikit lebih tenang, terutama Dyta. Dia sempat berdebar sebelumnya ketika Sella kembali berteriak, dia takut Aldo akan terpancing lagi.Justru sekarang ini bukan lagi Dyta yang menarik tangan Aldo pergi dari rumah sang nenek, tapi kebalikannya. Aldo yang menarik tangan Dyta cukup cepat, sehingga Dyta harus setengah berlari demi mengimbangi langkah Aldo.Kebisingan di dalam rumah nenek terdengar semakin samar ketika mereka berdua semakin menjauh. Kini bergantikan suara roda koper Dyta yang mendominasi telinga mereka. Sejenak saja, mereka sudah berada di luar rumah, dan sedang melangkah di jalanan.“Maafin aku, Dyt … seharusnya aku nggak bikin keributan di depan nenekmu,” sesal Aldo membuka pembicaraan tanpa berhenti melangkah.“Nggak kok, kamu nggak salah. Aku yang mulai, jadi … aku yang salah.”“Aku yang seharusnya minta maaf u
Sebenarnya Aldo diam-diam menghubungi Naila, manajer Luxury group agar mengirimkan mobil buat menjemput mereka. Ia sengaja tidak memberitahukan Dyta sebelumnya karena ini memberikan kejutan padanya. Sepertinya dia berhasil, Dyta benar-benar terkesiap dengan kehadiran mobil mewah di depannya. Ia menatap kendaraan tersebut terbengong.Selanjutnya seorang pria muda keluar dari kursi kemudi, dan menghampir Aldo. Dyta memperhatikan interaksi mereka secara seksama.“Selamat siang, Tuan!” sapa pria itu sembari membungkukkan badan. Tak lupa juga menyapa serta mengangguk sopan pada Dyta.“S-siang,” sahut Dyta agak gagap.“Maaf, membuat Tuan menunggu lama,” lanjut pria itu beralih pada Aldo.“Oh, nggak kok. Cepat malahan.”Tanpa diberi perintah, pria itu lalu menawarkan diri membawakan barang bawaan Aldo dan Dyta, memasukkannya ke dalam mobil. Setelahnya dia juga membukakan pintu bagi pasangan tersebut,
“J-jadi ….”Dyta tentu saja kaget mendengar pernyataan Aldo. Vila itu ternyata sudah menjadi milik keluarga Eduard lagi? Pantas ada hal seistimewa ini.Namun Aldo tidak menanggapi apapun, dia merasa disana bukan tempat yang tepat juga untuk menjelaskan semua. Ia lalu mengajak Dyta meneruskan perjalanan mereka yang ketika itu masih menginjak penghujung dari hamparan karpet merah.“Nanti aku ceritain semuanya di dalam,” tutup Aldo. Barulah Dyta mau menggerakkan kakinya yang sempat terhenti.Aldo melingkarkan tangannya pada badan Dyta seimbang dengan tinggi badannya, sebelumnya dia juga mengangkat tangan Dyta agar melingkar di area pinggangnya, Pasangan itu berjalan lenggak-lenggok menuju ke dalam vila, nampak sangat mesra membuat iri semua orang yang melihat.Drama yang panjang masih berlanjut di dalam sana, pasangan itu mendapatkan penyambutan dari puluhan pelayan yang sengaja dipersiapkan oleh Naila khusus untuk melay
Keinginan Aldo untuk berduaan dengan Dyta akhirnya menjadi kenyataan saat ini, sesuai dengan pikiran-pikiran nakalnya di sepanjang perjalanan menuju ke Ciwidey. Sungguh sebuah kesempatan yang tak pernah disangka, mungkinkah ini merupakan bagian dari takdir?Sejujurnya Aldo tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut, tapi jika harus memaksakan kehendak juga tidak akan pernah dilakukannya. Biarlah semua itu hanya berupa guyonan belaka.Pasangan itu sedang terlibat dalam saling tatap saat ini, entah apa yang sedang dipikirkan Dyta mengenai pernyataan Aldo tadi, dia hanya termenung tanpa menjawab apapun.Padahal entah dia peka atau tidak, Aldo mata Aldo mulai berkabut tak mampu menahan hasratnya yang terus memuncak. Memandang wajah Dyta terlalu lama selalu membuat Aldo nelangsa buana. Apalagi tatapannya itu mendapatkan balasan dari Dyta, Aldo semakin tak mampu menahan diri untuk tidak melahap wanita di hadapannya ini.“E … sebenarnya ada satu
Pasangan itu terlibat saling tatap tidak begitu lama, beberapa detik saja. Aldo lalu mendekatkan wajahnya ke arah Dyta. Namun bukan ingin melakukan hal aneh-aneh seperti yang sempat terlintas di pikiran Dyta.Cup!Aldo hanya mendaratkan sebuah kecupan hangat di kening Dyta saja.“Tidur yuk, udah malam,” ajaknya kemudian.Hari memang sudah larut setelah menghabiskan begitu banyak waktu untuk menuntaskan semua kejutan yang disiapkan Naila pada mereka.“I-iya,” sahut Dyta gagap. Dia masih ambigu ternyata Aldo tidak melakukan apapun selain hanya mengecup keningnya saja.Aldo melirik sekeliling kamar yang cukup luas itu, disana hanya ada satu ranjang saja.“Kampret! Kayaknya Naila sengaja mau mengerjaiku,” gumamnya menarik perhatian Dyta.“Kamu ngomong apa?”“Hmm … aku minta dua ranjang tadi sama Naila … manajer Luxury, tapi … cumen ada satu doang,&rdq
“Oh iya, kado buat nenek!” seru Dyta tiba-tiba.Dia merasa perlu membeli kado setelah kejadian kemarin, sialnya dia lupa.“Tenang aja, aku udah siapin kok,” jawab Aldo nampak santai. “Ini!” tunjukknya.Dyta baru memahami akan apa yang dilakukan Aldo dengan tas ranselnya, ternyata dia menyimpan kado di dalam sana.“Jadi kamu beneran nyiapin kado buat nenek? Isinya apa?” kepo Dyta.Bingkisan yang dipegang Aldo memang berukuran mini saja, berbentuk persegi pipih sebesar ukuran kotak susu 1000ml. Dyta mencoba menebak mungkin isinya pakaian. Namun dia tetap bertanya.Dan tentu saja Dyta tidak akan mendapatkan jawabannya.“Rahasia!” tanggap Aldo sambil melangkah. “Nanti juga kamu akan tau.”“Ih reseh banget, aku maunya tau dari kamu,” cecar Dyta tak kenal menyerah, sambil membuntuti Aldo yang sedang menuju pintu.“Nggak akan! Pokoknya nan
Sesampainya Dyta dan Aldo di rumah nenek, kebetulan sekali Kresnata dan Dona juga barusan tiba. Saat itu Tanti, juga terdapat Sella, Jalu serta Dirly sedang menyambut kedatangan mereka di halaman.Melihat sebuah mobil mewah yang pada badannya tertulis Luxury group ikut berhenti di samping mobilnya, Kresnata dan Dona tersenyum.“Pas banget, itu pasti Dyta sama Aldo,” ucap Dona.“Iya, bener.”Sementara itu mereka sama sekali tak menyadari ekspresi Tanti dan yang lainnya sedang terbengong, yang paling terkesiap tentunya Sella dan Jalu.“Mereka beneran nginap di Luxury?” batin Sella dengan mata melotot.Sedangkan Jalu beda lagi. “Perempuan bodoh! Mau aja ngeluarin uang banyak buat ngangkat derajat pacarnya!” Begitu dia bergumam dengan suara kecil.Walau suara Jalu sangat kecil, Kresnata mendengarnya. Sebab posisi mereka saling berdekatan.“Maksudmu? Siapa yang perempuan bodoh?&r